Thursday, October 03, 2013

Can You Hear My Heart Episode 14


Dong Joo akhirnya tahu dalang dibalik semua kekacauan yang menimpa Woo Kyung. Ibunya berada dibalik semua ini.

Joon Ha berusaha menghubungi Dong Joo tapi Dong Joo tak menjawab teleponnya. Ia mengirim pesan suara, “Dong Joo jawab teleponnya. Dimana kau? hubungi aku secepatnya kau...”

Ny Tae merebut ponsel Joon Ha dan minta membiarkan saja. Joon Ha tak mau ia harus menemui Dong Joo. Ny Tae berkata kalau suasana hati Dong Joo sedang gusar, dia tak akan mendengarkan Joon Ha, jadi biarkan saja dia. “Dia juga seperti itu ketika di Saipan. Temui dia ketika amarahnya sudah mereda!”

Joon Ha tak bisa membiarkan Dong Joo marah begitu saja ia menyalahkan ibunya. Ny Tae tahu konsekuensi yang ia lakukan, ini sebuah pilihan yang harus ia pilih. “Setelah membeli semua saham aku akan menyeret Choi Jin Chul dari kursinya dan membuatnya tak bisa berkuasa lagi. Bukankah kita ke sini untuk melakukan itu? selama 16 tahun, apa aku salah?”


Joon Ha mengerti ia sadar ini bukan kesalahan ibunya. Tapi ini adalah kesalahanya yang tak bisa menghentikan perbuatan ibunya.

Joon Ha keluar kamar, Ny Tae memanggilnya meminta Joon Ha mendengarkan kata-katanya. Tapi Joon Ha tak peduli ia langsung pergi.


Sambil menyetir Joon Ha terus mencoba menghubungi Dong Joo, ia terus mengirim pesan suara meminta Dong Joo mengangkat teleponnya. Ia sadar dan tahu Dong Joo sangat marah tapi ia juga marah atas semua kejadian ini.

Min Soo menelepon Joon Ha, Ia mengira itu telepon dari Dong Joo. Min Soo cemas apa Joon Ha juga tak bisa menghubungi Dong Joo. Min Soo ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan Dong Joo. Joon Ha mengatakan mungkin sebentar lagi Dong Joo akan ke kantor. Joon Ha mengingatkan kalau Min Soo itu adalah kepala team jadi jangan membuat panik pegawai lain, ikuti saja apa yang sudah diperintahakan Dong Joo.


Nenek memandang sketsa wajah Ma Roo (Joon Ha) Tiba-tiba Woo Ri masuk ke kamarnya. Ia langsung menyembunyikan sketsa itu di bawah selimutnya.

Woo Ri heran apa yang dilakukan Nenek. Woo Ri ingin lihat tapi Nenek melarang dan beralasan kalau selimut itu ada ompolnya. Bukankah Woo Ri menyuruhnya memakai pispot, Nenek minta mana pispotnya.


Nenek mengeluh Young Kyu kerjanya hanya memberi makan ikan saja, sedang dirinya tak diberi makan. “Cha.. Cha siapa itu? Cha Dong Cha atau apalah, selalu dia saja yang didekatinya!” Woo Ri meralat, “Bukan Cha Dong Cha tapi Cha Dong Joo dia bukan orang jahat. Dia mengajari ayah baca tulis!”
Nenek : “Memangnya kenapa, dia berfikir semua orang Woo Kyung itu jahat, apa masih ada yang baik di sana? dari keluarga mana dia?”

Woo Ri tak menjawab ia malah mengeluarkan snack untuk Nenek. Tapi Nenek malah minta obat ia harus makan obat dulu. Woo Ri heran obat apa bukankah Nenek tak sakit. Nenek mengeraskan suaranya dan berkata itu vitamin yang Shin Ae bawakan kemarin.

Woo Ri segera menyiapkan makanan untuk Nenek, Nenek kembali mengambil sketsa wajah Ma Roo dari balik selimutnya. Ia kembali memandang dan memuji cucunya tampan.


Joon Ha sampai di rumah Dong Joo ia memanggil adiknya tapi ia malah melihat Young Kyu tengah mencuci tangan, ia segera sembunyi. Young Kyu merasa tadi ada suara tapi ketika ia berbalik tak ada siapa-siapa, ia merasa mendengar ada yang berteriak Dong Joo. Young Kyu tanya ke ikan-ikan apa ikan juga mendengarnya.


Young Kyu mengelap aquarium Joon Ha masih disana, ia mengintip. Tiba-tiba Ponsel Joon Ha berdering, ia segera pergi dari sana. Young Kyu mendengar ia celingukan tapi tak melihat siapa-siapa, ponselnya sendiri pun berdering. Woo Ri meneleponnya.

Young Kyu terkejut Woo Ri mengatakan ada masalah besar, “Ibu tak boleh lapar!” sahut Young Kyu. Ia akan segera pulang dan akan membuat nasi yang enak. Joon Ha melihat kepulangan ayahnya ini dengan hati yang pedih.

Woo Ri menyiapkan makanan untuk Nenek. Ia teringat ketika Joon Ha mengatakan kalau Dong Joo sedang mengalami masalah di perusahannya. Woo Ri penasaran masalah apa itu.


Paman Lee datang mencari sobatnya. Woo Ri bilang kalau ayahnya belum pulang. Paman Lee melihat ada arloji baru di tangan Woo Ri, “Apa kau bertunangan ini arloji pertunangan?” Woo Ri berkata kalau itu bukan miliknya dan ia akan segera mengembalikannya. Sebelum Woo Ri mengembalikannnya, Paman Lee ingin mencoba dulu kelihatannya itu mahal sahutnya. Tapi Woo Ri kembali berkata kalau itu bukan miliknya kenapa harus mencobanya. Paman Lee merasa kalau Woo Ri pelit sekali apa kalau arloji itu ia coba akan membuatnya menjadi macet.

Woo Ri akhirnya mau, “Kalau begitu tolong lepaskan ini sudah kucoba tapi tak mau lepas!” Paman Lee berusaha melepas arloji Woo Ri dan ternyata kesusahan. Woo Ri bilang kalau itu arloji itu aneh. Paman Lee menyahut kalau itu bukan arloji melainkan borgol.


Paman Lee ingin Woo Ri menceritakan tentang Dong Joo, karena ia, Young Kyu dan Dong Joo akan menjadi 3 sekawan jadi ia perlu informasi. “Apa dia bisa minum? Pria di Korea harus bisa minum!” Woo Ri membentak jangan mengajarkan minum alkohol, “Jangan mengajarkan hal-hal yang buruk pada dia!” Paman Lee heran Woo Ri menyebut Dong Joo dengan sebutan dia. Paman Lee mengira orang yang memberikan arloji itu Dong Joo.


Woo Ri bilang bukan dia ini orang lain. Paman Lee kaget ternyata ada orang lain lagi. lalu bagaimana dengan Seung Chul. Woo Ri menjawab tak tahu, ia mengatakan kalau Dong Joo sibuk jadi sulit untuk menjadi 3 sekawan. Paman Lee bergumam sambil melirik Woo Ri, “Orang itu!”


Presdir Choi masuk ke kamar ia melihat istrinya sudah tertidur, ia malah menyalakan lampu membuat Ny Tae membuka matanya. Ny Tae minta suaminya mematikan lampu karena ia sudah minum obat. Presdir Choi minta istrinya segera bangun, “Sampai kapan kau akan hidup dari menghisap darahku?” Ny Tae bangun kesal mendengarnya, “Apa katamu?”
Presdir Choi : “Kenapa? Apa aku salah bicara. Dong Joo seperti itu dan kau juga. Apa kerjamu sebagai istri?”
Ny Tae ingin tahu apa yang diinginkan suaminya. Presdir minta istrinya menjaga Dong Joo, karena dia saham Woo Kyung tenggelam.


Ny Tae : “Apa kau yakin sejak awal? Kau belajar dari kesalahan. Bukankah Woo Kyung kosmetik ditutup karena kau kurang pengalaman. Anakmu mau melakukan apa yang tidak kau lakukan. Aku tak tahu kesalahan apa yang dia buat, tapi hidup dengan menghisap darahmu apa itu perkataan seorang ayah? Tak bolehkah aku istirahat di rumahku sendiri? Warisan ayahku kau sudah mengambil semuanya!”


Presdir tertawa meremehkan, “Jadi kalau kau mengambil semua uangmu kau akan menutup mulut? kalau bukan karena aku memangnya kau bisa jadi seperti ini. Lihat Dong Joo dia benar-benar mengacaukan semuanya. Apa kau mengerti kata-kataku. AKU PANTAS MENDAPATKAN WARISAN ITU!”

Ny Tae tanya apa yang suaminya ingin ia lakukan. Presdir meminta istrinya menyuruh Dong Joo kembali ke Amerika.


Karena kesal Presdir Choi pulang ke apartemen Shin Ae. Di sana Shin Ae menyiapkan makanan untuk Presdir. Shin Ae ngomel bukankah yang seharusnya keluar dari rumah itu adalah Ny Tae. Presdir mengatakan kalau itu warisan ayah istrinya. Apa Shin Ae pikir dia akan pergi begitu saja. Presdir minta Shin Ae memberikan sketsa gambar Ma Roo.


Shin Ae tak memilikinya ia beralasan kalau ia meninggalkan sketsa gambar itu di rumah ibunya. Ia minta Presdir menunggu beberapa hari lagi. Presdir penasaran apa benar ibu Shin Ae melihat Ma Roo di rumah sakit. Shin Ae mengatakan kalau ibunya bilang kalau dia mirip sekali dengan Presdir. Presdir tambah heran bagaimana ibu Shin Ae tahu wajahnya. Shin Ae mengingatkan bukankah si bodoh Young Kyu saja tahu.


Presdir ingin tahu bagaimana keadaannya, Shin Ae berkata dulu dia baik-baik saja. Walaupun dia hidup sebatang kara tapi dia tumbuh menjadi anak yang cerdas. “Jika Ma Roo ada disini kau tak akan khawatir seperti hari ini!”

Presdir menerima telepon ia mendapat laporaan kalau W Investment Partner, sebuah perusahann investasi besar sudah membeli saham-saham Woo Kyung. Pelapor juga menyampaikan kalau Pemilik dari W Invest adalah Jang Joon Ha. Presdir terkejut mendengarnya. Ia minta dipersiapkan pertemuan dewan direksi untuk besok. Shin Ae penasaran kenapa dengan Joon Ha. Presdir bergumam, “Dong Joo sedang mengalami krisis dan dia memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli saham!”

Joon Ha menunggu Dong Joo di depan rumah, ia teringat percakapan dengan ibunya.


Joon Ha : “Haruskah aku tak usah pergi? Haruskah aku tak kembali ke Amerika? Haruskah aku pergi ke Choi Jin Chul?”
Ny Tae : “Aku harus menyelesaikan ini secepat mingkin. Itu satu-satunya yang kuinginkan!”


Joon Ha mengingat percakapan itu dan bergumam, “Cha Dong Joo akulah yang harus ditertawakan. Ini karena aku meninggalkan diriku sendiri. Karena aku meninggalkan keluargaku. Aku takut keluargaku akan meninggalkanku. Begitulah seharusnya!”

(Joon Ha takut Ny Tae akan meninggalkannya kalau dia ga nurut, sementara dia sudah meninggalkan keluarganya yang dulu jadi dia ga mau kehilangan keluarganya lagi)


Dong Joo masih menyendiri ia berada di dalam mobil di tepi sungai. Di dalam mobil Dong Joo menyetel musik Beethoven yang tak bisa di dengar tatapan mata Dong Joo kosong ia tak semangat. Dong Joo berusaha merasakan getaran dari suara musik di mobilnya. Ia memejamkan mata berusaha mendengar suara musik “kung kung kung” gumamnya.


Woo Ri berada di kamar memandangi kantong kacang, “Cha Dong Joo!” Woo Ri bergumam. Ponselnya berdering Dong Joo meneleponnya ia heran dan panik apa yang harus dilakukannya ia tak segera menjawab. Dong Joo menelepon lagi dan Woo Ri langsung menjawab terburu-buru sampai tersedak dan batuk.

Terdengar dari sana Dong Joo minta Woo Ri membuka pintu, “Aku ada di depan rumahmu!” Woo Ri kaget. Woo Ri segera turun dan memanggil Dong Joo. Sadar kalau panggilannya bisa menimbulkan keributan dan juga tak didengar Dong Joo, Woo Ri langsung diam.


“Orang yang mencium Seung Chul!” panggil Dong Joo. Woo Ri berbalik badan dan melihat Dong Joo ada di depan pintu rumah Seung Chul. Woo Ri tanya apa yang dilakukan Dong Joo disana.

Dong Joo heran apa ini bukan rumah Woo Ri, ia mendongak ke lantai 2 ternyata rumah woo Ri di sana sahutnya. Dong Joo akan ke atas tapi Woo Ri menahan kau mau kemana. Dong Joo heran kenapa Woo Ri dan ayah Woo Ri datang kerumahnya setiap hari, apa ia tak bisa datang ke rumah Woo Ri. Woo Ri mengingatkan jam berapa sekarang karena semua orang sudah tidur.


Dong Joo : “Sudah tidur? kenapa kalian tidur begitu cepat?”
Woo Ri ingin tahu apa ada masalah. Dong Joo berkata memangnya kalau ia datang hanya jika ada masalah. “Aku sedang bekerja. Kau menyebutku apa kalau aku sedang bekerja? Kotoran semut?”

Dong Joo menarik lengan Woo Ri. Woo Ri langsung melepasnya, “Apa yang kau lakukan?” Karena semua orang sudah tidur Dong Joo akan mengajak Woo Ri ke suatu tempat.


Keduanya berada dalam mobil Dong Joo. Ia membetulkan letak kaca mobilnya supaya bisa melihat Woo Ri bicara. Woo Ri melirik Dong Joo. Dong Joo minta Woo Ri jangan melihatnya secara diam-diam seperti itu, ia bisa melihatnya.

Woo Ri penasaran Dong Joo akan mengajaknya kemana. Dong Joo minta Woo Ri jangan mengajak bicara karena ia tengah mengemudi. Woo Ri menyuruh Dong Joo menepikan mobil. Dong Joo malah menyetel musik, Woo Ri mengeraskan suaranya menyuruh Dong Joo menepikan mobil.


Dong Joo mendorong wajah Woo Ri, “Berciuman dengan Seung Chul!” ucapnya. Woo Ri menyangkal bukan seperti itu.

“Apa kau suka Beethoven?” tanya Dong Joo. Woo Ri diam, Dong Joo kembali bertanya apa Woo Ri menyukai Beethoven. Woo Ri menjawab ya. Tapi Dong Joo bilang ia tak suka ia lebih suka Batman. (what hahaha)

Dong Joo menawarkan apa Woo Ri mau mendengar lagu yang lain. Ia mengganti musiknya dan mulai bersenandung mengikuti lagunya. Woo Ri yang sudah tahu keadaan Dong Joo yang sebenarnya menatap dengan perasaan sedih.


Dong Joo mengajak Woo Ri ke kebun binatang, keduanya menyelinap. Dong Joo menyorot seekor macan dengan senternya. Woo Ri melarang apa yang Dong Joo lakukan dia sedang tidur. Dong Joo mengatakan kalau macan hewan malam, “Mereka tak membutuhkan cahaya. Pernglihatan mereka sangat bagus di malam hari.”

Woo Ri : “Kenapa kau ke sini?”
Dong Joo : “Karena aku setiap hari hanya melihat taman jadi aku ingin melihat hewan hewan.”
Woo ri : “Apa hewan hewan ini milikmu juga?”
Dong Joo : “Bukan. Kalau kita ketahuan kita lari saja!”


Dong Joo menggandeng Woo Ri. Dong Joo berhenti ia merasa lupa sesuatu kalau macan juga pandai berenang dan bisa menyeberangi sungai. Tapi katanya macan tak mencium Seung Chul (buwahaha) Tahu kalau Dong Joo menyindirnya Woo Ri menarik tangannya, “Kenapa kau membawa-bawa Seung Chul?”

Dong Joo : “Apa itu tak boleh?”
Woo Ri : “Tak boleh!”
Dong Joo : “Kalau begitu kapan pun kau tak boleh menyebut nama Seung Chul di depanku!”
Woo Ri : “Kapan aku pernah membicarakan Seung chul?”
Dong Joo : “Seung Chul mengembalikan uang 3 juta won!”
Woo Ri : “Apa Seung Chul melakukannya?”
Dong Joo melotot, “Bukankah sudah kubilang jangan menyebut nama Seung Chul. Ayo kita melihat monyet!”


Keduanya tampak senang melihat tingkah monyet, Dong Joo mengarahkan senternya. Woo Ri meminta Dong Joo jangan melakukan itu. Dong Joo cuek. Woo Ri berusaha menggapai senternya tapi Dong Joo mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Woo Ri menyerah dan terdiam, melihat itu Dong Joo langsung menurunkan badannya sedikit, “Apakah ontanya sudah tidur?” Dong Joo kembali menarik Woo Ri. Tangan Dong Joo terus menggandeng tangan Woo Ri. Keduanya lari.


Dong Joo dan Woo Ri duduk dibalik semak-semak. Dong Joo meminta Woo Ri diam. Keduanya melihat onta dari kejauhan dan disana ada petugas yang sedang patroli.

Woo Ri tanya kenapa Dong Joo membawanya kesini. Karena gelap Dong Joo tak bisa melihat apa yang dikatakan Woo Ri. Ia beralasan senternya berat dan meminta Woo Ri yang membawanya. Woo Ri mengerti ia mengarahkan cahaya senter ke wajahnya sendiri.


Dong Joo : “Bagaimana waktu aku masih kecil? Ketika aku kecil, apa aku suka berpetualang seperti ini dan berkharisma?”
Woo Ri tersenyum, “Kalau kau pergi sekarang kau akan tertangkap!” Woo Ri menirukan ucapan Dong Joo ketika kecil dulu. “Hehehe apa kau berusia 7 tahun? Hahaha.”
Dong Joo : “Apa aku bilang seperti itu? tak masuk akal. Pembohong.”

Woo Ri kembali mengucap yang diucapkan Dong Joo dulu, “Pembohong hehehe. Lucu sekali, kau akan tertangkap. Kau akan disakiti kau akan didengar!"
"Begitulah kau, lagaknya macho tapi bicaranya seperti bayi." sambung Woo Ri.


Dong Joo : “Lalu sekarang? Apa aku masih seperti bayi? Suaraku?”
Keduanya perpandanagn dan momen manis ini dirusak oleh cahaya senter milik petugas patroli, “Hey siapa itu?” Dong Joo tersenyum sambil berdiri, “Halo!” dan mengajak Woo Ri segera lari.


Keduanya lari dikejar-kejar petugas. Bukannya cemas tapi keduanya malah tertawa-tawa.


Woo Ri duduk di bangku dan menerima telepon dari Joon Ha. Joon Ha menilai suara Woo Ri dan menyimpulkan kalau sekarang Woo Ri sedang tak tidur. Woo Ri membenarkan dan bartanya ada apa. Joon Ha hanya ingin memastikan apa Woo Ri sudah sampai di rumah. Woo Ri berkata kalau ia sudah sampai rumah, “Tapi sesuatu terjadi pada Dong Joo kan?”

Joon Ha : “Dong Joo kenapa?”
Woo Ri : “Sebelumnya kau bilang ada masalah di kantor tapi kelihatanya Dong Joo baik-baik saja!”
Joon Ha : “Apa kalian sedang bersama?”
Woo Ri menjawab ya. Joon Ha tanya dimana. Joon Ha meminta Woo Ri menunggunya ia akan ke sana dan menyuruh Woo Ri menjaga Dong Joo baik-baik.

“Orang yang mencium Seung Chul!” panggil Dong Joo sambil melempar sebotol air meneral ke arah Woo Ri, Dong Joo tersenyum.


Joon Ha bergegas ke tempat yang disebut Woo Ri tadi. Di depan rumah ia berpapasan dengan Min Soo. Min Soo mengkhawatirkan Dong Joo dan ingin tahu Joon Ha mau kemana. Joon Ha menyuruh Min Soo pulang dan sepertinya Dong Joo tak ingin menemui siapapun. Min Soo menebak apa Joon Ha akan menemui Dong Joo. Ia ingin ikut, “Aku tak akan mengganggu aku hanya khawatir paling tidak aku hanya bisa melihat wajahnya!” Joon Ha menyuruh Min Soo pulang karena ada hal yang perlu ia bicarakan dengan Dong Joo.


Dong Joo kesal Woo Ri mengatakan keberadaannya pada Joon Ha. Woo Ri minta maaf ia tak sengaja melakukannya. Dong Joo mengajak Woo Ri pulang sekarang, “Sudah malam apa kau tak pulang?” Woo Ri tak tahu ada masalah apa tapi Joon Ha menyuruh jangan pergi kemana-mana karena dia akan datang. “Kalau begitu kau tunggu saja, aku tak ada rencana menemuinya malam ini!” ucap Dong Joo. Woo Ri mencegat Dong Joo dan berkata ia takut sendirian. Maka dari itu Dong Joo meminta Woo Ri ikut dengannya sekarang.

Joon Ha sampai dimana Dong Joo dan Woo Ri berada. Dong Joo membuka pintu mobil meminta Woo Ri masuk, Woo Ri diam saja. Dong Joo tanya apa Woo Ri tak ingin masuk ke mobil. Woo Ri akan masuk tapi Joon Ha memanggil Dong Joo. Woo Ri berhenti dan menatap Joon Ha. Karena sudah kesal Dong Joo menutup pintu mobil dan segera masuk ke mobilnya. Dong Joo langsung tancap gas mengabaikan panggilan Joon Ha dan Woo Ri.


Joon Ha mengantar Woo Ri pulang, didalam mobil Woo Ri hanya bisa mendesah lemas. Joon Ha memperhatikannya dan berkata Dong Joo tak marah karena Woo Ri.

Woo Ri : “Kau seharusnya datang 10 menit lebih awal!”
Joon Ha : “Memangnya apa yang kau lakukan dalam 10 menit? Kalau kau tahu cara mengatasi amarah Dong Joo kau seharusnya memberi tahuku. Ini untuk pertama kalinya dalam waktu 16 tahun dia marah seperti ini. Aku sendiri tak tahu harus berbuat apa!”
Woo Ri : “Bukan itu, ada yang ingin aku berikan padanya!”

Woo Ri menunjukan kantong kacangnya, ia ingin memberikan itu pada Dong Joo tapi tadi ia lupa.


Joon Ha tiba-tiba menepikan mobilnya dan itu membuat Woo Ri kaget. Joon Ha berkata seharusnya tadi ia tak datang. Kalau saja Woo Ri memberikan kantong kacang itu pada Dong Joo mungkin Dong Joo tak akan marah lagi. “Ini juga salahmu kenapa kau mengatakan aku akan kesana? Ah... ini kesalahan kantong kacang ini? Dia orangnya sensitif, kapan kau akan mengembalikan itu?”

Woo Ri tak pernah berfikir seperti itu, “Apa kalian bertengkar? Kenapa menyalahkan kantong kacang?” Joon Ha tersenyum sepertinya ia sudah tak bisa membodohi Woo Ri lagi. Woo Ri kesal, “Kalian berdua sama saja!”


Min Soo belum pulang ia di rumah Dong Joo asyik makan mie. Sedangkan Dong Joo duduk melamun sendiri. Min Soo berbalik memandang Dong Joo. Sebagai kepala team ia meminta Dong Joo memberitahukan solusinya. Dong Joo menyahut kalau sedang makan jangan bicara.
Min Soo : “Kenapa kau bersikap seperti itu pada Joon Ha? Kalian berdua itu kan tak bisa dipisahkan?”


Dong Joo tak menjawab karena memang tak melihat apa yang diucapkan Min Soo. Min Soo kembali berkata, “Kau bilang kau tak suka gadis yang terlalu banyak bicara kan? Tapi tahukah kau, kau sendiri malah membuat orang lain banyak bicara?” Dong Joo tak melihatnya jadi tak tahu kalau Min Soo bicara padanya. Min Soo kesal ocehannya tak ditanggapi. Ia menghampiri Dong Joo.

Min Soo : “Cha Dong Joo, kita sudah saling mengenal selam 5 tahun. Walaupun aku bukan kekasihmu paling tidak aku bisa menjadi sahabatmu!”
Dong Joo ingin sendiri dan meminta Min Soo segera pulang.


Joon Ha sampai di rumah Dong Joo. Dong Joo kesal melihatnya dan kembali menyuruh Min Soo pulang. Dong Joo langsung ke kamar mengacuhkan Joon Ha.
Joon Ha merasa Dong Joo ingin sendirian dan mengajak Min Soo pulang. Min Soo sedih ternyata sulit sekali. Joon Ha tak mengerti.


Woo Ri mengantar susu di rumah Dong Joo. Ia mengira pasti Dong Joo dan Joon Ha sudah berdamai. Woo Ri mengambil kantong kacangnya dan siap menekan bel rumah. Tapi suara teriakan Manajer Seo menghentikannya, Manajer memanggil Woo Ri untuk mendekat padanya. Manajer Seo penasaran apa hubungan Woo Ri dengan kakak beradik yang tinggal disini. Manajer Seo mendorong kepala Woo Ri dengan jarinya, “Kau dan Bong Young Kyu tidak pantas bergaul dengan mereka!”


Woo Ri : “Memangnya kenapa tak pantas?”
Manajer Seo : “Apa aku tak tahu? Tidak selevel. Kalian bisa akrab bagaimana caranya? Metode apa yang kau gunakan?”
Woo Ri mendelik, “Apa kau tak tahu. Anggap saja ayahku dan aku memliki kesamaan. Kakak beradik itu orang yang tak sabaran, jadi mereka suka orang-orang yang bergerak cepat. Aku dan ayahku berjalan cepat. Cara berjalan dan bicara kami cepat!”
Manajer Seo : “Apa itu sebabnya mereka menyukai kalian?”


Woo Ri menyahut kalau tak percaya ya tak apa-apa. Wo Ri langsung pergi dengan cepat loncat sana loncat sini. Membuat Manajer Seo melongo, ia menirukan gerakan cepat Woo Ri. hahaha


Woo Ri di kamar ia mengambil kotak tempat ia menyimpan pianikanya. Woo Ri mengambil kantong kacang dari saku jaket dan menyimpannya di kotak itu, jam tangan pemberian Joon Ha juga disimpan di sana. Woo Ri mendesah memandang kantong kacangnya, “Tak bisa lagi ku kembalikan. Dia memang sensitif!”

Terdengar ribut-ribut di kamar Nenek, Woo Ri segera ke sana. ia melihat Nenek tengah beres-beres. Woo Ri tanya apa yang dilakukan Neneknya dan kenapa ada koper.


Nenek memarahi Bibi Lee karena dari tadi berisik, ia seharusnya akan pergi diam-diam sebelum Woo Ri pulang. Woo Ri panik Nenek mau pergi kemana. Bibi Lee bilang Nenek mau ke rumah Shin Ae.

Karena Woo Ri sudah datang Nenek meminta Woo Ri mengantarnya ke rumah Shin Ae. Woo Ri melarang karena nanti ayahnya akan khawatir. Nenek menegaskan ia akan ke tempat Shin Ae dan akan mencari Ma Roo bersama Shin Ae.

Bibi Lee mengatakan apa dengan pergi Seoul bisa menemukan Ma Roo, “Kau hanya akan disiksa putrimu!” Nenek minta Bibi Lee diam, “Lihatlah mereka berdua Young Kyu dan gadis ini, mereka sudah lupa untuk mencari Ma Roo jadi aku pergi saja. Aku akan mencari Ma Roo.”

Woo Ri mengerti ia akan bekerja keras lagi mencari Ma Roo. Nenek tak percaya dan minta Woo Ri memanggilkan taksi ia akan ke rumah Shin Ae. Woo Ri tetap meminta Nenek jangan pergi. Bibi Lee minta Woo Ri membiarkan saja Neneknya pergi, “Pergi saja. Suatu saat dia akan sadar betapa berharganya kau!” Bibi Lee kesal dan berteriak kalau ia yang akan memanggilkan taksi.


Dong Joo berdiri di depan bunga-bunga, ia menutup kedua telinga dan memejamkan matanya. Young Kyu memanggul pupuk dan melihat Dong Joo di sana. Dong Joo ke bunga, “Apa yang harus kulakukan? kenapa kau tak bicara? Aku harus pergi!” Dong Joo membuka mata, “Baiklah tapi mana Bong Young Kyu?”


“Bong Young Kyu ada di sini!” sahut Young Kyu menyapa Dong Joo. Young Kyu ingin tahu apa yang Dong Joo obrolkan dengan bunga-bunga. Dong Joo berkata hanya obrolan biasa yang menyedihkan. Young Kyu berseru Dong Joo tak boleh sedih dan bertanya kenapa, Siapa yang membat Dong Joo sedih. Apa orang yang menakutkan itu (Ny Tae). Dong Joo tertawa dan menjawab ya dan juga... Young Kyu heran ternyata banyak yang membuat Dong Joo sedih.


Dong Joo langsung jongkok menuliskan sesuatu di tanah, Young Kyu terkajut membacanya ‘da’ (semua) Dong Joo mengeja tulisan yang ditulisnya, “da da da (semua semua semua) semua orang yang tak mendengarkanku itulah kenapa aku marah. Orang-orang punya telinga tapi kenapa meraka tak mendengarkanku? Setiap hari mereka berbohong.”

Young Kyu meralat tidak semua orang, ia tak pernah berbohong. Ia selalu mendengarkan Dong Joo dan tak pernah berbohong, jadi tidak semua. Dong Joo tersenyum membenarkan. Ia langsung menyilang tulisan yang ia tulis tadi. Young Kyu berkata itu lebih baik dan meminta Dong Joo jangan bersedih.


Dong Joo mengatakan kalau ada satu masalah lagi. Apa yang harus ia lakukan pada semua orang yang sudah berbohong padanya. Young Kyu berfikir sejenak dan menjawab jangan diajak main. Jangan bermain bersama orang-orang itu nanti Dong Joo akan sedih. “Aku yang akan bermain denganmu!” Dong Joo tertawa, “Apa aku tak boleh bermain dengan mereka?” Kenapa itu tak terfikirkan olehnya. Dong Joo berterima kasih pada Young Kyu.

Presdir Choi sampai di kantor, Sekertaris Kim akan membuka pintu mobilnya tapi dengan cepat Dong Joo membuka pintu dan meminta supir Presdir keluar. Dong Joo duduk di depan. ia langsung tancap gas membawa mobil itu ke parkiran.


Dong Joo mulai bicara ia mengatakan kalau masalahnya mulai menumpuk dan ia belum menemukan solusinya, “Apa yang harus aku lakukan Ayah?”
Presdir : “Ketika kau memulai bisnis kau tak mendengarku kenapa sekarang kau minta tolong padaku?”


Dong Joo menyadari itu dan berkata kalau masalahnya bertambah besar dan harus segera di atasi, rumor itu disampaikan oleh mantan pegawai pabrik jika ia mengungkap itu, masalahnya akan bertambah parah termasuk juga nama Energy Cell.

Presdir mencibir apa ada jalan untuk tidak bertambah buruk, Energy cell sudah tamat. Kembalilah ke Amerika. Dong Joo meminta ayahnya menolongnya sekali saja. Yang menjadi masalah utama bagi Presdir adalah jalan pikiran Dong Joo sendiri, “Kau harus mendapatkan solusi itu.” Dong Joo berkata kalau ia belum menemukan solusinya. Presdir memberi tahu, tadinya ia akan mendukung usaha Dong Joo tapi Dong Joo sudah mengacaukan semuanya.


Presdir mengingatkan kalau ia ada rapat dewan direksi dan mereka tak akan tinggal diam. Dong Joo penasaran apa saja yang mereka ketahui, “Ayah Presdirnya, Ayah harus membuat pilihan!”
Presdir : “Itu benar. Tapi memulai Energy Cell bukan pilihanku. Kau bilang apapun yang terjadi kau akan survive. Kau bilang kau akan mencoba sepertiku. Apa kau pikir ini akan mudah dipecahkan? Keluar!”


Ny Tae berbelanja baju bersama Joon Ha, ia mengingatkan kalau minggu ini Joon Ha ada janji pertemuan penting dengan Min Soo. Joon Ha tanya apa ibunya tak ingin bertemu Dong Joo. Ny Tae menjawab bukankah dia juga menghindari Joon Ha bisa dibayangkan kalau ia muncul didepan Dong Joo nanti.
Joon Ha mengingatkan ibunya, sebelum ibunya membunuh Choi Jin Chul ibunya harus mempertahankan Dong Joo dulu. Ny Tae memperlihatkan sms pada Joon Ha, apa ini masih kesalahannya. Sms itu berbunyi ‘Choi Jin Chul merencanakan mengakuisisi pabrik semikonduktor’


Ny Tae berkata bahwa sekarang saatnya Joon Ha bergerak dan jangan lupa Joon Ha harus menjaga saham Woo Kyung. Joon Ha akan melakukan itu tapi setelah ia menolong Dong Joo.
Ny Tae : “Kita punya 5% saham Choi Jin Chul 25% kapan kau akan menyelesaikannya?”
Joon Ha mengatakan kalau mereka tak bisa berkompetisi hanya dengan jumlah kapital uang, akan lebih cepat jika kita membangun sekutu. Ada juga orang-orang yang tak suka pada Choi Jin Chul.

Ny Tae ingin tahu apa Joon Ha punya cara untuk menyelamatkan Energy Cell. Joon Ha meyakinkan kalau mereka harus mencari jalan itu. Ny Tae minta Joon Ha jangan keras kepala, “Biarpun banyak yang tak menyukainya tapi Choi Jin Chul sendiri saja dia sudah kuat. Iini kesempatan untuk kita!”


Joon Ha datang ke kantor Energy Cell, Min Soo langsung bertanya apa Dong Joo sudah menguhubungi Joon Ha. Joon Ha malah balik tanya apa dia tidak datang. Park Dae Ri mengatakan kalau ia sudah mengirim sms pada Bos-nya tapi Dong Joo belum juga ada kabarnya.


“Apa dia bersembunyi?” Kim Bi khawatir. “Katanya dia yang akan mengurus masalah tuntutan hukumku!” Tae Hyun berujar apa sekarang waktu yang tepat untuk memikirkan masalah Kim Bi, Tae Hyun mengusulkan bagaimana kalau kita ke rumahnya saja.

Ponsel Joon Ha berdering Choi Jin Chul meneleponnya. Joon Ha menjawab teleponnya menjauh dari yang lain. Min Soo menatap curiga.


Dir Kang terkejut Presdir Choi akan mengadakan rapat darurat untuk dewan direksi, “Apa kau pikir bisa membawa perusahaan ini sendirian?”
Presdir Choi berkata ia akan mengakuisisi sistem dan Dir Kang harus mendukungnya.
Dir Kang : “Apa kau akan melakukan itu?”
Presdir : “Apa kau pernah melihatku tak mendapatkan apa yang kuinginkan?”

Sekertaris Kim masuk mengatakan kalau Joon Ha datang.
Presdir berkata kalau dia sudah mengontrol dana untuk Energy Cell, “Ini hanya masalah waktu kau putuskan kau dipihak mana!”

Presdir menyuruh Joon Ha masuk, ia bersikap baik pada Joon Ha. Presdir meminta apa yang ia perintahkan kepada Dir Kang tadi segera dilaksanakan, Dir kang mengerti.


Presdir berkata pada Joon Ha kalau semakin tua usia orang akan semakin membuat orang itu takut tapi itu tak berlaku bagi dirinya. Joon Ha ingin tahu kenapa ia dipanggil.

Presdir Choi mendengar kalau Joon Ha kemarin membeli beberapa saham Woo Kyung. Joon Ha tanya apa itu tak boleh, Presdir tertawa dan berkata bukan begitu, “Kau harus membelinya ketika ada kesempatan!” Ia berencana untuk membeli sistem RAM tapi banyak dewan direksi yang tak setuju ia perlu dana dari pihak luar.
(Maksudnya mempengaruhi Joon Ha agar setuju gitu, kan sekarang Joon Ha termasuk anggota dewan direksi)


Joon Ha : “Kalau Energy Cell tak mendapat dukungan dari Woo Kyung, ini akan menyulitkan Dong Joo!”
Presdir : “Aku.... mohon padamu Jang Joon Ha bukan pada Dong Joo!”
Joon Ha : “Lalu apa untungnya untukku?”
Presdir tertawa ia minta Joon Ha mengatakan saja apa yang Joon Ha inginkan, “Uang? Apa posisi yang lebih tinggi dari Dong Joo? atau apa?” Joon Ha bilang ia sudah memiliki semuanya.
Seketaris Kim tiba-tiba masuk dengan wajah cemas.


Presdir langsung keluar dan melihat apa yang terjadi. Di lobi kantor Dong Joo berdiri di podium, di depannya banyak wartawan meliput.


Dong Joo mulai bicara, “Perhatian yang besar seperti ini bahkan sebelum produksi perdana yang besar, aku sangat berterima kasih kepada siapapun yang mencoba menyerang Energy Cell dan menyebarkan berita bohong. Karena insiden ini Energy Cell menjadi terkenal!”

Presdir memandang marah atas apa yang dilakukan Dong Joo sekarang, Sekertaris Kim hanya bisa menundukkan kepala tanda minta maaf. Joon Ha dan staf Energy Cell melihat acara Konferensi Pers Dong Joo dari lantai atas. Min Soo memandang Joon Ha yang berdiri tak jauh dari Presdir Choi.

Dong Joo : “Walaupun harus menghadapi rumor dan serangan dari kompetitor Woo Kyung yang telah anda percaya selama 30 tahun berada di belakang Energy Cell, aku berjanji pada kalian keraguan kalian terhadap Cha Dong Joo akan sirna karena aku akan memimpin Woo kyung di masa depan. Silakan ikuti perkembangan selanjutnya!”

Wartawan bertanya apa Dong Joo sedang mengkonfirmasikan sendiri sebagai Presdir Woo Kyung selanjutnya apa benar begitu.
Dong Joo : “Masih banyak langkah yang harus dibuat aku belum bisa mengomentari itu!”
Watrawan : “Apa agenda rapat dewan direksi hari ini?”
Apapun itu Dong Joo berharap dalam meeting kali ini Presdir Choi Jin Chul akan menekankan bahwa kosmetik akan menjadi bendera baru Woo Kyung.

Dong Joo memberi tahu semua orang kalau Energy Cell mendapat dukungan dari kantor pusat (Woo Kyung) tapi sebenarnya kantor pusat sama sekali tidak mendukung.


Anggota Dewan Direksi marah melihat ini dan mulai mencibir Presdri Choi, “Apa ini? apa ini alasanmu memanggil kami?” Presdir kesal dan menatap Joon Ha, apa Joon Ha akan berencana berinvestasi pada anak brengsek itu, “Menjual namaku untuk menjatuhkanku. Apapun pilihanmu Dong Joo akan menyesali untuk hari ini!”


Dong Joo selesai konferensi Pres dengan wartawan, ia menatap ke lantai atas dan bertemu pandang dengan kakaknya (hah musiknya menegangkan) Dong Joo mengacuhkannya.

Shin Ae bersenandung memilihkan pakaian untuk Presdir Choi. Bel rumahnya berbunyi. Shin Ae melihat Woo Ri datang ke rumahnya. Shin Ae membuka pintu dan terkejut ibunya juga datang. “Kenapa kalian kemari?” Nenek tanya memangnya kenapa, apa seorang ibu tak boleh mengunjungi rumah anaknya. Nenek sudah kebelet ingin buang air, ia tanya dimana kamar mandinya.


Shin Ae menarik Woo Ri dan menyuruh Woo Ri membawa pergi Nenek sekarang. Nenek berseru dari dalam kamar mandi kalau ia ingin tinggal di tempatnya Shin Ae. Shin Ae tak suka mendengarnya. Ia meminta Woo Ri cepat membawa Nenek pulang sebelum dia berbuat kekacauan. Woo Ri beralasan Nenek merindukan Shin Ae.

Shin Ae : “Apa yang membuatnya merindukanku? Apa kau perlu uang? Apa harus kau kuberikan uang? Setelah itu kau bawa dia.”
Woo Ri sebenarnya ingin membawa Nenek pulang. Ia meminta tolong pada Shin Ae agar membujuk Nenek supaya pulang. Shin Ae berujar bagaimana mungkin kata-katanya mempan dihadapan penderita alzheimer.


Woo Ri : “Apa? Nenek tak menderita alzheimer!”

Shin Ae mengaku sudah menyembunyikan penyakit Nenek karena ia takut Woo Ri akan kabur dari rumah. “Kalau dia tinggal bersamaku kepalanya akan pecah, apa kau mau seperti itu?” Woo Ri meninggikan suaranya, “Kenapa Bibi berbohong padaku? Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Nenek?” Shin Ae marah beraninya Woo Ri berteriak padanya. Shin Ae mengambil dompet dan memberikan sejumlah uang pada Woo Ri meminta Woo Ri membawa Nenek pulang dan jangan kembali lagi.

Woo Ri : “Bibi, apa dia bukan ibumu? Kenapa kau tega?”
Shin Ae : “Aku aslinya memang begini, apa kau puas? Kenapa diam saja? apa kau perlu uang lagi?”


Terdengar ada yang pecah, Shin Ae dan Woo Ri langsung melihatnya. Ternyata Nenek memecahkan cangkir. Apa tadi Nenek mendengar apa yang dikatakan Shin Ae. Shin Ae langsung marah-marah, apa ibunya tahu berapa harga cangkir itu. Woo Ri mencemaskan Neneknya, “Apa Nenek tak apa-apa?” Nenek mengatakan kalau ia tak apa-apa, ia juga beralasan karena ia akan tinggal di rumah Shin Ae ia ingin mengurus dirinya sendiri. Shin Ae kesal siapa yang akan tinggal disini. Nenek berkata kalau ia sudah tak banyak waktu lagi. Nenek berpesan jangan sampai Shin Ae menyesal kalau ia sudah tak ada lagi. Shin Ae membentak siapa yang akan menyesal.


Shin Ae memberi kode pada Woo Ri untuk membawa ibunya pulang. Woo Ri langsung mengajak Nenek pulang, Woo Ri bilang kalau Nenek tak ada di rumah ayahnya tak akan bisa tidur. Nenek menolak pergi ia beralasan kakinya sakit. Woo Ri menawarkan akan menggendong Nenek pulang. Nenek memandang baru Woo Ri terharu, tapi ia sudah memutuskan. Nenek terpaksa mendorong Woo Ri menolak pulang. Ia pura-pura memarahi Woo Ri, aku tak mau pulang.

Shin Ae : “Apa ibu gila?”
Nenek : “Ya benar. Apa kau baru tahu kalau ibumu gila? Aku mau dirawat oleh anakku sebelum aku meninggal!”

Nenek minta kamar tidur utama ia mau tidur. Ia juga minta Shin Ae memasakkan daging untuknya. Shin Ae mengira ibunya sudah hilang kesadaran karena selalu marah-marah. Shin Ae akan memanggil kendaraan untuk mereka pulang.


Woo Ri berkata pada Nenek ia akan membelikan daging. Nenek malah bertanya siapa kau? Memangnya aku mau makan daging pemberianmu? Sebelum aku mati aku mau bertemu Ma Roo dan aku akan tinggal disini bersamanya. Tidak... aku mau rumah yang lebih besar.” Nenek sedih melihat sikap Shin Ae, “Walaupun dia seperti itu dia tetap anakku. Aku yang melahirkannya, lebih baik aku bersamanya.”

Woo Ri ikut menangis mendengarnya. Ia terus mengajak Nenek pulang. Nenek mengeraskan suaranya sambil menangis. Kalau Woo Ri mau pulang, pulang saja sendiri. Haruskah ia jujur pada Woo Ri. Sebaik-baiknya sikap Woo Ri, tapi Woo Ri tetap bukan cucu kandungnya, “Walapun dia menyakitiku aku tetap merasa nyaman disampingnya!” Woo Ri tahu Nenek punya alasan melakukan ini. Apa karena biaya rumah sakit, semuanya sudah ia bayar. Ia dan ayahnya tak bisa hidup tanpa Nenek. Nenek memukul-mukul Woo Ri sambil menangis, “Gadis jahat gadis jahat pergi pergi!”


Nenek : “Aku, sebelum kehilangan kesadaranku aku akan membuatnya (Shin Ae) sadar. Kalau tidak Ma Roo akan sengsara. Ma Roo akan jatuh ke tangan orang jahat itu!”
Woo Ri ingin tahu siapa dia. Nenek tak bisa mengatakannya dan menjawab tak tahu. Ia mencemaskan Young Kyu, bagaimana kalau hatinya terluka lagi. Itulah yang ia tahu.
Nenek : “Sebelum aku meninggal, sebelum aku kehilangan kesadaranku aku harus bertemu Ma Roo dan menyerahkannya pada Young Kyu. Pergilah, pergi temani ayahmu. Kumohon, aku mohon padamu. Pergilah, tinggalkan aku!”

Woo Ri keluar dari apartemen Shin Ae sendirian, “Nenek!” gumamnya sedih. Seung Chul mengirim pesan video pada Woo Ri, Seung Chul memamerkan ayam goreng buatannya.


Seung Chul menutupi wajahnya dengan ayam goreng, “Long Leg Barbeque!” Woo Ri tertawa.
Seung Chul : “Apa kau merindukanku? Aku tak akan menunjukan wajahku. Sebentar lagi. Bong Woo Ri akan kuberikan kau kehidupan yang indah. Lee Seung Chul fighting!”


Seung Chul membuka kiriman video balasan dari Woo Ri. Woo Ri memasang muka juteknya, “Hey Lee Seung Chul jangan hidup seperti itu. Apa kau pikir kau keren? Siapa yang menyuruhmu mengembalikan 3 juta won? Setelah membohongiku 5 juta won. Kau masih punya hutang 2 juta won. Terima kasih Seung Chul. Teman!” Woo Ri memberikan semangat untuk Seung Chul.

Seung Chul sedih Woo Ri masih menyebutnya Teman. Ia kembali memutar videonya, kali ini ia juga menjawab ucapan Woo Ri.


Woo Ri : “Lee Seung Chul jangan hidup seperti itu?”
Seung Chul : “Aku kan hidup seperti ini!”
Woo Ri : “Apa kau pikir kau keren?”
Seung Chul : “Aku memang sekarang lebih keren!”
Woo Ri : “Siapa yang menyuruhmu mengembalikan 3 juta won?”
Seung Chul : “Terserah aku!”
Woo Ri : “Setelah membohongiku 5 juta won.”
Seung Chul : “Akan kukembalikan 50 jua!”
Woo Ri : “Masih ada sisa 2juta won!”
Seung Chul : “Kurangi saja 30 juta jadi 20 juta!”
Woo Ri : “Seung chul terimakasih. teman.”


Seung Chul langsung mendesah, “Bong Woo Ri aku merindukanmu!”


Dong Joo memainkan benda lain pengganti kantong kacangnya (Tangan Dong Joo gatel nih kalau ga ngelempar-ngelempar gitu) Min Soo risih melihatnya. Dong Joo meminta Park Dae Ri menyiapkan materi dan pernyataan untuk media sore ini.

Kim Bi tersenyum senang karena kantor pusat mendukung mereka, tak bisakah tim lain yang menangani ini. Dong Joo menyampaikan kalau mereka tak didukung kantor pusat. Semua staf-nya terkejut.

Dong Joo tanya ke Dae Young apa sudah tanya mengenai hasil lab tentang logam berat itu. Dae Young menjawab ya. Dong joo menyampaikan untuk meluncurkan produk ke pasar ia perlu merekrut perencana yang handal dan menawarkan siapa yang bertugas untuk itu.


“Aku!” jawab Min Soo. Ia sudah meminta tolong pada Bong Woo Ri untuk mencari agen tersebut. Dong Joo tak percaya, “Siapa?”
Min Soo : “Bong Woo Ri, agar agen itu tak terlalu banyak curiga. Dia harus dihubungi oleh orang yang dia percaya!”
Dong Joo heran bukankah Woo Ri tak mau bekerja untuk Woo Kyung kenapa sekarang dia menolong mereka. Min Soo membenarkan kalau Woo Ri membenci Woo Kyung tapi Woo Ri menyukainya. Dong Joo tersenyum. Min Soo kesal, “Sekarang bukan waktunya tertawa!” ucap Min Soo keras. “Sepertinya pacarmu berselingkuh. Ayo kita bicara!” Dong Joo tak mengerti maksud Min Soo.

Joon Ha masuk ia ingin bicara dengan Dong Joo. Dong Joo bilang tak ada yang perlu dibicarakan. Joon Ha memaksa mungkin tak ada yang akan Dong Joo bicarakan tapi ada yang harus ia dengar dari Dong Joo.


Keduanya masuk ke ruangan Dong Joo. Joon Ha menutup tirainya rapat-rapat. Dong Joo berseru kalau itu akan membuat staf-nya salah pengertian.

Jooon Ha : “Tak perlu melibatkan Ibu, apa kau tahu apa yang kau lakukan hari ini? Choi Jin Chul dan seluruh dewan direksi tak mendukungmu. Apa rencanamu?”
Dog Joo : “Kenapa kau jadi sibuk? Aku bahkan tak mengkhawatirkannya!”

Joon Ha tanya apa Dong Joo memiliki rencana. Dong Joo menjawab punya. Malaikat pelindung akan melindunginya. Dong Joo memerlukan batuan Joon Ha tentang pabrik. Joon Ha berkata tak bisa karena rencananya sudah berubah.


Dong Joo : “Kau bilang tak melibatkan Ibu kan? Katakan rencana apa itu?”
Joon Ha tak menjawab. Dong Joo mendesah, “Sudah 16 tahun. Yang membuatku berada disini adalah bagaimana cara menjatuhkan Choi Jin Chul dan mengembalikan perusahaan ke kondisi semula, itu sudah kusampaikan ribuan kali. Tapi, apa yang kau lakukan sekarang?” Joon Ha merasa ini tak akan berhasil.

Dong Joo : “Tidak melibatkan ibu, ide siapa itu? kenapa kau tak menjawab? Apa kau tak mendengar kata-kataku? Apa kau tak dengar?”
Joon Ha hanya diam menunduk.
Dong Joo : “Apa kau mengerti sekarang? Yang tak bisa mendengar bukan aku tapi kau. Ibu menutup kedua telingamu. Apapun yang kukatakan, kau tak bisa mendengarku kan?”
Joon Ha : Dong Joo?


Dong Joo minta Joon Ha jangan lagi berkata apa yang Joon Ha pikirkan kalau memang tak bisa menepati, “Bagiku yang mendengar dengan mata kata-kata itu melekat dihatiku. Jadi jangan berjanji kalau tak menepati. Kau akan menjadi anak ibu atau mau menjadi kakakku? Asal kau tahu aku tak akan bermain dengan Jang Joon Ha si anak Ibu.” Joon Ha sedih mendengarnya ia dilema.


Dong Joo pulang ia memarkirkan mobilnya di depan rumah. Ia terkejut melihat Woo Ri duduk di tangga depan rumahnya. Dong Joo tak segera turun ia terus memperhatikan Woo Ri yang duduk, sepertinya menunggu dirinya. Dong Joo tersenyum menatap Woo Ri.

“Orang yang aku sukai!” panggil Dong Joo. Woo Ri kaget dan langsung berdiri. Dong Joo naik ke tangga dan berkata kalau sekarang bukan waktunya minum susu, “Orang yang disukai Cha Dong Joo kenapa datang ke rumahku lagi?”


Woo Ri beralasan ia datang untuk menjemput ayahnya. Dong Joo tersenyum. Woo Ri meyakinkan kalau kedatangannya memang untuk menjemput ayahnya.


Woo Ri ingat ia langsung mengambil kantong kacang dan menyerahkannya pada Dong Joo, “Ini milikmu!”
Dong Joo naik tangga dan sekarang berada satu tangga di bawah Woo Ri memandang kantong kacang itu, “Bukankah kau bilang aku mencurinya?” Woo Ri menggeleng, “Itu semua bohong. Kuberikan padamu ketika kita masih kecil, jadi ambillah ini!”


Dong Joo tanya bagaimana dengan piano. Woo Ri menunduk. “Apa aku memintamu mengajariku?” tanya Dong Joo lagi. “Tidak!” jawab Woo Ri. Dong Joo tak melihat apa yang diucapkan Woo Ri. Woo Ri mengangkat kepalanya, “Aku memintamu mengajariku!”
Dong Joo : Apa?
Woo Ri : “Benar. Aku memintamu mengajariku piano, kau memang menuliskan alamat rumahmu untukku. Aku juga datang ke rumahmu!”

Dong Joo tersenyum, “Lalu bagaimana tentang aku menyukaimu?”
Woo Ri kembali menunduk.
Dong Joo : “Yang itu bagaimana?”
Woo Ri : “Kita hanya berteman sebentar. Kau baik padaku. Tak ada yang mau bermain denganku, hanya ayah dan Cha Dong Joo.”


Mata Woo Ri berkaca-kaca, “Aku berterimakasih. Ketika aku mendapatkan nama aku ingin kau yang pertama tahu. Namaku Bong Woo Ri. Cha Dong Joo, maafkan aku!”


Dong Joo tak tahu harus bertanya dan bicara apa lagi. Ia langsung memajukan wajahnya mencium Woo Ri. Woo Ri tersentak kaget.



re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment