Joon Ha meminta Woo Ri mengungkapkan
semua yang ingin dikatakan untuk Ma Roo. Awalnya Woo Ri merasa tak enak,
tapi kemudian ia menuruti saran Joon Ha.
Woo Ri mengatakan semua isi hatinya tentang Ma Roo, Joon Ha terharu sampai hampir menangis.
Setelah Woo Ri selesai mengungkapkan isi hatinya, ia pun pamit akan pulang tapi Joon Ha memanggilnya, “Woo Ri-ah!”
“Maafkan
aku!” ucap Joon Ha. Woo Ri terkejut mendengar Joon Ha mengatakan ini.
Ia kembali menatap Joon Ha dengan air mata yang masih berlinang.
“Maafkan aku Woo Ri!” Joon Ha kembali
mengucapkannya dengan mata berkaca-kaca, “Aku sedang menggantikan Ma
Roo. Karena aku sudah mendengarmu bicara pada Ma Roo, sekarang aku akan
bicara sebagai Bong Ma Roo. Kakakmu mungkin akan menjawab seperti ini
‘maafkan aku’ aku tak bisa berkata-kata apapun selain.... selamat
tinggal!”
Joon Ha langsung kembali ke mobil dan tancap gas meninggalkan Woo Ri seorang diri.
Sambil pergi Joon Ha masih sempat
melihat Woo Ri melalui kaca spion mobilnya. Mata Joon Ha berkaca-kaca,
kemudian ia memasang headseat dan menelepon ibunya. Ia meminta ibunya
jangan tidur dulu dan menunggunya. Ia akan membawakan es krim. Tatapan
mata Joon Ha masih sedih setelah mendengar ucapan dari Woo Ri tadi.
Ny Tae sudah berada di ranjang akan
segera tidur ia merasa heran. Suaminya yang berada di ranjang sebelah
bertanya ada apa. Ny Tae menjawab bukan apa-apa dan menyuruh suaminya
tidur saja.
Ny Tae segera keluar kamar dan
naik ke kamar Dong Joo. Ia membuka koper milik Joon Ha. Ia melihat di
sana ada sarung tangan dan bola base ball. Ia juga melihat berkas
presentasi kedokteran Joon Ha.
Young Kyu asyik menggambar ketika Woo
Ri sampai di rumah. Seung Chul ngomel-ngomel kenapa Woo Ri terlambat
pulang, “Kau tahu jam berapa ini?”
Young
kyu meminta jangan berisik dan memperlihatkan gambar barunya. Tapi
Seung Chul terus ngomel, “Anak gadis pulang selarut ini. Apa yang kau
lakukan?”
Young kyu kembali meminta Seung Chul jangan berisik karena Nenek baru tidur.
“Paman dia tidak pulang naik bus!”
ucap Seung Chul. Ia sudah menunggu Woo Ri di halte bus tapi Woo Ri
datang dari arah yang berlainan, “Dan dia juga tidak naik taksi!”
Woo Ri berkata pada ayahnya kalau ia akan menjelaskannya besok, ia sudah lelah dan mau tidur.
Seung
Chul masih penasaran siapa yang mengantar Woo Ri. Woo Ri menjawab yang
mengantar adalah pacarnya Min Soo. Woo Ri langsung masuk kamar. Seung
Chul tak tahu, “Siapa dia?”
Woo Ri jongkok bersandar di pintu
kamarnya. Ia menatap jam tangan Ma Roo dan teringat ucapan Joon Ha tadi,
“Maafkan aku Woo Ri. Aku yakin seperti itulah jawaban Bong Ma Roo!”
Woo Ri menerima sms dari Kim Bi
yang mengatakan kalau pimpinannya ingin bertemu dengan Bong Young Kyu
dan Woo Ri dan meminta keduanya datang besok.
Woo Ri membuka pintu kamarnya sedikit, ia melihat ayahnya tengah menggambar sangat serius. Woo Ri membalas sms Kim Bi.
Dong Joo melatih cara penyampaian
untuk presentasi dalam rapat. Ia juga memainkan kantunngnya. Setelah
selesai bicara ia melihat ke laptopnya dan apa yang ia katakan mucul di
sana.
Dong Joo mendapat sms dari Kim Bi yang mengatakan pertemuan dengan Young Kyu dan Woo Ri besok sudah disiapkan.
Dong Joo menekan panggilan cepat No 1,
“Bong Ma Roo. Jang Joon Ha. Apa kalian di sana? kau harus meninggalkan
ketiak ibu, besok kau harus pergi denganku!”
“Ayo makan!” teriak Dong Joo menghampiri ikan-ikan di aquariumnya dan segera memberi mereka makan.
Dong Joo memperhatikan ikan-ikan berenanag kesana kemari. Ia juga menirukan mimik mulut ikan.
Joon Ha makan es krim dengan ibunya.
Ny Tae berkata kalau ini mengingatkan dirinya akan masa lalu, “Ketika
Dong Joo berada dalam masa sulit kita sering makan es krim lalu sakit
perut. Keduanya tertawa bersama.
Joon Ha menyendokkan es krim
untuk ibunya dan berkata kalau hari ini ia teringat ibunya, bahkan
ketika di konferensi para dokter, “Kalau tak ada ibu apa yang akan
terjadi? Apa yang bisa kulakukan sekarang?” Ny Tae berkata kalau ia
merasa beruntung bisa mendapatkan anak seperti Joon Ha.
Joon Ha : “Kata-kata ‘kau beruntung’ ibu pernah mengatakan itu padaku. Kata-kata itu enak didengar, aku merasa tersanjung!”
Ny Tae selalu merasa kagum
setiap melihat Joon Ha, “Bukankah aku dan Dong Joo sudah merasa
terhibur? Setiap kali ibu menyerah dengan keadaan Dong Joo hati ibu
serasa di tepi jurang ‘ayo kita terjun dan mati bersama’ Tapi karena
kau, aku tak seperti itu. kau sudah menolongku dan Dong Joo!”
Joon Ha terharu mendengarnya,
“Ibu. Apa ibu tahu kenapa aku menyukai ibu? Ketika bersama ibu aku
selalu merasa seperti anak yang baik dan pintar. Itulah kenapa saat
terbaiku adalah ketika bersamamu!”
Presdir Choi mengintip dari luar kamar
dan Ny Tae melihatnya, ia bergumam dalam hati. “Kenapa suamiku? Apa kau
mencari keturunanmu? anakmu ini akan selalu berada di bawah
bayang-bayangku dan Dong Joo!”
Presdir kesal melihat keakraban keduanya.
Young kyu kelelahan menggambar dan
sampai ketiduran. Nenek kaget melihat putranya tidak tidur di kamar.
Nenek membangunkannya. Apa sudah pagi tanya Young Kyu. Nenek ingin tahu
Young Kyu menggambar apa semalaman. “Bukankah ibu yang menyuruhku
menggambar supaya Ma Roo pulang?” Ucap Young Kyu.
Woo Ri membenarkan, mulai sekarang
ayahnya menggambar saja dan undangan dari Presdir kosmetik kita tak usah
datang. Nenek tak setuju. Woo Ri berkata kalau Presdir semua perusahaan
itu pasti jahat dan menakutkan. “Tapi Woo Kyung lebih menakutkan!”
sahut Nenek. Young kyu terkejut mendengar nama Woo Kyung dan meminta
jangan menyebutnya lagi. Woo Ri mengatakan kalau Presdir dari perusaahn
kosmetik ingin menemui ayahnya hari ini. Young kyu bingung ia harus
menemui orang ini dan mengucapkan terima kasih.
Seung Chul datang dengan setelan jas
yang rapi dan mengajak Woo Ri menjual mobil. Young kyu mengamati celana
yang dipakai Seung Chul terlalu ketat. Seung Chul menjelaskan kalau
model pakaiannya memang seperti ini. Woo Ri meminta Seung Chul memakai
pakaian yang nyaman saja.
Seung Chul masih penasaran siapa itu
Min Soo dan siapa pacarnya Min Soo, “Kalau kau seperti ini kau tak akan
ku nikahi!” Nenek ikut menyahut, “Siapa yang mau menikah denganmu?” Woo
Ri teriak ia tak sudi menikah dengan Seung Chul.
Seung Chul berkata kalau Young Kyu
juga tahu, “Dulu Woo Ri bilang mau menikah denganku!” Woo Ri tanya kapan
ia mengatakan itu. Seung Chul langsung merangkul Woo Ri, “Kita serasi
kan?”
“Anak brengsek!” Seung Chul
langsung menerima tabokan dari Nenek, “Kau mau cari gara-gara dengan
cucuku. Dia sudah kubesarkan menjadi cantik seperti ini mana mungkin
kuserahkan padamu!”
Dong Joo keliling taman melihat para
pekerja. Ia melihat Woo Ri dan ayahnya tengah bercanda. Young kyu
mengenakan masker di wajahnya. Dong Joo tersenyum melihat keduanya.
Woo Ri berbisik ke ayahnya, “Ayahku hari ini tak bisa kerja jadi ku andalkan kalian!”
Dan Jreng... masker pun dibuka. Paman Lee berkata tak usah khawatir tapi kalau musim bola tiba Woo Ri yang mengerajakan.
Woo
Ri mengatatakan ia ada janji jam 12 untuk bertemu dengan orang dari
perusahaan kosmetik dan jam 4 ia akan kembali. Paman Lee kembali
mengenakan maskernya.
“Tuan Bong Young Kyu!” panggil Manajer Taman. Woo Ri dan paman Lee panik.
“Hallo apa kabar!” sahut Paman Lee mengikuti logat dan gaya Young Kyu.
Manajer heran kenapa badan Young Kyu
jadi bengkak (hahahah) Woo Ri berkata kalau ayahnya sedang terkena flu
jadi dia memakai pakaian yang tebal. Paman Lee ngoceh, “Obat flu
harganya 500 won 500 won!” dan kembali bertingkah seperti Young kyu.
Manajer merasa aneh dan meminta Young Kyu ikut dengannya. Paman Lee dan
Woo Ri tambah panik.
Manajer memanggil dengan suara keras.
Paman Lee langsung berdiri, “Aku akan ke sana dan bekerja keras!” Paman
akan pergi ke arah sebaliknya dari Manajer. Manajer kesal, Paman Lee
bertingkah seperti Young Kyu yang kebingungan. Ia menepuk dahinya
beberapa kali lalu lari. hahahaha Manajer marah dan teriak, ia menendang
kantong sampah membuat sampah berserakan. Woo Ri langsung
membersihkannya.
Dong Joo masih memperhatikan dan Young
Kyu tiba-tiba datang dan sudah berada di belakangnya. “Kau orang yang
bukan Ma Roo!” sahut Young Kyu. Dong Joo tak menyadari Young Kyu berada
di belakangnya.
Young Kyu langsung berdiri di depan
Dong Joo dan membuat Dong Joo terkejut. Young kyu langsung memberi
hormat, “Apa kabar?” Dong Joo bingung yang ia tahu Young kyu lari ke
arah sana tapi tiba-tiba ada di belakangnya.
Young Kyu mengajak Dong Joo melihat
pohon yang di beri nama Mi Soon. “Senang bertemu denganmu!” Young kyu
menyapa dan memberi hormat pada bunga Mi Soon. Young kyu mempersilakan
Dong Joo memperkenalkan diri. Dong Joo bengong tapi kemudian ia
mengikuti apa yang dilakukan Young kyu tadi.
Young kyu memperkenalkan dirinya, “Namaku Bong Young Kyu!”
“Namaku Cha Dong Joo!” Keduanya memberi hormat sambil jongkok.
Young
Kyu berkata kalau ia harus naik bus ke Seoul jadi tak bisa lama-lama
disini dan bertanya bisakah bertemu lagi setelah tidur malam.
“Ya kita akan bertemu lagi setelah tidur malam!” sahut Dong Joo.
Young kyu menunjuk dimana Woo Ri
berada, “Dia menungguku disana. Orang yang bukan Ma Roo ehh bukan ...”
Young kyu masih belum ingat nama Dong Joo.
“Cha Dong Joo!” Dong Joo menyebut namanya.
“Ya Tuan Cha Dong Joo selamat tinggal!” ucap Young Kyu. Ia juga memberi hormat pada bunganya.
Young Kyu lari-lari ssmbil menghafal nama Dong Joo, “Cha Dong Joo, Cha Dong Joo, Cha Dong Joo!”
Woo Ri lari terburu-buru. Langkahnya tiba-tiba terhenti tepat dimana Dong Joo duduk melamun sendiri.
Woo Ri menghampirinya pelan-pelan, “Siapa yang kau tunggu?” tanya Woo Ri mengagetkan Dong Joo.
Dong
Joo langsung melepas earphonenya. Woo Ri meminta tak usah melakukan
itu, “Karena aku yakin kau bukan kakakku. Kalau ayahku bilang bukan
pasti bukan!”
“Tapi...” Woo Ri mendekatkan wajahnya, “Kau sedang memata-matai Woo Kyung kan?”
Woo Ri kembali menjauhkan diri ia bisa menebaknya walaupun ia tak tahu IQ-nya berapa tapi matanya 100% akurat.
“Aku bukan mata-mata!” Ujar Dong Joo.
Dong joo melihat majalah mobil yang dibawa Woo Ri. Woo Ri senang dan
bertanya apa Dong Joo tertarik dengan mobil.
Dong Joo : “Mobil Gu Hwa?” Dong joo menggeleng.
Woo Ri : “Bukan bukan maksudku Cha Dong Cha (mobil)!”
Dong Joo bangkit dari duduk ia
mendekatkan wajahnya ke wajah Woo Ri. Woo Ri mematung, “Apa ada orang
lain yang bernama Cha Dong Cha?” tanya Dong Joo.
Woo Ri memundurkan wajahnya. Dong Joo langsung pergi.
Woo Ri berusaha menarik Dong Joo untuk
membeli mobil lewat dirinya, “Kalau kau punya waktu bagaimana kalau
kita minum teh sama-sama!” Ia memperlihatkan gambar mobil yang
dibawanya, “Ini mobil hebat warnanya bagus. Warnanya hanya ada di negara
kita!”
Dong Joo tak tertarik dan
akan langsung pergi tapi Woo Ri tak melepaskan begitu saja. Ia terus
berusaha menarik minat Dong Joo untuk membeli mobil.
“Bukankah waktu itu kau
mengendarai sepeda? mobil ini cocok untukmu. Untuk kau yang sehat, kuat
dan pintar mobil ini cocok untukmu. Kecepatannya 100 mil perjam ini yang
terbaik untukmu!”
Dong Joo melihat jamnya dan berkata kalau ia sibuk.
Karena itu belilah mobil dariku!” ucap
Woo Ri. Kalau Dong Joo setuju ia akan mengantar secepat mungkin. “Aku
penjual mobil tercepat di perusahaan. Kakiku secepat kilat!” Woo Ri
memperagakan kakinya cepat bergerak kesana kemari. Dong Joo tersenyum
memandangnya lalu pergi. Woo Ri sewot tawarannya diabaikan begitu saja.
Woo Ri terus berusaha, kalau tidak bisa hari ini bisakah ia menghubungi Dong Joo lain waktu. “Berapa nomor teleponmu? Namamu?”
Woo Ri belum tahu kalau ini Dong Joo. Woo Ri tahu Dong Joo lewat ponsel tapi belum bertemu langsung mengenalkan nama.
Woo Ri meminta nama Dong Joo. Dong Joo langsung mangambil kunci dan menyalakan mobilnya.
Woo Ri terkejut kalau Dong Joo sudah memiliki mobil. Dong Joo menggumamkan 'kotoran semut' pelan.
“Kotoran semut!” umpat Woo Ri kesal.
“Kotoran sapi kotoran kuda kotoran anjing kalau sudah punya mobil kenapa
tidak bilang dari tadi dasar kotoran semut!”
Dong Joo menatap Woo Ri yang masih kesal melalui spion mobilnya dan ia hanya tertawa melihat tingkah lucu Woo Ri.
Presdir Choi melihat pakaian yang
dipakai istrinya. Ny Tae mengatakan kalau ia dan Joon Ha akan olah raga.
Kata Joon Ha penyakit insomnianya karena kurang olah raga. Menyenangkan
memiliki anak seorang dokter.
Presdir meminta istrinya
berhenti memanggil Joon Ha dengan sebutan anak, “Dia membuatku tak
nyaman usir dia dari sini! Kenapa anak itu ada disini padahal Dong Joo
tak ada di sini!”
Ny Tae berkata
itu karena ia ingin Joon Ha menemani dirinya, lagi pula suaminya tak
pernah menawarkan diri untuk menemani dirinya.
“Pelihara saja seekor anjing!” sahut
Presdir Choi, karena menurutnya caranya Joon Ha menempel pada istrinya
sudah seperti anjing.
Ny Tae : “Apa maksudmu?”
Presdir
Choi : “Anak itu selama dia kuliah kedokteran di Amerika dia juga
belajar manajemen keuangan. Apa maunya dia? Jelas-jelas dia menginginkan
hartamu. Aku kenal betul orang-orang seperti itu. Jangan mudah percaya
orang, nanti kau akan menyesal!”
“Ibu!” Tiba-tiba Joon Ha masuk tanpa
mengetuk pintu. Ia tak tahu kalau Presdir Choi masih ada di sana. Ia
mengira kalau Presdir Choi sudah berangkat kerja. Presdir menatap marah
atas sikap Joon Ha yang kurang sopan padanya.
Ny Tae menyuruh Joon Ha menunggunya di luar sebentar.
Presdir Choi marah, “Dia sudah berani masuk kamar seenaknya bagaimana caramu mengajarinya?”
Ny Tae mulai membandingkan Joon Ha
dengan Shin Ae, “Kau tak mempercayai Shin Ae dan melarangku bergaul
dengannya. Tapi selama ini kita bersamanya dan baik-baik saja. Joon Ha
juga seperti itu, jangan asal menuduh dia anak yang baik sama seperti
Shin Ae!”
Joon Ha berada di kamar ia memandangi foto Dong Joo kecil bersama Presdir Choi.
Plukkkk
ada yang mendarat di tubuh Joon Ha. Ia berbalik dan dilihatnya Dong Joo
nyengir setelah melempar kantung kacang ke arahnya.
Dong Joo mamungut kantungnya dan
bertanya kenapa Joon Ha tak meneleponnya. Joon Ha tak menjawab ia hanya
menunjukan tampang kesalnya. Dong Joo heran, “Apa kau sudah punya
pacar?” Joon Ha tak mempedulikan ucapan adiknya.
Dong
Joo : “Hyeong! Aku mau minta tolong. Proyek kosmetik itu, aku harus
bertemu seseorang bisakah kau menggantikanku?” (menggantikan Dong Joo
bertemu dengan Woo Ri dan Young Kyu)
Joon Ha : “Aku sudah bilang tak mau bertemu mereka. Kenapa kau masih menemui mereka? Apa yang kau harapkan dari mereka?”
“Apa kau sudah tahu?” Dong Joo menyadari sesuatu pasti Kang Min Soo yang mengatakannya pada Joon Ha. “Hyeong, Ini demi kau!”
Joon Ha : “Kalau mau bertemu mereka
kau saja tapi jangan lupa katakan namamu Cha Dong Joo karena aku
penasaran bagaimana reaksi mereka.”
Dong Joo berkata kalau Woo Ri masih mengingat dirinya sebagai pianis.
Joon
Ha bertanya ketus, “Apa kau pikir itu saja yang dia ingat?” Ia kemudian
meninggikan suaranya, “Ibunya meninggal terbakar di pabrik Woo Kyung!”
Dong Joo terkejut memperhatikan apa yang dikatakan kakaknya.
Joon Ha : “Haruskah aku memakai
kata-kata yang sederhana. Ayah ibumu dibunuh oleh Choi Jin Chul, ayahmu.
Ayahmu ketakutan pabriknya akan musnah terbakar. Dia menutup semua
pintu dan ibunya terperangkap disana. Dia bahkan memfitnahku dan
keluargaku sebagai penyebab kebakaran. Waktu itu ibumu membawaku pergi
bersamamu karena aku takut pada ayahmu!”
Mata Joon Ha berkaca-kaca, “Bukankah
aku sudah bilang Bong Ma Roo sudah meninggal. Setelah kutinggalkan
keluargaku, bagaimana aku bisa muncul kembali?”
Suara Dong Joo lemah, “Kenapa baru sekarang kau menceritakannya?”
Joon
Ha : “Apa kau pikir aku akan mudah menceritakannya? Aku mau mengubur
dalam-dalam semua masa laluku. Tapi kenapa kau berusaha mengungkapnya!”
Joon Ha menatap tajam Dong Joo,
“Cha Dong Joo, kau putra Choi Jin Chul. Kalau bukan karena kau sudah ku
maafkan, kau sudah kuhabisi!”
Dan Ny Tae mendengar percakapan keduanya.
Joon Ha : “Kau pikir kenapa Woo Kyung
tetap membiarkan keluargaku hidup? Kau mungkin punya kekuatan untuk
balas dendam. Tapi keluargaku hanya bisa meratapinya? Kau sudah
membohonginya? Apa kau senang melihat kegembiraan mereka menerima uang
dari Woo Kyung? Apa itu yang kau sebut menolong mereka? Tapi kau tak
akan mampu menjelaskan pada mereka. Apa sekarang kau sudah mengerti?”
“Kau sudah mengerti!” bentak Joon Ha
Dong Joo duduk lemas, ia tak
tahu apa yang harus dilakukannya. Joon Ha menghampiri Dong Joo menyentuh
pelan tangannya. Tapi Dong Joo menepisnya.
Ny Tae masuk ke kamar, “Kalian berdua apa yang kalian lakukan? Dong Joo kau kenapa?”
Dong Joo menunduk menutup telinganya. Joon Ha berkata kalau mereka terlibat sebuah pekerjaan.
Ny Tae berkata apakah Joon Ha
tahu kenapa ia tak bisa mempercayai Dong Joo. Kalau tahu akhirnya akan
seperti ini lebih baik dulu kita tak usah memulainya. Menyerahlah
mengerti?
Dong Joo dengan kekecewaannya langsung keluar. Joon Ha akan mengejar tapi ibunya meminta membiarkannya saja.
Woo Ri dan ayahnya tiba di Seoul. Keduanya berada di restouran tempat janjian bertemu dengan pemimpin perusahaan Energy Cell.
Woo Ri melihat ayahnya duduk
tegang membawa bunga, ia meminta ayahnya duduk lebih nyaman, “Lepaskan
jaketmu!” Young Kyu menolak karena menurutnya disitu dingin, “Di kebun
rasanya hangat tapi di Seoul rasanya dingin!”
“Apa
kita pulang saja?” tanya Woo Ri. Ayahnya melarang, “Kita harus
mengucapkan terima kasih mereka memberikan uang untuk biaya rumah sakit
ibu dan kita harus memberikan mereka hadiah!”
Woo Ri melihat ayahnya mengangkat dagu
terlalu keatas, “Lama-lama lehermu bisa kram!” Ayahnya beralasan kalau
Nenek menuyuruhnya seperti ini.
“Ayah
ubanmu kelihatan!” sahut Woo Ri. Young kyu spontan tanya sambil
menundukan wajahnya tapi sesaat kemudian ia langsung mengangkat dagunya
lagi, “Aku tak punya uban. Aku tak punya uban. Aku mau Ma Roo
memanggilku ayah bukan kakek!”
Woo Ri menunjukan sesuatu dan meminta
ayahnya menundukan sedikit kepalanya. Young Kyu hanya melirik sedikit.
Woo Ri akan mengecat rambut ayahnya sedikit, “Bagaimana nanti kalau Kak
Ma Roo tak mengenalimu?” Young Kyu langsung menundukan kepala membiarkan
Woo Ri mengecat rambutnya.
Dong Joo sudah tiba di sana. Ia hanya melihat Woo Ri dan Young Kyu dari mobil.
Joon Ha mandi ia melamun memikirkan kata-kata Woo Ri yang ditujukan untuk Ma Roo yang juga ditujukan untuk dirinya.
Panggilan cepat nomor 1 Dong Joo,
“Hyeong. Karena tak mendengarkanmu dan membuat kekacauan aku minta maaf.
Tapi tolong aku sekali ini saja. Tidak, kau sudah menolongku dimasa
lalu. Kali ini tolong aku sekali lagi.
Dong Joo menatap Woo Ri yang masih berada di dalam restouran, “Bong Woo Ri apa kau mengenal suaraku sekarang?
Kami sudah bertemu beberapa kali
itulah kenapa kau harus menolongku. Katakan padanya jangan menolongku,
alamatnya di restouran...
Tertulis jawaban di ponsel Dong Joo, besok adalah hari H fokus pada pekerjaanmu.
Ternyata yang menjawab telepon Dong Joo, Ny Tae bukan Joon Ha.
Dong Joo : “Ini kesalahanku tapi
kita harus menghadapi ini karena aku tak mau mengecewakan siapapun.
Tidak.. dari pada membencinya lebih sulit untuk menjelaskannya. Hanya
satu orang yang bisa menjelaskan pada ibu. Tidak ada yang lain kecuali
kau. Hindari saja pembicaraan tentang Woo Kyung katakan saja ada orang
yang mencari masalah!”
Ny Tae : “Kenapa harus begitu?
Berikan saja uangnya, selesai. Bukankah sudah kubilang aku tak mau
terlibat? Kendalikan situsinya dan teruskan rencananya!”
Joon Ha keluar dari kamar mandi dan melihat ibunya menjawab teleponnya, “Apa itu Dong Joo?”
Ibunya
berkata kalau mereka harus meneruskan rencana proyek itu, kalau sudah
selesai Joon Ha harus mengambil alih, “Kau tak akan mengecewakan ibu
kan?”
Woo Ri menelepon Kim Bi, “Apa kau tak
ikut datang? Aku tak tahu bagaimana wajah Presdirmu?” Kim Bi menjawab
kalau Presdirnya akan datang menemui Woo Ri, “Apa dia belum datang?”
Woo Ri berkata kalau ia sudah menunggu selama 1 jam dan bertanya apa benar pertemuannya jam 12.
Jreng Dong Joo berdiri dihadapan Woo
Ri. Ia menatap serius, “Aku akan memperkanalkan diri secara resmi. Aku
Presiden Direktur Energy Cell. Namaku Cha Dong Joo!”
Woo Ri bengong, “Apa? Kau siapa?”
“Cha Dong Joo!” ucap ulang Dong Joo. “Aku perwakilan dari Woo Kyung!” dong Joo mengajak woo Ri masuk untuk bicara.
“Tunggu sebentar!” Woo Ri menatap ayahnya yang masih duduk tegak memeluk bunga.
Woo Ri merasa ini membingungkan, “Jadi
kau... Woo Kyung.. Cha Dong Joo. Tidak tidak... Jadi Energy Cell itu di
bawah Woo Kyung? Bukankah katanya bukan di bawah Woo Kyung? Aku tak mau
kalau kalian dari Woo Kyung!”
Dong Joo : Kenapa?
Woo Ri : “Apa maksudmu kenapa? Kalau kau Cha Dong Joo tanyakan pada ayahmu. Tapi apa kau benar-benar Cha Dong Joo?”
Dong Joo memotong ucapan Woo Ri, “Jadi
kau benar-benar tak mau menjualnya pada Woo Kyung? Tapi kau sudah
menerima uang kontraknya!”
Woo Ri membenarkan itu tapi ia juga sudah menyebutkan syaratnya. Ia tak mau bertransaksi dengan Woo Kyung.
Dong Joo tahu itu dan itu adalah kesalahannya. Ia memerlukan lukisan itu makanya ia berbohong.
Woo Ri : Apa?
Dong Joo : “Jadi apa kau benar-benar tak mau?”
Woo Ri : “Benar kalau itu Woo Kyung. Tapi apa kau benar-benar Cha Dong Joo...?”
Dong
Joo kembali memotong ucapan Woo Ri, “Aku mengerti. Kalau begitu aku tak
akan membuang-buang waktu. Tidak apa-apa kalau kau tak mengembalikan
uang kontraknya. Dan kita tak perlu bertemu lagi!”
Dong Joo langsung pergi Woo Ri
berusaha mengejarnya. Young Kyu melihat putrinya berada di luar. Ia
menggedor kaca restouran. Woo Ri mengerti ia akan kembali masuk ke
dalam. Tapi ia juga perlu mengejar Dong Joo.
Dong Joo langsung masuk mobil dan tancap gas.
Dong Joo sampai di rumah ia menahan kekesalan dan kekecewaannya.
Seung Chul berusaha dekat-dekat dengan
Nenek yang tengah mengupas kulit daun bawang, “Nenek kenapa kau
membenciku?” Nenek meminta Seung Chul menyingkir dan jangan
mengganggunya. Seung Chul terus merayu, “Kau tak benar-benar membenciku
kan?”
Bibi Lee tiba dan bertanya pada anaknya mana ayah Seung Chul. Ia mengeluh memasak ayam sendiri, mengantar ayam sendiri seharian.
Seung
Chul mengacuhkan ibunya dan memberi usul pada Nenek bagaimana kalau
pergi ke rumah sakit untuk melepas gips yang ada di tangan Nenek.
Nenek senang mendengarnya, karena ia sudah dibuat gila oleh gips itu dan tangannya sudah gatal.
Bibi Lee emosi melihat putranya,
“Bukankah kau akan menjual mobil? kenapa masih di rumah?” Bibi Lee
menarik paksa putranya, tepat saat itu Woo Ri dan ayahnya sampai di
rumah.
Nenek tanya apa urusannya sudah
selesai. Young kyu menjawab ia tak tahu, “Dia tak muncul mungkin
tersesat!” Young kyu kecewa padahal ia ingin memberikan hadiah bunga
yang ia bawa. Ia akan segera ganti pakaian dan berangkat kerja.
Nenek penasaran, jauh-jauh ke
Seoul tapi tak bertemu. Woo Ri membenarkan. Ia tak bisa mengatakan pada
keluarganya kalau yang membeli lukisan itu dari pihak Woo Kyung. Woo Ri
langsung masuk kamar.
Seung Chul sampai lagi di lantai 2 dan langsung berdiri di depan kamar Woo Ri.
Di dalam kamar Woo Ri teringat ketika Dong Joo memperkenalkan diri sebagai Cha Dong Joo perwakilan dari Woo Kyung.
Min Soo dkk sampai dikediaman Dong Joo. Min Soo keluar dari mobil dan menerima telepon dari Woo Ri.
Min Soo tanya lebih dulu apa Woo Ri
sudah bertemu dengan kakaknya. Woo Ri menjawab belum. Min Soo merasa
aneh karena bos-nya bilang mau mencarikan Ma Roo.
Woo Ri heran, “Bos? Eonni siapa bos-mu?”
“Cha Dong Joo!” jawab Min Soo.
Woo Ri terkejut mendengarnya. Min Soo
berkata bukankah Woo Ri sudah menjual lukisan itu agar Dong Joo membantu
mencarikan Ma Roo.
Woo Ri : “Jadi dia membohongiku? Eonni apakah maksudmu Cha Dong Joo itu adalah anak dari Presdir Woo Kyung?”
Seung Chul langsung masuk dan merebut ponsel Woo Ri, “Mana si Cha Dong Joo brengsek itu?” bentak Seung Chul.
Seung Chul buru-buru ingin melabrak
Dong Joo tapi Woo Ri menahannya dan ia yang akan kesana sendiri. Seung
chul melarang Woo Ri ke sana. “Kau tak tahu bagaimana orang-orang Woo
Kyung di sana?”
Woo Ri
mengingatkan Seung Chul jangan pernah menyebut nama Woo Kyung di rumah.
Kalau ayah dan Nenek mendengar ia tak mau menemui Seung Chul lagi.
Seung
Chul luluh dengan ancaman Woo Ri dan meminta pergi ke sana bersama. Woo
Ri bersikeras kalau ia harus memastikannya sendiri.
Joon Ha bersiap dengan pakaian rapi.
Ibunya tanya mau kemana. Joon Ha berkata kalau mereka semua berkumpul di
tempat Dong Joo mengecek rencana untuk terakhir kalinya.
Ny Tae menawarkan pergi bersama, tapi Joon Ha menolak karena kalau ibunya ikut pergi Dong Joo akan merasa tak nyaman.
Ny
Tae mengingatkan Joon Ha tak boleh terlalu stres, “Kalau Dong Joo tak
mau mendengarkanmu pukul saja dia. Kau kan kakaknya?” Joon Ha menjawab
kalau ia akan melakukan itu.
Kim Bi sudah menekan bel beberapa kali
tapi tak ada yang membukakan pintu. Min Soo juga kesal karena Dong Joo
tak mengangkat teleponnya.
Young Kyu tiba di rumah Dong Joo dan meminta semuanya tak boleh mendekati rumah itu.
“Paman apa kau bekerja disini?” tanya Min Soo yang masih ingat dengan Young kyu.
Young
Kyu mengamati wajah Min Soo kemudian ia menutup mulutnya, “Kuntilanak!”
Min Soo merasa kalau hari ini ia tak memakai make up, “Lihatlah! aku
tak seperti hantu kan?”
“Benar, tapi apa hantu juga suka bunga?” Tanya Youmg kyu. Min Soo menjawab tentu saja ia sangat menyukai bunga.
“Boss!!” teriak Kim Bi melihat Dong Joo datang.
Young kyu langsung lari menghampiri
Dong Joo dan memberi hormat, “Aku mau bertemu denganmu setelah satu
malam, tapi aku tak sibuk setelah kembali dari Seoul. Apa kau mau aku
bermain denganmu?”
Dong Joo diam
saja. Young Kyu melanjutkan kalau di sebelah sana ada bunga yang menutup
matanya pada malam hari. “Apa kau mau pergi melihatnya?”
Dong
Joo tak menjawab ia langsung masuk ke rumahnya. Young kyu meminta
jangan masuk kesana kalau tidak Manajer akan memecat. Ia bingung memihat
orang-orang masuk ke rumah itu.
Dong Joo meminta rekannya santai saja,
ia mengambil kantungnya. ia akan menutup tirainya. Min Soo tanya
bagaimana dengan Woo Ri, “Dia benar-benar kecewa, bukankah kau akan
mencarikan kakaknya?”
Dong Joo tak menjawab pertanyaan Min Soo. Ia mengalihkan ke pembicaraan lain, ia akan mengirimkan rencana proyeknya lewat email.
Min Soo heran rencana proyek baru, kenapa tak pernah bilang. Dong Joo diam saja karena ia memang tak melihat Min Soo bicara.
Min Soo menepuk meja ia kesal karena setiap kali ia bicara Dong Joo tak pernah meresponnya.
Dong Joo : “Apa kau sudah membaca rencananya?”
Bel rumah berbunyi semuanya menatap ke
pintu, Dong Joo melihat arlojinya. Kim Bi tanya apa ia yang harus
membukakan pintunya. Dong Joo melarang dan meminta Kim Bi meneruskan
saja pekerjaannya.
Dong Joo membuka pintu dan Woo Ri berdiri di sana. Dong Joo memasang muka juteknya.
Woo Ri ingin bicara dengan Dong Joo. Tapi Dong Jo berfikir kalau tak ada yang perlu dibicarakan lagi.
Woo Ri : “Kau membohongiku tapi kau adalah Cha Dong Joo
Dong Joo : “Maksudnya? Nona Bong Woo Ri Apa kau berubah pikiran? Apa kau akan menjual lukisannya?”
Woo Ri menggeleng. “Bukan itu tapi aku...”
Dong Joo memotong ucapan Woo Ri, “Kalau tak ada yang perlu dibicarakan pergilah!” Dong Joo langsung menutup pintu dan tirainya.
Woo Ri menggedor pintu, “Hey Cha Dong Joo!” Woo Ri terus menekan bel.
Dong Joo meminta yang lain langsung
memulainya karena mereka sudah tak punya waktu lagi. Tapi mereka semua
terganggu dengan suara bel pintu yang terus ditekan Woo Ri.
“Woo Bi Hyun apa ada yang mau kau tambahkan dalam konsep ini?” Tanya Dong Joo.
Bi Hyun berkata ia ingin perawatan kulit pada make up diperbaiki.
Kim Bi berusaha menyembunyikan wajahnya dari penglihatan Woo Ri di luar. Min Soo menyadarinya dan melihat ke jendela.
Woo Ri memperhatikan semuanya melalui
jendela. Ia melihat kantung yang dulu miliknya masih disimpan Dong Joo
sampai sekarang, ia merasa senang. “Tapi kenapa seakan dia tak
mengenaliku?” Woo Ri tambah kesal ia menggedor jendela dan berteriak.
Min Soo berkata ia tahu kalau Dong Joo
itu tegas tapi mereka tak bisa konsentrasi dan meminta Dong Joo
mengurus Woo Ri terlebih dahulu.
Dong Joo melihat ke jendela di
sana Woo Ri terus menggedor-gedor jendela, “Ini aku kantung itu milikku,
pianika!” ucap Woo Ri memperagakan semuanya.
Dong Joo mengambil remote dan
menutup tirainya rapat-rapat. Ia melanjutkan kata-katanya. Woo Ri terus
berteriak, “Apa kau tak mengenaliku. Hey Cha Dong Joo!”
“Bong Woo Ri benar-benar bodoh!”
sahut Min Soo ia meminta Dong Joo membiarkan Woo Ri masuk. Dong Joo tak
akan melakukannya. Kim Bi menyetujui usul Min Soo. Tapi Dong Joo sudah
memutuskan jadi tak bisa. Dong Joo melihat arlojinya sudah tak ada tanda
bel berbunyi, ia melihat ke arah pintu.
Woo Ri mendesah di depan pintu, “Ini
tak adil!” Ia memukul kepalanya sendiri. “Bodoh bodoh. Ya, Cha Dong Joo.
Dia adalah Cha Dong Joo dari Woo Kyung. Harusnya tidak seperti ini!”
Shin Ae tiduran di kursi, rumahnya
berantakan dan terdengar bel berbunyi. Shin Ae bangun dan melihat siapa
yang datang. Ternyata Presdir Choi, Shin Ae panik. Ia langsung
membersihkannya.
Shin Ae menyiapkan makanan untuk
Presdir Choi. Ia melihat kalau beberapa hari ini ia tak melihat presdir
dan sekarang terlihat sangat berantakan. “Di rumahmu apa kau tak pernah
makan?”
Presdir Choi berkata kalau ia baik-baik saja.
Shin
Ae : “Apa maksudmu? kalau aku bisa aku akan menyuapimu. Aku kasihan
padamu. Begitu banyak bisnis yang harus kau kerjakan. Tapi kau memang
hebat!"
Presdir Choi akan tidur lebih dulu, ia meminta Shin Ae menyiapkan pakaian untuk besok karena ia ada pertemuan penting.
Shin
Ae mengerti dan meminta Presdir Choi makan dulu sebelum tidur, “Bahkan
di rumah pun kau tak bisa istirahat! Kalau aku jadi dia aku pasti sudah
tidur di sofa!”
Presdir meminta jangan membicarakan masalah keluarganya, itu membuat kepalanya menjadi sakit.
Shin Ae tahu itu, “Kau pasti memikirkannya. Dong Joo saja sudah cukup. Joon Ha itu siapa? apa dia masih menginap di rumahmu?”
presdir Choi : “Aku tak mau pulang kalau dia masih di rumahku. Aku muak melihatnya!”
shin
Ae : “Aku juga tak suka dengan tingkahnya. Begitu mudahnya dia
menyentuh Tae Yeon Suk. Dong Joo saja jarang besentuhan dengannya!”
Shin Ae mengira pasti ada sesuatu
antara mereka, “Kalau kau sibuk dan aku tak ada kerjaan, apa kau mau aku
menyelidiki meraka? Kita pasti akan menemukan sesuatu diantara mereka!”
Presdir meminta Shin Aa tak usah repot-repot dan diam saja. Istrinya sudah mencurigai dirinya dan Shin Ae.
Shin
Ae : “Apa yang dicurigainya? Memangnya dia bisa apa dengan hubungan
kita? Lagipula Woo Kyung sudah di tanganmu. Bukankah dengan itu kita
bisa berbuat apa saja terhadap mereka?”
Joon Ha berada di mobil dekat jalan rumah Woo Ri, ia melihat Woo Ri pulang.
Joon Ha langsung keluar dari mobil. Ia bertanya apa Woo Ri punya waktu. Woo Ri heran apa Joon Ha mencarinya.
Woo Ri menawarkan apa Joon Ha
mau ke rumahnya sambil minum teh mereka bisa mengobrol dengan Ayah Woo
Ri. Joon Ha bekata itu tak perlu dan bicara di sini saja.
Joon Ha : “Aku sudah melakukan kesalahan terhadapmu!”
Woo Ri tak mengerti.
Joon Ha : “Lukisan bunga ayahmu aku menyuruh orang membelinya!”
Woo Ri : Apa?
Min Soo tanya apa Dong Joo tak apa-apa. Dong Joo diam saja karena dia tak memperhatikan Min Soo bicara.
Min
Soo menepuk meja, Dong Joo langsung memandangnya, “Apa kau sudah siap
dengan presentasi besok?” tanya Min Soo. Dong Joo menjawab ia sudah siap
hanya tinggal merapikannya saja.
Kebetulan
ia masih disini, apa Dong Joo ingin ia pulang sekarang. “Bagaimana
kalau kita makan di luar? apa kau tahu tempat makan yang enak di sini?”
Dong Joo mengeluarkan kartu
kreditnya, Min Soo cemberut. “Akan kubelikan makanan yang paling mahal!”
ucap Min Soo mengambil kartu kerdit Dong Joo.
“Apa ini?” Min Soo mengambil kantung kacang. Dong Joo langsung merebutnya, “Jangan sentuh itu!”
Woo Ri masih terdiam atas apa yang disampaikan Joon Ha.
Joon
Ha : “Min Soo sangat menginginkannya jadi aku membelinya atas nama
pihak lain. Tapi hal itu membuatku selalu memikirkannya. Kau tak perlu
mengebalikannya karena aku yang melakukan pelanggaran perjanjian!”
“Di sini tempatnya!” sahut Woo Ri.
Joon Ha : Apa?
Woo Ri : “Tempat kau mengatakan
‘maafkan aku’ menggantikan kakakku. Setelah itu aku merasa lega. Rasanya
seperti benar-benar mendapat respon dari Ma Roo. Tapi semuanya menjadi
sia-sia karena akhirnya kurasakan itupun hanya suatu kebohongan! Aku
bertemu Cha Dong Joo. Aku tak tahu apa hubungan diantara kalian, tapi
tolong katakan ini padanya uangnya akan ku kembalikan karena dia sudah
membohongiku tapi aku perlu waktu untuk mengumpulkan kambali uang itu.
Aku tak mau menerima uang dari Woo Kyung, jadi aku akan mengembalikan
uang itu!”
Joon Ha : Bong Woo Ri?
Woo
Ri : “Dan kata-kata ini juga satu lagi, kalau kau mengganggu salah satu
anggota keluargaku aku akan benar-benar marah. Jadi berhati-hatilah!”
Mata Woo Ri berkaca-kaca mengatakan itu semua dan segera pergi.
Dan eng ing eng di sisi jalan Ny Tae melihat Joon Ha menemui Woo Ri. Ny Tae langsung pergi dengan mobilnya.
“Ibu
ibu!” panggil Joon Ha. Woo Ri yang masih belum jauh dari sana
menyaksikan itu. Joon Ha langsung masuk mobil dan mengejar ibunya.
Dong Joo duduk menatap kantung kacangnya, ia mengambil dan menggenggamnya erat-erat. Tanpa terasa air matanya menetes.
Ia teringat kantung itu digunakan oleh Mi Sook kecil untuk memanggil ibunya yang tak bisa mendengar.
Dong Joo menggenggamnya sangat erat
dan brakkk ia melampar kantung kacang itu ke dinding dan membuat isi
kantung itu berhamburan.
Ny Tae sampai di rumah Dong Joo, Joon
Ha terus mengejarnya. Ny Tae menekan bel rumah Dong Joo, “Dong Joo. Cha
Dong Joo!” panggilnya. “Ibu tahu kau di dalam buka pintunya!”
Dong Joo tak beranjak dari duduknya, ia menahan tangis kekesalan dan kemarahan.
Dong Joo langsung berbaring di ranjangnya. Ia berusaha memejamkan matanya.
Di luar rumah Ny Tae terus memanggil putranya tapi Dong Joo segera mematikan lampunya. Ia tak ingin bertemu siapapun.
Ny Tae berkeliling mencari pintu lain yang bisa di buka, tapi sia-sia pintu tertutup rapat. Joon Ha terus mengikuti ibunya.
“Ibu dengarkan aku!” ucap Joon Ha. “Ini bukan membodohi ibu tapi untuk menyelesaikan masalah!”
Ny Tae terus berteriak memanggil dan mengedor pintu rumah. Tak mempedulikan Joon Ha.
“Ibu maafkan aku. Ibu aku salah
dan aku minta maaf!” ucap Joon Ha. Ny Tae tetap tak menghiraukan ucapan
maaf Joon Ha dan terus memanggil Dong Joo.
Joon Ha mengeraskan suaranya, “Dong Joo tak bisa mendengarmu. Hentikan bu!”
“Ibu!” teriak Joon Ha menarik ibunya.
“Lepaskan aku. Kau bukan anakku!” Ucap Ny Tae. “Kembalilah ke rumahmu, kau bukan anakku!”
Joon Ha terkejut mendengar ibunya
mengatakan itu, ia menyadari kesalahannya. Ia langsung berlutut seperti
yang ia lakukan dulu ketika meminta pertolongan pada Ny Tae.
Joon Ha : “Maafkan aku, Bu!”
Ny Tae : “Jangan katakan seperti itu. Kau bukan anakku!”
Mata
Joon Ha berkaca, “Ibu. Ibu maafkan aku. Ibu!” Air mata Joon Ha mulai
menetes, “Ibu maafkan aku!” Joon Ha terus berlutut dan menangis.
Rumah Dong Joo gelap hanya ada
sedikit sinar yang menerangi. Dong Joo sendiri masih berada di kamar
memejamkan matanya tapi ia belum tertidur.
Woo Ri mengambil pianika ia ragu akan ia apakan pianika itu.
Dong Jo berjalan di bawah
remang-remang sinar di rumahnya. Ia kembali ke tempat di mana ia
menghancurkan kantung kacangnya. Ia mulai memunguti isi kantung itu satu
persatu.
Woo Ri masuk kamar Nenek dan melihat
ayahnya masih tertidur. Nenek meminta Woo Ri jangan berisik karena Young
Kyu semalam begadang dan baru saja tidur.
Nenek mendesah, “Betapa memalukannya tak memiliki kemampuan berfikir. Hidup hanya untuk makan, kerja, lalu meninggal!”
Woo Ri meyakinkan kalau ia akan kerja keras, “Jadi bisakah ayah berhenti dari pekerjaannya?”
Nenek
tak setuju, kenapa tak kau suruh saja dia mati. Ia tak bisa
melakukannya. Dia hidup seperti ini karena dia sangat merindukan ibu Woo
Ri.
Tiba-tiba ponsel Young Kyu berdering, dengan segera Woo Ri mengambil ponsel supaya ayahnya tak terganggu.
Woo
Ri mengangkat teleponnya di luar kamar. Manajer Taman menelepon. Woo Ri
berkata kalau ayahnya bekerja semalaman lalu pulang, “Apa? Apa katamu?”
Woo Ri langsung lari menuju rumah Dong
Joo, ia menggedor pintu rumah. “Cha Dong Joo. Buka pintunya, apa yang
ayahku lakukan sampai dia dipecat?”
Woo Ri menekan bel, “Apa hakmu memecat ayahku? Cha Dong Joo!” Woo Ri menangis.
Cha Dong Joo, Jang Joon Ha, Kang Min
Soo dan kawan-kawan (aku nyebutnya golongan muda) berada di kantor Woo
Kyung. Semua melangkah penuh keyakinan.
Rombongan Presdir turun dari
eskalator. Sekertaris Kim berkata pada Presdir kalau ruangan meeting
sudah siap. Presdir heran kenapa mereka meneruskan rencanaanya padahal
ini tak akan berhasil.
Dan bertemulah golongan tua dengan
golongan muda. Kedua kubu saling berhadapan. Golongan muda memberi
hormat pada golongan tua terutama pada Presdir Choi.
Presdri Choi : “Kenapa kau disini?”
Dong
Joo : “Aku akan ikut berpartisipasi sebagai bagain dari Keluarga Tae.
Bukankah anda bertanya kapan kami siap? Sekarang kami siap. Ayo kita
mulai Ayah...!”
Dong Joo merangkul Presdir Choi menuju ruang meeting.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment