Nenek makan ayam goreng bersama Lee
Myung Gyun. Myung Gyun berkata kalau Young Kyu sangat beruntung bisa
menikah 2 kali. Nenek meminta Myung Gyun diam dan menuangkan alkohol
untuknya.
Young Kyu masuk, Nenek memberikan selimut dan bantal untuk dibawa ke kamar pengantin Young Kyu.
Young
Kyu berkata ia ingin tidur dengan Ma Roo, kamar itu kamarnya Mi Sook
dan Mi Sook kecil. Nenek meminta putranya menuruti apa katanya. Young
Kyu keluar dengan membawa bantal dan selimut.
Nenek minta tolong pada Myung Gyun, “Ajari dia bagaimana seharusnya pengantin dimalam pertama!”
“Apa? Mungkin dia sudah tahu!” ucap Myung Gyun.
Nenek membentak, “Aku takut dia sudah lupa!”
“Itu sulit dilupakan!” ujar Myung Gyun. “Kau sendiri belum lupa kan?”
Nenek kesal mendengarnya dan menyuruh Myung Gyun segera keluar.
Young Kyu dan Myung Gyun jongkok di depan kamar sambil memeluk bantal dan selimut.
Myung
Gyun tanya apa Young Kyu ingat ketika Ma Roo lahir. Young Kyu berfikir
sejenak lalu menutup mulutnya. Ia terkejut, “Aku ingat!” Myung Gyun
tertawa, “Kau ingat? Apa yang kau lakukan?”
Young
Kyu : “Aku sangat ketakutan ketika istriku menjerit. Ya, dia menjerit
sampai Ma Roo lahir. Aku lari terkejut sambil mengaduk sup rumput laut!”
Myung Gyun menjitak sohibnya, “Kau bodoh. Sempat-sempatnya kau melakukan itu. Maksudku bagaimana Ma Roo bisa lahir?”
Young Kyu berfikir lagi, “Bagaimana ya? Aku tanya ibu saja!” hahaha.
“Ah sudahlah, ternyata kau benar-benar lupa!” ucap Myung Gyun.
Myung Gyun menatap tajam Young Kyu, “Kalau begitu lakukan seperti yang kukatakan. Wanita tidak suka terburu-buru jadi pelan-pelan saja!” (wakaka kayak lagunya Kotak)
Young Kyu : Apa?
Myung Gyun : “Itu perlu waktu, jadi sabar sedikit. Kemudian sebelum mulai tanya dulu pada Mi Sook kalau dia bilang tidak mau kau tidak boleh meneruskan. Tapi kalau Mi Sook setuju lakukan yang terbaik. Lakukan sampai hidungmu berdarah!”
Young Kyu terkejut, “Hidung berdarah?” Ia merasa menikah itu susah.
Myung Gyun berpesa agar Young Kyu bisa melewati malam ini dengan baik, “Wanita tidak akan melupakan bulan madunya sampai mati!”
Myung Gyun kembali menatap Young Kyu,
“Jangan lupa percaya diri dan lakukan. Hidung berdarah bwaaaaakkkkkk!!!
Apa yang kubilang lakukan. Pelan-pelan, kerjakan!”
Young Kyu mengikuti ucapan Myung Gyun, “Hidung berdarah bwaaaakkkkk!!!”
Mi Sook kecil membawa pianika milik Cha Dong Joo dan bertanya apa itu boleh untuknya. Dong Joo dengan senang hati memberikannya.
Mi
Sook kecil sangat berterima kasih dan berpesan Dong Joo minggu depan
harus datang lagi. Ia juga memanggil Dong Joo dengan sebutan Guru.
Mi Sook pamit ia melambaikan tanngannya. “Dia bahkan tak memanggilku Oppa!” seru Dong Joo.
Dong Joo teringat sesuatu, ia memanggil Mi Sook kecil, “Hey!” tapi Mi Sook kecil terus lari.
Dong Joo mengambil kantung dan melemparkannya ke arah Mi Sook kecil.
“Nice...!” Lemparan Dong Joo tepat sasaran mengenai punggung Mi Sook kecil. Dong Joo langsung menghampirinya.
Dong Joo meminta Mi Sook kecil menyebutkan namanya, “Namaku Cha Dong Joo!”
Mi Sook kecil berkata kalau ia belum memiliki nama. Dong Joo heran, “Kau tak punya nama?”
“Kalau sudah punya, nanti kaulah orang pertama yang kuberitahu!” jelas Mi Sook kecil.
Mi Sook kecil mengingatkan kalau Dong Joo sudah terlambat. Dong Joo melihat jam tangannya, ia panik dan segera pergi.
Mi Sook kembali memperagakan bahasa
isyarat ketika di bawah pohon besar tadi, “Orang bodoh!” sebutnya.
Hahaha ternyata itu artinya toh.
Di dalam bis Dong Joo terus memikirkan
gerakan bahasa isyarat tadi, “Kau tampan? Atau hidungmu pesek? Kau
keren?” Dong Joo tersenyum menebak maksud dari bahasa isyarat yang
diperagakan Mi Sook kecil tadi.
Nenek tidur di kamar dengan Mi Sook
kecil. Mi Sook kecil memainkan pianikanya dan itu membuat Nenek
terkejut. Nenek marah dan meminta Mi Sook kecil tidur.
Mi Sook kecil ngomel, “Kenapa tidur sore-sore?”
Nenek : “Di hari pernikahanmu kau harus tidur lebih cepat!”
Mi Sook kecil : “Kenapa?”
Nenek meminta Mi Sook kecil jangan banyak bicara dan segera menutup mata.
Mi Sook kecil ingin ke kamar mandi ia meminta nenek menemaninya, Nenek menolak. Dan Mi Sook keluar ke toilet sendiri.
Ma Roo keluar dari kamar mandi dan berpapasan dengan Mi Sook kecil.
“Oppa
tinggallah di sini sebentar!” pinta Mi Sook kecil. Ma Roo tanya kenapa.
Mi Sook berkata kalau ia takut dan menahan sakit perutnya. Ma Roo
meminta Mi Sook cepat ke kamar mandi. Ma Roo menunggui Mi Sook kecil.
Sementara di kamar pengantin, Young
Kyu dan Mi Sook saling mebelakangi punggung. Mi Sook maju lebih dulu dan
menepuk punggung suaminya.
Young Kyu teringan ucapan sobatnya, “Pelan-pelan saja!”
Mi Sook memberi kode tidur. Young Kyu kembali teringat ucapan Myung Gyun, “Tanyakan dulu!”
Young Kyu memberanikan diri bertanya, “Mi Sook-Ssi kau mau main ibu-ibuan?” Buwahahaha.
Mi Sook heran ia menggelang.
“Apa mau main pasar-pasaran? Aku pelanggan kau yang jualan!” sambung Young Kyu. Mi Sook kembali menggelang.
Young Kyu kembali teringat ucapan sohibnya, “Kalau dia menolak kau tak boleh melakukannya!”
Young Kyu bingung, “Bagaimana ini?” Kemudian ia berdiri.
Mi Sook kecil masih di toilet. Karena
tak ada suara ia jadi bertanya dan membuka pintu toilet apa Ma Roo masih
di luar sana. “Oppa!”
Ma Roo : “Aku sudah bilang aku tak mau di panggil seperti itu!”
Mi Sook mengerti tapi ia meminta Ma Roo jangan pergi. Ma Roo hanya meminta Mi Sook kecil menutup pintu toiletnya.
Kemudian
Ma Roo mendengar ayahnya menyanyi ‘Di padang rumput yang biru’ Mi Sook
kecil juga mendengarnya dan membuka pintu toiletnya.
Young Kyu menyanyi dan menari di depan
Istrinya. Mi Sook tersenyum, Young Kyu makin semangat menyanyi dan
menari. Young Kyu teringat kalau ia harus melakukannya sampai hidung
berdarah, Young Kyu langsung menutup hidungnya.
Mi Sook kecil masuk ke kamar orang tuanya, “Kalian tidak adil kenapa melakukannya hanya berdua?”
Lalu Mi Sook kecil ikut mennyanyi dan menari dengan ayahnya. Mi Sook tersenyum sambil tepuk tangan.
Ma Roo melihatnya dari pintu. Nenek masuk dan bertanya apa yang mereka lakukan dan menyuruh semuanya tidur.
Choi Jin Chul menyuruh Direktur Kang
agar memindahkan saham istri dan putranya kapada dirinya. Ia juga
meminta Direktur Kang dan pengacara melakukannya secara diam-diam.
Tae Yeon Suk menjenguk ayahnya di rumah sakit. Tetapi ketika ia sampai di kamar rawat ayahnya, kamar itu kosong.
Ternyata Kakek memaksa pulang ke rumah. Ia segera masuk ke kamarnya dan menulis sesuatu.
Dong Joo sampai di depan rumah ia melihat ayahnya datang dan langsung bersembunyi agar tak dimarahi karena keluar tanpa izin.
Choi Jin Chul masuk ke kamar kakek, ia langsung menutup pintu dan membuat kakek terkejut.
Kakek : “Kau ... bagaimana...”
Choi Jin Chul merebut kertas yang dipegang kakek. “Apa yang kau lakukan kembalikan!” ucap Kakek.
Choi Jin Chul langsung merobeknya, “Benda busuk. Berhentilah!”
Dong Joo masuk rumah mengendap-endap. Ia terkejut mendengar bunyi telepon dan langsung sembunyi. Shin Ae mengangkat teleponnya.
Tae Yeon Suk menelpon ke rumah,
Shian Ae berkata kalau keadaan rumah baik-baik saja. Tapi kemudian
terdengar ada yang pecah dari lantai atas.
Kakek mengusir keluar Choi Jin Chul.
Choi Jin Chul : “Apa kau pikir aku takut dengan kertas ini?”
Nafas Kakek tersengal-sengal, “Kau beraninya...”
“Kalau
kau percaya padaku jangan setengah-setengah dan bukan dengan melakukan
ini!” Choi Jin Chul melempar kertas yang ia robek tadi.
Kakek : “Kau brengsek! Apa kau pikir
bisa memiliki Woo Kyung? Bahkan jika kau membunuhku sekarang, kau tak
akan bisa memiliki Woo Kyung!”
Choi Jin Chul : “Apa kau pikir kau ini
beruntung? Dokumen yang diketahui pengacara Kwon telah diberikan padaku
begitu aku menjabat presdir!”
Choi
Jin Chul memperlihatkan dokumen yang dibawanya. Kakek tak percaya,
“Bagaimana mungkin bisa.... kembalikan!” Kakek berusah merebut kertas
itu.
Karena kondisinya yang lemah, Kakek mudah dilumpuhkan hanya dengan sekali dorongan. Kakek terjatuh.
Merasa
puas Choi Jin Chul merobek kertas yang ada di tangannya, “Dengan begini
Woo Kyung akan menjadi milikku!” Choi Jin Chul mencengkeram baju Kakek,
“Percuma saja kau menulis semacam ini!”
Kakek : “Kau menyedihkan! sangat menyedihkan!”
Choi Jin Chul meminta kekek bicara
jujur padanya untuk apa menulis surat seperti itu, “Karena kau tak mau
mewariskan kekayaanmu padaku. Kau tak pernah memberiku uang setelah aku
punya anak aku harus berusaha sendiri!”
Bukkk.. Choi Jin Chul menghempaskan tubuh kakek ke lantai. Kakek memegang dadanya yang sakit, nafasnya sesak.
Shin Ae menguping dari luar kamar kakek.
Choi Jin Chul berteriak pada kakek, “Apa kau pikir aku akan gagal?”
Karena
tak sanggup berdiri kakek merangkak mengapai oksigen. Dengan secepat
kilat Choi Jin Chul memutus selang oksigen dan membuangnya jauh-jauh
dari kakek.
Dan di sana di luar jendela, tepatnya di tangga favoritnya, Dong Joo melihat semuanya. Matanya mulai berkaca-kaca.
Choi Jin Chul panik. Dong Joo mamandang takut ayahnya. Kakek menahan kaki Choi Jin Chul agar tak mendekati Dong Joo.
“Kakek!” teriak Dong Joo sambil menangis. Choi Jin Chul melepaskan diri dari kakek dengan menendangnya dan menghampiri Dong Joo.
“Kemari!” perintah Choi Jin Chul. Dong Joo menggeleng, ia ketakutan. “Cepat nanti kau akan celaka!” teriak Choi Jin Chul.
Karena ketakutan dan panik kaki Dong Joo terlepas dari pijakan tangganya.
Choi Jin Chul berusaha menggapai tangan Dong Joo tapi tak sampai.
Dong Joo jatuh dengan kepala membentur batu. Ia langsung tak sadarkan diri.
Choi Jin Chul langsung keluar kamar dan ia mendapati Shin Ae tengah berdiri di depan pintu kamar kakek.
Shin Ae masuk ke kamar kakek dan melihat kakek tergeletak di lantai tak berdaya.
Choi Jin Chul panik melihat Dong Joo banyak mengeluarkan darah di kepalanya, Shin Ae shock melihatnya.
Tae Yeon Suk berusah menelpon rumah tapi tak di angkat, Ia mengkhawatirkan ayahnya.
Di lorong rumah sakit ia berpapasan dengan dokter Kim. Ia bertanya apa dokter bertemu ayahnya.
Terdengar panggilan kalau dokter Kim di tunggu di UGD. Tae Yeon Suk tanya apa yang terjadi. Dokter kim tak menjawab.
Dong Joo di bawa ke rumah sakit dan
berpapasan dengan ibunya. Dokter Kim tanya ada apa. Perawat mengatakan
kalau kepalanya terbentur batu kemungkinan mengalami gegar otak.
Tae Yeon Suk melihat siapa yang
terbaring di sana dan langsung berteriak histeris, “Dong Joo kenapa kau
begini. Dong Joo.. Dong Joo!”
Suaminya berkata kalau Dong Joo jatuh dari tangga.
“Tidak mungkin, tidak mungkin!” Tae Yeon Suk terus berteriak histeris.
Tae Yeon Suk memarahi Shin Ae, “Apa
yang kau lakukan? Kau bilang rumah baik-baik saja? Kau bilang kau akan
menjaga Dong Joo? Kenapa kau membiarkan Dong Joo jadi seperti ini?” Tae
Yeon Suk pun ambruk.
Dokter segera melakukan penangan terhadap Dong Joo.
Terlihat Mi Sook kecil duduk di pohon sambil memainkan pianika hasil belajarnya dengan Dong Joo kemarin.
Di rumah duka.
Direktur
Kang penasaran ia bertanya pada Choi Jin Chul bagaimana bisa terjadi.
Choi Jin Chul mengatakan kalau kakek tak sadarkan diri setelah melihat
Dong Joo jatuh dari tangga, “Mungkin dia shock melihat cucunya jatuh
lalu meninggal dunia!” Ucap Choi Jin Chul ia berpura-pura menangis.
Tae Yeon Suk sangat terpukul ayahnya meninggal, “Ayah ini sangat tak adil!” Choi Jin Chul langsung merangkul istrinya.
“Ini tak adil, Dong Joo belum sembuh
dan ayah meninggal! Ayah.. Ayah.. Ayah..” Tae Yeon Suk memanggil ayahnya
sambil terus menangis.
Tae yeon
Suk berusaha mengibur diri kalau putranya Dong Joo tak akan apa-apa, dia
hanya terluka. “Tak apa-apa semua baik-baik saja!” hibur suaminya.
Cha Sung Moo tiba dan terkejut kakek
sudah tiada, ia pun turut menangis. Ia bertanya sambil
menguncang-guncangkan tubuh Tae Yeon suk bagaiamana keadaan Dong Joo.
“Dia sudah lelah!” Ucap Choi Jin Chul melepaskan guncangan Cha Sung Moo.
Tapi
Cha Sung Moo malah mendorong Choi Jin Chul hingga terjengkang,
“Memangnya kau ini siapa? Kalau kau bertanggung jawab menjaga anak kecil
seharusnya kejadian ini tak terjadi!” bentak Cha Sung Moo.
Dir
Kang meminta Cha Sung Moo jangan berteriak, Cha Sung Moo makni emosi,
“Apa kau sudah berpihak padanya? Apa kalian akan betanggung jawab pada
Dong Joo kalau perusahaan bangkrut?”
Choi Jin Chul tak tahan ia langsung
mencengkeram baju Cha Sung Moo dan mengatakan kalau semuanya sudah
terjadi, “Dong Joo adalah anakku! Anak itu sedang berjuang melawan
maut!” Air mata Choi Jin Chul mulai mengalir.
Karana
sudah kelewatan Dokter Kim meminta Cha Sung Moo segera pergi. Cha Sung
Moo menolak dan terpaksa bodyguard yang membawanya keluar. “Kakak ipar,
kakak ipar!” teriaknya memaggil Tae Yeon Suk.
Tae Yeon Suk memeluk suaminya yang masih menangis, Shin Ae hanya memandanginya saja.
Nenek terbangun dan ia menyadari kalau Mi Sook kecil tidur tanpa selimut. Nenek segera menyelimutinya.
Nenek menengok kamar Ma Roo ia melihat cucu laki-lakinya tidur sendirian.
Mi Sook sibuk memasak makanan, Yougng Kyu mengendap-endap sambil membawa bunga. Ia menyembunyikan bunga di balik punggungnya.
Berniat memberi Mi Sook kejutan malah
ia sendiri yang jatuh terjengakng karena kaget. Mi Sook membantunya
berdiri dan bicara dengan bahasa isyaratnya.
Young Kyu : “Mi Sook-Ssi apa kau menyukai bunga?”
Mi
Sook menerimanya sambil tersenyum dan membungkuk tanda ia berterima
kasih. Karena Mi Sook sudah tersenyum Young Kyu pun berterima kasih.
Young
Kyu akan membantu Mi Sook memasak nasi. Ia mengambil segayung air, tapi
Mi sook bicara kalau memasak nasi harus yang enak dan memberi tahu
aturan airnya.
Mi Sook memegang tangan Yuung Kyu. Young Kyu malu-malu tapi niat Mi Sook itu cuma memberi tahu batas air untuk memasak nasi.
Nenek akan masuk ke dapur tapi tak jadi karena melihat pasangan baru ini. Hehe.
Choi Jin Chul berkata pada Direktur
Kang mengenai warisan kakek. Ia akan membicarakannya dengan Pengacara
Kwon tapi Direktur Kang menilai kalau itu tak bisa sebelum Dong Joo
sadar.
Choi Jin Chul meyakinkan
kalau Cha Sung Moo juga kelihatannya mengincar Dong Joo. “Kalau masalah
warisan sampai ketahuan itu akan membuat rusak nama perusahaan!”
Direktur Kang mengerti.
Sekali lagi Shin Ae menguping
pembicaraan itu. “Apa kau mempercayai orang itu?” tanya Shin Ae. “Kau
sudah menghianati Presdir bagaimana kalau orang itu juga menghianatimu?”
“Kau tak perlu khawatir!” sahut Choi Jin Chul.
Shin Ae menahannya, “Kalau
begitu jangan membuatku khawatir!” Shin Ae memperlihatkan kertas sobekan
yang ia ambil dari kamar Kakek.
Choi Jin Chul merampasnya dan meminta Shin Ae jangan pernah mengancamnya dengan benda seperti itu.
Shin Ae : “Untuk apa aku berbuat begitu? Aku ada dipihakmu!”
Choi Jin Chul : “Apa maumu?”
Shin Ae : “Kau. Kalau kau mendapatkan semua yang kau mau, kau harus kembali padaku!”
Tae Yeon Suk masih memandangi foto
mendiang ayahnya. Ia bangkit mencoba menguatkan diri, “Ayah aku akan
menengok Dong Joo. Ayah maafkan aku, aku tak bisa memikirkan yang lain
selain Dong Joo!”
Tae Yeon Suk akan ke rumah sakit tapi ia mendengar Shin Ae tengah berbincang dengan suaminya.
Shin Ae : “Woo Kyung group, bukankah sekarang itu milikmu?”
Choi
Jin Chul meminta Shin Ae menutup mulut, “Kau tak berarti apa-apa
untukku walaupun hanya sebentar. Kau sadar kalau kau hanya pengganti
baginya. Kembalilah ke Amerika diam-diam. Bukannya aku takut denganmu
tapi karena aku tak tahan melihatmu dan cara hidupmu!”
Shin Ae : “Kalau kau mau mengirimku kembali ke Amerika belilah tiket untuk dua orang. Anakmu juga harus hidup lebih baik!”
Choi Jin Chul terkejut mendengarnya, apa?
Shin Ae : “Apa kau belum mengerti? Aku mungkin bukan apa-apa untukmu. Choi Jin Chul, aku melahirkan anakmu!”
Bagai di sambar petir Tae Yeon Suk mendengar ini.
Shin Ae tersenyum sinis, “Bukankah kau bilang kalau kau pintar. Apa kau ingat?”
Flash Back
Shin Ae yang tengah mengandung berada di kamarnya menyiapkan baju-baju bayi, ia juga memandang foto hasil USGnya.
Terdengar berita di televisi kalau
Wakil Presiden dari perusahaan kosmetik Woo Kyung, yang bernama Cha
Young Chae dan anaknya Cha Son Chae tewas dalam kecelakaan helikopter
dalam perjalanan menuju Thailand.
Banyak yang melayat dan memberi penghormatan terakhir, Tae Yeon Suk sedih suami dan mertuanya tewas dalam kecelakann tersebut.
Shin Ae datang melayat tapi ia berdiri agak jauh.
Karena
terlalu sedih Tae yeon Suk berdiri lemas, untung Sekertaris Choi
berdiri tak jauh dari sana ia memegangi Tae Yeon Suk agar tak jatuh.
Presdir Tae melihatnya dan kemungkinan
ia merasa kalau Choi Jin Chul bisa menjaga putrinya menggantikan
menantunya yang sudah tiada.
Shin Ae bicara dengan Choi Jin Chul, “Kau tak akan memulai hubungan lagi dengan Tae Yeon Suk kan?”
Choi Jin Chul : “Kenapa tidak bisa?”
“Apa kau lupa wanita seperti apa dia?” sahut Shin Ae. “Bagaimana dia bersikap kepadamu!”
“Ya.
Aku lupa!” jawab Choi Jin Chul. “Karena itu kau harus hidup seperti
aku. Aku harus mencengkeram sampai dia memohon, dengan begitu kau bisa
mendapatkan yang kau mau!”
Shin
Ae berkata kalau semua orang juga tahu bahwa Tae Yeon Suk tengah
mengandung anak almarhum suaminya. Presdir Tae tak akan peduli pandangan
orang dan menginginkan anak itu lahir.
Choi Jin Chul : Lalu kenapa?
Shin Ae : “Apa kau gila? Apa kau mau mendapatkan uang dengan memelihara anak orang lain?”
Choi Jin Chul : “Kalau iya kenapa?”
“Bagaimana denganku?” Shin Ae mengaku kalau ia juga tengah mengandung anak Choi Jin Chul.
Choi
Jin Chul tertawa, “Apa ini alasanmu membawaku kemari? Kau dan aku
menjadi seperti ini karena kesalahan orang tua kita!” Choi Jin chul
menyuruh Shin Ae menggugurkan kandungannya, “Lakukan aborsi!”
Setelah Choi Jin Chul pergi Shin Ae hanya bisa bergumam, “Dasar pengemis. Memalukan. Pergilah kau, lakukan apa yang kau mau!”
Flash Back End
Choi Jin Chul tanya apa anak itu lahir, ia tak percaya. Shin Ae membenarkan, apa Choi Jin Chul mau bertemu dengan anaknya.
Shin
Ae : “Apa harus kupertemukan dengan ayah yang menginginkan anaknya mati
bahkan sebelum dia lahir, haruskan aku membawanya? Apa tidak bisa kau
kudapatkan kembali?”
Choi Jin Chul diam.
“Kalau begitu silakan besarkan Dong Joo seumur hidupmu!” Shin Ae akan pergi tapi Choi Jin Chul menahannya, “Baik. Dimana dia?”
Shin Ae tak menjawab. “Dimana dia?”
bentak Choi Jin Chul. Shin Ae meminta jangan kasar padanya. Jika
waktunya tiba ia akan mengenalkannya.
Choi Jin Chul mengancam kalau Shin Ae berbohong padanya ia tak segan-segan membunuh Shin Ae dengan tangannya sendiri.
Shin Ae tak takut dengan ancaman itu, “Kalau kau ingin bertemu dengan anakmu maka dengarkan aku!”
Tae Yeon Suk berjalan lemas setelah
mendengar apa yang didengarnya tadi. Ia teringat Shin Ae pernah
mengatakan kalau Shin Ae memiliki seorang anak.
Tae Yeon Suk berpapasan dengan Dokter
Kim. Dokter mengatakan kalau operasi Dong Joo berjalan baik tapi dampak
dari luka itu ternyata lebih parah dari yang diperkirakan.
Tae
Yeon Suk tak sanggup berdiri. Dokter Kim memeganginya. “Tidak, Itu
semua bohong!” sahutnya masih belum mempercayai kenyataan yang baru
dialaminya.
“Sayang!” panggil Choi Jin Chul. Tae
Yeon Suk memandang suaminya, “Tidak..” kemudian dia meninggikan
suaranya, “Tidak!” ia mendorong suaminya, “Ini tak mungkin terjadi,
katakan kalau itu bohong!”
Choi Jin Chul tanya ada apa.
Dokter menjawab kalau itu semua tentang hasil operasi Dong Joo, dia tak bisa mempercayainya.
Tae
Yeon Suk akan menemui putranya. Tapi melihat kondisi istrinya yang
seperti itu, Choi Jin Chul menyarankan untuk menemui Dong Joo nanti ia
memegang erat istrinya.
Tae Yeon Suk teriak, “Lepaskan. Lepaskan. Aku akan menemui Dong Joo. Aku mau menemui Dong Joo!”
Dong Joo masih belum sadarkan diri.
Tae Yeon Suk memegang tangan putranya yang masih belum sadar, “Dong Joo bangunlah!” ucapnya lirih. “Ibu sangat khawatir!”
Tae Yeon Suk tak kuasa menahan air mata dan memeluk putra semata wayangnya.
Choi Jin Chul memandangi istri dan Dong Joo. Ia teringat ucapan Shin Ae, kalau Shin Ae sudah melahirkan anaknya.
Ma Roo selesai mandi dan langsung
masuk kamar, ia menyentuh seragam sekolah kebanggannya. Ia mendengar
suara ribut-ribut di luar.
Ternyata suara itu berasal dari Nenek yang sedang di makeover lebih tepatnya di keriting rambutnya oleh Mi Sook hehe.
Nenek
meminta kaca tapi Young Kyu tak memberikannya karena memang
makeover-nya belum selesai, “Ya Tuhan sangat berantakan. Ibu seperti
Bibi-Bibi pembantu!” sahut Young Kyu.
Mi Sook kecil membenarkan, “Kau tidak seperti nenek-nenek tapi seperti bibi-bibi!”
Nenek memaksa meminta kaca. Ia melihat rambutnya, “Aigoo. Kenapa kelihatan aneh!”
Mi Sook kecil berseru kalau Nenek terlihat cantik.
Ma Roo siap berangkat sekolah. Ia langsung berangkat tanpa pamitan. Mi Sook menahannya dan memberikan bekal untuk Ma Roo.
Young
Kyu mencium aroma sosis dalam bekal Ma Roo. Mi sook kecil berkata kalau
ia sangat menyukai sosis dan ingin memintanya satu.
“Ibu tirimu sudah menyiapkan itu untukmu. Jangan macam-macam. Makanlah!” perintah Nenek.
“Aku
tak mau ini!” ujar Ma Roo sambil pergi. Mi Sook kecewa. Melihat ibunya
sedih Mi Sook kecil mengambil bekalnya dan berlari ke arah Ma Roo.
“Oppa!” teriak Mi Sook kecil. Ma Roo segera memakai earphone-nya.
Mi Sook kecil menarik kabel earphone dan ternyata tidak tersambung ke manapun.
Ma Roo kesal melihatnya dan segera melepas earphone-nya.
Mi sook kecil terus mengejar Ma Roo,
“Apa kau benar-benar tak menyukaiku. Baiklah tapi aku tetap menyukaimu.
Bukankah sarapan tadi enak. Walaupun ibuku tak bisa bicara tapi
masakannya sangat luar biasa!
Jadi makanlah ini. Kalau kau makan akan kulakukan apapun yang kau suruh. Oppaaaa...”
Ma Roo : “Siapa bilang aku kakakmu?”
Mi Sook kecil : “Kalau bukan kakak apa kau kakekku?”
Ma Roo langsung berbalik badan dan Mi
Sook kecil langsung menyilangkan tangannya di kepalanya takut kalau Ma
Roo akan memukulnya.
Ma Roo : “Jangan pernah melakukan itu, siapa yang akan memukulmu? Kenapa kau lakukan ini?”
Mi sook kecil tersenyum, “Aku mengerti tak akan kulakukan!”
Ma Roo : “Huh wajah bodoh!”
Mi Sook kecil tanya apa itu sebabnya Ma Roo tak mau menjadi kakaknya, “Kalau aku cantik apa kau mau menjadi kakakku?”
“Tetap tidak mau!” jawab Ma Roo.
Mi Sook kecil terus merengek, “Oppa apa yang harus kulakukan agar kau mau menjadi kakakku?”
“Oppa opaa!” teriak Mi Sook kecil. Ma Roo lari, Mi Sook kecil mengejarnya. “Oppa makan siangmu!”
Di pasar Nenek terus berkaca.
Myung Gyun menepuk Nenek, “Ibu Seung Chul!” Panggil Myung Gyun mengira Nenek itu istrinya.
Nenek : Apa?
Myung Gyun : “Ohhh Neneknya Ma Roo, kau jadi sangat muda!”
Mi Sook datang membawakan makanan
untuk Nenek. Myung Gyun menghitung jumlah makanan yang dibawa Mi Sook,
ia akan mengambil tapi Nenek langsung menepuk tangannya.
Nenek
senang menantunya membawakan banyak makanan enak untuknya. Ia segera
memanggi putranya. Young Kyu dan Mi Sook kecil langsung datang.
Young Kyu melarang sobatnya ikut makan, “Makanlah di rumah!” sahutnya sambil mendorong kepala Myung Gyun.
Nenek meminta Young Kyu makan yang banyak. Young Kyu menyuapi ibunya kemudian Mi Sook dan Mi Sook kecil.
Nenek
terharu melihat keakraban Young Kyu dengan Mi Sook kecil. Ny Lee tak
tahan meliahatnya, “Dia kan bukan anak kandungmu!” Nenek langsung
melotot memandangnya.
Myung Gyun meminta Nenek jangan memikirkan kata-kata istrinya kalau tidak rambut nenek akan berantakan lagi.
Nenek menarik menantunya, “Dengarkan
baik-baik. Kalau kau menikah jangan hanya pintar memasak saja. Kau pun
harus bisa melahirkan, melahirkan seorang anak!”
Young Kyu menatap heran ibunya, “Melahirkan? Siapa?”
Myung Gyun tersenyum. Istrinya berkata bukankah sudah memiliki 2 anak kenapa mau menambah lagi.
Dokter menjelaskan pada Tae Yeon Suk dan suaminya mengenai kondisi Dong Joo. Dokter berkata bahwa mereka harus melakukan MRI.
Dokter
tidak bisa menjanjikan apa-apa sebelum Dong Joo sadar. Setalah sadar ia
bisa memprediksi cacat apa yang akan timbul nanti.
Choi Jin Chul : Cacat ?
Dokter : “Cacat pada salah satu panca inderanya!”
Tae Yeon Suk menyahut jadi
kemungkinannnya juga tidak akan terjadi apa-apa. Ia lalu berdiri, “Kau
tak bisa berjanji panca inderanya akan bermasalah tapi kau tak bisa
yakin. Lalu kenapa aku harus mendengar ini? Kita pindah rumah sakit lain
saja!”
Tae Yeon Suk langsung bergegas keluar.
Choi Jin Chul tanya memengnya kalau pindah rumah sakit istrinya mau melakukan apa.
Tae Yeo Suk akan membawa Dong Joo ke tempat yang bisa membuat Dong Joo kembali seperti semula.
Suaminya tanya dimana. Tae Yeon Suk menjawab dimanapun, “Ayo kita cari. Jika dia anakmu pasti tak akan begini jadinya!”
Choi Jin Chul tahu kalau istrinya masih sedih dan meminta istrinya jangan pernah lagi bicara seperti itu.
Tae Yeon Suk ke kamar rawat anaknya.
Di sana ia melihat Shin Ae tengah membersihkan kaki Dong Joo. Ia
mengambil handuk pembersihnya dengan kasar.
Shin Ae : “Aku tahu kau marah padaku.
Tapi Nyonya aku mengira Dong Joo bermain piano. Dong Joo anak yang
berani, dia akan bangun Nyonya!”
Choi Jin Chul masuk ke sana, Shin Ae mohon diri akan keluar sebentar.
Tae Yeon Suk meminta Shi Ae memahami
dirinya yang akhri-akhir ini agak sensitif, “Kau memiliki anak kau tahu
rasanya. Kau pernah bilang, kau meninggalkan anakmu di rumah saudaramu!”
Shin Ae : Apa? oh ya Nyonya.
Sepertinya Tae Yeon Suk sengaja ngomong gitu supaya suaminya mendengar kalau Shin ae pernah bilang sama dia tentang anak.
Tae Yeon Suk tak pernah tahu kalau Shin Ae memiliki saudara. Choi Jin Chul langsung keluar kamar rawat.
Tae
Yeon Suk sudah mengenal Shin Ae tapi ia tak tahu banyak tentang shin
Ae. Shin Ae merasa kalau itu masalahnya dan Tae Yeon suk tak perlu tahu
lebih banyak lagi.
Tae Yeon Suk berpesan setelah pemakaman lebih baik Shin Ae mengunjungi anaknya, anak itu pasti sudah menunggu.
Choi Jin Chul berfikir keras tentang
apa yang dikatakan istrinya di dalam kamar rawat tadi. Ia juga mengingat
Bong Young Kyu yang ia ketahui sebagai saudara Shin Ae.
Kemudian
ia ingat Ma Roo mengatakan kalau ia anak dari Bong Young Kyu. Ia
langsung menelpon seseorang untuk menyelediki Bong Ma Roo.
Pemakaman kakek berjalan lancar, Tae Yeon Suk meletakan karangan bunga di pusara ayahnya kemudian ia berlutut di sana.
Satu persatu tamu yang mengiringi segera pulang tinggallah Tae Yeon Suk berdua bersama suaminya.
Choi Jin Chul mengajak istrinya segera menemui Dong Joo.
Tae
Yeon Suk : “Dong Joo. Apakah dia akan tinggal di sebelah Ayah? Walaupun
dia sadar, dia tak akan sama seperti yang dulu lagi!”
Choi Jin Chul : “Sayang, Apa kau akan hidup seperti ini? Apa kau mau hidup tanpa Dong Joo?”
Tae Yeon Suk memandang suaminya, “Bagaimana pendapatmu? Lebih baik kita mati bersama!”
Choi Jin Chul : Apa ?
Tae Yeon Suk : “Jika Dong Joo tak bangun, lebih baik kita mati bersama. Kita bertiga!”
Dong Joo masih belum menunjukan perkembangan ke arah yang lebih baik.
Mi Sook kecil menunggu kedatangan Dong Joo di bawah pohon sambil memainkan pianikanya.
Mi Sook kecil memandang bunga yang dibawanya. Kemudian ia kembali meniup pianikanya.
Mi Sook melihat putrinya duduk sendiri di bawah pohon.
Mi Sook kecil berkata pada ibunya kalau Dong Joo tidak datang. “Katanya dia mau datang. Dasar pembohong, bodoh!”
Ibunya heran, Bodoh?
“Benar!” sahut Mi Sook kecil.
“Bukankah ibu bilang kalau orang baik maka dia itu bodoh. Dia anak baik
makanya dia itu bodoh. Paman menepati janji menjadi ayahku!”
Mi Sook tersenyum lalu jongkok menyuruh putrinya naik ke punggungnya.
Sambil di gendong Mi Sook kecil terus
nyeloteh, “Aku akan memberinya pelajaran. Apa mungkin dia tersesat? Apa
ada yang tidak beres?
Oh.. ya Bu, namanya Cha Dong Joo. Ada namanya di tas pianika, tapi dia malah memberi tahu namanya, bukankah itu namanya bodoh!”
Ada mobil yang melintas Mi Sook kecil menepuk ibunya untuk minggir. Ternyata yang di dalam mobil itu Choi Jin Chul.
Choi Jin Chul memarkir mobilnya di depan rumah Ma Roo.
Ia
teringat ucapan orang suruhannya, “Keluarga Bong Ma Roo itu agak rumit,
nama ibunya tidak diketahui dan ayahnya mengadopsi dia. Itulah kenapa
neneknya yang sekarang bukan nenek yang sebenarnya. Neneknya yang asli
memilki putri bernama Kim Shin Ae.”
Young Kyu akan memasak nasi ia menakar banyaknya air yang akan digunakan.
“Ayah!”
panggil Mi Sook kecil. Young Kyu tanya bagaimana dengan Guru (Dong Joo)
Mi Sook kecil mengatakan kalau dia tidak datang dan mungkin minggu
depan akan datang, “Dia pasti akan menepati janji!”
Mi Sook kecil heran apa yang sedang dilakukan ayahnya sekarang. Young Kyu menjawab air untuk nasi ini akan membuatnya lezat.
Mi sook kecil memuji kalau ayahnya adalah yang terbaik.
Dengan malu-malu Young Kyu membuat tanda I love You dengan tangannya. Hahaha. Mi Sook tersenyum.
Mi Sook kecil menyela bukan begitu, “Katakan aku mencintaimu seperti ini.”
“Bukan
bukan aku melihat di tv mengatakan aku mencntaimu seperti ini!” Young
Kyu mengulang gerakan tangan love-nya. Kedunya saling berdebat.
Nenek membasuh kain dan di sebelahnya
Ma Roo tengah mencuci wajahnya. Nenek mengingatkan apa pun yang terjadi
ayah Ma Roo adalah Bong Young Kyu dan ibumu adalah Mi Sook. Nenek belum
tahu nama keluarga Mi Sook.
Mi sook kecil menyahut kalau nama lengkap ibunya Go Mi Sook.
“Nenek lalu namaku siapa?” tanya Mi Sook kecil. “Aku harus masuk sekolah.”
Nenek berkata kalau Mi Sook kecil masuk sekolah semester depan jadi tak usah buru-buru.
Mi Sook Kecil : “Tapi aku harus segera
memiliki nama. Ibu bilang sekarang namaku Bong juga. Ayah Bong Young
Kyu, Oppa Bong Ma Roo. Jadi namaku siapa?”
Aku tinggal di gudang jadi namaku Bong Chang-go atau Bu-oek (dapur)
Ma Roo tersenyum simpul mendengarnya (mungkin menurutnya nama itu terdengar lucu)
Nenek melirik Ma Roo kemudian berkata kalau nama Bong Bu-oek lebih bagus dan nenek meminta pendapat Ma Roo.
Ma Roo tak menjawab ia malah pergi. “Dasar anak nakal, seperti ibumu!” Umpat Nenek.
Ma Roo mendengarnya dan langsung menoleh. Nenek langsung meralatnya, “Tidak. Perlakukan Ibu tirimu dengan baik!”
Mi Sook kecil penasaran, “Nenek kak Ma Roo itu mirip siapa?”
Young Kyu tiba-tiba datang dan
langsung kedunya meyebutkan Jingle andalan mereka ‘tanyakan pada
bintang’ sambil mengangkat keduany tangannya.
Ma Roo di kamar ia membuka jam tangan
pemberian dari Woo Kyung (Mungkin satu paket sama beasiswa yang
diterimanya). Ia tersenyum memandang jam tangan bagus yang melingkar di
tangannya.
Mi Sook kecil masuk membawakan bunga.
Ma Roo tak suka dan menyuruhnya keluar, “Bukankah sudah kukatakan kau
kularang masuk ke kamarku!”
Mi
Sook kecil menaruh bunga di meja belajar Ma Roo, “Jika kau mencium bunga
ini kau akan tambah pintar. Aku bisa membaca huruf setelah mencium
bunga!”
Ma Roo memandang tak
percaya. Mi Sook kecil lalu menyebutkan huruf dengan cepat bahkan ia
juga menyebutkannya secara terbalik dari belakang dulu seperti yang
pernah ia sebutkan di depan Dong Joo.
Karena cepat Mi Sook kecil ngos-ngosan, Ma Roo tertawa ringan melihatnya.
“Kakak kau tersenyum!” ucap Mi sook kecil.
Ma Roo langsung kembali jaim, “Mana? Kapan? kenapa kau cerewet sekali?”
Mi Sook kecil : “karena kau tak bicara jadi aku harus bicara dua kali lipat. Ciumlah bunganya harumkan!”
Ma Roo : “Apa enaknya. Baunya seperti kotoran semut!”
Mi Sook kecil tertawa, “Kotoran semut? Kau bilang kotoran semut. kotoran semut!”
Ma Roo : “Apanya yang lucu?”
Mi
Sook kecil : “Sangat lucu. Kotoran sapi, kotoran kuda, kotoran anjing,
kotoran bebek. Aku sudah pernah menciumnya kecuali kotoran semut.
Kakak, apa kau sudah pernah melihat kotoran semut? Sudah pernah menciumnya? Bagaimana baunya?”
Ma Roo : “Bukankah sudah kukatakan sama seperti bau bunga ini!”
Mi Sook kecil : “Pembohong. Bagaimana kotoran bisa bau seperti bunga?”
Ma Roo : “Bukan kotoran bau seperti bunga, tapi bunga bau sepeti kotoran. Buang saja!”
Mi Sook kecil mendorong bunga ke arah Ma Roo. Ma Roo langsung menutup hidungnya, “Sudah kubilang baunya seperti kotoran!”
Sementara di luar para orang tua
menguping. Young Kyu senang Ma Roo tersenyum walaupun ia tak melihatnya
langsung. Nenek meminta Young Kyu jangan berisik.
Akhirnya Ma Roo mengalah ia menerima
bunga pemberian Mi Sook kecil dan menaruh di meja belajarnya, “Apa kau
senang? Jadi sekarang pergi! Oppa akan belajar!”
Mi Sook kecil heran, “Oppa? Ohh dulu kau melarangku memanggilmu Oppa!”
Ma Roo salah tingkah, “Kapan? kapan?”
Mi Sook kecil senang dan bernyanyi, “Kau jadi kakak. Kau jadi kakak!”
“Berisik. Pergi! Pergi!” ujar Ma Roo.
Nenek yang menguping berkata kalau Mi
Sook kecil itu pasti penyihir, “Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat
semua orang terpesona padanya!”
Mi Sook kecil melihat jam tangan yang
dipakai Ma Roo, “Jam tanganmu bagus sekali!” Ma Roo langsung menutupi
jam tangan dengan lengan bajunya.
Mi Sook kecil ingin melihatnya, ia menarik tangan Ma Roo dan menyenggol vas bunga dan membuat vas itu pecah.
Ma Roo mendorong Mi Sook kecil supaya menjauh dari pecahan vas, “Minggir kau akan terluka!”
Ma Roo melihat kaca jam tangannya juga pecah. Mi Sook kecil tak enak hati, “Kakak jam tanganmu?”
Ma Roo mulai membentak, “Itulah sebabnya kubilang jangan main-main di sini!”
Para orang tua masuk, Nenek
marah dan menepuk Mi Sook kecil, “Bukankah sudah kubilang jangan membuat
kekacauan!” Young Kyu berusaha melindungi Mi Sook kecil.
“Ini
salahku!” Mi Sook kecil berniat membereskan pecahan kaca vas bunganya.
Young Kyu melarang ia yang akan membersihkannya. Mi Sook mencegah
suaminya dan ia yang akan membersihkannya.
Karena berebut akan membersihkan, Ma Roo tambah marah dan mengusir semuanya.
Nenek memarahi Ma Roo, “Kenapa kau menyalahkannya hanya karena jam tangan? Dia cuma ingin melihat!”
“Tidak. Jam tangan kakak pecah!” sahut Mi Sook kecil.
Mi Sook ingin melihat jam tangan yang
pecah tapi Ma Roo menepis tangan ibu barunya ini. Spontan tangan Mi sook
menyangga tubuhnya agar tak jatuh tapi telapak tangannya mendarat di
pecahan Kaca vas.
Telapak tangan Mi Sook berdarah.
Nenek menabok Ma Roo, “Anak nakal. Berikan padaku, benda itu tak berguna!”
Ma Roo : “Benda tak berguna apa? Memangnya Nenek pernah membelikan benda seperti ini?”
Nenek
menaboki Ma Roo, “Apa? Dasar anak nakal. Keterlaluan. Kenapa kau tidak
pernah puas? Memangnya kenapa kalau aku tak pernah membelikanmu jam
tangan?”
Ma Roo kesal, ia berteriak, “Kalian berhenti. Kalian akan membuatku gila!”
Ma Roo langsung lari keluar rumah. Young Kyu mengejarnya.
Choi Jin Chul yang berada di dalam mobil melihat Ma Roo lari keluar rumah.
“Ma Roo, Ma Roo!” teriak Young Kyu. Ia meminta Ma Roo jangan marah, “Aku minta maaf!”
Ma
Roo membentak, “Ayah minta maaf? Kenapa kau jadi ayahku? Kenapa
perempuan itu ibuku? Kenapa aku? Kenapa harus aku yang hidup seperti
ini? Kenapa bukan orang lain? Tapi aku? Apa salahku sampai aku harus
hidup seperti ini? Apa bisa kau menjawabnya? Apa kau mengerti apa yang
kukatakan?
Young Kyu bingung tak tahu harus menjawab apa, ia hanya menepuk dahinya. Ma Roo langsung lari.
Ma Roo duduk di jembatan sungai. Ia menatap jam tangannya yang pecah.
Young Kyu mengawasinya dari jauh.
Ma Roo berdiri dan melempar jam tangannya juah-jauh ke tengah sungai.
Sementara di rumah sakit Cha Dong Joo masih terbaring dengan nafas yang kian melemah.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment