Dong Joo tersentak kaget dengan apa
yang dilihatnya. ‘Palm Kiss’ Kakaknya dengan Woo Ri. Melihat itu air
mata Dong Joo menetes dengan sendirinya, “Kakak? Kakak?” Gumamnya pelan
tak percaya.
Woo Ri dan
Joon Ha berpandangan, Woo Ri segera berdiri Joon Ha minta maaf dan
langsung menarik Woo Ri kepelukannya. Joon Ha memeluk Woo Ri sangat
erat, seakan ia tak ingin melepaskan Woo Ri. Dong Joo masih di sana
melihat ini, Joon Ha melihat adiknya. Tapi ia tak melepaskan pelukannya
pada Woo Ri. Dong Joo segera pergi dari sana. Woo Ri ingin melepas
pelukan itu tapi Joon Ha memeluknya erat, Joon Ha menangis.
Dong Joo berjalan tak tentu arah
meninggalkan kediaman Woo Ri. Semakin lama langkahnya semakin cepat, ia
berlari melintasi jalanan malam. Pikirannnya kacau hingga tak menyadari
ada mobil yang melaju di belakangnya. Mobil itu berulang kali
meng-klakson dan karena memang Dong Joo tak bisa mendengar ia tak
menyadarinya.
Dong Joo berhenti
berlari, ia melihat sinar dari belakang (lampu mobil) Dong Joo berbalik
dan terkejut melihat ada mobil di belakangnya dan si supir berteriak
marah, “Apa kau mau mati?” bentak si supir.
Supir keluar dari mobil dan melabrak
Dong Joo yang masih terdiam, “Apa kau mau mati? Apa kau sudah gila?”
Dong Joo hanya mengatakan maaf berulang kali dengan perasaan sedih.
Joon Ha masih menangis memeluk Woo Ri,
ia tak tahu bagaimana ini bisa terjadi. “Woo Ri aku tak tahu apa-apa!”
tangis Joon Ha. Perasaan Woo Ri juga berkecamuk, ia terharu sekaligus
sedih matanya berkaca-kaca. Ia mengangkat tangannya perlahan menepuk
punggung Joon Ha berusaha menghibur Joon Ha, “Jangan menangis!” ucap Woo
Ri.
Dong Joo berdiri membelakangi aquariumnya, ia menggenggam kantung kacangnya. Tak berapa lama kemudian ia pun terduduk.
Presdir Choi mengamati sketsa wajah Ma Roo, ia tampak memikirkan sesuatu.
Joon Ha pulang ke rumah Dong Joo, ia
melihat ruangan di rumah remang-remang. Ia berfikir kalau Dong Joo sudah
tidur. Joon Ha tak jadi masuk tapi kemudian ruangan menjadi terang
benderang, Dong Joo menyalakan lampunya dan belum tidur. Joon Ha masuk
ke rumah.
Dong Joo melihat kakaknya datang keduanya bertemu pandang. Joon Ha langsung mengambil minuman di kulkas (kan tadi udah mabuk, mau minum lagi kah dia)
Joon Ha menawari Dong Joo minuman.
Dong Joo merebut paksa botol minumannya dan berkata kalau Kakaknya sudah
terlalu mabuk. Joon Ha menyangkal kalau ia tak mabuk. Dong Joo
bersikeras kalau Kakaknya sudah mabuk. Keduanya berebut botol minuman
hingga botol itu jatuh dan pecah berantakan.
Dong Joo membersihkan pecahan botol.
Joon Ha meminta Dong Joo membiarkannya, ia sendiri yang akan
membersihkannya. Dan pecahan botol itu mengenai telapak tangan Dong Joo
hingga berdarah. Joon Ha cemas apa Dong Joo tak apa-apa. Ia menyuruh
adiknya menyingkir, ia yang akan membersihkannya dan akan melihat luka
Dong Joo.
Dong Joo menatap Kakaknya dan
berkata kalau Joon Ha sudah mabuk biar ia saja yang membersihkannya.
Joon Ha meyakinkan kalau dirinya tak mabuk.
Tahu kalau adiknya marah gara-gara
melihat ia bersama Woo Ri. Joon Ha langsung berkata jujur, keduanya
bertatapan, “Sudah kubilang dia bukan adikku. Dia sama sekali tak ada
hubungan denganku. Maksudku... aku menyukai Bong Woo Ri!”
Dong Joo meninggikan suaranya, “Bong Ma Roo!”
“Aku Jang Joon Ha. Namaku adalah Jang Joon Ha Kakaknya Cha Dong Joo!” suara Joon Ha tak kalah tinggi.
Joon Ha meminta Dong Joo membersihkan lukanya sebelum tidur agar tak infeksi. Ia langsung bangkit pulang ke rumah Ibunya.
Esok harinya Woo Ri mengantar susu di rumah Dong Joo, susu
putih dan susu coklat. Ia tak bisa melihat kondisi dalam rumah karena
tirai tertutup rapat. Woo Ri menebak kalau Dong Joo sudah berangkat
kerja.
Young Kyu melambai ke arah Woo Ri
meminta Woo Ri cepat. Woo Ri berkata pada ayahnya kalau kemarin ia agak
cemas, tapi sekarang ia sudah merasa senang. Young Kyu juga demikian, ia
mengatakan karena ibunya tak ada ia merasa cemas tapi sekarang ia sudah
merasa senang. Woo Ri tanya apa ayahnya mau melakukan sesuatu agar
Nenek bisa mengingat ayahnya. Young Kyu ingat sesuatu. Tapi ketika ia
ingin mengatakannya Young Kyu melihat Na Mi Sook mencoret-coret
gambarnya.
Young Kyu langsung mengumpat, Woo Ri
terkejut melihat Na Mi Sook pagi-pagi ada di Taman Botani. Young Kyu
marah kenapa Mi Sook selalu mencoret-coret. “Apa kau tahu, aku sedang
marah karena ibuku pergi?” Mi Sook mengangkat tangannya, “Apa katamu?
Katakan lagi!” Mi Sook meminta Young Kyu mengatakan lagi umpatan Young
Kyu. Young kyu menolak, “Aku tak mau (mengatakannya) weee...!” Ia
menjulurkan lidahnya hehe. Mi Sook kesal, ia langsung membuka kacamata,
“Hey...” bentaknya keras.
Mata Woo Ri membesar melihat wajah Mi
Sook tanpa kaca mata, ia berjalan maju perlahan menghampiri Mi Sook.
Young kyu juga melihat Mi Sook, “Woo Ri ini nasi manis. Tepung dimana
mana!” (bedak kali maksudnya)
Woo
Ri tak percaya dan berkata terbata-bata, “A-a-ayah dia mirip Ibu...”
Young Kyu menyangkal tak mirip. “Dia lebih mirip nasi manis. Nasi manis,
wajah dipenuhi tepung.” Mi Sook tambah kesal, “Kau ini. Orang seperti
apa kau?” Young kyu dengan senyum polosnya langsung memperkenalkan diri
membuat Mi Sook bertambah kesal. Woo Ri mengatakan kalau Young kyu ini
ayahnya.
Mi Sook meminta Woo Ri mengikutinya.
Young kyu mengucapkan selamat tinggal untuk Mi Sook, “Orang yang
ditinggalkan cinta selamat jalan!” (hehehe) Mi Sook menahan kesal, ia
meminta Woo Ri pergi ke toko jam 12 nanti, ia sekarang ingin sendirian.
Mi Sook berjalan pergi dari taman dengan kekesalannya. Tingkah kesalnya seperti anak kecil. Hihi jingkat jingkat.
Mi Sook mencoba sampel produk lotion
kosmetik Re:nk. Dong Joo ingin tahu pendapat Mi Sook tentang produknya.
Mi Sook memuji produk lotion Dong Joo tak lengket di kulit. Ia tak suka
yang lengket-lengket. Dong Joo tersenyum dan berkata kalau ia berpikiran
sama dengan Mi Sook.
Mi Sook
minta maaf karena sudah meminta Dong Joo datang pagi-pagi, ini karena ia
tak suka penasaran. Dong Joo kembali berkata kalau ia juga berfikiran
sama dengan Mi Sook.
Mi Sook menjelaskan kalau pendapatnya
itu berdasarkan hasil penjualannya, ia menyukai cara berpenghasilan
seperti itu dan ia akan menentukan sendiri siapa yang akan bekerja
dengannya. Ia tak suka buang-buang waktu. Dong Joo setuju.
Mi Sook ingin Dong Joo merubah
konsep workshop-nya, “Life Change Academy ‘Rubah hidupmu bersama Energy
Cell’.” Ia tak menyetujui konsep ini. "Kosmetik tak bisa merubah hidup
seseorang!" Dong Joo kembali menyetujui usulan Mi Sook dan menawarkan
apa ada yang lain yang diinginkan Mi Sook. Mi Sook ingin memandu
seseorang untuk bekerja dengannya.
Kang Min Soo masuk ruangan Dong Joo
dan senang melihat Na Mi Sook ada di sana. Kalau ia tahu Mi Sook akan
datang ia akan membawa bekal sandwich lebih banyak. Min Soo akan
memberikan sandwich itu untuk Dong Joo.
Dong
Joo berkata Min Soo tak perlu melakukan itu. Ia meminta Mi Sook
mendiskusikan jadwal workshop dengan Min Soo. Dong Joo langsung keluar.
Min Soo merengut ia semalaman tak
tidur hanya membuat sandwich untuk Dong Joo. Melihat itu Mi Sook
langsung mendesah ia tak menyukai kerumitan. “Tak perlu memperalakukanku
secara berlebihan, yang akan mencerita bukan sandwich tapi kau!”
Joon Ha bangun tidur, ia mengeluh
kepalanya sakit. Ny Tae membawakan minum untuknya. Ny Tae tanya Joon Ha
minum dengan siapa. Joon Ha menjawab ia minum sendirian. Karena
konferensinya ditunda ia tak ada kerjaan jadi ke warung yang di pinggir
jalan, kapan-kapan ia akan mengajak ibunya ke sana.
Ny
Tae akan mengajak bicara Joon Ha berdua, tapi Presdir Choi keluar dari
kamar. Presdir Choi mengajak Joon Ha jalan-jalan dengannya untuk
menikmati udara pagi.
Presdir Choi memulai pembicaraan ia
berkata kalau Dong Joo tak punya pilihan. Ia merasa Dong Joo
mengincarnya. “Begitu bernafsunya dia hingga tak sadar dia sudah
memegang senjata terbalik dan akan menikam dirinya sendiri. Waktu itu
kenapa kau pergi begitu saja? Kalau mau berbisnis jangan campur bisnis
dengan urusan pribadi!”
Joon Ha menjawab bukankah kontraknya sudah ditandantangani, jadi apa yang harus didiskusikan lagi.
Presdir : “Jadi kau sudah
mendapatkan semua yang kau inginkan dariku? Kelihatannya kau sangat
dekat dengan Dong Joo tapi kau sudah meninggalkan Dong Joo. Kau tak akan
berhenti sampai di sini?”
Joon Ha berkata kalau penilaian Presdir
sudah salah. Sekarang ia sudah memiliki hubungan dengan Presdir Choi,
itu sudah cukup. “Mulai sekarang aku akan membantu Dong Joo, Aku tak
pernah meninggalkan Dong Joo!”
Presdir Choi penasaran, “Apa benar kau
putra dokter Jang? Kalau kuperhatikan kau sama sekali tak mirip dengan
dokter Jang dan juga tak mirip dengan kepribadiannya!” Joon Ha berkata
sesantai mungkin, “Apa kau kenal dengan ayahku?” Presdir menjawab kalau
ia pernah bertemu beberapa kali sebelum Kakek Dong Joo meninggal.
Joon
Ha menilai Presdir Choi orang yang impresif, bisa membandingkan ia dan
ayahnya hanya dalam beberapa kali pertemuan. “Ayahku orang yang unik
sebagai anaknya aku pun tak mengenalinya!”
Presdir Choi tersandung kakinya
sendiri, spontan Joon Ha memeganginya, “Anda harus hati-hati!” sahut
Joon Ha. Presdir menatap Joon Ha, ada yang aneh ketika ia menatap Joon
Ha. Presdir berkata ia akan mengajak Joon Ha jalan-jalan lagi lain kali.
Breakfast keluarga Woo Ri dan
Seung Chul. Paman Lee sudah tak sabar, ia ingin segera sarapan, tapi
putranya belum juga muncul membawakan makanan.
Young Kyu turun dari lantai 2
tergesa-gesa, ia memperlihatkan surat yang ia buat untuk ibunya. Ia
minitipkan surat itu pada Woo Ri. Surat dengan gambar semangkuk nasi
dengan tulisan.
Paman dan Bibi
Lee heran, apa itu sebuah surat. Bibi Lee penasaran dan melihatnya
langsung. Young Kyu menjelaskan isi tulisannya, kalau ibunya pulang
apapun akan ia lakukan untuk ibunya. “Akan kubuatkan nasi untuknya, akan
kupijat kakinya, akan kunyanyikan lagu untuknya!”
Bibi Lee memuji ini sangat hebat
begitu puitis hanya dangan satu kata ‘segalanya’ Young Kyu sudah
mengungkapkan seluruh isi hatinya. “Sampai tulangmu-pun akan kau berikan
pada ibumu. Begitu kan maksudmu?” Young kyu malah tak mengerti apa yang
disampaikan Bibi Lee.
Seung Chul membawakan ayam goreng
buatannya, ia meminta Woo Ri makan semuanya. Ia sudah mempelajari 1000
resep cara memasak ayam. “Aku ingin dirasakan semuanya, itu cukup untuk
sarapan kita seumur hidup.” Ucap Seung Chul sambil menatap Woo Ri. Woo
Ri tak percaya, “Sarapan ayam goreng setiap hari?”
Bibi Lee tanya apa maksudnya sarapan
kita seumur hidup. Suaminya menyenggol meminta istrinya tak usah
mempedulikan putranya, “Dia memang payah dia kembali pun tak ada yang
berubah di sini. Selama dia ada disini kita tak perlu khawatir!” Seung
Chul merengut melihat orang tuanya bicara berbisik.
Seung Chul mempersilakan semuanya
makan karena saat kafe-nya dibuka nanti semuanya boleh makan ayam goreng
sampai teler. Ibunya heran, siapa yang mau membuka kafe ayam. Sueng
Chul merangkul ibunya dan meminta ibunya makan saja dulu (apakah dia mau minta modal buat usahanya?? hehe)
Seung Chul menatap Woo Ri dan bicara tanpa suara, “Aku akan membuka restauran ayam. Kita kerjakan sama-sama!”
Paman Lee merasa ayam gorengnya
kebanyakan dan mengusulkan memberikannya pada Dong Joo, Young Kyu
setuju. Bibi Lee bilang jangan dibawakan, “Suruh dia datang ke sini. Woo
Ri cepat panggil dia, aku sudah rindu padanya. Sudah lama tak bertemu
dengannya!” Bibi Lee langsung terkekeh.
Seung Chul kesal ia meninggikan suaranya, “Apa maksudmu Dong Joo?” Woo Ri langsung tersedak. Seung Chul makin heran.
Seung Chul menarik Woo Ri ke kamar Woo
Ri. Seung Chul marah apa Woo Ri membawa Cha Dong Joo pulang ke rumah.
“Musuhmu? Apa kau masih waras?” Woo Ri meminta Seung Chul jangan
berteriak seperti itu, ayahnya tak tahu kalau Dong Joo itu anggota
keluarga Woo Kyung.
Seung Chul : “Apa yang kau lakukan? Kau berbohong pada Paman. Apa yang kau rencanakan?”
Woo Ri : “Memangnya menurutmu apa? Cha Dong Joo sudah mempekerjakan ayah lagi. Dia baik pada ayah dan ayah menyukainya!”
Seung
Chul : “Kau sendiri bagaimana? Paman tak tahu kalau Cha Dong Joo itu
anggota keluarga Woo Kyung. Kau sendiri bagaimana? Apa kau tak ingat
ketika dia membohongimu lalu kau pusing memikirkan bagaimana
mengembalikan uangnya? Bukankah uangnya sudah dikembalikan semua? Jadi
tak ada alasan lagi untuk bertemu dengannya. Kenapa kau berhubungan lagi
dengannya?”
Seung Chul : “Dia musuh ibumu. Apa kau sudah lupa?”
Woo Ri tak lupa itu, dia anak Presdir Woo Kyung tapi dia bukan musuh.
Seung Chul heran, dia?
Woo Ri berkata kalau ceritanya sangat
rumit, ia akan menjelaskannya nanti. Seung Chul meminta Woo Ri
menjelaskannya sekarang, “Sederhanakan saja ceritanya!”
Woo
Ri terbata-bata menjelaskannya, “Itu.. ah... Ayah Cha Dong Joo adalah
Presdir Woo Kyung tapi Cha Dong Joo bukan orang jahat. Sebenarnya dia
juga tak menyukai ayahnya!”
Seung Chul kembali meminta Woo
Ri menjelaskannya lebih sederhana. Woo ri akan menjelaskan. Tapi Seung
Chul memotong ucapan woo Ri, ia menatap sedih, “Sudahlah lupakan saja!”
sahut Seung Chul, ia tahu Woo Ri tak bisa mengatakannya karena ini
menyangkut perasaan pribadi Woo Ri. “Kau memang lugu, kau hanya menyukai
dia karena dia baik pada ayahmu kan? Tapi perasaan itu... tak boleh kau
teruskan!”
Seung Chul keluar dari kamar Woo Ri,
tapi ia kembali berbalik akan masuk lagi tapi ia mengurungkan niatnya.
Ia menyandarkan kepalanya ke pintu kamar Woo Ri.
Woo Ri sampai di kantor Energy Cell
tergesa-gesa. Kerana ia sekarang berada di perusahaan kosmetik Woo Ri
ingat sesuatu ia langsung ke kaca dan memakai lipstik wehehe.
Dan
toeng Joon Ha melihat dan menatap heran. Woo Ri berbalik dan terkejut
melihatnya. Joon Ha tak menyangka bisa bertemu Woo Ri di kantor Energy
Cell.
Woo Ri tanya apa perut Joon Ha sudah
tak apa-apa karena mabuk semalam, setahunya mie dingin bisa membuat
perut jadi lebih enak. Joon Ha tersenyum, “Kalau begitu kita nanti cari
mie dingin!” (mengajak makan bersama)
Tapi
Woo Ri bilang sibuk. Joon Ha menyindir apa Woo Ri takut mentraktirnya.
Woo Ri menggeleng bukan itu. Joon Ha berkata tak apa-apa, ia juga tak
mau makan mie dingin, “Aku.... kemarin tidak mabuk. Aku masih sadar.”
woo Ri : “Kau semalam mabuk!”
Joon Ha : “Benar. Dan jangan lagi kau katakan kalau aku mirip Kakakmu. Aku bukan Kakakmu!”
Dong Joo mengatakan kalau produknya
sebentar lagi akan diluncurkan, apa perlu menambah lebih banyak penata
rias. Shin Ae mengusulkan merekrut beberapa wanita cantik, “Untuk
menjadi sales itu harus cantik agar orang mau beli.” Mi Sook membenarkan
dan menatap tajam Shin Ae, “Dia cantik!” (Mi Sook menyuruh Shin Ae jadi sales kah hahaha)
Mi Sook meminta Dong Joo tak
usah pikirkan masalah merekrut pegawai fokus saja pada produk. Karena ia
ketua manajer ia yang bertanggung jawab untuk merekrut pegawai. Shin Ae
marah ia tak terima karena itu adalah jabatannya, “Siapa ketua manajer?
Aku ketua manajer. Aku ditunjuk dari kantor pusat.”
Mi Sook : “Kau terlalu cantik. Kecantikanmu akan sia-sia kalau terus duduk di belakang meja.”
Min Soo terkekeh membenarkan
ucapan Mi Sook. Dong Joo juga membenarkan, Na Mi Sook-lah yang menjadi
kepala Manajer dan Shin Ae bisa bekerja di lapangan.
Dong Joo menyerahkan semuanya pada Mi
Sook ia akan keluar. Tapi ia melihat Kakaknya dan Woo Ri masuk
bersamaan. Dong Joo yang masih marah kerana kejadian semalam langsung
meninggalkan tempat, Woo Ri menatap heran. Joon Ha menyusul Dong Joo.
Shin Ae heran dan bertanya pada
Woo Ri kenapa Woo Ri datang. Mi Sook yang menjawabnya, ia yang menyuruh
Woo Ri datang. “Apa ada masalah?” Mi Sook membuka kaca mata hitamnya.
Woo Ri kembali terkejut, “Kau mirip Ib...” Mi Sook meminta Woo Ri jangan
menyebut itu karena bisa membuatnya menggigil, ia tak menyukai
kata-kata itu.
Shin Ae merasa terganggu dengan
kehadiran Woo Ri dan meminta Woo Ri jangan dekat-dekat dengannya. Shin
Ae menyuruh Woo Ri pulang dan masak buat ibumu. “Hey...” bentak Mi Sook
membuat Shin Ae tersentak kaget. Sampai Joon Ha yang di dalam ruangan
pun mendengarnya.
Dong Joo akan ke lab dan meminta
Kakaknya mengatakan apa yang ingin disampaikan. Joon Ha berkata kalau
pembelian pabrik kedua sudah selesai dan Dong Joo bisa memulainya
setelah inspeksi dan instalasi selesai. Dong Joo memuji itu sangat
hebat, apa ada lagi yang akan disampaikan Joon Ha.
Joon Ha bertanya bagaimana
dengan tangan Dong Joo. Dong Joo melihat telapak tangannya yang
diplester dan mengatakan sudah tak apa-apa.
Joon Ha mengajak Dong Joo makan
siang bersama, kedatangannya memang untuk mengajak Dong Joo makan
bersama. Dong Joo berkata seharusnya Joon Ha mengatakannya dari tadi
kerana ia harus pergi sekarang.
Mi Sook dan Shin Ae masih beradu
mulut. Mi Sook marah, “Kau pikir kau siapa memutuskan tamuku pergi atau
tidak!” Shin Ae tak kalah galak, “Beraninya kau bicara informal seperti
itu padaku, berapa usiamu?”
Min Soo melerai dan mengatakan
kalau ini di kantor, kalau mau berdebat lakukan di luar. Woo Ri meminta
Bibi-nya jangan seperti itu. Shin Ae malah menyalahkan Woo Ri, bukankah
Woo Ri sudah disuruh pulang kenapa tak pulang. Dong Joo dan Joon Ha
melihat keributan ini.
Woo Ri berkata ia akan pulang
tapi ia ada janji disini, “Aku harus mendengarkan apa yang disampaikan
Na Mi Sook padaku sebelum pulang!” Shin Ae tak suka Woo Ri membantah
perkataannya. Shin Ae bilang ia akan mengirimkan sms nama password pintu
rumahnya dan meminta Woo Ri cepat pergi. Mi Sook minta Woo Ri
mengacuhkan saja apa yang disampaikan Shin Ae.
Shin Ae yang sudah marah menarik paksa Mi Sook, “Kau pikir aku ini siapa?” Dengan santai Mi Sook menjawab, “Nyonya besar!”
Wohoho
semua menganga mendengar Mi Sook berani mengatakan itu. Shin Ae tambah
marah. Banyak yang harus dilakukan Mi Sook, ia tak ingin berdebat dengan
Shin Ae karena ia sudah lelah melihat kantor polisi (wah seringkah dia bolak balik masuk kantor polisi)
Shin Ae : “Apa kau pikir
kata-katamu membuatku takut? Apa kau mau kutunjukan sesuatu yang
menakutkan? Apa kau pikir Cha Dong Joo bisa membantumu? Tapi aku punya
hubungan langsung dengan Presdir!”
Mi Sook mencibir, “Gariskan
eyeliner dengan lurus, punya-mu tak simetris.” Shin Ae tambah murka. Woo
Ri menahannya, “Bibi!” Shin Ae mendorong Woo Ri bukankah ia sudah
bilang melarang Woo Ri memanggilnya Bibi.
Dong Joo akan maju tapi Joon Ha maju
lebih dulu, “Woo Ri.. Kenapa kau diam saja dihina seperti itu. Dia
seseorang yang tak mau dipanggil Bibi. Dia bukan siapa-siapa!”
Shin Ae : “Dokter Jang?”
Joon
Ha akan mengantar Woo Ri pulang. Min Soo menatap heran. Woo Ri melihat
Dong Joo dan menolak ajakan Joon Ha. Ia datang untuk bertemu dengan Na
Mi Sook.
Mi Sook menatap Dong Joo
kemudian bergilir menatap Joon Ha, “Rumit sekali!” sahutnya. “Aku
memanggilmu karena aku ingin kau bekerja denganku. Hubungi aku setelah
kau putuskan!”
Joon Ha kembali mengajak Woo Ri pergi.
Shin Ae menyidir Woo Ri memiliki kemampuan hebat, “Setelah menendang
Nenekmu keluar dari rumahmu kau jadi berubah!” Woo Ri menyangkal bukan
begitu keadaan yang sebenarnya. Joon Ha meminta Woo Ri jangan
menanggapinya. Joon Ha kembali mengajak Woo Ri.
Dong Joo menatap kesal ia
mengajak Min Soo pergi. Woo Ri menatap kepergian Dong Joo dengan tatapan
sedih. “Aku bilang ayo!” Joon Ha mengeraskan suaranya.
Shin Ae yang sudah sangat marah juga meninggikan suaranya, “Dokter Jang kau sudah berbuat kesalahan.”
Min Soo berkata pada Dong Joo kalau ia
baru pertama kali melihat Joon Ha seperti itu. Kenapa dia jadi begitu
dekat dengan Bong Woo Ri. Dong Joo berbalik menatap ke belakang.
Shin Ae : “Dokter Jang kenapa sikapmu
jadi seperti ini? Apa yang sudah kulakukan padamu? Kenapa setiap kita
bertemu kau selau membuatku kesal?”
Joon
Ha : “Karena setiap melihatmu, kau membuatku kesal dan itu terjadi
sejak kita pertama kali bertemu. Aku hanya tak suka padamu. Lalu harus
bagimana lagi?” (ketika di rumah Ny Tae, Ma Roo mengambil berkas beasiswa-nya dan di sana Ma Roo bertemu Shin Ae)
Woo Ri menarik Joon Ha untuk
menghindari pertengkaran yang lebih besar. Dong Joo kembali dan melihat
Woo Ri memegang tangan Joon Ha (haduh.....)
Dong
Joo mengajak Kakaknya makan di luar. Menyadari Dong Joo ada di sana Woo
Ri langsung melepas tangannya dari tangan Joon Ha. Joon Ha menyadari
itu.
Ke-empatnya makan bersama. Min Soo
duduk di samping Dong Joo, Woo Ri di samping Joon Ha. Min Soo berkata
kalau makanan disini enak. Woo Ri tak segera makan ia hanya meminum air
putihnya saja. Woo Ri merasa tak nyaman.
Joon Ha : “Kenapa kau tak makan? Apa tak sesuai seleramu? Apa mau kupesankan yang lain?”
Dong Joo menatap perhatian
Kakaknya pada Woo Ri, ia juga meminum air putihnya. Joon Ha menyodorkan
makanan untuk Woo Ri. Woo Ri merasa tak nyaman, ia akan kembali meminum
air putihnya tapi gelas itu sudah kosong.
Joon Ha memanggil pelayan untuk
mengisi air putih Woo Ri. Dong Joo langsung menyodorkan gelasnya yang
masih berisi air putih ke Woo Ri. “Minumlah ini!” Min Soo heran kenapa
memberi dia minuman air putih yang sudah Dong Joo minum. Woo Ri tak
segera meminumnya. Dong Joo langsung mengambil kembali gelasnya,
“Lupakan saja kalau begitu jangan diminum!”
Woo Ri melihat telapak tangan
Dong Joo diplester dan bertanya kenapa apa sakit. Dong Joo dan Joon Ha
berpandangan. Min Soo menarik tangan Dong Joo melihat luka itu lebih
jelas, “Bos apa kau terluka? Aku baru tahu. Kenapa?”
Dong Joo : “Bong Woo Ri-ssi, Na Mi Sook ingin kau bekerja dengannya. Apa kau tertarik bekerja di Energy Cell?”
Joon
Ha langsung menjwab pertanyaan Dong Joo, ia berkata kalau Woo Ri tak
akan mau. “Dia lebih suka menjual mobil. Biarpun uang jatuh dari langit
dia akan tetap menjual mobil. Bukankah begitu?” Dong Joo kesal dan
menegaskan kalau ia bertanya pada Woo Ri, “Apa kau tak mau datang dan
bekerja denganku?”
Min Soo menatap keanehan pada ke-tiga-nya.
Joon Ha : “Kenapa sedang makan kita bicara tentang pekerjaan?”
Dong
Joo mengatakan kalau setelah makan ia harus ke lab. “Apa kau mau ke lab
denganku? Kita bisa banyak bicara di sana!” ajak Dong Joo pada Woo Ri.
Woo Ri diam ia belum bisa memutuskan. Joon Ha meminta Dong Joo
menghentikan semua ini, “Karena kau semua orang jadi tak nyaman!”
Dong Joo : “Karena aku?”
Min Soo yang tak tahu apa-apa ikut bicara, “Ada apa? Apa kalian bertiga menyembunyikan sesuatu dariku?”
Dong Joo : “Kau bilang itu karena aku? Bukankah itu karena kau?”
Joon Ha : “Cha Dong Joo?”
Woo
Ri menyela apa karena hal ini Dong Joo mengajaknya makan siang. Lebih
baik ia pulang dan makan nasi sisa. Woo Ri bangkit dan akan pergi. Dong
Joo berkata kalau ia belum selesai bicara. Joon Ha menarik Woo Ri untuk
duduk kembali. Joon Ha emosi, “Sudah kubilang hentikan!”
Dong Joo dan Joon Ha bicara berdua. Joon Ha berkata kalau Dong Joo marah padanya lampiaskan saja kenapa marah pada Woo Ri.
Dong Joo : “Lalu, haruskah kuperlakukan Bong Woo Ri dengan baik?”
Joon Ha : Apa?
Dong
Joo : “Kau bilang kau menyukainya. Kau bilang kau serius, kalau begitu
apa aku bisa menunjukan rasa sayangku padanya di depanmu?”
Joon Ha menatap tajam adiknya, “Lakukan semaumu. Tak ada pengaruhnya bagiku!”
Dong Joo : “Benarkah? Inikah
dirimu yang sebenarnya? Aku tak bisa melihatmu menjaga Bong Woo Ri di
depanku seakan tak terjadi apa-apa. Hal itu membuatku marah. Biarpun aku
tak memberitahu kau tahu segalanya tentang aku. Haruskah kau bersikap
seperti itu di depanku? Di matamu sekarang, apa hanya ada Bong Woo Ri?
Apa kau sudah tak melihat adikmu lagi, Cha Dong Joo!”
Joon Ha pelan berkata ya. “Aku tak peduli padamu!”Dong Joo : Apa?
Joon Ha kembali mengulang kata-katanya
dengan penuh keyakinan, “Aku tak peduli padamu... Setiap kau bersama
Woo Ri. Maafkan aku... aku tak mempedulikanmu!”
Mata Dong Joo terlihat sedih, Kakak?
Joon
Ha kembali menatap tajam Dong Joo dan bicara tegas, “Cha Dong Joo,
setiap kau bersama Woo Ri kau jangan memikirkanku. Dan mulai saat ini
aku akan seperti itu, jadi kau juga lakukan hal yang sama.”
Min Soo berkata apa Woo Ri tak tahu.
Ia sendiri bisa tahu walau hanya dengan melihat, “Salah satu dari mereka
menyukaimu dan salah satunya tidak suka!” (wahaha salah, suka semua) Bagaimana Woo Ri bisa memisahkan 2 orang yang tak terpisahkan selama 16 tahun.
Woo Ri menyangkal bukan seperti itu.
Min Soo bilang ia tak memarahi Woo Ri tapi malah memuji Woo Ri sangat
bagus, “Kau menyelesaikan keinginanku yang tak terpenuhi selama 5
tahun.” Sekarang tinggal masalah waktu ia dan Dong Joo bersatu, karena
dari yang ia lihat hari ini Joon Ha-lah yang menyukai Woo Ri. Walaupun
ia agak menyesal melepaskan Joon Ha, “Tapi akan kuberikan dia padamu!”
Woo Ri : “Tapi Eonni...”
Tiba-tiba terdengar suara Dong Joo mengajak Min Soo pergi. Min Soo senang ia langsung beranjak. Woo Ri melihat keduanya pergi.
Ny Tae menelepon Sekertaris Kim untuk
mencari tahu keberadaan Dokter Jang. Ny Tae berpesan pada Sek Kim,
Dokter Jang harus segera menemuinya di Seoul, ini keadaan darurat sampai
Dokter Jang pun dipanggil. Ny Tae kesulitan menghubunginya. Ny Tae
tanya apa Choi Jin Chul memberikan perintah lain setelah melihat gambar
itu.
Dong Joo dan Min Soo tiba di Lab dan langsung menyapa Ny Tae. Ny Tae segera menutup teleponnya.
Ny
Tae tanya kenapa datang terlambat. Min Soo langsung mengaitkan
tangannya ke lengan Dong Joo dan berkata kalau mereka makan siang dulu,
“Kencan!” tegas Min Soo. Ny Tae berkata itu membuatnya sedih, apa itu
sebabnya Dong Joo tak menghubunginya. Dong Joo melepas tangan Min Soo
dan berkata pada ibunya agar jangan lagi datang ke Lab karena para
pegawai akan merasa tak nyaman.
Ny Tae berkata kalau
kedatangannya untuk bertemu Dong Joo ada yang ingin ia katakan. Dong Joo
bilang ia tak punya waktu, ia harus melakukan tes keamanan terhadap
produknya. Ny Tae memaksa hanya 1 menit. Ny Tae bicara seperti berbisik
pada Dong Joo agar Min Soo tak mendengar, “Choi Jin Chul meminta cerai!”
Dong Joo terkejut melihat ibunya mengatakan ini. Kemudian keduanya
bicara berdua tanpa Min Soo.
Ini lebih cepat dari yang diperkirakan
Ny Tae. “Aku ketahuan, ditambah lagi musuhku, Shin Ae.” Dong Joo tanya
apa yang ibunya pikirkan bukankah ini tak ada masalah. Ny Tae mengatakan
walaupun ia memenangkan perceraian ini, begitu ia meninggalkan Woo
Kyung akan sulit untuk kembali, “Aku sudah lama bersabar. Bagaimana bisa
dia mengirim perempuan itu ke kantor? Dia bukan manusia!”
Dong Joo : “Kalau begitu.. apa yang Ibu ingin aku lakukan?”
Ny Tae meminta Dong Joo
merahasiakan ini dari Joon Ha, “Aku tak ingin dia ditinggalkan. Tapi
kalau Joon Ha tahu betapa malangnya diriku.” Ny Tae hampir menangis,
Dong Joo memeluk Ibunya (jelas ini tangis palsu Ny Tae)
Nenek menaruh beberapa Roti di tas Woo
Ri, sekarang ia bisa makan makanan enak dengan lega karena anak dan
cucunya juga ikut makan itu.
Woo
Ri membawakan obat untuk Neneknya. Nenek meminta Woo Ri membawa
roti-roti itu ke Ayah Woo Ri. Nenek berkata kalau Shin Ae tak suka
memasak, “Setiap dia keluar dia selalu menyodorkan makanan ini kepadaku
ini makanan mahal, hanya kau dan ayahmu yang makan, mengerti?”
Woo Ri meminta Nenek pulang
bersamanya. Nenek menolak ia beralasan lebih suka tinggal di tempat Shin
Ae. Lebih baik Woo Ri memberi tahu young kyu, ia tak perlu makan karena
setiap melihat gambar nasi buatan Young Kyu ia sudah merasa kenyang.
“Lihatlah bagaimana dia menuliskan kata-kata ini. Anakku memang pintar!”
seru Nenek. Ia juga baru sadar kalau Ma Roo juga pintar karena
diajarkan Young Kyu.
Woo Ri : “Nenek kalau kau tidak pulang karena Kak Ma Roo, akan kucari dia!”
Nenek
kaget, Woo Ri akan mencarinya dimana. Woo Ri mengambil gambar Ma Roo
yang dibawanya dan memperlihatkan pada Nenek, “Bukankah ini Kak Ma Roo?”
Nenek terkejut gambar Ma Roo ada di tas Woo Ri. Nenek meraba gambar Ma
Roo, “Ya ampun anakku!” Nenek menangis menatap gambar itu. Woo Ri tanya
dimana Nenek melihat Ma Roo, “Dimana bertemu dia?”
Nenek mengelak gambar itu bukan
Ma Roo, terakhir ia ke rumah sakit dan ketika Shin Ae pergi, “Dia yang
menuntunku!” Woo Ri heran rumah sakit. “Apa Nenek yakin bertemu dia di
rumah sakit? Apa dia mengaku sebagai Bong Ma Roo?”
Nenek
terus mengelak kalau itu bukan Ma Roo, dia hanya seseorang yang
menunjukan jalan. Nenek meminta Woo Ri cepat pulang membawa
barang-barang Woo Ri. Woo Ri mengerti dan segera pulang. Setelah Woo Ri
pulang Nenek mengeluh kapan Woo Ri datang lagi.
Woo Ri di dalam lift ia berniat
menghubungi Joon Ha, Woo Ri berfikir itu pasti dia tapi kenapa namanya
Jang Joon Ha. Woo Ri tak jadi menghubungi Joon Ha.
Woo Ri keluar dari lift dan
bertabrakan dengan Presdir Choi yang akan masuk lift (ow ow) Keduanya
berpandangan sejenak dan pintu lift langsung menutup.
Woo Ri mengeluh kenapa ia selalu tak beruntung (kenapa harus bertemu dia)
Woo Ri akan pergi tapi ia penasaran mau kemana Presdir Choi. Woo Ri
melihat berhenti di lantai berapa Presdir Choi naik. Lantai 20. Kediaman
Shin Ae juga di lantai 20.
Woo Ri kaget ia teringat ucapan Neneknya yang mengatakan kalau Ma Roo ditemukan penjahat itu akan membawanya.
Presdir Choi menunjukan gambar Ma Roo yang dibawanya pada Nenek. Nenek terkejut Presdir Choi memiliki sketsa gambar cucu-nya.
Presdir Choi : “Apa ini Ma Roo? Katakan kapan, dimana, dan bagaimana kau bertemu dia?”
Nenek
menyamakan sketsa gambar itu dengan sketsa gambar yang dimilikinya dari
Woo Ri tadi. Nenek heran kenapa bisa ada dua fotocopian. Nenek berusaha
merebut gambar tapi Presdir Choi menarik kertasnya.
Presdir meminta Nenek mengatakan
padanya dengan jelas sebelum Nenek kehilangan ingatannya, “Seorang ayah
berhak untuk bertemu dengan anaknya.”
Nenek : “Ya ampun kalau bicara jangan
sembarangan. Ayah seperti apa kau? Selama 16 tahun ini Young Kyu selalu
menyiapkan nasi untuk anaknya. Lalu kau bagaimana? Setiap malam dia
selalu menunggu anaknya sampai tertidur di depan pintu dan setiap dia
merindukan anaknya dia membenturkan kepalanya ke dinding sambil
berteriak Ma Roo Ma Roo Ma Roo. Dia memanggil nama Ma Roo ratusan kali
bahkan ribuan kali. Mengetahui Young kyu yang seperti itu, lalu kau ayah
seperti apa?”
Presdir marah, “Aku datang bukan untuk mendengar ini katakan dimana kau bertemu Ma Roo?”
Nenek
: “Kalau aku tahu kau mau apa? Aku tak tahu kenapa kau mau bertemu Ma
Roo tapi Young Kyu ingin bertemu dia juga agar bisa memberikannya
semangkuk nasi. Kenapa aku harus membawa Ma Roo ke orang sepertimu?
Biarpun aku bisa menemuinya aku akan tetap bilang kalau aku tak tahu.”
Presdir Choi : “Kurasa kau belum
mengenalku dengan baik. Kalau kau terus menolak kau tahu apa yang akan
terjadi dengan putrimu? Tidakkah kau melihat sendiri bagaimana dia
berlutut dan memohon? Putrimu... apa kau ingin aku menghisap darahnya
sampai habis?”
Nenek mengumpat, “Kau pantas mati!” Nenek akan mencekik Presdir Choi tapi tenaga Presdir lebih kuat ia menepisnya.
Woo Ri menekan password pintu rumah Shin Ae, ia langsung masuk dan terkejut mendengar suara Presdir Choi yang sangat marah.
Woo Ri melihat Presdir Choi memarahi Neneknya. Woo Ri menguping.
Presdir : “Kalau kau temukan Ma Roo akan kuperlakukan putrimu dengan baik. Akan kubiarkan dia masuk rumahku.”
Nenek : “Memangnya kenapa dengan putriku?”
Presdir
: “Kalau kau tak mau mendengar aku memakimu, carilah Ma Roo. Begitu Ma
Roo ditemukan akan kutendang mereka semua keluar (Ny Tae dan Dong Joo)
aku sudah tak tahan lagi melihat Dong Joo akan menjadi ahli warisku.
Carilah Ma Roo. Cari anak kandungku Bong Ma Roo jangan sampai aku yang
mencari lalu berlumuran darah. Anakku Bong Ma Roo, dia-lah pewaris Woo
kyung. Bawa dia padaku. Ayahnya seorang yang impresif, bagaimana mungkin
dia menjadi anak seorang yang idiot? Ma Roo anakku yang malang, CARI
DIA. Aku tak akan memberikan jerih payahku pada Cha Dong Joo. Aku akan
memberikannya pada anakku.”
Woo Ri tak percaya dengan apa yang
baru saja didengarnya. Ia gemetaran mengetahui kenyataan kalau Kakaknya
yang ia cari-cari selama ini, Bong Ma Roo adalah anak kandung dari musuh
no 1 nya Choi Jin Chul.
Woo Ri langsung berlari keluar, ia tak
turun dengan lift tapi lewat tangga. Woo Ri lemas dan langsung terduduk
di tangga, ia berusaha mencerna apa yang baru didengarnya tadi, “Choi
Jin Chul. Tidak. Tidak mungkin!” Woo Ri tak percaya, ia menangis tak
percaya.
Woo Ri mengingat kejadian ketika Joon
Ha berkata minta maaf atas nama Ma Roo. Joon Ha memberikan jam tangan
untuknya sebagai pengganti jam tangan Ma Roo agar Woo Ri melupakan Ma
Roo. Kemudian ketika Woo Ri menutup wajah gambar Ma Roo dan ketika ia
menutup wajah Joon Ha. Air mata Woo Ri mengalir deras, “Jang Joon Ha...
Bong Ma Roo!” Woo Ri mengambil ponsel akan menghubungi Joon Ha tapi ia
masih berat melakukannya.
Sementara itu Joon Ha membeli tiket cable car untuk satu orang.
Woo Ri masih di depan apartemen Shin
Ae, ia menunggu seseorang. Dan yang ditunggu pun datang, Cha Dong Joo.
Ternyata Woo Ri menghubungi Dong Joo bukan Joon Ha.
Dong Joo melihat Woo Ri duduk sendiri
dengan tatapan mata yang sedih, Dong Joo menghampirinya dan bertanya ada
apa. Woo Ri malah balik bertanya kenapa Dong Joo terlambat ia sudah
lama menunggu.
Dong Joo menahan lengan Woo Ri, “Kau bilang mau
mengatakan sesuatu apa itu?” Woo Ri berkata lebih baik pergi dari sini
dulu ia tak mau tinggal disini. Dong Joo menatap gedung apartemen di
depannya dan terheran-heran.
Woo Ri melamun di mobil Dong Joo. Dong
Joo membetulkan letak kaca mobilnya agar bisa melihat Woo Ri bicara,
“Kau bisa bicara sekarang!” Woo Ri menolak karena Dong Joo tengah
mengemudi. Dong Joo bilang tak apa-apa. Woo Ri berkata kalau ini akan
berbahaya. Dong Joo langsung berhenti menepikan mobilnya, “Bicaralah!”
pinta Dong Joo.
Woo Ri menatap Dong Joo dalam hati ia
bertanya, “Apakah Jang Joon Ha adalah Bong Ma Roo? Jang Joon Ha adalah
Bong Ma Roo, begitukan?”
“Bicaralah!”
Dong Joo menunggu Woo Ri bicara tapi Woo Ri hanya diam menatapnya. “Kau
menyuruhku datang kenapa tak bicara? Kenapa diam saja?”
Woo Ri : “Memangnya tak boleh?”
Dong Joo : Apa?
Woo Ri : “Aku memintamu datang agar aku bisa melihatmu. Apa tak boleh?”
Giliran Dong Joo yang diam terpaku. Woo Ri mengeraskan suaranya, “Aku tanya apakah tak boleh?”
“Kalau begitu tak usah bicara. Lebih baik seperti itu!” Dong Joo langsung menjalankan mobilnya kembali.
Woo Ri terus memandang Dong Joo yang mengemudi. Dong Joo memperhatikannya melalui kaca mobil.
Keduanya sampai disuatu tempat.
Woo Ri heran kenapa Dong Joo mengajaknya ke sini. Dong Joo berkata
bukankah Woo Ri hanya ingin melihatnya dan meminta Woo Ri jangan banyak
bicara. Dong Joo membukakan pintu mobil Woo Ri.
Dong Joo mengajak Woo Ri ke diskotik. Ya ampun hehehe...
Woo Ri mengajak Dong Joo pulang. Dong
Joo tanya kenapa, ini tempat yang cocok untuk saling melihat, “Berisik
sekali disini aku tak bisa mendengar apa-apa. Disini gelap jadi pegang
tanganku erat-erat!” Dong Joo menggandeng tangan Woo Ri.
Woo Ri dan Dong Joo duduk berdampingan, Woo Ri merasa tak nyaman apalagi Dong Joo terus menatapnya.
Dong Joo : “Apa kau mau dansa?”
Woo Ri : Apa?
Dong Joo : “Kita berdansa sambil berpandangan!”
Woo Ri tak mendengar, “Apa? Apa
katamu?” Dong Joo mengeraskan suaranya, “Aku bilang ayo kita dansa!” Woo
Ri melirik ke baju yang dipakainya serasa tak cocok dengan suasana
diskotik, “Bagaimana aku bisa keluar seperti ini?”
“Kenapa?” Dong Joo mendekatkan wajahnya, “Apa kau ingin terlihat hebat bersamaku?”
Woo Ri mendorong wajah Dong Joo dengan jarinya, “Menjauhlah!”
Dong Joo kembali mendekatkan wajahnya
dan berkata tak bisa menjauh, penglihatannya jelek dan di sini gelap.
“Aku juga ingin melihatmu tapi aku tak bisa melihatmu dengan jelas!”
Woo Ri : “Apa kau mempermainkanku?”
Dong Joo : “Ya. Aku merayumu karena kau jelek.”
Woo Ri : apa?
Dong
Joo menengokan kepala Woo Ri untuk melihat ke lantai dansa, “Lihat
baik-baik. Bukankah kau yang paling atraktif di sini? Tapi ... bagaimana
kau bisa melakukan itu?” Woo Ri tak mengerti maksud Dong Joo.
Dong Joo : “Kau itu Si angsa buruk rupa. Jadi bagaimana kau bisa melakukan itu?”
Woo Ri masih tak paham, melakukan apa.
Dong Joo : “Mulai sekarang, jangan pedulikan siapapun di sekitarmu. Apalagi yang tak ada di sekitarmu, apa aku mengerti?”
Joon Ha naik cable car sendirian
huhuhu tatapan matanya sendu. Ia mengingat perkataan Woo Ri yang
mengatakan setiap Woo Ri melihatnya, Woo Ri semakin merindukan Ma Roo.
Pengakuan Woo Ri, jika dibandingkan dengan Cha Dong Joo, Joon Ha sedikit
lebih baik. Dan dibandingkan Dong Joo, Woo Ri lebih menyukai Joon Ha.
Joon Ha tersenyum simpul mengingat itu, tapi sesaat kemudian tatapan
matanya kembali serius.
Dong Joo mengetuk-ngetuk meja seakan
mengikuti irama musik. Woo Ri melihatnya dan teringat ucapan Choi Jin
Chul yang didengarnya tadi, bahwa begitu Ma Roo ditemukan Choi Jin Chul
akan menendang mereka semua keluar.
Woo Ri meraih tangan Dong Joo, Dong Joo sedikit terkejut. Woo Ri memandang luka di telapak tangan Dong Joo, “Apa sakit?”
Dong Joo tersenyum, “Dibandingkan
dengan Jang Joon Ha, kau lebih baik.” Dong Joo menggenggam tangan Woo
Ri, “Rasa sakitnya berkurang jika kau menggenggam tanganku.”
Dong Joo kembali mendekatkan wajahnya
ke Woo Ri, “Tapi ... sekarang antara kau dan Jang Joon Ha. Aku masih
menyukai Jang Joon Ha sedikit. Jadi kau harus berusaha keras. Shhhh..
kau memang angsa si buruk rupa!”
Woo
Ri mengalihkan wajahnya tak ingin air matanya diketahui Dong Joo, “Cha
Dong Joo apa kau mau berdansa denganku?” Ajak Woo Ri. Kini giliran Dong
Joo yang terkejut, “Apa? Aku tak bisa dansa!”
Woo Ri : “Lalu kenapa kita disini?”
Dong Joo : “Sebernanya untuk ...”
Woo Ri memotong ucapan Dong Joo, “Mengatakan aku jelek!”
Dong Joo : “Itu salah satunya.”
Woo Ri : “Lalu mengatakan kalau kau bisa berdansa!”
Dong Joo menyangkal ia tak bisa berdansa. Woo Ri menariknya turun ke lantai dansa.
Woo Ri menari atraktif mengikuti irama
musik disko, Dong Joo menatapnya heran. Ia diam saja tak tahu harus
berbuat apa. Woo Ri menari berputar kesana kemari.
Dong Joo melihat sekeliling, ia mulai
merasa tak nyaman. Woo Ri menarik wajah Dong Joo agar jangan melihat
kemana-mana. “Apa yang kau lakukan? Jangan melihat orang lain. Lihat
saja aku.”
Dong Joo : “Tapi, dimana kau belajar dansa seperti ini?”
Woo
Ri : “Temanku Seung Chul yang mengajarkannya. Ketika di SMA dia
tergila-gila dengan dansa, setiap aku dan ibunya mengejarnya aku belajar
diam-diam!”
Dong Joo heran, “Di SMA? Akan kulaporkan kau ke polisi!” haha
“Terserah kau!” Woo Ri terus menari menikmati irama musik disko. Woo Ri menggerak-gerakan tangan Dong Joo supaya bergerak.
Dong Joo berkata ia sudah menyesal
membawa Woo Ri ke diskotik dan mengajak Woo Ri pulang. Woo Ri menolak,
“Aku akan berdansa sampai pingsan dan melupakan semuanya.” Dong Joo diam
melihat Woo Ri yang terus jingkrak-jingkrak.
Woo Ri berhenti menari dan
menatap Dong Joo, ia langsung berhambur memeluk Dong Joo. Woo Ri melepas
pelukannya, “Mulai sekarang kau tak boleh berkata apa-apa!” Woo Ri
menangis dan menyandarkan kepalanya ke dada Dong Joo. Dalam pelukan Dong
Joo, Woo Ri berkata sambil menangis, “Aku. Walaupun aku menjadi Bong
Woo Ri terburuk di dunia, kau harus tetap menyukaiku. apa kau mengerti?”
(Dong Joo tak tahu apa yang diucapkan Woo Ri)
Dong Joo melepas pelukannya pelan Woo Ri tertunduk, “Bukankah kau tak mau bicara?” Woo Ri mengangguk.
Dong Joo menarik Woo Ri ke pelukannya.
Woo Ri menangis dalam pelukan Dong Joo. Dalam hati Dong Joo berkata,
“Bong Woo Ri bisakah kukatakan satu hal. Seperti sekarang ini...
tetaplah disisiku.”
Woo Ri sampai di rumah, ia melihat
ayahnya sudah tertidur pulas sambil mengigau menyebut nama ibunya. Woo
Ri berbaring di sebelah ayahnya, Woo Ri memeluk ayahnya.
Presdir Choi memperkenalkan Joon Ha
kepada para Direktur, ia meminta para direktur bisa mempercayai Joon Ha
karena Joon Ha itu kepercayaannya. Salah satu Direktur itu bilang kalau
ia mengandalkan masa depannya pada Joon Ha karena Presdir Choi juga
sangat berharap pada Joon Ha. Joon Ha memberi hormat.
Ponsel Joon Ha berdering ia
tampak senang melihat siapa yang meneleponnya. Joon Ha bicara menjauh
dan berkata ia bisa datang dan meminta menunggunya.
Joon Ha berkata
pada Presdir Choi kalau ia ada janji penting. Presdir mengizinkannya.
Joon Ha mohon diri, ia tampak senang sekali. Presdir menatapnya penuh
kecurigaan.
Presdir Choi sampai di sebuah
hotel, ia akan menemui seseorang. Ia sampai di sebuah kamar dan menekan
bel kamar, “Siapa itu?” terdengar suara dari dalam.
Pintu terbuka Presdir Choi tersenyum, “Lama tak bertemu!” sahut Presdir Choi. “Lama tak bertemu Presdir!” ucap Dokter Jang. (ya ampun... Gaswatttt...)
Joon Ha sampai di tempat ia janjian
dengan seseorang, Joon Ha keluar dari mobil dan melihat Woo Ri berdiri
di seberang jalan sendirian. Ia tersenyum menatap Woo Ri. Joon Ha
menghampiri Woo Ri.
Joon Ha memuji penampilan Woo Ri yang tampak lain dengan tas selempangan, bukan tas gendong, “Kenapa kau kesini?”
Woo Ri : “Aku ke sini untuk menagih hutang. Bukankah kau sudah kutraktir dua kali makan siang?”
Joon Ha : “Kemarin kau tak mau kuantar pulang, kenapa sekarang datang sebagai tukang tagih?”
Woo Ri : “Kalau tak mau... aku mau aku pergi saja!”
Joon Ha bercanda, ia tersenyum dan
mengajak Woo Ri masuk ke mobilnya. Joon Ha memasangkan sabuk pengaman
untuk Woo Ri dan bertanya Woo Ri mau makan apa. Woo Ri bilang ia tak mau
makan, “Belikan aku yang lain.”
Joon Ha : “Ahh.. apa kau menganggapku orang kaya? Kau mau kubelikan apa?”
Woo Ri : Terserah!
“Ayo pergi kemana saja!” Joon Ha tersenyum sangat senang.
Joon Ha memilihkan tas untuk Woo Ri, “Yang ini cantik!” sahutnya.
Dan jreng penampilan Woo Ri pun sudah
berubah dengan gaun hitam yang membuatnya tampak feminim. Woo Ri
tersenyum dan berkata kalau Joon Ha sudah membelikan banyak
untuknya. Joon Ha berkata kalau di dalam masih banyak lagi. Joon Ha
menggandeng Woo Ri masuk ke toko tas.
Joon Ha mengambil tas tangan
cantik untuk Woo Ri, tapi Woo Ri memilih-milih tas gendong. Joon Ha
terkejut dengan pilihan Woo Ri, “Apa kau ingin seperti kura-kura lagi?”
Woo Ri berkata kalau ia menyukai tas
itu. Joon Ha setuju, tas itu bisa menggantikan tas ransel Woo Ri dan
bertanya Woo Ri mau apa lagi. Woo Ri memandang Joon Ha. Joon Ha kembali
bertanya apa Woo Ri ingin pergi ke suatu tempat. Woo Ri menjawab tidak
tapi bisakah ia memiliki kedua tas itu. Joon Ha tersenyum membolehkan (apa sih yang ga kalau lagi dimabuk cinta apa aja dituruti hehe)
Woo Ri teringat sesuatu, “Dokter. Jam tangan itu bisakah kau memberikannya lagi padaku?”
Joon Ha heran, apa?
Woo Ri : “Resepmu, bisakah kau kembalikan?”
Joon Ha : “Kau bilang kau tak memerlukannya. Kau bilang kau tak akan mau melupakan Kakakmu?”
Woo Ri : “Tadinya seperti itu tapi sekarang tidak bisa. Aku terjangkit penyakit lagi!”
“Dokter....” Woo Ri menatap tajam Joon Ha.
“Dokter Jang Joon Ha.” Woo Ri tersenyum.
“Kak Ma Roo...!” Woo Ri menitikan air mata. “Aku tak akan mencarinya lagi!”
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment