Dong Joo ingin ibunya mengembalikan
Joon Ha ke keluarganya, “Ibu bilang ibu mencintainya. Tapi Ibu
memenjarakan dia disisi ibu, apa itu namanya cinta? Walaupun dia kembali
tak ada yang berubah, kalau ibu tak mau melakukannya biar aku yang
mengembalikan dia ke keluarganya!”
Ny Tae langsung murka dan menampar putranya. Woo Ri yang mengintip di luar terkejut melihatnya.
Ny Tae : “Mengembalikan dia? Siapa? siapa yang bilang seperti itu? apa hakmu memutuskan ini?”
Dong Joo : “Lalu apa yang tidak aku ketahui? Apa ada alasan lain sampai Ibu tak mau melepaskannya? Katakan!”
Ny Tae beralasan ia tak bisa membiarkan Dong Joo sendirian.
Woo Ri merasa ia tak perlu melihatnya
lagi tapi kemudian terdengar teriakan yang memekakan telinganya hingga
ia pun tersentak, “Aku akan membunuhnya!” teriak Ny Tae.
Ny Tae : “Dia sudah membunuh Kakekmu,
orang yang membuatmu seperti ini. Choi Jin Chul, Orang itu aku akan
membunuhnya. Aku akan membuat dia menyesal dan menderita seumur hidup.
Merobek-robek hatinya perlahan-lahan sampai mati. Aku akan melakukan
itu. Apa bisa kau melakukan itu semua?”
Dong Joo diam saja
Ny Tae : “Apa aku mencintai Joon Ha?
Apakah aku memikirkan nasibnya? Dia sendiri yang memilih kehidupan ini.
Kenapa aku harus memperhatikannya? Joon Ha sendiri tak masalah, lalu
kenapa kau harus meributkannya? Apa kau bisa hidup tanpa Joon Ha? Selama
Peresmian kau terus menatapnya. ‘Hyeong, Hyeong’ Kau yang membutuhkan
Joon Ha. Kulakukan ini bukan untukku, tapi semua ini demi kau. Jangan
pernah berfikir untuk membiarkan Joon Ha pergi!”
Mata Dong Joo berkaca-kaca, “Apa hati
Ibu tenang dengan berkata seperti itu. Tanpa ibu mengatakannya aku tahu
kalau aku tak sempurna. Tapi aku mencoba untuk selalu bersabar dan terus
mencoba. Tidak bisa melindungi Kakekku, itu bukan kesalahan ibu tapi
kesalahanku. Itu sebabnya akan kulakukan ini!”
Ny Tae berkata tapi tak menatap
putranya, “Benar. Lakukanlah!” Dong Joo tak tahu apa yang diucapkan
ibunya. Air mata Dong Joo menetes deras.
Di luar rumah Ny Tae berkata dalam
hati, “Benar Dong Joo, lakukanlah! Walaupun kau melakukan itu dia akan
tetap ku-adu dengan Choi Jin Chul. Untuk kesalahanku ini pada Joon Ha
aku akan menerima semua hukumannya!”
Woo Ri masih berada di luar jendela menatap Dong Joo yang masih berdiri mematung.
Nenek terus mencari Joon Ha dan ia
melihatnya. Nenek menahan tangis berusaha mengejar Joon Ha. Dengan
langkah tertatihnya Nenek berhasil menarik Joon Ha perlahan, “Ma Ma Roo
Ma Roo!” ucap Nenek.
Joon Ha memandang Nenek kaget, “Kenapa anda seperti ini?” Nenek menangis dan memukul-mukul Joon Ha, “Anak nakal!”
“Nenek,
kenapa kau seperti ini?” mata Joon Ha mulai berkaca-kaca. Nenek terus
menangis sambil memukul-mukul Joon Ha, “Anak nakal. Kau benar aku
Nenekmu, cucuku kau cucuku!”
Nenek berusaha menyentuh wajah Joon
Ha. “Ma Roo Ma Roo Ma Roo!” Nenek menyentuh kedua pipi Joon Ha. Joon Ha
tak kuasa menahan air matanya.
Joon Ha : “Aku tak mengerti apa yang anda katakan? Tapi anda harus tenang. Nenek kau pasti salah mengenali orang!”
Nenek
: “Lalu dari mana kau tahu namaku Hwang Soon Geum? Kalau kau bukan
cucuku dari mana kau tahu namaku? Anak nakal, anak nakal!”
Joon Ha menarik Nenek menepi supaya
tak ada yang melihat. Nenek minta Joon Ha menariknya pelan-pelan.
“Pulanglah sekarang, ayahmu menunggumu!” Pinta Nenek.
Joon Ha : “Aku tak mau. Aku tak mau pulang. Bong Ma Roo sudah meninggal!”
Nenek : Apa?
Joon
Ha : “Bong Ma Roo sudah meninggal. Asal kau tahu itu, begitulah aku
hidup. Nenek, Ayah, keluargaku sudah meninggal, begitulah aku hidup!”
Nenek : “Ma Roo?”
Joon
Ha : “Apa Nenek tahu kenapa aku pergi? Aku tak akan kembali pada
kalian. Jauh dari ayah dan nenek, aku tak membenci kalian!”
Tangis Joon Ha mulai pecah, “Aku
merasa seperti ini lebih baik. Meninggalkan rumah yang penuh sesak.
Aku... Sekarang aku merasa lega, Nek. Walau kau menyeretku aku tak akan
pulang, kau tahu aku keras kepala.
Aku
sekarang memiliki ibu dan aku punya adik laki laki, bukan adik yang
memalukan seperti dulu. Aku sekarang punya keluarga yang kucintai dan
aku tak akan pulang!”
Nenek : “Tidak Ma Roo, ayahmu selalu menunggumu!”
“Aku
tak pernah memikirkan Ayah!” Joon Ha mengeraskan suaranya. “Kenapa
harus dia yang menjadi ayahku? Kenapa aku harus kembali untuk selalu
menghindarinya? Apa untungnya aku kembali? Kenapa aku harus kembali?
kenapa?
Nek, tak mau-kah kau melihatku
bahagia? Cucumu, Bong Ma Roo... Biarkan aku hidup bahagia. Lebih baik
kau pura-pura tak tahu. Lupakan dia. Anggap saja Ma Roo sudah meninggal.
Kumohon padamu!”
Nenek tak bisa menerima itu, “Kalau seperti itu ayahmu akan meninggal!”
Joon Ha : “Lalu aku bagaimana? Nenek, bagaimana dengan aku?”
Nenek ingin menyentuh Joon Ha, tapi
Joon Ha menyingkir. Kaki Nenek sudah tak kuat lagi dan ia pun jongkok
sambil menatap Joon Ha, “Ma Roo Ma Roo!”
Joon Ha langsung pergi meninggalkan Nenek sendirian yang terus memanggil namanya, “Ma Roo Ma Roo Ma Roo!”
Young Kyu di depan gerbang rumah Dong Joo menulis kata ‘pergi’ di tanah. Ia membacanya, “Pergi pergi pergi!”
Woo Ri minta maaf karena membuat
ayahnya menunggu lama. Young kyu melihat mata Woo Ri merah. Woo Ri
beralasan kalau ia mengantuk dan ia pura-pura menguap di depan ayahnya.
Young
Kyu masih penasaran kemana wanita menakutkan itu. Woo Ri mengatakan
kalau wanita itu sudah pergi dan Cha Dong Joo baik-baik saja, jadi
ayahnya tak usah khawatir.
Young Kyu menunjukan tulisan yang
ditulisnya, tulisan itu ia tujukan untuk wanita yang menakutkan itu.
Woo Ri tak menyangka ayahnya yang menulis ini, “Kapan Ayah belajar ini
dulu Ayah tak mau kuajari?”
Young
Kyu mengatakan kalau Dong Joo yang mengajarinya, “Itu nama-nama ikan.
Kalau mereka nakal aku harus menuliskan namanya Ka Na Da Ma Pa Sa!”
Woo Ri heran Dong Joo menamai ikan
dengan huruf. Ia penasaran apa Dong Joo bisa menyebutkannya dengan
terbalik. Young Kyu berkata Dong Joo tak bisa menyebutkan huruf secara
terbalik dengan lancar, dia melakukannya lambat, “Cha Dong Joo itu pasti
bodoh tapi dia baik hati, seperti orang bodoh (pabo katte)!” Young Kyu
memperagakan bahasa isyarat orang bodoh.
Woo Ri merasa aneh bukankah Dong Joo
bilang kalau dia tak bisa mengingatnya. Ia pun setuju pendapat ayahnya
kalau Dong Joo itu bodoh.
“Pabo
pabo pabo (bodoh bodoh bodoh)!” ucap Young Kyu sambil meletakkan jempol
di hidungnya. Young Kyu mengajak Woo Ri lari pulang.
Shin Ae kebingungan mencari ibunya di
rumah sakit. Ia pun melihat ibunya duduk jongkok bersandar pada
tembok. Shin Ae emosi, “Apa ini ruang periksa atau kau pikun lagi? Di
gedung seluas ini bagaimana aku bisa mencarimu?” Shin Ae menyuruh ibunya
berdiri.
Nenek yang masih sedih berkata kalau
ia bertemu Ma Roo, “Aku bertemu anakmu!” Shin Ae mengira ibunya pikun
lagi. Shin Ae tanya bagaimana hasil pemeriksaannya, “Apa hasilnya tetap
saja sama?” (penyakit dementia) Nenek kembali berujar, “Aku melihat
anakmu Ma Roo!”
Shin Ae berkata kalau sekarang
masalahnya bukan Ma Roo, tapi Woo Ri yang akan pergi dari rumah. Ia
minta ibunya jangan mengatakan itu di depan Woo Ri, apa ibunya pikir ia
bisa hidup dengan ibunya. Ia meminta ibunya menutup mulut.
Bibi Lee membereskan pakaian Seung
Chul, ia memasukkan beberapa pakaian ke koper. Paman Lee mencoba jaket
jeans milik putranya yang tampak kekecilan di badannya.
Seung
Chul mengambil lagi beberapa potong pakaian dan minta ibunya memasukan
itu juga. “Kau itu mau belajar menggoreng ayam atau mau ikut peragaan
busana?” tanya ibunya. Seung Chul cuma nyengir.
Young Kyu datang menggendong ibunya.
Ia berteriak pada Woo Ri agar membereskan tempat tidur Nenek. Seung Chul
langsung berdiri dan berseru, “Woo Ri kita kerjakan sama-sama!”
Bibi Lee ingin tahu dan ia bertanya
pada Shin Ae bagaimana hasil pemeriksaannya apa penyakitnya bisa
disembuhkan. Shin Ae tak menjawab ia malah menutup hidung karena Bibi
Lee dekat-dekat dengannya, “Bau ayam!” sahut Shin Ae. Bibi Lee penasaran
ia mencium baju dan rambutnya hehe.
Woo Ri segera menggelar kasur Nenek,
Seung Chul membantu menata bantal. Nenek langsung berbaring dan
diselimuti. Young Kyu dan Woo Ri langsung memijit kaki Nenek. Dengan
nada suara sedih Nenek meyakinkan kalau ia tak merasa sakit, ia hanya
ingin berteriak.
Seung Chul meminta Nenek tak boleh
sakit, ia akan pergi belajar menggoreng ayam selama 10 hari, “Aku akan
kembali sebagai profesor ayam goreng. Supaya Woo Ri tak kesulitan Nenek
harus tetap sehat!”
Woo Ri ingin
tahu bagaimana hasil pemeriksaannya. Shin Ae menyampaikan kalau ibunya
masih bisa hidup seribu tahu lagi apa Woo Ri puas dengan jawabannya.
Nenek ingin Shin Ae menginap di
rumahnya malam ini, karena ia ingin bicara dengan putrinya. Melihat
sikap Nenek yang berubah ini Bibi Lee malah mengira Nenek pikun lagi,
karena meminta Shin Ae menginap. Shin Ae menolak, “Cukup kau perhatikan
anakmu dan cucumu, aku jangan dibawa-bawa!” Shin Ae langsung keluar.
Seung Chul memeluk Nenek dan meminta Nenek harus tetap sehat. Bibi Lee manarik putranya untuk segera turun dan berkemas.
Woo Ri tanya apa Nenek mau ke
kamar mandi. Nenek minta semuanya keluar ia ingin tidur. Setelah
semuanya keluar Nenek hanya bisa menangis sedih.
Dong Joo duduk melamun di kursi pianonya. Joon Ha datang membawa belanjaan dan melihat adiknya melamun.
Pluk Joon Ha melempar sesuatu ke arah
Dong Joo. Dong Joo malas bercanda dengan kakaknya, ia hanya memalingkan
wajahnya sedikit. Joon Ha tanya kenapa Dong Joo diam saja. Ponsel Joon
Ha berdering, ia mengira itu telepon dari ibunya tapi itu telepon dari
Presdir Choi. Dong Joo memperhatikan kakaknya bicara. Joon Ha bicara
menjauhi Dong Joo.
Presdir Choi ingin bertemu dengan Dong
Joo dan Joon Ha, ia agak khawatir tentang Dong Joo. Ia meminta Joon Ha
menjaga Dong Joo layaknya adik sendiri.
Ny Tae ingin tau apa suaminya tadi
baru menelepon Joon Ha. Suaminya membenarkan dan mengatakan kalau malam
ini Joon Ha tidur di rumah Dong Joo. Ny Tae merasa aneh bukankah
suaminya tak menyukai Joon Ha, dari mana suaminya tahu nomor ponsel Joon
Ha. Presdir hanya menjawab, jika ia menginginkan sesuatu apa istrinya
pikir ia tak bisa mendapatkannya.
Presdir memuji istrinya memiliki
pengamatan yang bagus tentang Joon Ha, “Jang Joon Ha kelihatannya baik,
perhatikanlah dia baik-baik!”
Ny Tae : “Kalau tentang mengamati sesuatu aku tak pernah salah, kau bisa mengandalaknnya. Kalian berdua sangat mirip!”
Dong Joo dan Joon Ha memasak bersama,
memanggang daging dan minum. Dong Joo mengeluh kenapa tak memasak
makanan yang mudah saja. Joon Ha melempar sesuatu, Dong Joo meminta
kakaknya jangan melakukan itu (Ha ji ma)
Joon Ha : “Kenapa kau menaggilku ahjumma (Bibi)?”
“Ha ji ma!” Dong Joo mengucapnya lagi.
Joon Ha berkata kalau cara pelafalan
ucapan Dong Joo selalu sama, bagaimana Dong Joo bisa membedakannya. Ia
memuji adiknya sangat jenius, “IQ mu 300 dan karena aku yang mengajarimu
jadi IQ ku 301!”
Dong Joo ingin tahu apa ibu yang menyuruh Joon Ha datang ke rumahnya. Joon Ha berkata kalau ia hanya ingin main.
Dong Joo menegaskan kalau Kakaknya
ingin kembali ke Amerika, pergi saja. Joon Ha berkata kalau ia kembali
ke Amerika ia pasti akan memberi tahu Dong Joo, “Memangnya apa yang
harus kusembunyikan darimu?” Dong Joo meminta Joon ha berjanji, “Kalau
ibu menahanmu aku ingin kau tetap pergi!”
Dong Joo merasa ada yang aneh dan
bertanya apa ada sesuatu. Joon Ha mendesah ternyata sulit menyembunyikan
sesuatu dari Dong Joo. Dong Joo tanya apa yang terjadi. “Aku tak tahu!”
jawab Joon Ha sambil meminum minumannya. “Apa ada yang salah?” tanya
Dong Joo ingin tahu.
“Aku bertemu Nenekku!” jawab Joon Ha jujur.
Dong Joo : Apa?
Joon Ha : “Aku bertengkar dengannya di rumah sakit!”
Dong Joo bertanya apa sampai sekarang Joon Ha tetap tak mau pulang.
Joon Ha : “Dong Joo, ayahku itu baik
kan? Nenekku juga orang yang baik, hanya saja dia suka mengumpat. Bong
Woo Ri juga suka melakukannya. Dia bilang aku ini anak brengsek. Lucu
kan?”
Joon Ha berusaha tertawa, “Melihat mereka dari kejauhan, rasanya mereka itu lucu. Rasanya menyenangkan hidup bersama mereka!”
Wajah Joon Ha kembali serius, “Tapi
pada akhirnya jika hidup bersama mereka aku menjadi sesak. Kau
menyuruhku menjadi menjadi Kakakmu dan Kakak Bong Woo Ri kan? Tapi
bagaimana? Walau bagaimana pun aku tak pernah mengagapnya sebagai
adikku. Aku hanya.... Maafkan aku karena hidupnya tak seperti hidupku!”
“Cha Dong Joo, bisakah kau hidup tanpa aku?” Joon Ha kembali meminum minumannya.
Woo Ri melihat ayanya tidur di luar
kamar. Ia akan keluar dan terkejut melihat Nenek keluar kamar. Ia segera
lari pelan, Nenek tak menyadarinya. Nenek membetulkan selimut putranya.
Woo Ri sampai di lantai bawah
dan terdengar teriakan Bibi Lee yang marah karena suaminya kentut.
Hahaha. Woo Ri langsung sembunyi.
Paman Lee keluar kamar membawa
bantalnya dan ngomel, “Memangnya orang tidak boleh kentut?” Paman Lee
menutup pintu kamar tapi istrinya melarang, jangan menutup pintu apa
suaminya mau membunuh dirinya dengan bau kentut itu. wakakaka...
Paman Lee langsung tidur di depan TV
sambil ngomel, “Apa kau pikir omelanmu tak membuatku hampir mati? Lebih
enak tidur di luar!” Paman Lee nungging dan ia pun mengeluarkan suara
kentutnya lagi hahaha, “Ah lega rasanya...” Woo Ri yang berada di sana
langsung tutup hidung.
Nenek memandangi Young Kyu yang
tertudur pulas, “Young Kyu apa yang bisa kulakukan tanpamu. Aku bisa
gila, kalau aku bisa akan kupaksa dia pulang!”
Nenek
menangis sedih, “Young kyu, aku bertemu anakmu. Anak yang keras kepala
itu. Sifat keras kepalanya tidak hilang sama sekali. Tapi, dia itu kan
bukan anakmu kenapa dia sangat mirip dengnmu?” Nenek menyentuh wajah
Young kyu, “Dagumu mirip, warna alismu juga. Anakmu masih hidup. Ma Roo
masih hidup!”
Malam-malam Woo Ri ke rumah Dong Joo,
ia melihat Dong Joo menyelimuti Joon Ha yang tertidur. Woo Ri tersenyum
dan bergumam kalau Dong Joo sangat sehat.
Dong Joo membaca berkas sambil
memainkan kantong kacangnya. Woo Ri terkejut kantongnya masih ada.
Bukankah kemarin Dong Joo bilang kalau kantong itu sudah dibuang. Woo Ri
kesal Dong Joo berbohong padanya.
Esok harinya Woo Ri menggenjot sepeda
dan tersenyum sumringah, ia melintasi taman botani untuk mengantar susu.
Ia pun berhenti di rumah Dong Joo. Ia manaruh 2 kotak susu di depan
pintu.
Woo Ri melihat sekeliling tapi rumah
itu sepi, ia kecewa. Lalu tiba-tiba ada yang bicara, “Aku menyukainya,
aku menyukai Cha Dong Joo. Apa itu yang ada di sepedamu?”
Woo Ri mencari sumber suara, ia mendongak ke atas dan Dong Joo tangah berdiri bersandar santai di atas.
Woo Ri memberikan susu coklat untuk
Dong Joo. Ia bilang itu gratis untuk promosi dan kalau Dong Joo mau
memesan ia minta Dong Joo tanda tangan pemesanan dulu. Dong Joo berkata
kalau ia hanya minum susu putih.
Woo Ri langsung menukarnya dan
bergumam, “Kenapa kau hanya minum susu putih? Oh.. mungkin susu putih
memang lebih enak. Mungkin itu sebabnya wajahmu begitu putih!”
Dan toeng... Dong Joo sudah berada di
samping Woo Ri membuat jantungnya hampir copot haha. “Apa yang kau
lakukan? Panas!” Woo Ri langsung kikuk, ia gugup dan mengipas-ngipas
dirinya. Dong Joo memperhatikan sikap gugupnya Woo Ri. “Kenapa?” tanya
Woo Ri.
Dong Joo : “Apa kau menyukaiku?”
Woo Ri : “Aku? Kenapa aku menyukaimu? Kau sudah gila!”
Woo
Ri kembali mengipas dirinya dengan tangan, Dong Joo tersenyum simpul,
“Bukankah kau baru saja mengatakan kalau kau menyukaiku?”
Woo Ri mendelik, Dong Joo mendekatkan
wajahnya ke Woo Ri, “Aku!” sahut Dong Joo. Woo Ri menunduk berusaha
memalingkan wajahnya tapi kepala Dong Joo mengikuti arah kepala Woo Ri.
Woo Ri malu-malu mengangguk. Dong Joo tertawa, Woo Ri kembali mendelik kesal. Dong Joo langsung menarik Woo Ri ke dalam rumah.
Dong Joo mendudukan Woo Ri didepan
piano. Dong Joo minta maaf karena ia tak ingat kalau ia pernah menyukai
Woo Ri. Dong Joo ingin Woo Ri memainkan lagu yang pernah Woo Ri ajarkan
ke dia.
Wakakaka kena batunya dah tuh si Woo Ri pake bo'ong segala sih.
Woo Ri beralasan kalau permainan pianonya tak bagus.
“Piano-ist, waktu pertama kali bertemu
kau menyebutku piano-ist. Bukan pianis tapi piano-ist!” Dong Joo merasa
itu memiliki makna tersendiri. Woo Ri bengong ia berusaha mengingat,
“Pasti ada artinya hanya saja aku tak ingat!” batin Woo Ri.
Dong Joo meminta pertama-tama harus
merangsang hippocampus dulu kemudian merangsang sel saraf dibagian yang
berhubungan dengan ingatan, “Bagaimana menurutmu?”
Hipokampus (bahasa Inggris:
Hippocampus) adalah bagian dari otak besar yang terletak di lobus
temporal. Manusia memiliki dua hippocampus, yakni pada sisi kiri dan
kanan. Hipokampus merupakan bagian dari sistem limbik dan berperan pada
kegiatan mengingat (memori) dan navigasi ruangan. Istilahhipokampus
diturunkan dari bentuknya pada potongan koronal yang menyerupai kuda
laut. (Bahasa Yunani: hippo:kuda, kampos:monster laut).
Woo Ri bingung ia tak mengerti apa
yang diucapkan Dong Joo. “Bagaimana menurutmu?” tanya Dong Joo
lagi. Menurut Woo Ri itu hal yang bagus. Ia tak tahu harus bagaimana
lagi, kebohongannya membuat dirinya jadi pusing haha.
Dong Joo mempersilakan Woo Ri
memainkan piano. Woo Ri mendesah pasrah. Dong Joo memegang kedua bahu
Woo Ri dan menatapnya seolah serius, “Tolonglah aku!” ucap Dong Joo. Woo
Ri seperti terhipnotis, ia akhirnya akan mencoba bagian awalnya saja.
Woo Ri melemaskan jemarinya.
Lucunya, ketika Woo Ri bermain piano
ia malah memperagakan layaknya bermain pianika. Mulutnya monyong seolah
ia meniup pianika. hahaha. Dong Joo tersenyum.
Woo Ri berhenti dan bertanya apa Dong
Joo ingat sesuatu. Dong Joo berbohong sedikit lagi dan meminta Woo Ri
memainkannya lebih lama. Woo Ri kembali memonyongkan mulutnya seolah
meniup pianika dan jari kanannya menekan tuts piano. Dong Joo tak tahan
ia kembali tertawa, tapi ia berusaha menahan tawanya.
Woo Ri melirik Dong Joo dan Dong Joo
langsung bersikap biasa-biasa saja. Woo Ri kembali bertanya apa Dong Joo
sudah ingat. Dong Joo meminta Woo Ri terus memainkannya. Untuk
merangsang ingatan Dong Joo, Woo Ri akan memainkannya berulang-ulang.
Kali ini Woo Ri mamainkannya lebih baik dan ga pake monyongin mulut.
Dong Joo terus menatap Woo Ri, ia mengingat ketika ia mengajari Woo Ri bermain pianika dengan nada itu.
Tiba-tiba Dong Joo ikut memainkan pianonya. Woo Ri terkejut. “Bagian selanjutnya seperti ini kan?” Dong Joo menekan tuts piano.
Dong Joo mengambil posisi kedua tanganya memainkan piano dan tubuh Woo Ri berada ditengahnya (wah..... seperti dipeluk dari belakang) Dan tentu saja permaian piano Dong Joo jauh lebih baik dari Woo Ri, sangat baik.
Sayang banget kalau pict ini ga ikut di post, hehe...
“Hey Cha Dong Joo, kau mengganggu
tidurku!” Joon Ha muncul tiba-tiba dengan kondisi baru bangun tidur. Woo
Ri terkejut melihat Joon Ha dan langsung menyembunyikan wajahnya,
sementara Dong Joo terus memainkan pianonya.
Woo Ri melirik ke arah Joon Ha dan
spontan ia langsung berdiri. Akibatnya, kelapa Woo Ri mengenai dagu Dong
Joo. Dong Joo langsung terjengkang wakakak.
Dong
Joo meringis kesakitan memegang dagu (lebih tepatnya dibibir). Woo Ri
menyalahkan Dong Joo seharusnya Dong Joo bisa lebih refleks lagi,
“Kenapa kau tak menghindar?”
Dong Joo : Apa?
Woo Ri ingin melihat apa ada yang
terluka. Dong Joo ingin tahu apa ada yang berdarah. Woo Ri melihat dan
berkata kalau tak ada yang berdarah hanya saja warnanya lebih merah.
“Karena kulitmu putih jadi terlihat lebih merah, kau harusnya lebih
hati-hati!”
“Kau juga harusnya lebih hati-hati!” Protes Dong Joo.
Joon Ha menepuk pelan bahu Dong Joo.
Woo Ri langsung bertanya, “Cha Dong Joo kejadian sebelumnya apa ada yang
kau ingat? Apa kau ingat?”
Dong Joo berpura-pura tak ingat dan berterima kasih atas usaha Woo Ri. Woo Ri kecewa Dong Joo masih belum mengingatnya.
Woo Ri bertemu ayahnya di depan rumah
Dong Joo. Ayahnya menyampaiakan kalau ia bekerja lagi di taman dan bisa
datang setiap hari. Ia bisa melihat bunga setiap hari dan bisa menunggu
Ma Roo, bermain dengan Dong Joo dan memberi makan ikan.
Sebelum ayahnya bekerja Woo Ri ingin
tahu apa Dong Joo pernah bertanya pada ayahnya tentang dirinya. Young
kyu menjawab tak pernah, “Apa kau ingin ditanyai?” Woo Ri berkata tak
perlu dan menyuruh ayahnya bergegas kerja.
Nenek tiduran di kamar ia memikirkan
Ma Roo yang ia temui dan ia harus memberi tahu Shin Ae. Ia tak peduli
sikap Shin Ae nanti. Dia marah atau tidak nenek tak peduli. Nenek
menelepon Shin Ae. Ia menyelipkan nomor telepon Sin Ae dibalik perban
tangannya.
Shin Ae tengah tiduran di kursi ia
menjawab teleponnya dan ketika tahu itu dari ibunya Shin Ae berkata
kalau ia tak mau diganggu lagi. Nenek minta Shin Ae jangan cerewat dan
harus mendengarkan apa yang akan dikatakannya, “Kemarin aku bertemu Ma
Roo di rumah sakit. Dia bilang sekarang dia punya ibu dan adik. Dia
hidup layak tapi ....”
Shin Ae mendesah meminta ibunya
minum obat saja ia langsung mematikan ponselnya. Nenek ngomel, “Anak
durhaka. Karena ibu seperti inilah Ma Roo lari dari rumah!” Nenek
kembali menelepon Shin Ae tapi Shin Ae tak menjawabnya. Shin Ae berfikir
apa benar ibunya bertemu Ma Roo.
Untuk memastikannya Shin Ae ke rumah
sakit ia bertanya pada petugas reseptionis apa ada pasien yang bernama
Bong Ma Roo. Petugas berkata tak ada pasien yang bernama Bong Ma Roo.
Shin Ae meminta mencarinya sekali lagi karena pernah ada yang melihat
dia ada di rumah sakit ini.
Petugas berkata walaupun dia terlihat
di rumah sakit bukan berarti dia seorang pasien. Shin Ae meminta
mencarinya didaftar nama dokter. Petugas kesal dan meminta Shin Ae
segera menyingkir karena antrian panjang.
Shin Ae emosi, “Kau jangan main-main
denganku aku ini istri pemilik Woo Kyung!” Petugas tertawa mendengarnya
dan meminta antrian berikutnya maju. Shin Ae tambah emosi dan minta di
panggilkan penanggung jawab rumah sakit.
Woo Ri minta bantuan Joon Ha untuk menekan Manajer Seo yang belum memberinya upah mengantar susu sebesar 100 dolar.
Woo Ri : “Kau tahu pemilik tempat ini kan? Si pemarah yang bisa bersinar dalam gelap. Apa kau mau aku melaporakanmu?”
Manajer Seo mempersilakan Woo Ri melaporkannya ia akan mengecek lagi tagihannya. Joon Ha tersenyum dan memanggil Woo Ri.
“Ya ampun kakaknya Cha Dong Joo!” Woo
Ri pura-pura menyapa padahal ia sudah mengatur semuanya hehehe. Melihat
ada kakak dari bosnya Manajer Seo ikut memberi hormat. “Kau sudah
bekerja keras!” sahut Joon Ha pada Manajer dan meminta Woo Ri ngobrol
dengannya. Woo Ri mengiyakan.
Melihat kedekatan Woo Ri dengan
keluarga boss-nya Manajer Seo langsung merogoh kantong celana mengambil
ponsel dan menelepon seseorang agar membayar upah mengantar susu untuk
Woo Ri.
Woo Ri sangat berterima kasih, atas
bantuan Joon Ha ia bisa gajian dan bisa membayar biaya rumah sakit
Neneknya. Joon Ha ingin tahu apa hasil pemeriksaan Nenek bagus. Woo Ri
berkata Joon Ha tak perlu khawatir. Tapi ada berita buruk yaitu Ma Roo
belum juga kembali.
Ada yang ingin Woo Ri tanyakan ke Joon Ha, “Bagaimana Cha Dong Joo bisa kehilangan ingatannya?”
Joon Ha : “Kenapa? apa kau sedih karena Dong Joo tak bisa mengingatmu?”
Woo Ri : “Bukan. Memangnya kenapa dia tak bisa mengingatku? Kami kan cuma bertemu sebentar!”
Joon Ha pernah mendengar kalau Woo Ri
menyukai Dong Joo. Woo Ri langsung diam menunduk. “Benar kan sekarang
aku bisa lihat kau pintar sekali berbohong!” sahut joon Ha.
Woo
Ri : “Tidak aku punya bukti, Ma Roo melihatnya. Cha Dong Joo dulu
selalu mencariku. Dia bahkan memberiku alamatnya. Dia selalu mengikutiku
sampai ke rumahku, ayahku juga bisa bersaksi!”
Joon Ha kemudian mengalihkan
pembicaraan, “Bukankah kau berjualan mobil?” apa Woo Ri bisa menjual
mobil bekas. Woo Ri heran bukankah mobil Joon Ha masih baru. Joon Ha
menyampaikan kalau ia akan kembali ke Amerika.
Woo Ri : Apa? Kapan?
Joon Ha merasa Woo Ri terlihat senang
kalau ia pergi. Woo Ri menolak anggapan itu, “Kalau dokter pergi
bagaimana dengan Cha Dong Joo?” Joon Ha heran, “Kenapa dengan Dong Joo?”
Woo Ri : “Dia akan kesepian, kalian sangat dekat!”
Joon Ha merasa ini tak adil, ia yang akan pergi ke Amerika tapi Woo Ri terus mengkhawatirkan Dong Joo.
Woo Ri : “Tidak, aku lebih menyukai dokter dari pada Cha Dong Joo!”
Ponsel Woo Ri berdering, Seung Chul
menleponnya. Joon Ha memandang Woo Ri yang menjauh menerima telepon,
“Kau lebih menyukaiku dari pada Cha Dong Joo? Aku tak percaya, kau itu
pembohong besar!”
Di tempat belajarnya Seung Chul
menyempatkan diri menelepon Woo Ri, “Apa kau merindukanku? Aku pulang
dan kau tak mencariku? Kenapa? aku sudah pergi lagi apa kehadiranku tak
kau harapkan?”
Woo Ri : “Tentu saja. sejak kau tak ada Nenek kesepian di rumah dan harus pergi ke rumah sakit sendirian. Terima kasih!”
Seung Chul : “Jangan hanya berterima
kasih padaku, selama 10 tahun aku mengerjakan tugas di taman demi kau.
Bong Woo Ri semua kesengsaraanmu sudah berakhir!”
Seung Chul menyudahi teleponnya karena Chef sudah datang.
Seung Chul menatap koran yang ia baca,
disana tertulis ‘Cha Dong Joo penerus Woo Kyung setelah pergi selama 16
tahun memulai bisnis kosmetik sendiri’. “Cha Dong Joo, kau itu belum
seberapa!” Seung Chul membanting korannya.
Woo Ri kembali ke tempat dimana ia
meninggalkan Joon Ha tapi Joon Ha sudah tak ada disana, Woo Ri
celingukan tapi ia tak melihat Joon Ha.
Chef meminta peserta mengerjakan sesuai resep, “Pikirkan itu seperti kalian belajar 1 tahun!”
Seung Chul menyahut, “Satu tahun? Rasanya seperti 20 tahun. Aku akan membuat pernyataan untuk kalian!”
Chef : “Lee Seung Chul kembalilah kenapa tidak ikuti saja resepnya?”
Seung
Chul : “Mengingat resep tidak berarti rasanya akan selalu enak, hal
yang paling penting adalah hasrat yang ada di dalam hati. Seharusnya
disini kita keluarkan dulu apa yang ada dalam hati kita dan kenapa kita
disini!”
Chef meminta kata-kata itu
disampaiakan setelah kita selesai kelas ini. Plukkk Seung Chul
menempelkan telunjuknya ke mulut Chef, “Tidak. Aku akan menggoreng ayam
selama 20 tahun dan akan menjadi pemilik toko ayam goreng. Jadi aku
harus mengeluarkan apa yang ada dalam hatiku!”
Minyak adalah air, ayam adalah bunga.
Hanya ketika bunga mendapat air yang takarannya tepat rasa lezatnya akan
keluar. Jadi kita perlu ayam yang terbesar dan minyak yang terbaik.
Seung
Chul sangat bersemangat, “Sampai bisa menggoreng ayam yang terlezat
dimasa depan aku akan bertanggung jawab atas ayam goreng!” Peserta lain
bertepuk tangan.
Presdir Choi menolak membiayai iklan
Taman botani Dong Joo, “Woo Kyung adalah perusahaan pembuat
semikonduktor, mana bisa aku mengeluarkan biaya iklan terpisah. Kalau
kau mau membuat kosmetik silakan tapi kau harus mengikuti aturan
perusahaan!”
Ny Tae dan Shin Ae masuk ke
ruangan Presdir Choi. Ia meminta Shin Ae menunggu di luar saja. Presdir
Choi meminta Dong Joo bersabar karena kondisi keuangan yang belum
stabil, kalau saatnya tepat ia akan memberikannya.
Dong Joo : “Jadi perusahaan besar
tidak melakukan iklan untuk produknya. Sebagai anakmu aku mengerti. Tapi
kalau hal ini sampai diketahui pesaing mereka akan meremehkan Woo
Kyung!”
Ny Tae mendengarkan perbincangan keduanya sambil membaca koran.
Presdir Choi : “Itu bisa saja terjadi. Jadi apakah aku harus mendukung Taman botani agar reputasi Woo Kyung tidak turun?”
Dong Joo mendengar ada rumor yang
menyebutkan kalau Presdir menghalang-halangi bangkitnya produk Energy
Cell. Presdir Choi ingin tahu siapa yang bilang begitu.
Dong
Joo berkata itu hanya rumor, “Sekarang aku hanya bisa mengikuti saran
Ayah bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengiklankan Taman
Botani!”
Dong Joo mengajak Staf-nya membahas
rancana iklan di TV. Dong Joo membawa kantong kacanganya ke kantor. Min
Soo risih melihatnya, “Boss bisakah kau simpan kantong kacangmu? Aku tak
bisa konsentrasi!” Dong Joo menjawab ia memerlukan kantong kacangnya
untuk berkonsentrasi.
Dong Joo : “Pertama-tama kita bahas
mengenai penjualan dan isi promosi. Setelah 2 minggu menggunakan produk
ini dan pelanggan merasa tak puas kita kembalikan uang meraka!”
Park Dae Ri tak yakin, setelah 2 minggu apa tak beresiko.
Min Soo : “Kau menggunakan produk kita kan? Setelah kau pakai produk itu, kau tak mengembalikannya!”
Dong Joo : “Apakah kita yakin akan
manfaat dari produk itu? kita harus memahami benar produk kita. Bagaimaa
kampanye status marketing kita?”
Dae Young : “Ya. 30rb contoh barang yang kau perlukan aku bisa menyiapkannya besok!”
Dong
Joo senang itu lebih dari cukup. ia meminta Park Dae Ri mengedarkan
produk melalui majalah dan buku katalog bisnis. "Ayo kita mulai
bekerja....”
Dong Joo masuk ke ruangannya Min Soo
terus memperhatikannya. ia merasa heran kenapa Dong Joo selalu membawa
kantong kacang itu. Kim Bi berbisik pada Min Soo, “Boss kita itu, apa
dia sudah tahu kalau perusahaan ini akan seperti ini?”
Dong Joo membaca berkas sambil
memainkan kantong kacangnya. Woo Ri mengiriminya sms meminta nomor
rekening Dong Joo. Ia ingin mengembalikan uang penjualan lukisan 3 juta
won. Dong Joo heran karena ia sudah menerima uang segepok dari Seung
Chul, kenapa Woo Ri ingin mengembalikan uang lagi.
Woo Ri di tempat kerjanya ia tengah
membersihkan mobil-mobil yang akan di jual. ia mendapat balasan sms dari
Dong Joo, “Aku tak punya rekening Bank tak usah dikirim!”
Woo Ri tak percaya, “Dia tak punya
rekening bank? Tidak mungkin!” Ia kembali mengirim sms pada Dong Joo,
“Kalau begitu kita bertemu aku tak bisa hidup dengan dibebani hutang!”
Dong Joo tersenyum membacanya, “Dia tak bisa hidup!” gumamnya. Dong Joo membalas sms, “Tidak bisa bertemu aku tak punya waktu!”
Woo Ri kesal dan membalas sms lagi, “Bagaimana kalau aku ke rumahmu?”
Dong Joo membalas sms-nya beberapa kali.
“Lagi?”
“Kenapa kau ke rumahku setiap hari?”
“Kenapa?”
Sms berikutnya Cuma tanda seru (!)
“Lagi?”
“Kenapa kau ke rumahku setiap hari?”
“Kenapa?”
Sms berikutnya Cuma tanda seru (!)
Dong Joo menunggu sms balasan dari Woo Ri tapi tak kunjung datang, ia pun kembali mengirim sms.
Woo Ri mengumpat memandang
ponselnya, “Dasar kotoran semut!” dan sms Dong Joo pun kembali masuk,
“Aku melihatnya, ‘kotoran semut’ kau mengumpatku. Aku bisa mendengar
semuanya. Kita ketemu jam 10 besok di taman!” Woo Ri tertegun.
Joon Ha menemui undangan Presdir Choi
di kantor Woo Kyung, Presdir menyuguhkan minuman untuk Joon Ha. Presdir
tak menyangka kalau Pabrik Kosmetik Po River itu milik Joon Ha. Joon Ha
heran apa Presdir memanggilnya hanya untuk menanyakan hal itu. Presdir
hanya sedikit terkejut mengetahui hal itu, ia tak menyangka Joon Ha
melakukan itu semua untuk Dong Joo. “Bukankah kau seorang dokter?”
Joon Ha berkata kalau ia tertarik
dengan bisnis dan Dong Joo juga tertarik dengan bisnis. Karena itu ia
berfikir untuk menginvestasikan uang miliknya pada Dong Joo dan itu tak
akan ada masalah.
Presdir memuji
Joon Ha pandai mengatur uang dan ia yakin kalau jumlah investasi Joon Ha
tak sedikit. Joon Ha mengaku kalau ia juga memliki beberapa saham di
Amerika, “Bisnis apapun semua dikendalikan oleh Investor. Dengan menjadi
Investor kita mudah mengendalikan orang-orang!”
Presdir Choi memuji kalau Joon Ha
mirip dengannya, “Apakah kau lebih tertarik berbisnis dari pada menjadi
dokter?” Presdir melihat Joon Ha selalu mendampingi Dong Joo dengan
menjadi bayangan Dong Joo.
Joon Ha : Bayangan?
Presdir : “Kau kan mirip denganku. Tapi kalau aku, aku tak akan pernah mau hidup menjadi bayangan orang lain. Apa aku salah?”
Joon Ha tersenyum, “Kupikir anda
keliru. Aku puas dengan kehidupanku yang sekarang. Semakin banyak yang
kuinginkan aku tak akan lebih bahagia. Jika merasa cukup maka kau sudah
bahagia. Bagaimana pendapat anda?”
Presdir : “Hubunganmu dengan orang-orang di rumah tanggaku. Istriku, Dong Joo dan kau. Apa kau benar ingin seperti ini terus?”
Joon Ha : “Ibu, Dong Joo dan aku sudah satu keluarga. Dan aku akan selalu melindungi mereka!”
Presdir : “Bagaimana kalau ada yang lebih baik dari itu?”
Joon Ha : “Aku tak tahu kalau ada yang lebih baik!”
Presdir : “Kau hanya perlu waktu untuk memikirkannya!”
Presdir masuk mobilnya dan di sana
sudah ada Shin Ae. Shin Ae ingin tahu bagaimana dia (Joon Ha).
“Orang-orang seperti itu aku sudah tahu mereka itu bagaimana!” sahut
presdir Choi.
Shin Ae meminta Presdir Choi hati-hati, “Aku tak suka kehadirannya yang begitu misterius, apa kau sendiri tidak curiga?”
Presdir tanya bagaimana
pencarian Shin Ae di rumah sakit. Shin Ae menjawab ia tak tahu. Ia minta
Presdir saja yang melakukannya, ia tak punya banyak kesempatan di sana.
“Aku sendiri tak yakin apakah kata-kata ibuku benar atau tidak. Mencari
Ma Roo sekali lagi. Kau harus awasi Tae Yeon Sook yang melibatkan Dong
Joo dalam bisnis. Dia tak akan berhenti!”
Presdir : “Kalau dia tetap meneruskan malah anaknya yang akan celaka!”
Young Kyu membuka pintu kamar ibunya
dan ia melihat ibunya tengah minum alkohol, “Apa yang ibu lakukan?”
Nenek langsung menyembunyikan botol minumannya.
Young
Kyu menyalakan lampu, ia merasa Ibunya tidak sedang tidur. dari luar ia
mendengar suara orang minum. Young kyu mencium ada aroma alkohol, “Ibu
apa kau minum lagi?” Nenek menutup mulut dan menggeleng, “Tidak. Aku tak
minum alkohol, pergilah!”
Young Kyu mengambil tulisan dan
menempelkan didahi ibunya, Cha (tidur) Nenek heran apa ini. Tidur jawab
Young Kyu. Nama keluarga kita tak ada di sini tapi nama Ma Roo ada
jelasnya. Young kyu menunjukan kata yang berbunyi Ma.
Nenek terharu melihat young kyu sudah mengenal huruf, “Ya Tuhan perlu waktu seumur hidup untuk melihatmu bisa membaca huruf!”
Young
Kyu mengatakan kalau Woo Ri memberinya banyak PR dan itu membuatnya
pusing. Tapi sejak bertemu dengan Dong Joo ia menjadi suka. “Aku suka
main sekolah-sekolahan dengan ikan!”
Nenek menangis terharu, “Ma Roo bilang
ayahnya bodoh tapi lihatlah dia begitu pintar. Kalau tahu seperti ini
aku tak akan melepaskan Ma Roo pergi!”
Young Kyu heran, “Apa? Ibu apa kau bertemu Ma Roo? apa ibu bertemu dengannya?” Nenek berbohong ia bertemu Ma Roo dalam mimpi.
Young Kyu jadi sedih ia juga ingin
bermimpi bertemu Ma Roo, “Ibu bagaimana caranya bermimpi? Bagaimana
caranya? Aku mau bermimpi. Aku mau bermimpi, aku mau bertemu Ma Roo. Aku
mau bermimpi!” Young Kyu terus merengek sambil memukul kepalanya.
Woo Ri melihat ayahnya tertidur masih
mengenakan helm senternya. Woo Ri akan melepas helm senter ayahnya tapi
Young Kyu langsung tersadar tapi matanya masih terpejam, “Ayah apa kau
tak tidur? Kalau begitu helm helm-nya dilepas kalau tidak kepalamu akan
sakit!”
Young Kyu tak mau melepasnya ia
bersikeras berkata sambil memejamkan mata kalau itu tak sakit, “Helm
Bong Young Kyu aku paling suka!”
Woo Ri : “Oh oh orang tidur kok bisa bicara? Kau berbohong ya, nanti polisi akan menjemputmu!”
Young Kyu langsung melek dan bangun, “Tidak tidak aku tak tidur. Woo Ri ibu bertemu Ma Roo!”
Woo Ri tekejut, apa?
Young
Kyu : “Dia bertemu Ma Roo dalam mimpi. Aku harus tidur cepat agar bisa
bertemu Ma Roo dalam mimpi. Aku selalu tidur setiap hari tapi tak
pernah bertemu Ma Roo. Bahkan dalam mimpi-pun dia tak mau menemuiku. Ma
Roo tak pernah datang. Tapi ibu bertemu Ma Roo. Benar ibu bertemu Ma
Roo. Lalu aku bagaimana? Bagaimana dengan aku?”
Woo Ri tahu kesedihan ayahnya dan ia
langsung menghiburnya, “Ayah ayah. Tunggu, aku sedang marah!” Woo Ri
memalingkan wajahnya. Ayahnya tanya, kenapa.
Woo
Ri mendelik, ia sudah menyuruh ayahnya belajar nama-nama keluarga. Tapi
ayahnya tak mau dan beralasan sakit kepala tapi nama-nama ikan Ayahnya
mau belajar, “Kau lebih suka ikan dari pada putrimu!”
Young Kyu : “Tidak, aku suka ikan. Aku
juga suka Bong Woo Ri. Aku suka ibu, aku suka Bong Ma Roo, Mong Goon,
Seung Chul, Ibunya Seung Chul, jari Bong Youn Kyu, jari Cha Dong Joo,
Cha Dong Joo. Aku suka semuanya!”
Woo
Ri ingin tahu kenapa ayahnya menyukai Cha Dong Joo. Young kyu berkata
kalau Cha Dong Joo itu baik. “Dia seperti Mi Sook, mirip. Itulah kenapa
aku menyukainya!”
Woo Ri heran, “Ibu? Mereka tak mirip!”
Young Kyu : “Tidak tidak mata Mi Sook dan mata Cha Dong Joo meraka sama persis. Mi Sook tak bicara tapi Dong Joo bisa bicara!”
Young
kyu menyalakan senter helm dan memandang foto keluarganya, “Benarkan Mi
Sook? Haruskan aku mengajari Cha Dong Joo bahasa isyarat?” Woo Ri
menatap aneh.
Woo Ri berjalan sendirian di taman, ia
memandang jam tangan yang terpasang di tas gendongnya. Ia melihat
ayahnya lari-lari di taman. Woo Ri ingin memanggil tapi tak jadi, ia
melihat ayahnya menghampiri Dong Joo.
Young Kyu menunjukkan kalau Dong Joo
salah dalam berkebun. Woo Ri memperhatikan dari jauh. Dong Joo mengerti
dan langsung mempraktekannya kemudian bertanya apa selanjutnya.
“Menyiram tanaman!” sahut Young Kyu. “Karena tak ada hujan mereka
kehausan, tapi ini sulit!” Dong Joo merebut selang airnya dan berkata ia
bisa melakukannya.
Young Kyu merebut kembali selang airnya, “Jangan kau tak bisa, putik bunganya akan gugur. Tidak boleh!”
“Aku bisa!” Dong Joo merengek.
Young Kyu mengancam kalau Dong Joo tak
mau mendengarkannya maka ia akan menyebut Dong Joo dengan sebutan
bayi. Dong Joo memandang wajah dan memperhatikan semua yang diucapkan
Young Kyu, “Bolehkah aku menyiram sekali saja? Aku bisa!”
Woo Ri tercengang melihatnya, apa ia menyadari sesuatu. Mata woo ri mulai berkaca kaca.
Young
Kyu : “Cha Dong Joo kalau kau tak mendengarkanku namamu akan kutulis
dan kutempel di pohon itu. Jangan seperti ikan-ikan yang tak mau
mendengarkan!”
Dong Joo mengeja namanya, “Namaku Cha Dong Joo!” Young Kyu tahu huruf Cha. Tapi ia tak tahu huruf selanjutnya nama Dong Joo.
Dong Joo tertawa, “Karena kau
tak bisa menuliskan namaku jadi aku tak perlu mematuhimu!” Dong Joo
berusaha merebut selang airnya tapi Young kyu melarang.
Young Kyu pergi akan menyiram, sebelum pergi ia menjulurkan lidahnya. Dong Joo tertawa.
Dong Joo melihat jam tangannya ia
teringat janji bertemu Woo Ri. Sebelum pergi ia memandang bunga yang ada
di depannya. Dong Joo menutup kedua telinga dengan tangan matanya
terpejam, “Apa maksudmu terima kasih?” Dong Joo bicara dengan bunga.
Dong Joo membuka matanya dan
tersenyum. Air mata Woo Ri hampir menetes melihatnya. Dong Joo kembali
melihat jam tangannya, ia sudah hampir terlambat dan langsung bergegas.
“Cha Dong Joo!” teriak Woo Ri. Dong
Joo tak melihatnya, ia tak tahu kalau Woo Ri berteriak memanggilnya.
Dong Joo mempercepat langkahnya.
“Cha Dong Joo!” Woo Ri kembali berteriak berjalan tapat di belakang Dong Joo.
“Cha Dong Joo, jawab aku!” Air mata
Woo Ri menetes. “Kau tak mengatakan kau suka padaku, aku sudah
berbohong. Aku bilang aku bohong!” Woo Ri terus berteriak.
Dong
Joo terus berjalan. Woo Ri menangis dan kembali berteriak, “Apa kau tak
mendengarku? Kau bilang kau bisa mendengar suaraku!”
“Cha Dong Joo, CHA DONG JOO!” Woo Ri terus berteriak. Dong Joo melangkah pulang ke rumah sambil terus tersenyum sumringah.
“Cha Dong Joo!” Woo Ri bergumam pelan berhenti mengejar Dong Joo.
re-posted and-re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment