Soo Yeon membiarkan Jung Woo memeluknya dan ia pun menutup
mata, merasakan Jung Woo semakin erat memeluknya.
Jung Woo menantikan jawaban dari Soo Yeon, tapi Soo Yeon tak
mengucapkan sepatah katapun. Dan ia teringat ucapan ibu Soo Yeon beberapa saat
yang lalu, “Ia tak ingin menjadi Soo Yeon. Ia tak ingin hidup sebagai Soo Yeon!”
Jung Woo menyadari mungkin sulit bagi Soo Yeon untuk
mengakui semuanya, maka Jung Woo-lah yang melepaskan Soo Yeon, “Pergilah
sekarang.” Mendengar kata-kata itu, Soo Yeon mencoba menatapnya. Tapi Jung Woo
memintanya untuk tak menatap wajahnya, seakan tak ingin Soo Yeon melihatnya
menangis.
Soo Yeon pun pergi walau ragu meninggalkan Jung Woo dan
langkahnya terhenti karena Jung Woo berkata kalau ia tak menangis karena sedih,
tapi karena angin yang mengenai matanya. Ia, yang berusaha keras untuk
melupakan kejadian itu, tak menyangka kalau Jung Woo juga masih terluka dengan
kejadian itu.
Seperti yang diajarkan Jung Woo padanya, ia pun berbalik dan
menyihir Jung Woo untuk melupakan kejadian buruk itu.
Jung Woo menggenggam tangannya. Tangan yang dulu pernah terlepas
dari genggaman Soo Yeon, dan sekarang pun juga melepaskannya. Ia tak berani
menoleh pada Soo Yeon, walau mobil Soo Yeon sudah berlalu pergi.
Di mobil pun, Soo Yeon masih tetap menangis.
Jung Woo kembali ke ruang pemeriksaan, atasannya masih belum
bisa mengorek keterangan dari Bibi Choi. Jung Woo meminta atasannya
beristirahat, ia yang akan menanganinya.
Tanpa mempedulikan pertanyaan Bibi Choi yang menanyakan
apakah ia sudah makan, Jung Woo langsung bertanya, “Mengapa kau membunuh Kang
Sang Deuk?”
Di lift, Soo Yeon menenangkan diri dan membersihkan sisa air
mata di wajahnya sebelum bertemu dengan Hyung Joon. Tapi Hyung Joon tak
terlihat. Ia pun melihat ke kamar tidur, dan melihat kalau Hyung Joon meringkuk
di dalam selimut. Ia kaget melihat Hyung Joon demam, apalagi saat diperiksa,
suhunya sampai 40 derajat.
Ia mengajak Hyung Joon ke rumah sakit, tapi Hyung Joon
berkata sudah ada dokter yang kemari dan ia juga sudah minum obat. Hyung Joon
sekarang merasa sangat sakit dan ingin melupakan banyak hal maka ia meminta, “Aku
ingin tidur nyenyak. Bisakah kau menyihir dengan tangan ajaibmu? Sssaaahh..”
Soo Yeon terpaku, teringat pada orang yang mengajarkannya,
“Itu.. bukan milikku. Aku pulang setelah menemuinya. Maafkan aku, Harry.”
Hyung Joon menggenggam tangan Soo Yeon dan menangis, “Zoe..
kupikir kau tak akan kembali. Aku sangat takut.”
Soo Yeon mengatai Hyung Joon bodoh, “Aku harus kemana lagi
kalau tak kembali ke sini? Tapi Hyung Joon memeluk Soo Yeon dan semakin
menangis di pangkuan Soo Yeon. Soo Yeon memintanya agar jangan menangis, “Nanti
demammu akan bertambah tinggi. Kakimu tak boleh terkena infeksi lagi. Aku akan
segera mengambilkan kompres es.”
Tapi Hyung Joon memeluk Soo Yeon lebih erat lagi, dan
memintanya untuk tak pergi, “Kau tak boleh kemana-mana..”
Jung Woo kaget mendengar Bibi Choi sudah membunuh tiga
orang, “Termasuk Kang Sang Deuk.. kau sudah membunuh tiga orang?”
“Siapa yang membunuh siapa?” kata Bibi Choi tanpa ekspresi,
“Aku hanya membersihkan sampah. Kau kan tahu seberapa bersihnya kalau aku
membersihkan? Jika saja aku tak tertangkap, aku akan membunuh lebih banyak
lagi. Pria-pria seperti itu harus dipenjara selamanya. Apa masalahnya? Lebih
baik kalau pria itu mati.”
Kata-kata Soo Yeon saat di ruang pemeriksaan terngiang
kembali di telinga Jung Woo, ‘Apa
masalahnya? Baguslah kalau dia mati. Kenapa kau ribut untuk menemukan
pelakunya? Bukankah lebih baik kalau ia mati?’
Bibi Choi berkata kalau ia mendengar kalau pembunuh Bora
sudah kembali ke Seoul. Ia bertanya pada Jung Woo, kenapa Jung Woo harus
menyelamatkan bajingan seperti itu? Ia juga tahu kalau pembunuh Bora yang lain
akan keluar penjara sebulan lagi, “Karena aku telah membunuh Sang Deuk untukmu,
bunuhlah mereka untuk menggantikanku. Menantuku, kau akan membalas dendam
untukku, kan?”
Jung Woo tak mau karena menurutnya balas dendam bukan
seperti itu, “Jika kau membunuh mereka, apakah mereka menyadari kesalahan
mereka? Aku akan membuat menyesal dan membuat mereka berlutut di hadapanmu,
memohon meminta maaf padamu. Karena itulah aku menyelamatkan pria itu.”
Hmm.. berarti pria itu belum mati, ya..
Jung Woo sebenarnya berniat untuk membiarkan Sang Deuk hidup
untuk membuat Sang Deuk menyesal juga,
tapi Bibi Choi telah menghancurkan rencananya, “Ia mati tanpa penyesalan.”
Bibi Choi bertanya apakah Jung Woo membencinya? Jung Woo
mengiyakan karena Kang Sang Deuk tahu siapa yang menyuruh untuk menculiknya
waktu ia kecil. Sang Deuk juga tahu siapa yang bertanggung jawab atas
pernyataan kalau Soo Yeon telah meninggal, “Bajingan itu telah mati karena kau
membunuhnya. Alasan mengapa aku menahan diri selama 14 tahun ini langsung punah
dalam sekejap.”
Bagi Jung Woo, Bibi Choi sekarang adalah penjahat. Ia akan
bersimpati akan kematian Bora setelah pemeriksaan usai, dan ia minta Bibi Choi
menjawab bagaimana Bibi Choi membunuh Sang Deuk, “Dari awal hingga akhir,
ceritakan semuanya. Bagaimana kau bisa masuk ke dalam rumahnya?”
Maka Bibi Choi pun menceritakan kalau ia masuk setelah Sang
Deuk membukakan pintu untuknya. Dengan alat penyengatnya, ia membuat Sang Deuk
pingsan dan ia mengunci pintu apartemen dari dalam. Ia kemudian memakai sepatu
Sang Deuk untuk masuk ke dalam rumah.
Jung Woo bertanya apakah Bibi Choi melakukan semuanya
sendiri? Bagaimana ia kuat menyeret tubuh Sang Deuk ke kamar mandi? Bibi Choi
mengatakan kalau ia kuat menyeret dengan memikirkan putrinya, Bora.
Jung Woo bertanya lagi tentang nasi yang masak di apartemen
itu. Apakah Bibi Choi yang membuatnya? Bibi Choi menjawab kalau ia tak pernah
makan nasi hangat setelah kematian putrinya. Dan ia makan nasi hangat setelah
ia membunuh para bajingan itu.
Saat itu, Bibi Choi kemudian memasukkan dry ice ke dalam
mulut Sang Deuk dan melakban mulutnya dan berkata, “Bajingan sepertimu tak
pantas memohon untuk selamat. Nama anakku adalah Choi Bora dan aku adalah
ibunya. Pergilah ke neraka. Aku nanti akan mengikutimu. Dan di sana aku akan
membunuhmu lagi.”
Jung Woo menyodorkan foto Sang Deuk yang tewas dan berkata
kalau dry ice sudah cukup untuk membunuh Sang Deuk, tapi mengapa Bibi Choi
menutupi muka Sang Deuk dengan handuk basah?
Bibi Choi membuka mata, teringat kejadian selanjutnya. Saat
ia sedang mengemasi kotak dry ice, ia mendengar suara langkah kaki di luar
pintu dan mendengar suara pintu dibuka.
Ia buru-buru bersembunyi di dalam
lemari. Ia terkejut dan cemas saat melihat lampu dinyalakan.
Kejadian terakhir itu tak terucap dari mulutnya, tak ia
ceritakan, membuat Jung Woo bertanya lagi karena Bibi Choi hanya terdiam.
Bibi Choi teringat suara detak sepatu orang yang datang itu
seperti suara hak tinggi Soo Yeon saat Soo Yeon mengikutinya ke dalam kantor
polisi. Bukannya menceritakan hal ini, ia malah bertanya pada Jung Woo, “Gadis
itu.. kau menyukainya, kan? Gadis yang mulanya ditahan karena pembunuhan Kang
Sang Deuk.”
Tapi Jung Woo meminta Bibi Choi untuk tak membelokkan topik
pembicaraan mereka. Maka Bibi Choi menjawab kalau ia melakukan itu untuk
mempercepat kematian Sang Deuk.
Jung Woo kembali menuliskan handuk basah di buku catatannya dan ingin bertanya lagi. Tapi Bibi
Choi mengaku ia telah mengantuk karena tak tidur sejak kemarin dan meminta
waktu untuk tidur dan makan.
Hmm.. apakah Bibi Choi ingin melindungi orang yang ia duga
sebagai pembunuh? Eihh.. disebut apa kalau orang itu membunuh orang yang akan
mati? Pembunuh mayat?
Tak mempedulikan permintaan Bibi Choi, Jung Woo bertanya,
mengapa Bibi Choi mengambil handphone itu dari tempat kejadian? Bibi Choi
bingung ditanyai itu, tapi ia buru-buru menjawab kalau ia membereskan semua
barang yang ada di tempat kejadian, dan mungkin handphone itu juga ikut terbuang.
Ia kemudian menggerutu, “Tak disangka interogasi lebih berat daripada
membunuh.”
Bibi Choi berkata kalau ia sudah menjawab semua pertanyaan Jung
Woo, dan ia menyesali kalau ia telah membunuh. Ia tak akan melakukannya lagi .
Oleh karena itu, “Sekarang beri aku makanan.”
Jung Woo hanya menatap Bibi Choi yang menggerutu, dan
tatapannya seperti meragukan kesaksian Bibi Choi.
Soo Yeon menemani Hyung Joon hingga keesokan harinya. Hyung
Joon bangun terlebih dulu dan menyentuh pipi Soo Yeon yang tertidur di sisi
tempat tidurnya. Ia menatap Soo Yeon dan berkata, “Soo Yeon ah, walau kau ada
di sisiku, aku takut kalau kau kembali ragu. Jangan pernah ragu lagi.”
Sementara itu teman online Hyung Joon menulis, “Harry,
Harry. Apakah kau di sana? Apakah kau sudah mendapatkan laporan keuangan
rahasia itu? Haruskah kita mulai sekarang?”
Dan yang terjadi selanjutnya adalah kekacauan di bank milik
Tae Joon karena banyak nasabah dan wartawan yang datang, bertanya apakah pihak
bank akan merampok uang mereka?
Di rumah Tae Joon, pengacara dan Sekretaris Park keluar
masuk ruangan Tae Joon membuat Mi Ran cemas. Ia mendengar kalau Sekdir Nam
telah menghilang. Tapi Ah Reum (aihh.. dari kemarin-kemarin Ah Reum pakai wig,
ya? Lebih cantikan sekarang dengan rambut panjang) mengatakan kalau ibunya
cemas saat mereka akan bangkrut, tapi tak pernah cemas saat dulu putranya (Jung
Woo) akan mati.
Mi Ran mengancam Ah Reum untuk tak memberitahu tentang dana rahasia yang ia peroleh pada Jung Woo
yang polisi, tapi Ah Reum malah bertanya sinis ada ibunya, “Apakah ibu sekarang
takut karena merasa bersalah?”
Untuk menanggulangi kekacauan itu, Tae Joon menyuruh pengacaranya
untuk menghapus rekening dan meredam para wartawan. Sekretaris Park menduga
kalau Sekdir Nam-lah yang membocorkan informasi itu untuk mengambil waktu untuk
melarikan diri. Diketahui kalau Sekdir Nam telah mengungsikan keluarganya 3 hari yang lalu, dan sudha mempersiapkan pelariannya
ini sejak dulu.
Tae Joon segera menyuruh sekretarisnya untuk mengirim orang
ke New Zealand. Dan betapa kaget dan geramnya Tae Joon saat Sekretaris Park
juga memberitahu kalau uang 20 milyar won yang sedianya untuk mereka
investasikan di proyek Harry Borrison juga lenyap. Sekretaris Park menduga
kalau Sekdir Nam berada di balik hilangnya uang itu yang tersimpan di lima
rekening yang mereka miliki.
Sementara itu Detektif Joon datang ke kantor dengan senyum
lebar dan perasaannya sangat bahagia. Sebabnya? Karena ayahnya melihatnya di
TV, sedang memimpin penangkapan bibi Choi, “Seluruh keluarga bahkan keluarga
jauhpun sangat senang sekali.”
Atasannya tak tersenyum mendengar kebahagiaan Detektif Joon.
Ia berkata kalau kepala polisi mendapat hukuman dan Jung Woo juga tak mendapat
kenaikan gaji di tahun depan karena ia tak menjaga komputernya dengan baik,
“Jadi jangan berlebihan. Tetaplah tenang.”
Detektif Joon memegang dadanya, seperti sakit mendengar
kata-kata atasannya. Tersinggung? Tidak. Ia mengkhawatirkan Jung Woo. Ia
melihat kotak di meja Jung Woo, dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.
Ibu sedang mengemasi barang-barang Jung Woo saat Eun Joo
datang memberitahu kalau Detektif Joon ingin bicara dengan ibu. Dan Eun Joo
kaget melihat kamar Jung Woo sudah hampir kosong dan bertanya, akan kemana lagi
Jung Woo harus pergi kalau ia pergi dari rumah ini?
Ibu berkata kalau Jung Woo
memiliki rumah dan orang tua yang pasti merindukannnya. Setelah pelaku itu
tertangkap, maka ia harus mengembalikan Jung Woo pada mereka.
Eun Joo pun bertanya, bagaimana dengan dirinya? “Jung Woo
belum boleh pergi. Jung Woo ada di rumah ini juga untuk menggantikan ayah. Ia
juga berjanji akan menemukan pelaku pembunuhan ayah. Aku tak memperbolehkan ia
pergi.”
Ibu memohon pada Eun Joo, kalau ia yang akan menggantikan Jung
Woo, “Aku akan melakukan yang terbaik sebagai pengganti ayahmu. Lepaskanlah
Jung Woo. Jangan biarkan ia menunggu Soo Yeon yang tak pernah kembali. Ini demi
kebaikan Jung Woo. Demi Jung Woo.”
Detektif Joon melongok ke ruang pemeriksaan dan ternyata
Jung Woo masih duduk di tempat yang kemarin, masih memeriksa Bibi Choi.
Perlahan, ia pun menutup pintu.
Bibi Choi meminta Jung Woo untuk menyampaikan permintaan
maafnya pada ibu Soo Yeon, karena saat memesan dry ice, ia menggunakan namanya,
“Juga, jagalah komputermu. Dan jangan terlalu mempercayai orang.”
Jung Woo terdiam, kemudian mengisyaratkan kalau
interogasinya sudah selesai, ia berkata, “Sekarang bibi sudah boleh menangis,”
wajah Jung Woo melembut dan berkata, “Aku tak dapat meringankan hukuman, karena
itu sudah diluar wewenangku. Tapi, jika Bora sedikit lebih kuat, dan ia masih
ada di sisimu, siapa tahu mungkin aku dapat menjadi menantumu?”
Bibi Choi menunduk, memintanya untuk tak berbicara seperti
itu. Ia tahu kalau Jung Woo masih teringat pada Soo Yeon, “Bagaimana dengan Lee
Soo Yeon?”
“Aku tahu. Apakah kita harus melakukannya bersama-sama? Bibi
akan melepaskan Bora, dan aku..,” Jung Woo terdiam sejenak,”Dan aku akan
melepaskan Soo Yeon.”
Jung Woo menengadahkan wajahnya, mencegah air matanya turun,
pura-pura bercanda kalau yang malah menangis padahal tadi ia menyuruh Bibi Choi
untuk menangis, “Dan ini adalah rahasia kita berdua. Sebagai detektif yang tak
mengetahui kejadian Bora lebih awal, maafkanlah aku.”
Bibi Choi menangis mendengar permintaan maaf Jung Woo,
“Kalau saja aku mengenal orang sepertimu, apakah semua ini akan terjadi?
Sepertinya tidak.”
Jung Woo menunduk, menyembunyikan tangisnya. Bibi Choi
memintanya untuk tank menangis untuknya. Jung Woo juga meminta agar Bibi Choi
melupakan sekarang, “Demi Bora juga demi Bibi. Kumohon lupakanlah semua.”
Bibi Choi menggenggam tangan Jung Woo dan bertanya apakah
Jung Woo tahu mengapa ia membiarkan Jung Woo hidup? “Walau Lee Soo Yeon
memiliki masa lalu yang memilukan, kau masih tetap menunggu dan mencintainya.
Dan aku merasa bersyukur karenanya,” ia menepuk-nepuk tangan Jung Woo,
“Tetaplah seperti itu dan jangan pernah berubah.”
Jung Woo minum soju dengan Detektif Joon. Tapi yang biasanya
Jung Woo mabuk duluan, walau ia sudah minum 3 gelas soju, tapi ia belum mabuk
malah Detektif Joon yang lebih dulu mabuk, dan Jung Woo memutuskan, “Besok aku
akan minum 4 gelas, dan lusa 5 gelas. Kemampuanku akan semakin baik jika aku
mencoba untuk terus minum, kan?”
Ia menatap Detektif Joon dan berkata, “Semuanya akan menjadi
lebih baik jika kita terus mencoba.” Detektif Joon yang mabuk mengiyakan, dan
terus mengiyakan saat Jung Woo berkata, “Melupakan juga, akan lebih bagus kalau
aku terus mencoba, kan? Tak sekalipun aku pernah memikirkan ‘aku harus melupakannya.’ “
Soo Yeon memegang sepatu ibu yang tersimpan di dalam lemari
dan tersenyum melihatnya. Namun saat melihat tempat ia dulu menggantungkan
jaket Jung Woo, ia teringat pada Jung Woo. Namun ia kembali
menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak pikiran yang muncul dalam benaknya.
Jung Woo berkata kalau Soo Yeon memintanya untuk tak
menunggunya. Walau Jung Woo tak mendengarnya, tapi ia merasa kalau Soo Yeon
mengatakan hal itu saat ia memeluknya, “Aku paling menyukai Lee Soo Yeon. Tapi
Soo Yeon membenci Lee Soo Yeon. Apa yang harus kulakukan?”
Dan ia bermain ‘hujan.. tak hujan.. hujan.. tak hujan..’
dengan tangan menyentuh gelas berisi soju, sambil berkata ‘Datang.. tak
datang.. datang.. tak datang..’ Dan voila.. handphonenya berbunyi. Kaget
sekaligus berharap ia mengambil handphonenya.
Tapi ternyata yang menelepon adalah Harry Borrison. Ha..
close enough..
Harry menelepon untuk meminta Jung Woo datang ke rumah. Jung
Woo berkata kalau ia sedang minum dan di luar tugas dan menjanjikan untuk
datang di lain hari. Tapi Hyung Joon tetap meminta Jung Woo datang karena
kondisinya tak memungkinkan untuk pergi. Ia ingin membicarakan tentang laporan
otopsi tantenya.
Maka Jung Woo pun datang ke rumah, mengagetkan Soo Yeon. Dan
Soo Yeon lebih kaget lagi karena Jung Woo bersikap biasa dan cenderung
mengacuhkannya.
Ia tak dapat menahan komentarnya setelah Jung Woo melewatinya,
“Apakah kau baru saja minum? Bukankah kau tak kuat minum?” tanya Soo Yeon
khawatir.
“Aku juga berpikir seperti itu, tapi ternyata setelah minum
aku baik-baik saja,” kata Jung Woo dan ia meneruskan, “Apa yang tak dapat
kulakukan? Aku pasti bisa jika aku terus mencoba. Bagimana kalau lain kali kita
minum bersama saat aku sudah kuat minum?”
Soo Yeon memandangi Jung Woo dari belakang, menyadari apa
yang sedang dibicarakan Jung Woo bukanlah tentang minum tapi tentang
melepaskannya.
Jung Woo duduk di samping Hyung Joon dan bertanya tentang masalah
otopsi Michelle Kim. Tapi Hyung Joon malah berkata kalau ia sebenarnya juga
ingat kalau ada 280 langkah dari rumah Soo Yeon ke lampu jalan itu. Jung Woo heran
mendengar Hyung Joon memiliki ingatan yang sama.
Hyung Joon mengulurkan tangan, meminta Jung Woo untuk
membantunya berdiri. Hyung Joon mengajaknya minum lagi, tapi Jung Woo
menolaknya karena ia sudah cukup minum untuk hari ini. Laptop Hyung Joon
tiba-tiba berbunyi dan Hyung Joon meminta Jung Woo untuk mengambilkan
laptopnya.
Dan Hyung Joon sepertinya senang membaca apa yang tertulis di laptop itu, membuat Jung Woo
bertanya, “Sepertinya ada sesuatu yang baik yang terjadi.” Hyung Joon hanya
diam tapi tampak senang.
Di mobil, Sekretaris Park
berkata kalau mungkin akan terjadi masalah akan investasi mereka untuk
Shiosa. Dan Tae Joon berkata geram kalau Sekdir Nam benar-benar memilih waktu
yang tepat sebelum penandangatanan kontrak dengan Shiosa.
Jung Woo sedang memindahkan es saat Soo Yeon datang dengan
berdandan rapi untuk pergi. Soo Yeon mengatakan kalau ia yang akan
melakukannya. Tapi Jung Woo menolaknya . Tanpa menatap wajah Soo Yeon ia hanya
minta tisu karena ia tak menemukannya.
Soo Yeon pun mengitari meja dan menunduk, mengambilkan
tissue yang ada di lemari depan Jung Woo. Saat itulah Jung Woo menatap Soo Yeon
yang tertunduk, walau hanya beberapa saat.
Ia kembali mengalihkan matanya saat
Soo Yeon berdiri dan berjalan ke arahnya, dan mengangsurkan tisu itu padanya.
Namun saat ia menerima tisu itu, tak sengaja ia melihat tas
yang dibawa Soo Yeon. Ada sepatu ibu di dalamnya. Ia menatap Soo Yeon yang
memandanginya dan berkata, “Semoga kunjunganmu nanti menyenangkan.”
Soo Yeon menunduk melihat tas yang ia pegang dan menyadari
kalau Jung Woo tahu kemana tujuannya pergi.
Ia menatap Jung Woo yang pergi ke teras, menyadari betapa kalemnya Jung
Woo sekarang saat menghadapinya dan iapun pergi. Namun sebelum masuk ke lift ia
sempat melirik Jung Woo kembali.
Jung Woo tersenyum dan berkata kalau cintanya pasti akan
bertemu dengan Soo Yeon. Dan ia memasang wajah tersenyum saat melihat Hyung
Joon menatapnya dari teras, “Apa yang ingin kau tunjukkan padaku?”
Di teras, Hyung Joon bertanya bagaimana pendapat Jung Woo
tentang Han Tae Joon. Ia tahu kalau Tae Joon adalah ayah Jung Woo dan ada dugaan
kalau Bank Sangil (bank milik Tae Joon) ada hubungannya dengan kematian
tantenya. Dugaan itu bukan dugaannya tapi dari Craig, pengacaranya.
Jung Woo mengakui kalau ia memang anak Tae Joon tapi ia tak
memiliki hubungan dengan Bank Sangil. Maka Hyung Joon pun memberikan sebuah
dokumen pada Jung Woo.
Jung Woo membaca dokumen yang menyatakan tentang pinjaman
uang untuk Mi Ran dari Michelle Kim, dengan Harry Borrison sebagai penjaminnya.
Tersenyum seakan menantangnya, Hyung Joon bertanya apakah susah bagi Jung Woo
untuk menyelidiknya? “Kau mengenal nama-nama yang disebutkan, kan?”
Jung Woo membaca sekali lagi dan berkata kalau hanya satu
nama yang mendapat perhatiannya, yaitu Harry Borrison, “Jika terjadi sesuatu
padamu, akan terasa berat bagi Zoe.”
Soo Yeon mengunjungi restoran tempat ibu bekerja dan melihat
ibu ditegur koki karena tak konsentrasi saat bekerja. Saat duduk, tak disangka
Soo Yeon mengajak ibu untuk minum soju bersama, membuat ibu tersedak karena Soo
Yeon mengajak minum di siang bolong seperti sekarang ini. Soo Yeon tersenyum
dan berkata kalau ibu sekarang tampak seperti ibunya yang dulu.
\Seperti ingin dipuji oleh ibunya, ia menunjukkan kuku
tangannya yang telah dihias cantik. Tapi ibu pura-pura tak peduli dan berkata
kalau ia sudah melarang Soo Yeon untuk datang, tapi mengapa Soo Yeon sekarang
datang?
Soo Yeon bertanya apakah ibu tak merindukannya? Mereka sudah
tak bertemu lama, maka ia ingin menemui ibu. Saat dulu ibu tak mencarinya, ia benci dan sakit hati. Karena
itu ia ingin menjadi sukses dan muncul di depan ibu, “Pada saat itu aku ingin
menemui ibu. Namun setiap aku membuat baju, aku selalu ingin saat aku mendesain
baju, setiap saat aku ingin menemui ibu, yang pernah mengatakan kalau aku lebih
cantik daripada Eun Joo. Aku merindukan ibu.”
Soo Yeon berkata kalau ia sekarang adalah desainer yang
bahkan sering mengadakan fashion show tunggal. Namun ibu berkata kalau Soo Yeon
seharusnya berpura-pura tak mengenalnya dan melanjutkan hidupnya. Ia tak pernah
sekalipun bersikap seperti ibu yang baik,
“Apakah kau ingin membalasku?
Dan kau kembali karena kau tak dapat melakukannya? Maka sekarang lakukanlah,”
kata ibu sambil memberikan kepalanya pada Soo Yeon seperti minta dipukul,
“Sumpahi aku atau jambak rambutku. Lakukan apa yang kau ingin lakukan.”
“Hatiku tak tenang, Bu,” tangis Soo Yeon. “Perasaanku lebih
tenang saat aku membenci semuanya. Tapi sekarang air mataku tak bisa berhenti.
Rasanya aku ingin mati, Bu.”
Ibu meraih tangan Soo Yeon berharap, “Apakah kau akan
kembali? Apa kau mau pulang?”
Soo Yeon tak menjawab hanya berkata kalau ia akan tinggal di
Korea sampai Harry selesai dengan pekerjaannya, “Dapakah aku terus menemui ibu?
Mari kita rahasiakan pada yang lainnya. Dan hanya kita berdua yang saling
bertemu, Bu.”
Ibu melepaskan genggamannya, “Aku tak mau.”
“Ibu..”
“Soo Yeon ah.. Mungkin kau akan merasa sedih mendengar ini.
Tapi sekarang aku paling menyukai Jung Woo. Jika kau tak mau kembali, maka
janganlah muncul di depan kami. Di depan Jung Woo dan aku. Kupikir akan lebih
mudah jika kita tak saling bertemu.”
Ibu pun meninggalkan Soo Yeon yang masih menangis. Bahkan di
mobil pun, ia masih teringat pada ibu. Ia melihat sepatu yang tak jadi ia
berikan pada ibu dan berkata kalau ia seharusnya membelikan sepatu pada ibunya.
Handphonenya berbunyi, ternyata dari Hyung Joon. Hyung Joon
saat itu duduk di ruang tengah, sedangkan Jung Woo masih di teras mendengar
pertanyaan Hyung Joon yang menyadari kalau suara Soo Yeon seperti habis
menangis.
Hyung Joon bertanya kapan Soo Yeon akan kembali karena ada
sesuatu yang ingin ia katakan. Soo Yeon menjawab kalau masih ada urusan yang
harus ia kerjakan.
Jung Woo pun pamit untuk pergi. Namun ia mendapat SMS dari
Sekdir Nam. Dan kita tahu apa terusan SMS yang Sekdir Nam tulis dulu: Aku harus pergi walau tak tega membiarkanmu seperti
sekarang. Aku minta maaf karena yang aku lakukan selama ini karena kesetiaanku
pada Han Tae Joon yang memperlakukanku seperti anjing peliharaan. Janganlah mencari
Soo Yeon lagi, karena pada akhirnya kau akan terluka lagi.
Hyung Joon sepertinya tertarik dengan apa yang dibaca Jung
Woo. Saat Jung Woo akan pergi, Hyung Joon berkata kalau ia akan memberikan buku
rekening Sangil dimana tantenya melakukan transaksi.
Di luar gerbang, Jung Woo menelepon seniornya untuk menyelidiki
rekening Michelle Kim, karena sepertinya ada transaksi judi di dalamnya.
Detektif Joon yang sedang membeli kue terkejut mendengar
informasi Jung Woo. Apalagi saat Jung Woo memberitahukan kalau sepertinya
Michelle Kim meminjamkan uang dan meninggal tanpa mendapatkan uang itu kembali,
sehingga mungkin kematian itu adalah sebuah pembunuhan.
Saat itu Jung Woo berpapasan dengan mobil ayahnya. Ayahnya
tak menyapanya, hanya melihatnya sekilas.
Hyung Joon melihat interaksi itu dari CCTV di ruang
rahasianya. Dan ia membuka pintu setelah Tae Joon menelepon memberitahukan
kedatangannya. Ia tersenyum dan memencet tombol untuk membuka gerbang, berkata,
“Han Tae Joon, selamat datang di Surga.”
Di ruang tamu, Hyung Joon, yang duduk dengan kompres di
kakinya, menemui Tae Joon yang meminta sedikit waktu agar ia dapat mengumpulkan
dana untuk investasi di Shiosa. Tapi menurut Hyung Joon hal itu tak mungkin,
karena walau ia berhubungan baik dengan Shiosa, bisnis tetaplah bisnis.
Ia pun menyarankan untuk menalangi sementara uang 20 milyar
won itu dan bertanya apakah Tae Joon bisa mengumpulkan uang tersebut dalam seminggu
(untuk membayarnya kembali)? Tanpa senyum Tae Joon berterima kasih pada Hyung
Joon.
Dan seperti menegaskan hubungan mereka sekarang. Hyung Joon
meminta Tae Joon untuk mengambilkan tongkat yang sebenarnya bisa ia ambil sendiri.
Tae Joon mengambilkan tongkat itu dan berkata kalau ia akan membayar kebaikan
Hyung Joon.
Hyung joon pun menjawab kalau di masa yang akan datang, ia akan
meminta bantuan pada Tae Joon. Dan ia tak ingin Tae Joon melupakan janji ini.
Detektif Joon . meletakkan salah satu kantong yang ia beli dari toko kue ke atas meja Jung Woo, beserta pesan : Istri, aku ada di sini, jadi bergembiralah..^.^
Detektif Joon . meletakkan salah satu kantong yang ia beli dari toko kue ke atas meja Jung Woo, beserta pesan : Istri, aku ada di sini, jadi bergembiralah..^.^
Detektif Ahn dan Detektif Park datang dan begitu melihat
makanan langsung mereka serbu. Namun Detektif Joon hanya memberikan salah satu kantong
itu untuk mereka makan dan melarang mereka untuk menyentuh bungkusan milik Jung
Woo.
Dan untuk sementara waktu, ia juga melarang mereka untuk menyebut-nyebut nama Lee Soo Yeon atau
kata-kata yang dimulai dengan Ee Soo (Lee sering diucapkan dengan hanya menyebut
vokalnya saja) seperti Ee sso shi gae (tusuk gigi).
Detektif Ahn dan Park melongo melihat larangan aneh itu,
apalagi Detekif Joon menambah daftar kata yang tak boleh diucapkan adalah yang
memiliki kata ‘Ee’, ‘Soo’ ataupun ‘Yeon’,
“Pokoknya kita harus bantu Jung Woo
dengan melupakan,” Detektif Joon mengatupkan mulutnya dan melanjutkan, “hii..
huu..heeeuunn…”
LOL, maksudnya Lee Soo Yeon.
Jung Woo mendatangi butik Mi Ran dan diberitahu oleh pegawai
butik kalau Mi Ran sedang menemui tamu penting. Jung Woo diminta untuk menunggu
di salah satu ruangan di lantai 2.
Tamu penting itu ternyata adalah Zoe yang meminta Mi Ran
untuk menurunkan desainnya. Tapi Mi Ran meminta waktu sebentar lagi karena di
rumah sedang ada masalah besar, “Uang yang akan digunakan suamiku untuk berinvestasi
di proyek Harry dibawa lari oleh orang kepercayaannya.”
Ia juga mengatakan kalau Harry pasti akan mengetahui hal
ini. Dan ia menduga kalau Jung Woo akan mencari masalah dengan kejadian ini,
karena sejak remaja, sejak ia diculik, Jung Woo masih melakukan hal-hal yang
dibenci oleh ayahnya, walau Jung Woo sudah pergi dari rumah.
Jung Woo ternyata disuruh menunggu di ruang desain. Ia
memandangi sebuah gaun putih untuk beberapa saat, dan kemudian memainkan
kancing yang pernah ia lepaskan dari mantelnya.
Sementara itu Tae Joon mendapat paket yang dikirim oleh
Kang Sang Chul, yang berisi sebuah pesan: Bahkan
Tuhanpun tak akan mampu untuk menyelamatkanmu. Tunggu saja. Dan ternyata
isinya adalah untaian manik-manik yang dironce menjadi sebuah sepeda.
Ia membuka laci dan mengambil roncean manik-manik yang mirip
dengan milik ibu Hyung Joon yang dilemparkan padanya di malam kematian ibu
Hyung Joon. Tae Joon tertawa dan menduga kalau kiriman itu adalah dari Hyung
Joon.
Di ruang rahasia Hyung Joon, Hyung Joon menata roncean
manik-manik berbagai bentuk dan tersenyum.
Soo Yeon diantar Mi Ran ke ruang desain Mi Ran untuk
menunjukkan sesuatu. Tapi pegawai Mi Ran memanggil bosnya untuk berbicara
sebentar, sehingga Mi Ran harus meninggalkan Soo Yeon sendirian.
Soo Yeon melihat-lihat ruangan itu, dan sama seperti Jung
Woo tadi, ia tertari dengan gaun putih yang terpajang di sana dan
bertanya-tanya darimana Mi Ran mendapatkan gaun itu.
Dan ia melihat dibalik tirai ada sepatu yang menunjukkan ada
orang di balik tirai itu.
Perlahan-lahan ia mengintip, dan terpaku, menyadari
kalau ternyata kaki itu milik Jung Woo
yang tertidur pulas.
Ia ragu untuk mendekat, tapi menyadari betapa pulasnya Jung
Woo, ia mendekat dan diam-diam memandangi wajah Jung Woo. Ia juga melihat kalau
Jung Woo memegang kancing yang telah ia kembalikan, tapi tak memasangnya di
mantelnya lagi dan berkata dalam hati, “Apa spesialnya kancing ini? Jung Woo
ya.. kau benar-benar aneh. Setiap kali aku melihatmu, rasanya sakit.”
Masih dalam tidurnya, Jung Woo bergerak membuat kancing yang
ia pegang akan jatuh. Soo Yeon menadah ke bawah tangan Jung Woo, mencegah
kancing itu jatuh, tapi ternyata Jung Woo malah menggenggamnya.
Dan ia juga membuka mata. Soo Yeon terkejut, tapi Jung Woo
lebih terkejut lagi. Ia memanggil namanya sehingga Soo Yeon buru-buru bangkit.
Tapi Jung Woo menarik ujung roknya, “Kenapa kau ada di sini?”
Pertanyaan yang sama saat Jung Woo remaja sadar dari pingsan
saat ia diculik. Dan ia yang remaja saat itu menjawab ‘untuk menyelamatkanmu’ namun ia sekarang menjawab dalam hati, “Karena
aku merindukanmu.”
Terdengar suara Mi Ran masuk ke dalam ruangan, sehingga Soo
Yeon buru-buru berdiri dan dengan cepat menutup tirai kamar, menyembunyikan
Jung Woo yang hendak menyusulnya, berdiri di belakang tirai.
Tae Joon mengendarai mobil sendiri pergi ke suatu tempat.
Dan di tempat itu ia membuka sebuah kamar yang terkunci.
Di dalam kamar itu ada seorang wanita yang sedang meronce
plastik dan tersenyum senang menyambut kedatangan Tae Joon.
Ibu Hyung Joon.
Sedangkan di ruang rahasianya, Hyung Joon mengambil bandul
yang diberikan ibunya padanya. Bandul yang bertuliskan Untuk orang yang paling aku cintai – Ibu.
source : http://www.kutudrama.com/2012/12/sinopsis-i-miss-you-episode-12.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment