Dong Joo akhirnya tahu dalang dibalik semua kekacauan yang menimpa Woo Kyung. Ibunya berada dibalik semua ini.
Joon Ha berusaha menghubungi Dong Joo
tapi Dong Joo tak menjawab teleponnya. Ia mengirim pesan suara, “Dong
Joo jawab teleponnya. Dimana kau? hubungi aku secepatnya kau...”
Ny Tae merebut ponsel Joon Ha dan
minta membiarkan saja. Joon Ha tak mau ia harus menemui Dong Joo. Ny Tae
berkata kalau suasana hati Dong Joo sedang gusar, dia tak akan
mendengarkan Joon Ha, jadi biarkan saja dia. “Dia juga seperti itu
ketika di Saipan. Temui dia ketika amarahnya sudah mereda!”
Joon Ha tak bisa membiarkan Dong Joo
marah begitu saja ia menyalahkan ibunya. Ny Tae tahu konsekuensi yang ia
lakukan, ini sebuah pilihan yang harus ia pilih. “Setelah membeli semua
saham aku akan menyeret Choi Jin Chul dari kursinya dan membuatnya tak
bisa berkuasa lagi. Bukankah kita ke sini untuk melakukan itu? selama 16
tahun, apa aku salah?”
Joon Ha mengerti ia sadar ini bukan kesalahan ibunya. Tapi ini adalah kesalahanya yang tak bisa menghentikan perbuatan ibunya.
Joon Ha keluar kamar, Ny Tae memanggilnya meminta Joon Ha mendengarkan kata-katanya. Tapi Joon Ha tak peduli ia langsung pergi.
Sambil menyetir Joon Ha terus mencoba
menghubungi Dong Joo, ia terus mengirim pesan suara meminta Dong Joo
mengangkat teleponnya. Ia sadar dan tahu Dong Joo sangat marah tapi ia
juga marah atas semua kejadian ini.
Min Soo menelepon Joon Ha, Ia mengira
itu telepon dari Dong Joo. Min Soo cemas apa Joon Ha juga tak bisa
menghubungi Dong Joo. Min Soo ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi
dengan Dong Joo. Joon Ha mengatakan mungkin sebentar lagi Dong Joo akan
ke kantor. Joon Ha mengingatkan kalau Min Soo itu adalah kepala team
jadi jangan membuat panik pegawai lain, ikuti saja apa yang sudah
diperintahakan Dong Joo.
Nenek memandang sketsa wajah Ma Roo
(Joon Ha) Tiba-tiba Woo Ri masuk ke kamarnya. Ia langsung menyembunyikan
sketsa itu di bawah selimutnya.
Woo Ri heran apa yang dilakukan Nenek.
Woo Ri ingin lihat tapi Nenek melarang dan beralasan kalau selimut itu
ada ompolnya. Bukankah Woo Ri menyuruhnya memakai pispot, Nenek minta
mana pispotnya.
Nenek mengeluh Young Kyu kerjanya
hanya memberi makan ikan saja, sedang dirinya tak diberi makan. “Cha..
Cha siapa itu? Cha Dong Cha atau apalah, selalu dia saja yang
didekatinya!” Woo Ri meralat, “Bukan Cha Dong Cha tapi Cha Dong Joo dia
bukan orang jahat. Dia mengajari ayah baca tulis!”
Nenek :
“Memangnya kenapa, dia berfikir semua orang Woo Kyung itu jahat, apa
masih ada yang baik di sana? dari keluarga mana dia?”
Woo Ri tak menjawab ia malah
mengeluarkan snack untuk Nenek. Tapi Nenek malah minta obat ia harus
makan obat dulu. Woo Ri heran obat apa bukankah Nenek tak sakit. Nenek
mengeraskan suaranya dan berkata itu vitamin yang Shin Ae bawakan
kemarin.
Woo Ri segera menyiapkan makanan untuk
Nenek, Nenek kembali mengambil sketsa wajah Ma Roo dari balik
selimutnya. Ia kembali memandang dan memuji cucunya tampan.
Joon Ha sampai di rumah Dong Joo ia
memanggil adiknya tapi ia malah melihat Young Kyu tengah mencuci tangan,
ia segera sembunyi. Young Kyu merasa tadi ada suara tapi ketika ia
berbalik tak ada siapa-siapa, ia merasa mendengar ada yang berteriak
Dong Joo. Young Kyu tanya ke ikan-ikan apa ikan juga mendengarnya.
Young Kyu mengelap aquarium Joon Ha
masih disana, ia mengintip. Tiba-tiba Ponsel Joon Ha berdering, ia
segera pergi dari sana. Young Kyu mendengar ia celingukan tapi tak
melihat siapa-siapa, ponselnya sendiri pun berdering. Woo Ri
meneleponnya.
Young Kyu terkejut Woo Ri mengatakan
ada masalah besar, “Ibu tak boleh lapar!” sahut Young Kyu. Ia akan
segera pulang dan akan membuat nasi yang enak. Joon Ha melihat
kepulangan ayahnya ini dengan hati yang pedih.
Woo Ri menyiapkan makanan untuk Nenek.
Ia teringat ketika Joon Ha mengatakan kalau Dong Joo sedang mengalami
masalah di perusahannya. Woo Ri penasaran masalah apa itu.
Paman Lee datang mencari sobatnya. Woo
Ri bilang kalau ayahnya belum pulang. Paman Lee melihat ada arloji baru
di tangan Woo Ri, “Apa kau bertunangan ini arloji pertunangan?” Woo Ri
berkata kalau itu bukan miliknya dan ia akan segera mengembalikannya.
Sebelum Woo Ri mengembalikannnya, Paman Lee ingin mencoba dulu
kelihatannya itu mahal sahutnya. Tapi Woo Ri kembali berkata kalau itu
bukan miliknya kenapa harus mencobanya. Paman Lee merasa kalau Woo Ri
pelit sekali apa kalau arloji itu ia coba akan membuatnya menjadi macet.
Woo Ri akhirnya mau, “Kalau begitu
tolong lepaskan ini sudah kucoba tapi tak mau lepas!” Paman Lee berusaha
melepas arloji Woo Ri dan ternyata kesusahan. Woo Ri bilang kalau itu
arloji itu aneh. Paman Lee menyahut kalau itu bukan arloji melainkan
borgol.
Paman Lee ingin Woo Ri menceritakan
tentang Dong Joo, karena ia, Young Kyu dan Dong Joo akan menjadi 3
sekawan jadi ia perlu informasi. “Apa dia bisa minum? Pria di Korea
harus bisa minum!” Woo Ri membentak jangan mengajarkan minum alkohol,
“Jangan mengajarkan hal-hal yang buruk pada dia!” Paman Lee heran Woo Ri
menyebut Dong Joo dengan sebutan dia. Paman Lee mengira orang yang
memberikan arloji itu Dong Joo.
Woo Ri bilang bukan dia ini orang
lain. Paman Lee kaget ternyata ada orang lain lagi. lalu bagaimana
dengan Seung Chul. Woo Ri menjawab tak tahu, ia mengatakan kalau Dong
Joo sibuk jadi sulit untuk menjadi 3 sekawan. Paman Lee bergumam sambil
melirik Woo Ri, “Orang itu!”
Presdir Choi masuk ke kamar ia melihat
istrinya sudah tertidur, ia malah menyalakan lampu membuat Ny Tae
membuka matanya. Ny Tae minta suaminya mematikan lampu karena ia sudah
minum obat. Presdir Choi minta istrinya segera bangun, “Sampai kapan kau
akan hidup dari menghisap darahku?” Ny Tae bangun kesal mendengarnya,
“Apa katamu?”
Presdir Choi : “Kenapa? Apa aku salah bicara. Dong Joo seperti itu dan kau juga. Apa kerjamu sebagai istri?”
Ny Tae ingin tahu apa yang diinginkan suaminya. Presdir minta istrinya menjaga Dong Joo, karena dia saham Woo Kyung tenggelam.
Ny Tae : “Apa kau yakin sejak awal?
Kau belajar dari kesalahan. Bukankah Woo Kyung kosmetik ditutup karena
kau kurang pengalaman. Anakmu mau melakukan apa yang tidak kau lakukan.
Aku tak tahu kesalahan apa yang dia buat, tapi hidup dengan menghisap
darahmu apa itu perkataan seorang ayah? Tak bolehkah aku istirahat di
rumahku sendiri? Warisan ayahku kau sudah mengambil semuanya!”
Presdir tertawa meremehkan, “Jadi
kalau kau mengambil semua uangmu kau akan menutup mulut? kalau bukan
karena aku memangnya kau bisa jadi seperti ini. Lihat Dong Joo dia
benar-benar mengacaukan semuanya. Apa kau mengerti kata-kataku. AKU
PANTAS MENDAPATKAN WARISAN ITU!”
Ny Tae tanya apa yang suaminya ingin ia lakukan. Presdir meminta istrinya menyuruh Dong Joo kembali ke Amerika.
Karena kesal Presdir Choi pulang ke
apartemen Shin Ae. Di sana Shin Ae menyiapkan makanan untuk Presdir.
Shin Ae ngomel bukankah yang seharusnya keluar dari rumah itu adalah Ny
Tae. Presdir mengatakan kalau itu warisan ayah istrinya. Apa Shin Ae
pikir dia akan pergi begitu saja. Presdir minta Shin Ae memberikan
sketsa gambar Ma Roo.
Shin Ae tak memilikinya ia beralasan
kalau ia meninggalkan sketsa gambar itu di rumah ibunya. Ia minta
Presdir menunggu beberapa hari lagi. Presdir penasaran apa benar ibu
Shin Ae melihat Ma Roo di rumah sakit. Shin Ae mengatakan kalau ibunya
bilang kalau dia mirip sekali dengan Presdir. Presdir tambah heran
bagaimana ibu Shin Ae tahu wajahnya. Shin Ae mengingatkan bukankah si
bodoh Young Kyu saja tahu.
Presdir ingin tahu bagaimana
keadaannya, Shin Ae berkata dulu dia baik-baik saja. Walaupun dia hidup
sebatang kara tapi dia tumbuh menjadi anak yang cerdas. “Jika Ma Roo ada
disini kau tak akan khawatir seperti hari ini!”
Presdir menerima telepon ia mendapat
laporaan kalau W Investment Partner, sebuah perusahann investasi besar
sudah membeli saham-saham Woo Kyung. Pelapor juga menyampaikan kalau
Pemilik dari W Invest adalah Jang Joon Ha. Presdir terkejut
mendengarnya. Ia minta dipersiapkan pertemuan dewan direksi untuk
besok. Shin Ae penasaran kenapa dengan Joon Ha. Presdir bergumam, “Dong
Joo sedang mengalami krisis dan dia memanfaatkan kesempatan ini untuk
membeli saham!”
Joon Ha menunggu Dong Joo di depan rumah, ia teringat percakapan dengan ibunya.
Joon Ha : “Haruskah aku tak usah pergi? Haruskah aku tak kembali ke Amerika? Haruskah aku pergi ke Choi Jin Chul?”
Ny Tae : “Aku harus menyelesaikan ini secepat mingkin. Itu satu-satunya yang kuinginkan!”
Joon Ha mengingat percakapan itu dan
bergumam, “Cha Dong Joo akulah yang harus ditertawakan. Ini karena aku
meninggalkan diriku sendiri. Karena aku meninggalkan keluargaku. Aku
takut keluargaku akan meninggalkanku. Begitulah seharusnya!”
(Joon Ha takut Ny Tae akan
meninggalkannya kalau dia ga nurut, sementara dia sudah meninggalkan
keluarganya yang dulu jadi dia ga mau kehilangan keluarganya lagi)
Dong Joo masih menyendiri ia berada di
dalam mobil di tepi sungai. Di dalam mobil Dong Joo menyetel musik
Beethoven yang tak bisa di dengar tatapan mata Dong Joo kosong ia tak
semangat. Dong Joo berusaha merasakan getaran dari suara musik di
mobilnya. Ia memejamkan mata berusaha mendengar suara musik “kung kung
kung” gumamnya.
Woo Ri berada di kamar memandangi
kantong kacang, “Cha Dong Joo!” Woo Ri bergumam. Ponselnya berdering
Dong Joo meneleponnya ia heran dan panik apa yang harus dilakukannya ia
tak segera menjawab. Dong Joo menelepon lagi dan Woo Ri langsung
menjawab terburu-buru sampai tersedak dan batuk.
Terdengar dari sana Dong Joo minta Woo
Ri membuka pintu, “Aku ada di depan rumahmu!” Woo Ri kaget. Woo Ri
segera turun dan memanggil Dong Joo. Sadar kalau panggilannya bisa
menimbulkan keributan dan juga tak didengar Dong Joo, Woo Ri langsung
diam.
“Orang yang mencium Seung Chul!”
panggil Dong Joo. Woo Ri berbalik badan dan melihat Dong Joo ada di
depan pintu rumah Seung Chul. Woo Ri tanya apa yang dilakukan Dong Joo
disana.
Dong Joo heran apa ini bukan rumah Woo
Ri, ia mendongak ke lantai 2 ternyata rumah woo Ri di sana sahutnya.
Dong Joo akan ke atas tapi Woo Ri menahan kau mau kemana. Dong Joo heran
kenapa Woo Ri dan ayah Woo Ri datang kerumahnya setiap hari, apa ia tak
bisa datang ke rumah Woo Ri. Woo Ri mengingatkan jam berapa sekarang
karena semua orang sudah tidur.
Dong Joo : “Sudah tidur? kenapa kalian tidur begitu cepat?”
Woo
Ri ingin tahu apa ada masalah. Dong Joo berkata memangnya kalau ia
datang hanya jika ada masalah. “Aku sedang bekerja. Kau menyebutku apa
kalau aku sedang bekerja? Kotoran semut?”
Dong Joo menarik lengan Woo Ri. Woo Ri
langsung melepasnya, “Apa yang kau lakukan?” Karena semua orang sudah
tidur Dong Joo akan mengajak Woo Ri ke suatu tempat.
Keduanya berada dalam mobil Dong Joo.
Ia membetulkan letak kaca mobilnya supaya bisa melihat Woo Ri bicara.
Woo Ri melirik Dong Joo. Dong Joo minta Woo Ri jangan melihatnya secara
diam-diam seperti itu, ia bisa melihatnya.
Woo Ri penasaran Dong Joo akan
mengajaknya kemana. Dong Joo minta Woo Ri jangan mengajak bicara karena
ia tengah mengemudi. Woo Ri menyuruh Dong Joo menepikan mobil. Dong Joo
malah menyetel musik, Woo Ri mengeraskan suaranya menyuruh Dong Joo
menepikan mobil.
Dong Joo mendorong wajah Woo Ri, “Berciuman dengan Seung Chul!” ucapnya. Woo Ri menyangkal bukan seperti itu.
“Apa kau suka Beethoven?” tanya Dong
Joo. Woo Ri diam, Dong Joo kembali bertanya apa Woo Ri menyukai
Beethoven. Woo Ri menjawab ya. Tapi Dong Joo bilang ia tak suka ia lebih
suka Batman. (what hahaha)
Dong Joo menawarkan apa Woo Ri mau
mendengar lagu yang lain. Ia mengganti musiknya dan mulai bersenandung
mengikuti lagunya. Woo Ri yang sudah tahu keadaan Dong Joo yang
sebenarnya menatap dengan perasaan sedih.
Dong Joo mengajak Woo Ri ke kebun
binatang, keduanya menyelinap. Dong Joo menyorot seekor macan dengan
senternya. Woo Ri melarang apa yang Dong Joo lakukan dia sedang tidur.
Dong Joo mengatakan kalau macan hewan malam, “Mereka tak membutuhkan
cahaya. Pernglihatan mereka sangat bagus di malam hari.”
Woo Ri : “Kenapa kau ke sini?”
Dong Joo : “Karena aku setiap hari hanya melihat taman jadi aku ingin melihat hewan hewan.”
Woo ri : “Apa hewan hewan ini milikmu juga?”
Dong Joo : “Bukan. Kalau kita ketahuan kita lari saja!”
Dong Joo menggandeng Woo Ri. Dong Joo
berhenti ia merasa lupa sesuatu kalau macan juga pandai berenang dan
bisa menyeberangi sungai. Tapi katanya macan tak mencium Seung Chul
(buwahaha) Tahu kalau Dong Joo menyindirnya Woo Ri menarik tangannya,
“Kenapa kau membawa-bawa Seung Chul?”
Dong Joo : “Apa itu tak boleh?”
Woo Ri : “Tak boleh!”
Dong Joo : “Kalau begitu kapan pun kau tak boleh menyebut nama Seung Chul di depanku!”
Woo Ri : “Kapan aku pernah membicarakan Seung chul?”
Dong Joo : “Seung Chul mengembalikan uang 3 juta won!”
Woo Ri : “Apa Seung Chul melakukannya?”
Dong Joo melotot, “Bukankah sudah kubilang jangan menyebut nama Seung Chul. Ayo kita melihat monyet!”
Keduanya tampak senang melihat tingkah
monyet, Dong Joo mengarahkan senternya. Woo Ri meminta Dong Joo jangan
melakukan itu. Dong Joo cuek. Woo Ri berusaha menggapai senternya tapi
Dong Joo mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Woo Ri menyerah dan
terdiam, melihat itu Dong Joo langsung menurunkan badannya sedikit,
“Apakah ontanya sudah tidur?” Dong Joo kembali menarik Woo Ri. Tangan
Dong Joo terus menggandeng tangan Woo Ri. Keduanya lari.
Dong Joo dan Woo Ri duduk dibalik
semak-semak. Dong Joo meminta Woo Ri diam. Keduanya melihat onta dari
kejauhan dan disana ada petugas yang sedang patroli.
Woo Ri tanya kenapa Dong Joo
membawanya kesini. Karena gelap Dong Joo tak bisa melihat apa yang
dikatakan Woo Ri. Ia beralasan senternya berat dan meminta Woo Ri yang
membawanya. Woo Ri mengerti ia mengarahkan cahaya senter ke wajahnya
sendiri.
Dong Joo : “Bagaimana waktu aku masih kecil? Ketika aku kecil, apa aku suka berpetualang seperti ini dan berkharisma?”
Woo
Ri tersenyum, “Kalau kau pergi sekarang kau akan tertangkap!” Woo Ri
menirukan ucapan Dong Joo ketika kecil dulu. “Hehehe apa kau berusia 7
tahun? Hahaha.”
Dong Joo : “Apa aku bilang seperti itu? tak masuk akal. Pembohong.”
Woo Ri kembali mengucap yang diucapkan
Dong Joo dulu, “Pembohong hehehe. Lucu sekali, kau akan tertangkap. Kau
akan disakiti kau akan didengar!"
"Begitulah kau, lagaknya macho tapi bicaranya seperti bayi." sambung Woo Ri.
Dong Joo : “Lalu sekarang? Apa aku masih seperti bayi? Suaraku?”
Keduanya
perpandanagn dan momen manis ini dirusak oleh cahaya senter milik
petugas patroli, “Hey siapa itu?” Dong Joo tersenyum sambil berdiri,
“Halo!” dan mengajak Woo Ri segera lari.
Keduanya lari dikejar-kejar petugas. Bukannya cemas tapi keduanya malah tertawa-tawa.
Woo Ri duduk di bangku dan menerima
telepon dari Joon Ha. Joon Ha menilai suara Woo Ri dan menyimpulkan
kalau sekarang Woo Ri sedang tak tidur. Woo Ri membenarkan dan bartanya
ada apa. Joon Ha hanya ingin memastikan apa Woo Ri sudah sampai di
rumah. Woo Ri berkata kalau ia sudah sampai rumah, “Tapi sesuatu terjadi
pada Dong Joo kan?”
Joon Ha : “Dong Joo kenapa?”
Woo Ri : “Sebelumnya kau bilang ada masalah di kantor tapi kelihatanya Dong Joo baik-baik saja!”
Joon Ha : “Apa kalian sedang bersama?”
Woo
Ri menjawab ya. Joon Ha tanya dimana. Joon Ha meminta Woo Ri
menunggunya ia akan ke sana dan menyuruh Woo Ri menjaga Dong Joo
baik-baik.
“Orang yang mencium Seung Chul!” panggil Dong Joo sambil melempar sebotol air meneral ke arah Woo Ri, Dong Joo tersenyum.
Joon Ha bergegas ke tempat yang
disebut Woo Ri tadi. Di depan rumah ia berpapasan dengan Min Soo. Min
Soo mengkhawatirkan Dong Joo dan ingin tahu Joon Ha mau kemana. Joon Ha
menyuruh Min Soo pulang dan sepertinya Dong Joo tak ingin menemui
siapapun. Min Soo menebak apa Joon Ha akan menemui Dong Joo. Ia ingin
ikut, “Aku tak akan mengganggu aku hanya khawatir paling tidak aku hanya
bisa melihat wajahnya!” Joon Ha menyuruh Min Soo pulang karena ada hal
yang perlu ia bicarakan dengan Dong Joo.
Dong Joo kesal Woo Ri mengatakan
keberadaannya pada Joon Ha. Woo Ri minta maaf ia tak sengaja
melakukannya. Dong Joo mengajak Woo Ri pulang sekarang, “Sudah malam apa
kau tak pulang?” Woo Ri tak tahu ada masalah apa tapi Joon Ha menyuruh
jangan pergi kemana-mana karena dia akan datang. “Kalau begitu kau
tunggu saja, aku tak ada rencana menemuinya malam ini!” ucap Dong
Joo. Woo Ri mencegat Dong Joo dan berkata ia takut sendirian. Maka dari
itu Dong Joo meminta Woo Ri ikut dengannya sekarang.
Joon Ha sampai dimana Dong Joo dan Woo
Ri berada. Dong Joo membuka pintu mobil meminta Woo Ri masuk, Woo Ri
diam saja. Dong Joo tanya apa Woo Ri tak ingin masuk ke mobil. Woo Ri
akan masuk tapi Joon Ha memanggil Dong Joo. Woo Ri berhenti dan menatap
Joon Ha. Karena sudah kesal Dong Joo menutup pintu mobil dan segera
masuk ke mobilnya. Dong Joo langsung tancap gas mengabaikan panggilan
Joon Ha dan Woo Ri.
Joon Ha mengantar Woo Ri pulang,
didalam mobil Woo Ri hanya bisa mendesah lemas. Joon Ha memperhatikannya
dan berkata Dong Joo tak marah karena Woo Ri.
Woo Ri : “Kau seharusnya datang 10 menit lebih awal!”
Joon
Ha : “Memangnya apa yang kau lakukan dalam 10 menit? Kalau kau tahu
cara mengatasi amarah Dong Joo kau seharusnya memberi tahuku. Ini untuk
pertama kalinya dalam waktu 16 tahun dia marah seperti ini. Aku sendiri
tak tahu harus berbuat apa!”
Woo Ri : “Bukan itu, ada yang ingin aku berikan padanya!”
Woo Ri menunjukan kantong kacangnya, ia ingin memberikan itu pada Dong Joo tapi tadi ia lupa.
Joon Ha tiba-tiba menepikan mobilnya
dan itu membuat Woo Ri kaget. Joon Ha berkata seharusnya tadi ia tak
datang. Kalau saja Woo Ri memberikan kantong kacang itu pada Dong Joo
mungkin Dong Joo tak akan marah lagi. “Ini juga salahmu kenapa kau
mengatakan aku akan kesana? Ah... ini kesalahan kantong kacang ini? Dia
orangnya sensitif, kapan kau akan mengembalikan itu?”
Woo Ri tak pernah berfikir seperti
itu, “Apa kalian bertengkar? Kenapa menyalahkan kantong kacang?” Joon Ha
tersenyum sepertinya ia sudah tak bisa membodohi Woo Ri lagi. Woo Ri
kesal, “Kalian berdua sama saja!”
Min Soo belum pulang ia di rumah Dong
Joo asyik makan mie. Sedangkan Dong Joo duduk melamun sendiri. Min Soo
berbalik memandang Dong Joo. Sebagai kepala team ia meminta Dong Joo
memberitahukan solusinya. Dong Joo menyahut kalau sedang makan jangan
bicara.
Min Soo : “Kenapa kau bersikap seperti itu pada Joon Ha? Kalian berdua itu kan tak bisa dipisahkan?”
Dong Joo tak menjawab karena memang
tak melihat apa yang diucapkan Min Soo. Min Soo kembali berkata, “Kau
bilang kau tak suka gadis yang terlalu banyak bicara kan? Tapi tahukah
kau, kau sendiri malah membuat orang lain banyak bicara?” Dong Joo tak
melihatnya jadi tak tahu kalau Min Soo bicara padanya. Min Soo kesal
ocehannya tak ditanggapi. Ia menghampiri Dong Joo.
Min Soo : “Cha Dong Joo, kita sudah
saling mengenal selam 5 tahun. Walaupun aku bukan kekasihmu paling tidak
aku bisa menjadi sahabatmu!”
Dong Joo ingin sendiri dan meminta Min Soo segera pulang.
Joon Ha sampai di rumah Dong Joo. Dong
Joo kesal melihatnya dan kembali menyuruh Min Soo pulang. Dong Joo
langsung ke kamar mengacuhkan Joon Ha.
Joon Ha merasa Dong Joo ingin sendirian dan mengajak Min Soo pulang. Min Soo sedih ternyata sulit sekali. Joon Ha tak mengerti.
Woo Ri mengantar susu di rumah Dong
Joo. Ia mengira pasti Dong Joo dan Joon Ha sudah berdamai. Woo Ri
mengambil kantong kacangnya dan siap menekan bel rumah. Tapi suara
teriakan Manajer Seo menghentikannya, Manajer memanggil Woo Ri untuk
mendekat padanya. Manajer Seo penasaran apa hubungan Woo Ri dengan kakak
beradik yang tinggal disini. Manajer Seo mendorong kepala Woo Ri dengan
jarinya, “Kau dan Bong Young Kyu tidak pantas bergaul dengan mereka!”
Woo Ri : “Memangnya kenapa tak pantas?”
Manajer Seo : “Apa aku tak tahu? Tidak selevel. Kalian bisa akrab bagaimana caranya? Metode apa yang kau gunakan?”
Woo
Ri mendelik, “Apa kau tak tahu. Anggap saja ayahku dan aku memliki
kesamaan. Kakak beradik itu orang yang tak sabaran, jadi mereka suka
orang-orang yang bergerak cepat. Aku dan ayahku berjalan cepat. Cara
berjalan dan bicara kami cepat!”
Manajer Seo : “Apa itu sebabnya mereka menyukai kalian?”
Woo Ri menyahut kalau tak percaya ya
tak apa-apa. Wo Ri langsung pergi dengan cepat loncat sana loncat sini.
Membuat Manajer Seo melongo, ia menirukan gerakan cepat Woo Ri. hahaha
Woo Ri di kamar ia mengambil kotak
tempat ia menyimpan pianikanya. Woo Ri mengambil kantong kacang dari
saku jaket dan menyimpannya di kotak itu, jam tangan pemberian Joon Ha
juga disimpan di sana. Woo Ri mendesah memandang kantong kacangnya, “Tak
bisa lagi ku kembalikan. Dia memang sensitif!”
Terdengar ribut-ribut di kamar Nenek,
Woo Ri segera ke sana. ia melihat Nenek tengah beres-beres. Woo Ri tanya
apa yang dilakukan Neneknya dan kenapa ada koper.
Nenek memarahi Bibi Lee karena dari
tadi berisik, ia seharusnya akan pergi diam-diam sebelum Woo Ri pulang.
Woo Ri panik Nenek mau pergi kemana. Bibi Lee bilang Nenek mau ke rumah
Shin Ae.
Karena Woo Ri sudah datang Nenek
meminta Woo Ri mengantarnya ke rumah Shin Ae. Woo Ri melarang karena
nanti ayahnya akan khawatir. Nenek menegaskan ia akan ke tempat Shin Ae
dan akan mencari Ma Roo bersama Shin Ae.
Bibi Lee mengatakan apa dengan
pergi Seoul bisa menemukan Ma Roo, “Kau hanya akan disiksa putrimu!”
Nenek minta Bibi Lee diam, “Lihatlah mereka berdua Young Kyu dan gadis
ini, mereka sudah lupa untuk mencari Ma Roo jadi aku pergi saja. Aku
akan mencari Ma Roo.”
Woo Ri mengerti ia akan bekerja keras
lagi mencari Ma Roo. Nenek tak percaya dan minta Woo Ri memanggilkan
taksi ia akan ke rumah Shin Ae. Woo Ri tetap meminta Nenek jangan
pergi. Bibi Lee minta Woo Ri membiarkan saja Neneknya pergi, “Pergi
saja. Suatu saat dia akan sadar betapa berharganya kau!” Bibi Lee kesal
dan berteriak kalau ia yang akan memanggilkan taksi.
Dong Joo berdiri di depan bunga-bunga,
ia menutup kedua telinga dan memejamkan matanya. Young Kyu memanggul
pupuk dan melihat Dong Joo di sana. Dong Joo ke bunga, “Apa yang harus
kulakukan? kenapa kau tak bicara? Aku harus pergi!” Dong Joo membuka
mata, “Baiklah tapi mana Bong Young Kyu?”
“Bong Young Kyu ada di sini!” sahut
Young Kyu menyapa Dong Joo. Young Kyu ingin tahu apa yang Dong Joo
obrolkan dengan bunga-bunga. Dong Joo berkata hanya obrolan biasa yang
menyedihkan. Young Kyu berseru Dong Joo tak boleh sedih dan bertanya
kenapa, Siapa yang membat Dong Joo sedih. Apa orang yang menakutkan itu
(Ny Tae). Dong Joo tertawa dan menjawab ya dan juga... Young Kyu heran
ternyata banyak yang membuat Dong Joo sedih.
Dong Joo langsung jongkok menuliskan
sesuatu di tanah, Young Kyu terkajut membacanya ‘da’ (semua) Dong Joo
mengeja tulisan yang ditulisnya, “da da da (semua semua semua) semua
orang yang tak mendengarkanku itulah kenapa aku marah. Orang-orang punya
telinga tapi kenapa meraka tak mendengarkanku? Setiap hari mereka
berbohong.”
Young Kyu meralat tidak semua orang,
ia tak pernah berbohong. Ia selalu mendengarkan Dong Joo dan tak pernah
berbohong, jadi tidak semua. Dong Joo tersenyum membenarkan. Ia langsung
menyilang tulisan yang ia tulis tadi. Young Kyu berkata itu lebih baik
dan meminta Dong Joo jangan bersedih.
Dong Joo mengatakan kalau ada satu
masalah lagi. Apa yang harus ia lakukan pada semua orang yang sudah
berbohong padanya. Young Kyu berfikir sejenak dan menjawab jangan diajak
main. Jangan bermain bersama orang-orang itu nanti Dong Joo akan sedih.
“Aku yang akan bermain denganmu!” Dong Joo tertawa, “Apa aku tak boleh
bermain dengan mereka?” Kenapa itu tak terfikirkan olehnya. Dong Joo
berterima kasih pada Young Kyu.
Presdir Choi sampai di kantor,
Sekertaris Kim akan membuka pintu mobilnya tapi dengan cepat Dong Joo
membuka pintu dan meminta supir Presdir keluar. Dong Joo duduk di depan.
ia langsung tancap gas membawa mobil itu ke parkiran.
Dong Joo mulai bicara ia mengatakan
kalau masalahnya mulai menumpuk dan ia belum menemukan solusinya, “Apa
yang harus aku lakukan Ayah?”
Presdir : “Ketika kau memulai bisnis kau tak mendengarku kenapa sekarang kau minta tolong padaku?”
Dong Joo menyadari itu dan berkata
kalau masalahnya bertambah besar dan harus segera di atasi, rumor itu
disampaikan oleh mantan pegawai pabrik jika ia mengungkap itu,
masalahnya akan bertambah parah termasuk juga nama Energy Cell.
Presdir mencibir apa ada jalan
untuk tidak bertambah buruk, Energy cell sudah tamat. Kembalilah ke
Amerika. Dong Joo meminta ayahnya menolongnya sekali saja. Yang menjadi
masalah utama bagi Presdir adalah jalan pikiran Dong Joo sendiri, “Kau
harus mendapatkan solusi itu.” Dong Joo berkata kalau ia belum menemukan
solusinya. Presdir memberi tahu, tadinya ia akan mendukung usaha Dong
Joo tapi Dong Joo sudah mengacaukan semuanya.
Presdir mengingatkan kalau ia ada
rapat dewan direksi dan mereka tak akan tinggal diam. Dong Joo penasaran
apa saja yang mereka ketahui, “Ayah Presdirnya, Ayah harus membuat
pilihan!”
Presdir : “Itu benar.
Tapi memulai Energy Cell bukan pilihanku. Kau bilang apapun yang terjadi
kau akan survive. Kau bilang kau akan mencoba sepertiku. Apa kau pikir
ini akan mudah dipecahkan? Keluar!”
Ny Tae berbelanja baju bersama Joon
Ha, ia mengingatkan kalau minggu ini Joon Ha ada janji pertemuan penting
dengan Min Soo. Joon Ha tanya apa ibunya tak ingin bertemu Dong Joo. Ny
Tae menjawab bukankah dia juga menghindari Joon Ha bisa dibayangkan
kalau ia muncul didepan Dong Joo nanti.
Joon
Ha mengingatkan ibunya, sebelum ibunya membunuh Choi Jin Chul ibunya
harus mempertahankan Dong Joo dulu. Ny Tae memperlihatkan sms pada Joon
Ha, apa ini masih kesalahannya. Sms itu berbunyi ‘Choi Jin Chul
merencanakan mengakuisisi pabrik semikonduktor’
Ny Tae berkata bahwa sekarang saatnya
Joon Ha bergerak dan jangan lupa Joon Ha harus menjaga saham Woo Kyung.
Joon Ha akan melakukan itu tapi setelah ia menolong Dong Joo.
Ny Tae : “Kita punya 5% saham Choi Jin Chul 25% kapan kau akan menyelesaikannya?”
Joon
Ha mengatakan kalau mereka tak bisa berkompetisi hanya dengan jumlah
kapital uang, akan lebih cepat jika kita membangun sekutu. Ada juga
orang-orang yang tak suka pada Choi Jin Chul.
Ny Tae ingin tahu apa Joon Ha
punya cara untuk menyelamatkan Energy Cell. Joon Ha meyakinkan kalau
mereka harus mencari jalan itu. Ny Tae minta Joon Ha jangan keras
kepala, “Biarpun banyak yang tak menyukainya tapi Choi Jin Chul sendiri
saja dia sudah kuat. Iini kesempatan untuk kita!”
Joon Ha datang ke kantor Energy Cell,
Min Soo langsung bertanya apa Dong Joo sudah menguhubungi Joon Ha. Joon
Ha malah balik tanya apa dia tidak datang. Park Dae Ri mengatakan kalau
ia sudah mengirim sms pada Bos-nya tapi Dong Joo belum juga ada
kabarnya.
“Apa dia bersembunyi?” Kim Bi
khawatir. “Katanya dia yang akan mengurus masalah tuntutan hukumku!” Tae
Hyun berujar apa sekarang waktu yang tepat untuk memikirkan masalah Kim
Bi, Tae Hyun mengusulkan bagaimana kalau kita ke rumahnya saja.
Ponsel Joon Ha berdering Choi Jin Chul meneleponnya. Joon Ha menjawab teleponnya menjauh dari yang lain. Min Soo menatap curiga.
Dir Kang terkejut Presdir Choi akan
mengadakan rapat darurat untuk dewan direksi, “Apa kau pikir bisa
membawa perusahaan ini sendirian?”
Presdir Choi berkata ia akan mengakuisisi sistem dan Dir Kang harus mendukungnya.
Dir Kang : “Apa kau akan melakukan itu?”
Presdir : “Apa kau pernah melihatku tak mendapatkan apa yang kuinginkan?”
Sekertaris Kim masuk mengatakan kalau Joon Ha datang.
Presdir berkata kalau dia sudah mengontrol dana untuk Energy Cell, “Ini hanya masalah waktu kau putuskan kau dipihak mana!”
Presdir menyuruh Joon Ha masuk,
ia bersikap baik pada Joon Ha. Presdir meminta apa yang ia perintahkan
kepada Dir Kang tadi segera dilaksanakan, Dir kang mengerti.
Presdir berkata pada Joon Ha kalau
semakin tua usia orang akan semakin membuat orang itu takut tapi itu tak
berlaku bagi dirinya. Joon Ha ingin tahu kenapa ia dipanggil.
Presdir Choi mendengar kalau
Joon Ha kemarin membeli beberapa saham Woo Kyung. Joon Ha tanya apa itu
tak boleh, Presdir tertawa dan berkata bukan begitu, “Kau harus
membelinya ketika ada kesempatan!” Ia berencana untuk membeli sistem RAM
tapi banyak dewan direksi yang tak setuju ia perlu dana dari pihak
luar.
(Maksudnya mempengaruhi Joon Ha agar setuju gitu, kan sekarang Joon Ha termasuk anggota dewan direksi)
Joon Ha : “Kalau Energy Cell tak mendapat dukungan dari Woo Kyung, ini akan menyulitkan Dong Joo!”
Presdir : “Aku.... mohon padamu Jang Joon Ha bukan pada Dong Joo!”
Joon Ha : “Lalu apa untungnya untukku?”
Presdir
tertawa ia minta Joon Ha mengatakan saja apa yang Joon Ha inginkan,
“Uang? Apa posisi yang lebih tinggi dari Dong Joo? atau apa?” Joon Ha
bilang ia sudah memiliki semuanya.
Seketaris Kim tiba-tiba masuk dengan wajah cemas.
Presdir langsung keluar dan melihat
apa yang terjadi. Di lobi kantor Dong Joo berdiri di podium, di depannya
banyak wartawan meliput.
Dong Joo mulai bicara, “Perhatian yang
besar seperti ini bahkan sebelum produksi perdana yang besar, aku
sangat berterima kasih kepada siapapun yang mencoba menyerang Energy
Cell dan menyebarkan berita bohong. Karena insiden ini Energy Cell
menjadi terkenal!”
Presdir memandang marah atas apa yang
dilakukan Dong Joo sekarang, Sekertaris Kim hanya bisa menundukkan
kepala tanda minta maaf. Joon Ha dan staf Energy Cell melihat acara
Konferensi Pers Dong Joo dari lantai atas. Min Soo memandang Joon Ha
yang berdiri tak jauh dari Presdir Choi.
Dong Joo : “Walaupun harus menghadapi
rumor dan serangan dari kompetitor Woo Kyung yang telah anda percaya
selama 30 tahun berada di belakang Energy Cell, aku berjanji pada kalian
keraguan kalian terhadap Cha Dong Joo akan sirna karena aku akan
memimpin Woo kyung di masa depan. Silakan ikuti perkembangan
selanjutnya!”
Wartawan bertanya apa Dong Joo sedang mengkonfirmasikan sendiri sebagai Presdir Woo Kyung selanjutnya apa benar begitu.
Dong Joo : “Masih banyak langkah yang harus dibuat aku belum bisa mengomentari itu!”
Watrawan : “Apa agenda rapat dewan direksi hari ini?”
Apapun
itu Dong Joo berharap dalam meeting kali ini Presdir Choi Jin Chul akan
menekankan bahwa kosmetik akan menjadi bendera baru Woo Kyung.
Dong Joo memberi tahu semua orang
kalau Energy Cell mendapat dukungan dari kantor pusat (Woo Kyung) tapi
sebenarnya kantor pusat sama sekali tidak mendukung.
Anggota Dewan Direksi marah melihat
ini dan mulai mencibir Presdri Choi, “Apa ini? apa ini alasanmu
memanggil kami?” Presdir kesal dan menatap Joon Ha, apa Joon Ha akan
berencana berinvestasi pada anak brengsek itu, “Menjual namaku untuk
menjatuhkanku. Apapun pilihanmu Dong Joo akan menyesali untuk hari ini!”
Dong Joo selesai konferensi Pres
dengan wartawan, ia menatap ke lantai atas dan bertemu pandang dengan
kakaknya (hah musiknya menegangkan) Dong Joo mengacuhkannya.
Shin Ae bersenandung memilihkan
pakaian untuk Presdir Choi. Bel rumahnya berbunyi. Shin Ae melihat Woo
Ri datang ke rumahnya. Shin Ae membuka pintu dan terkejut ibunya juga
datang. “Kenapa kalian kemari?” Nenek tanya memangnya kenapa, apa
seorang ibu tak boleh mengunjungi rumah anaknya. Nenek sudah kebelet
ingin buang air, ia tanya dimana kamar mandinya.
Shin Ae menarik Woo Ri dan menyuruh
Woo Ri membawa pergi Nenek sekarang. Nenek berseru dari dalam kamar
mandi kalau ia ingin tinggal di tempatnya Shin Ae. Shin Ae tak suka
mendengarnya. Ia meminta Woo Ri cepat membawa Nenek pulang sebelum dia
berbuat kekacauan. Woo Ri beralasan Nenek merindukan Shin Ae.
Shin Ae : “Apa yang membuatnya merindukanku? Apa kau perlu uang? Apa harus kau kuberikan uang? Setelah itu kau bawa dia.”
Woo
Ri sebenarnya ingin membawa Nenek pulang. Ia meminta tolong pada Shin
Ae agar membujuk Nenek supaya pulang. Shin Ae berujar bagaimana mungkin
kata-katanya mempan dihadapan penderita alzheimer.
Woo Ri : “Apa? Nenek tak menderita alzheimer!”
Shin Ae mengaku sudah
menyembunyikan penyakit Nenek karena ia takut Woo Ri akan kabur dari
rumah. “Kalau dia tinggal bersamaku kepalanya akan pecah, apa kau mau
seperti itu?” Woo Ri meninggikan suaranya, “Kenapa Bibi berbohong
padaku? Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Nenek?” Shin Ae marah
beraninya Woo Ri berteriak padanya. Shin Ae mengambil dompet dan
memberikan sejumlah uang pada Woo Ri meminta Woo Ri membawa Nenek pulang
dan jangan kembali lagi.
Woo Ri : “Bibi, apa dia bukan ibumu? Kenapa kau tega?”
Shin Ae : “Aku aslinya memang begini, apa kau puas? Kenapa diam saja? apa kau perlu uang lagi?”
Terdengar ada yang pecah, Shin Ae dan
Woo Ri langsung melihatnya. Ternyata Nenek memecahkan cangkir. Apa tadi
Nenek mendengar apa yang dikatakan Shin Ae. Shin Ae langsung
marah-marah, apa ibunya tahu berapa harga cangkir itu. Woo Ri
mencemaskan Neneknya, “Apa Nenek tak apa-apa?” Nenek mengatakan kalau ia
tak apa-apa, ia juga beralasan karena ia akan tinggal di rumah Shin Ae
ia ingin mengurus dirinya sendiri. Shin Ae kesal siapa yang akan tinggal
disini. Nenek berkata kalau ia sudah tak banyak waktu lagi. Nenek
berpesan jangan sampai Shin Ae menyesal kalau ia sudah tak ada lagi.
Shin Ae membentak siapa yang akan menyesal.
Shin Ae memberi kode pada Woo Ri untuk
membawa ibunya pulang. Woo Ri langsung mengajak Nenek pulang, Woo Ri
bilang kalau Nenek tak ada di rumah ayahnya tak akan bisa tidur. Nenek
menolak pergi ia beralasan kakinya sakit. Woo Ri menawarkan akan
menggendong Nenek pulang. Nenek memandang baru Woo Ri terharu, tapi ia
sudah memutuskan. Nenek terpaksa mendorong Woo Ri menolak pulang. Ia
pura-pura memarahi Woo Ri, aku tak mau pulang.
Shin Ae : “Apa ibu gila?”
Nenek : “Ya benar. Apa kau baru tahu kalau ibumu gila? Aku mau dirawat oleh anakku sebelum aku meninggal!”
Nenek minta kamar tidur utama ia
mau tidur. Ia juga minta Shin Ae memasakkan daging untuknya. Shin Ae
mengira ibunya sudah hilang kesadaran karena selalu marah-marah. Shin Ae
akan memanggil kendaraan untuk mereka pulang.
Woo Ri berkata pada Nenek ia akan
membelikan daging. Nenek malah bertanya siapa kau? Memangnya aku mau
makan daging pemberianmu? Sebelum aku mati aku mau bertemu Ma Roo dan
aku akan tinggal disini bersamanya. Tidak... aku mau rumah yang lebih
besar.” Nenek sedih melihat sikap Shin Ae, “Walaupun dia seperti itu dia
tetap anakku. Aku yang melahirkannya, lebih baik aku bersamanya.”
Woo Ri ikut menangis
mendengarnya. Ia terus mengajak Nenek pulang. Nenek mengeraskan suaranya
sambil menangis. Kalau Woo Ri mau pulang, pulang saja sendiri. Haruskah
ia jujur pada Woo Ri. Sebaik-baiknya sikap Woo Ri, tapi Woo Ri tetap
bukan cucu kandungnya, “Walapun dia menyakitiku aku tetap merasa nyaman
disampingnya!” Woo Ri tahu Nenek punya alasan melakukan ini. Apa karena
biaya rumah sakit, semuanya sudah ia bayar. Ia dan ayahnya tak bisa
hidup tanpa Nenek. Nenek memukul-mukul Woo Ri sambil menangis, “Gadis
jahat gadis jahat pergi pergi!”
Nenek : “Aku, sebelum kehilangan
kesadaranku aku akan membuatnya (Shin Ae) sadar. Kalau tidak Ma Roo akan
sengsara. Ma Roo akan jatuh ke tangan orang jahat itu!”
Woo
Ri ingin tahu siapa dia. Nenek tak bisa mengatakannya dan menjawab tak
tahu. Ia mencemaskan Young Kyu, bagaimana kalau hatinya terluka lagi.
Itulah yang ia tahu.
Nenek :
“Sebelum aku meninggal, sebelum aku kehilangan kesadaranku aku harus
bertemu Ma Roo dan menyerahkannya pada Young Kyu. Pergilah, pergi temani
ayahmu. Kumohon, aku mohon padamu. Pergilah, tinggalkan aku!”
Woo Ri keluar dari apartemen Shin Ae
sendirian, “Nenek!” gumamnya sedih. Seung Chul mengirim pesan video pada
Woo Ri, Seung Chul memamerkan ayam goreng buatannya.
Seung Chul menutupi wajahnya dengan ayam goreng, “Long Leg Barbeque!” Woo Ri tertawa.
Seung
Chul : “Apa kau merindukanku? Aku tak akan menunjukan wajahku. Sebentar
lagi. Bong Woo Ri akan kuberikan kau kehidupan yang indah. Lee Seung
Chul fighting!”
Seung Chul membuka kiriman video
balasan dari Woo Ri. Woo Ri memasang muka juteknya, “Hey Lee Seung Chul
jangan hidup seperti itu. Apa kau pikir kau keren? Siapa yang menyuruhmu
mengembalikan 3 juta won? Setelah membohongiku 5 juta won. Kau masih
punya hutang 2 juta won. Terima kasih Seung Chul. Teman!” Woo Ri
memberikan semangat untuk Seung Chul.
Seung Chul sedih Woo Ri masih menyebutnya Teman. Ia kembali memutar videonya, kali ini ia juga menjawab ucapan Woo Ri.
Woo Ri : “Lee Seung Chul jangan hidup seperti itu?”
Seung Chul : “Aku kan hidup seperti ini!”
Woo Ri : “Apa kau pikir kau keren?”
Seung Chul : “Aku memang sekarang lebih keren!”
Woo Ri : “Siapa yang menyuruhmu mengembalikan 3 juta won?”
Seung Chul : “Terserah aku!”
Woo Ri : “Setelah membohongiku 5 juta won.”
Seung Chul : “Akan kukembalikan 50 jua!”
Woo Ri : “Masih ada sisa 2juta won!”
Seung Chul : “Kurangi saja 30 juta jadi 20 juta!”
Woo Ri : “Seung chul terimakasih. teman.”
Seung Chul langsung mendesah, “Bong Woo Ri aku merindukanmu!”
Dong Joo memainkan benda lain pengganti kantong kacangnya (Tangan Dong Joo gatel nih kalau ga ngelempar-ngelempar gitu) Min Soo risih melihatnya. Dong Joo meminta Park Dae Ri menyiapkan materi dan pernyataan untuk media sore ini.
Kim Bi tersenyum senang karena
kantor pusat mendukung mereka, tak bisakah tim lain yang menangani ini.
Dong Joo menyampaikan kalau mereka tak didukung kantor pusat. Semua
staf-nya terkejut.
Dong Joo tanya ke Dae Young apa sudah
tanya mengenai hasil lab tentang logam berat itu. Dae Young menjawab ya.
Dong joo menyampaikan untuk meluncurkan produk ke pasar ia perlu
merekrut perencana yang handal dan menawarkan siapa yang bertugas untuk
itu.
“Aku!” jawab Min Soo. Ia sudah meminta tolong pada Bong Woo Ri untuk mencari agen tersebut. Dong Joo tak percaya, “Siapa?”
Min Soo : “Bong Woo Ri, agar agen itu tak terlalu banyak curiga. Dia harus dihubungi oleh orang yang dia percaya!”
Dong
Joo heran bukankah Woo Ri tak mau bekerja untuk Woo Kyung kenapa
sekarang dia menolong mereka. Min Soo membenarkan kalau Woo Ri membenci
Woo Kyung tapi Woo Ri menyukainya. Dong Joo tersenyum. Min Soo kesal,
“Sekarang bukan waktunya tertawa!” ucap Min Soo keras. “Sepertinya
pacarmu berselingkuh. Ayo kita bicara!” Dong Joo tak mengerti maksud Min
Soo.
Joon Ha masuk ia ingin bicara dengan
Dong Joo. Dong Joo bilang tak ada yang perlu dibicarakan. Joon Ha
memaksa mungkin tak ada yang akan Dong Joo bicarakan tapi ada yang harus
ia dengar dari Dong Joo.
Keduanya masuk ke ruangan Dong Joo.
Joon Ha menutup tirainya rapat-rapat. Dong Joo berseru kalau itu akan
membuat staf-nya salah pengertian.
Jooon Ha : “Tak perlu melibatkan
Ibu, apa kau tahu apa yang kau lakukan hari ini? Choi Jin Chul dan
seluruh dewan direksi tak mendukungmu. Apa rencanamu?”
Dog Joo : “Kenapa kau jadi sibuk? Aku bahkan tak mengkhawatirkannya!”
Joon Ha tanya apa Dong Joo memiliki
rencana. Dong Joo menjawab punya. Malaikat pelindung akan melindunginya.
Dong Joo memerlukan batuan Joon Ha tentang pabrik. Joon Ha berkata tak
bisa karena rencananya sudah berubah.
Dong Joo : “Kau bilang tak melibatkan Ibu kan? Katakan rencana apa itu?”
Joon
Ha tak menjawab. Dong Joo mendesah, “Sudah 16 tahun. Yang membuatku
berada disini adalah bagaimana cara menjatuhkan Choi Jin Chul dan
mengembalikan perusahaan ke kondisi semula, itu sudah kusampaikan ribuan
kali. Tapi, apa yang kau lakukan sekarang?” Joon Ha merasa ini tak akan
berhasil.
Dong Joo : “Tidak melibatkan
ibu, ide siapa itu? kenapa kau tak menjawab? Apa kau tak mendengar
kata-kataku? Apa kau tak dengar?”
Joon Ha hanya diam menunduk.
Dong
Joo : “Apa kau mengerti sekarang? Yang tak bisa mendengar bukan aku
tapi kau. Ibu menutup kedua telingamu. Apapun yang kukatakan, kau tak
bisa mendengarku kan?”
Joon Ha : Dong Joo?
Dong Joo minta Joon Ha jangan lagi
berkata apa yang Joon Ha pikirkan kalau memang tak bisa menepati,
“Bagiku yang mendengar dengan mata kata-kata itu melekat dihatiku. Jadi
jangan berjanji kalau tak menepati. Kau akan menjadi anak ibu atau mau
menjadi kakakku? Asal kau tahu aku tak akan bermain dengan Jang Joon Ha
si anak Ibu.” Joon Ha sedih mendengarnya ia dilema.
Dong Joo pulang ia memarkirkan
mobilnya di depan rumah. Ia terkejut melihat Woo Ri duduk di tangga
depan rumahnya. Dong Joo tak segera turun ia terus memperhatikan Woo Ri
yang duduk, sepertinya menunggu dirinya. Dong Joo tersenyum menatap Woo
Ri.
“Orang yang aku sukai!” panggil Dong
Joo. Woo Ri kaget dan langsung berdiri. Dong Joo naik ke tangga dan
berkata kalau sekarang bukan waktunya minum susu, “Orang yang disukai
Cha Dong Joo kenapa datang ke rumahku lagi?”
Woo Ri beralasan ia datang untuk
menjemput ayahnya. Dong Joo tersenyum. Woo Ri meyakinkan kalau
kedatangannya memang untuk menjemput ayahnya.
Woo Ri ingat ia langsung mengambil kantong kacang dan menyerahkannya pada Dong Joo, “Ini milikmu!”
Dong Joo naik tangga dan sekarang
berada satu tangga di bawah Woo Ri memandang kantong kacang itu,
“Bukankah kau bilang aku mencurinya?” Woo Ri menggeleng, “Itu semua
bohong. Kuberikan padamu ketika kita masih kecil, jadi ambillah ini!”
Dong Joo tanya bagaimana dengan piano.
Woo Ri menunduk. “Apa aku memintamu mengajariku?” tanya Dong Joo lagi.
“Tidak!” jawab Woo Ri. Dong Joo tak melihat apa yang diucapkan Woo Ri.
Woo Ri mengangkat kepalanya, “Aku memintamu mengajariku!”
Dong Joo : Apa?
Woo Ri : “Benar. Aku memintamu mengajariku piano, kau memang menuliskan alamat rumahmu untukku. Aku juga datang ke rumahmu!”
Dong Joo tersenyum, “Lalu bagaimana tentang aku menyukaimu?”
Woo Ri kembali menunduk.
Dong Joo : “Yang itu bagaimana?”
Woo Ri : “Kita hanya berteman sebentar. Kau baik padaku. Tak ada yang mau bermain denganku, hanya ayah dan Cha Dong Joo.”
Mata Woo Ri berkaca-kaca, “Aku
berterimakasih. Ketika aku mendapatkan nama aku ingin kau yang pertama
tahu. Namaku Bong Woo Ri. Cha Dong Joo, maafkan aku!”
Dong Joo tak tahu harus bertanya dan bicara apa lagi. Ia langsung memajukan wajahnya mencium Woo Ri. Woo Ri tersentak kaget.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment