Eunsul
yang mendengar kabar dari Presdir segera mencari Jihun. Ia mencoba
mengabari Muwon, tapi karena Muwon meninggalkan ponselnya di mobil Muwon
tak mengetahuinya.
Eunsul tak menghiraukan sekitarnya, ia terus
saja berlari sampai-sampai ia hampir tertabrak dan dengan manisnya
nyangkut diatas kap mobil, haha. Pemilik mobil marah, tapi langsung diam
karena Eunsul gak kalah galak.
Berlari-lari
dengan high heels sukses membuat lecet tumit Eunsul, sambil berjingkat
menahan sakit ia berhasil menemukan Jihun tepat saat Jihun memanggil
namanya.
“Apa?...” jawab Eunsul lemas, Jihun menoleh. “Mengapa kau terus memanggilku?... Mengapa?” Eunsul melampiaskan kekesalannya.
Jihun
memandang Eunsul dalam, lalu perlahan ia memeluknya, “Menakjubkan, No
Eunsul akan muncul saat ku panggil.… Bagiku, kau adalah superheroku”.
Meski
sempat larut dalam pelukan Jihun, kata-kata terakhir Jihun barusan
menyadarkan Eunsul dan membuatnya meradang dan mendorong Jihun hingga
jatuh.
Eunsul
menelepon presdir untuk melapor ia telah menemukan Jihun. Presdir yang
lalu bicara pada Jihun sangat kesal hingga ia mengomel Jihun tak usah
pulang sekalian. Tanpa disangkanya Jihun justru makin membuatnya kesal
dengan setuju untuk tak pulang.
Muwon
yang menunggu Eunsul berkali-kali melihat jamnya. Seorang pelayan
membantu mengambilkan ponsel dari mobilnya. Muwon membaca sms dari
Eunsul yang mengabarkan ia mungkin akan terlambat datang. Saat itulah
ponselnya berdering, dari Na Yun.
Na
Yun mengaku sedang di resto langganan ia dan duo Cha dulu. Setelah
sedikit basa-basi, ujung-ujungnya Na Yun minta Muwon menemaninya. Muwon
menolak karena ia sedang ada janji.
Jihun
terus mengikuti Eunsul, ia menebak Eunsul pasti marah karena lelah
mencarinya. Jihun juga yakin kalau Eunsul pasti khawatir padahal
menurutnya itu tak perlu.
“Bagaimana aku tak khawatir jika kau membuatku khawatir?!”teriak Eunsul frustasi.
Jihun
mencoba mendinginkan Eunsul yang menurutnya sedang diliputi amarah
dengan mengingatkan kalau ia adalah bos sementara Eunsul sekretarisnya.
Eunsul mengerti, tapi ia juga memberitahu kalau ia akan segera berhenti
dari posisinya itu. Jadi saat ini ia akan melupakan posisi mereka dan
memberi peringatan pada Jihun si bajingan. Eunsul berani memanggil Jihun
demikian karena mereka seumuran dan secara intelektual ia lebih tua
dari Jihun.! Haha, secara intelektual? Ckckck.
Jihun
mengaku tak masalah dengan bajingan dan Noonim (panggilan sopan untuk
wanita yang lebih tua), tapi tidak untuk berhenti jadi sekertarisnya.
Jihun mengerti keinginan Eunsul berhenti di sebabkan Presdir, ia minta
Eunsul tenang saja karena ia yang akan mengurusnya.
Eunsul menolak,
ia mengaku telah memikirkannya saat mencari-cari Jihun tadi, “Jika aku
harus membersihkan dan membantu orang ini sepanjang hidupku, hidupku
akan hancur“.
“Kenapa hancur? Aku bisa memahami kau sedang marah,
tapi itu tidak adil bagiku, aku seperti ini karena mengkhawatirkanmu”.
Jihun mengingatkan agar Eunsul tenang dan memikirkannya lagi. Ia merasa
sakit tak hanya di hatinya tapi seluruh tubuhnya.
“Kau pikir hanya kau yang terluka? Aku juga …“.
Jihun langsung menanyakan bagian mana yang terluka sambil memeriksa badan Eunsul.
Eunsul
menjauhkan tangan Jihun, “Pernahkah kau mencoba berlari memakai high
heels??! Setelah bertemu denganmu aku harus berlari ke sana ke mari,
sampai-sampai tumitku tak pernah istirahat”. Tapi bukan cuma kakinya
yang sakit, kepalanya juga serasa meledak, Cha Jihun si manusia tak
berdaya. Apa yang akan ia lakukan jika Eunsul berhenti? Bagaimana dia
akan bertahan? Eunsul serasa jadi ibu menyedihkan yang punya anak nakal
padahal ia bahkan belum menikah.
Curahan
hati Eunsul yang lelah belum berhenti, “Kau bilang kau menyukaiku? Kau
bilang kau ingin aku selamanya di sampingmu?.. Lalu bagaimana dengan
aku? Apa kau memintaku mengikutimu untuk menjagamu selamanya? Aku harus
bertingkah seperti si brengsek gila seperti ini seumur hidupku?...
Tumitku dan hatiku lelah!”. Ia bukan 'superhero' atau 'luar biasa',
seperti yang di sebutkan Jihun. Ia hanya butuh uang untuk membayar
hutang dan keperluan hidupnya, jadi tak masalah kalau harus jadi pekerja
biasa di perusahaan biasa. “Aku bukan orang spesial yang menakjubkan,
jadi jangan bersandar padaku… Aku juga menderita, aku juga ingin
bersandar pada seseorang!.
Eunsul
sadar ia mencurahkan hatinya terlalu banyak, tapi ia meyakinkan kalau
itu bukan rengekan, itu gambaran agar Jihun mengerti. Setiap orang punya
masalah hidup sendiri-sendiri, jadi ia minta Jihun mandiri dan
menjalani hidupnya dengan benar.
Jihun mengerti, ia bisa menerima
semua yang Eunsul katakan kecuali satu hal, ia minta Eunsul menarik
kembali ucapannya soal berhenti jadi sekertarisnya.
Eunsul tak
memperhatikan Jihun karena ponselnya berbunyi, ada sms dari Muwon yang
bilang kalau ia juga terlambat, jadi Eunsul tak usah khawatir dan datang
saja. Eunsul bergegas pergi tapi Jihun memanggilnya memintanya
mendengarkannya dulu atau setidaknya pergi bersama. Ia telah
mendengarkan curhatnya Eunsul, setidaknya Eunsul harus mendengarkan
curhatannya juga. Lagipula Jihun tak membawa uang juga mobilnya.
“Dengarkan
baik-baik… Pertama cari taxi, kedua katakan alamatmu. Ketiga, saat kau
sampai di rumah, bunyikan bel, dan minta orang rumah membayarkan taximu…
kau bisa melakukannya kan?” terserah bisa atau tidak, yang penting
Jihun sudah diberitahu, Eunsul berlari mengejar bis.
Jihun
tak menyerah, ia mengejar Eunsul, bahkan sampai terpaksa ikut naik bis
yang seumur-umur baru kali ini. Jihun bingung, apalagi supir bis
menanyakan ongkos. Terpaksa kali ini Eunsul kembali mengurus Jihun, ia
juga memberitahu kursi yang diduduki Jihun itu kursi khusus ibu hamil.
(lucu warnanya Pink).
Eunsul
berusaha tak peduli, ia mengingatkan Jihun baginya saat ini Jihun tak
terlihat jadi jangan memanggil atau menyentuhnya. Jihun setuju, ia hanya
perlu Eunsul mendengarkannya. Jihun mengakui kesalahannya walau ada
beberapa hal yang tak adil baginya. Untuk itu ia akan intropeksi dan
meminta maaf. Jadi ia minta Eunsul tenang dulu dan mereka cari cara
untuk memperbaikinya. Mereka bisa mulai dari pengunduran dirinya Eunsul.
Nada
bicara Jihun mulai tak teratur, efek naik bis mulai berasa. Jantung
berdebar dan gemetaran. Akhirnya Jihun minta ijin untuk memegang Eunsul.
Eunsul terpaksa diam sebagai bentuk dari ijinnya, sampai ia berteriak
kesakitan karena Jihun menarik kuncirannya saat bis ngerem mendadak,
haha.
Jihun
mengikuti Eunsul sampai depan resto, ia bersikukuh mau menunggu Eunsul
saja. Tapi ia kemudian penasaran siapa yang ingin ditemui Eunsul.
Muwon
tetap menyambut Eunsul dengan senyum, ia sempat mematung melihat Jihun
yang ada di balik kaca (haha sering banget scenenya Jihun dibalik kaca
atau jendela), tapi lalu mengabaikannya seolah tak ada.
Seketika kesedihan juga menggayuti wajah Jihun. Jihun pun pergi.
Di dalam, Eunsul makan steaknya dengan semangat, Muwon sampai mengkhawatirkan Eunsul akan tersedak.
Muwon
menyodorkan sebuah gelang yang disebutnya pusaka keluarga setidaknya
baginya. Ia yang sedari kecil bahkan punya kartu dan rekening bank
sendiri hanya mengingatnya sebagai satu-satunya barang yang di beli
bersama sang ayah. Ayah yang tak pernah dianggap baik oleh orang lain,
tapi baginya ia tetap ayahnya yang sangat berharga baginya. Seberharga
itu jugalah gelang itu baginya. Tadi saat bersiap menemui Eunsul, Muwon
yang lama tak melihatnya tiba-tiba melihat gelang itu lagi, seolah
takdir menyuruhnya memberikannya pada Eunsul. Tapi karena ia yakin
Eunsul tak mau menerimanya, Muwon memilih untuk memakainya sendiri.
Sampai suatu saat nanti saat ia yakin Eunsul mau menerimanya, ia baru
akan memberikannya.
Wow,
Muwon tahu pasti jawaban Eunsul yang pasti menolaknya, tapi ia
penasaran, bagaimana dengan Jihun? Muwon lega saat tahu Eunsul menolak
mereka berdua. Karena baginya sekarang kedudukannya dan Jihun imbang,
dan ia bisa mulai dari awal lagi untuk mengalahkan Jihun (memenangkan
hati Eunsul).
Eunsul
mengaku senang tapi juga tak senang. Mengapa? Tidakkah Eunsul
menginginkan salah satu Duo Cha? Atau malah mau keduanya? Yang pasti
Muwon memberi kesempatan pada Eunsul untuk menilai siapa yang paling ia
sukai, tapi tentu saja Muwon harap dirinyalah yang terpilih.
Eunsul dengan jujur mengakui ia merasa nerveous saat bertemu Muwon, tapi Cha Jihun… Muwon memotong, ia tak ingin mendengarnya……
Jihun
mendatangi mall dan bertemu Na Yun. Na Yun menutupi wajahnya karena
tahu Jihun bisa mengingat kenangan buruk hanya dengan melihat wajahnya.
Jihun mengaku ia sedang tak memikirkannya, ia malah melihat Na Yun yang
memakai high heels dan menanyakan apa sakit jika berlari saat
memakainya. Na Yun menjawab kenapa ia harus lari? Lagian hanya dipakai
berjalanpun memakai high heels itu sakit (kenapa di pake mbaaaaak?!).
“Tapi
No Eunsul selalu berlari saat memakainya...”gumam Jihun. Na Yun minta
Jihun tak membicarakan Eunsul di depannya. Jihun setuju, tapi apa ia
boleh meminjam uang? Ternyata Jihun minjam uang buat beli plester untuk
tumitnya Eunsul.
Na
Yun dengan langkah pendek karena ketatnya rok mini berusaha mengikuti
langkah Jihun, apa mungkin Jihun mau menemui Eunsul? Apa Eunsul bersama
Muwon? Na Yun geram Muwon sedekat itu tapi tadi menolak menemaninya.
Jihun minta Na Yun memeriksa apa Eunsul masih ada di dalam. Na Yun menolak, tapi ia juga penasaran.
Saat
akhirnya melihat Muwon, Na Yun menyimpan amarah. Muwon melihat ke arah
jendela, dan memberitahu kalau mereka kedatangan tamu tak diundang.
Eunsul menoleh, “Wow ... mereka tak merasa malu?”.
Muwon tertawa, ia mengomentari Na Yun yang memang tak tahu malu.
Jihun
melihat plester yang di bawanya, tapi tunggu… ia kalah cepat, Muwon
juga punya niat yang sama. Muwon kini berlutut untuk memasangkan
plester di kaki Eunsul. Jihun kecewa, ia membuang plesternya.
Jihun
menghadang saat Eunsul dan Muwon keluar. Ia minta Muwon pergi karena
sekarang gilirannya. Muwon menolak, ia mengajak Eunsul pergi. Duo Cha
mulai berdebat. Na Yun mengambil jalan tengah, ia yang akan mengantar
Eunsul pulang.
Baru jalan sebentar Na Yun menghentikan mobilnya
dan menyuruh Eunsul turun. Tapi ia lalu berubah pikiran dan mengajak
Eunsul minum.
Tak
cuma para gadis yang tak langsung pulang, Duo Cha juga memilih mampir
di kedai ramen. Dan mereka melanjutkan debatnya, haha…masing-masing
pamer apa yang pernah mereka lakukan bersama Eunsul. Muwon yang makan
ramen dan diberitahu kalau makan ramen itu paling enak ditemani Soju,
setidaknya itu yang dikatakan Eunsul. Sedang Jihun pamer kalau ia pernah
ke kedai Makgeolli bersama Eunsul.
Na
Yun mengingatkan Eunsul untuk tak mengejar duo Cha bersamaan, Eunsul
mungkin akan berakhir seperti dirinya yang tak mendapatkan siapapun.
Eunsul menyalahkan Na Yun yang menolak Muwon. Na Yun mengaku menolak
Muwon bukan karena tak menyukainya, tapi karena ia lebih suka pada
Jihun. Na Yun membanggakan dirinya yang tak seperti putri dari keluarga
konglomerat kebanyakan. Ia bertahan untuk hidup mandiri di New York,
SELAMA 3 BULAN!! Haha. Eunsul mencemooh.
Muwon
yang mengaku tak kuat minum, mencampur segelas cola dengan sedikit
soju, haha, pokoknya minum. Muwon heran Jihun bisa tahu mengenai
hubungannya dengan Na Yun, apa memang Jihun punya kemampuan untuk
‘melihat’??
Jihun
mengaku bisa tahu soal Na Yun karena ia selalu memikirkan kemungkinan
terburuk, yang anehnya ternyata akurat. Kalau mengenai Eunsul, Jihun
mengaku tak melakukan prediksi itu karena ia yakin tak ada kemungkinan
buruk yang terjadi pada hubungan mereka.
Dan
malam pun berakhir buruk bagi Eunsul, ia mesti mengurus Na Yun yang
mabuk plus Duo Cha, haha!!! Dengan bantuan pemilik kedai ramen Eunsul
berhasil mengumpulkan ketiganya.
Eunsul kesal terutama pada Duo
Cha yang mabuk berat hanya dengan sebotol soju, tapi ia terkekeh juga
melihat tingkah lucunya Jihun.
Eunsul tahu yang bisa ia lakukan kini adalah menelepon para orang tua anak-anak konglomerat itu.
Sambil
menunggu mereka datang, Eunsul memperhatikan ketiganya dan main tang
ting tung, jarinya berakhir di Jihun. Ah andai memilih memang semudah
itu untuknya.
Presdir
yang pertama datang menjemput Jihun, lalu ibunya Na Yun dan terakhir
Ny. Shin. Hanya presdir yang terlihat lebih bijaksana menyikapinya,
dengan tenang ia minta Eunsul pulang dan bicara lain waktu, sementara
dua ahjuma malah mengomelinya.
Dalam
keadaan lelah dan sakit pada tumitnya Eunsul kembali sial, ia
berpapasan dengan dua pria mabuk yang memaksa meminta di temani. Eunsul
terpaksa mengeluarkan jurus pamungkasnya. Dua pria tadi terkapar di
hajarnya. Pertahanan Eunsul runtuh, ia menangis keras saat Myungrang
menelponnya, haha.
Eunsul
beruntung punya sohib seperti Myungrang, dan Myungrang merasakan
sebaliknya. Mereka duduk-duduk di tangga sebelum masuk ke rumah. Eunsul
mencari bulan, ia ingin minta menyalahkan bulan yang bukannya memberinya
pekerjaan malah memberinya dua pria yang menyukainya. Myungrang
mengingatkan Eunsul akan mendapat karma karena tak mau bersyukur. Eunsul
mengaku muak, andaikan cuma satu ia masih bisa mengatasinya, plus ibu
yang protektif mana tahaaaan.
Myungrang berkomentar bagi konglomerat,
seorang putra itu sangat berharga. Lalu kenapa? Eunsul juga putri
berharga bagi ayahnya. Myungrang setuju, ia juga berharga bagi ayahnya.
Paginya
Muwon terbangun, (oh, lihat kaosnya se su a tu banget! Bolong-bolong,
haha ni drama walau nyeritain orang kaya tapi natural banget), melihat
gelang yang dipakainya ia ingat Eunsul, dan seketika merasa malu.
Jihun bangun, ia menggumamkan nama Eunsul. Ah, Eunsul! Jihun langsung mengkhawatirkan Eunsul.
Eunsul terbangun, seolah ada telepati dari Jihun, Eunsul merinding. Ia merasa hari itu akan terjadi SE Su A Tu
Jihun
menghambur ke ayahnya yang sedang mengurus bonsai, ia menanyakan soal
Eunsul. Presdir memarahi Jihun yang selalu menyebut nama Eunsul hingga
Eunsul masuk ke alam mimpinya presdir. Jihun menyalahkan ayahnya yang
memecat Eunsul hanya karena Jihun menyukai Eunsul. Presdir mengaku belum
memecatnya. Jihun senang, ia minta ayahnya mempertimbangkannya lagi dan
melihat perbedaan dirinya yang kini jauh lebih baik. Presdir tahu ia
melihat progres itu, tapi ia juga bingung apa yang akan terjadi kalau ia
tak memecatnya. Jihun keukeuh minta ayahnya mendahulukan kebahagiaannya
tapi bagaimana dengan kebahagiaan presdir (yang tak bisa tidur nyenyak
karena Eunsul)? Jihun tak peduli, haha… Presdir pun mengejar Jihun
lengkap dengan gunting taman yang di pegangnya.
Jihun
tertangkap, “Hei, kenapa sih kau seperti ini? Mengapa kau sangat
menyukai No Eunsul? Kenapa kau merasa harus memilikinya?”
“Karena No Eunsul mengerti aku…. Dia tahu aku tapi tidak membenciku dan tetap di sisiku”
“Hei!! Apa orang lain tak mengerti dirimu? Bagaimana bisa kau menjadikan itu alasan”
“Ya, mereka tak mengerti… Bahkan kau, Ayah, tak tahu aku..”
Jawaban Jihun sempat membuat presdir terhenyak, tapi lalu ia sadar dan mengejar Jihun.
Tak
terima kejadian semalam, Duo Ahjuma menemui Eunsul. Sendiri-sendiri
mereka kalah, lalu bagaimana kalau berdua?? Untungnya Eunsul terlalu
tangguh, ia balik mengancam jika duo ahjuma itu terus mengganggunya, ia
justru akan merayu Duo Cha. Ponsel Eunsul berbunyi, Ny. Shin yang
menyangka itu anaknya mengangkatnya sambil marah-marah.
Presdir
bingung kenapa yang ngangkat Ny. Shin? Apa yang sedang dilakukannya
bersama sekertaris anaknya? Kalau dia kan wajar presdir nelpon
bawahannya. Ny. Shin tercekat, ia memilih menutup telepon itu, haha. Ny.
Shin kepanasan ia menyalahkan Ac, Ac murahan dari resto murahan. Karena
itulah, Eunsul dengan tulus minta Duo ahjuma itu tak mancarinya lagi
jika tak ingin kepanasan.
Tapi Duo ahjuma makin gerah saat tahu mereka KEPERGOK NENEK!!, haha lucu liat ekspresinya.
Duo ahjuma menemui nenek diluar, mereka langsung bela diri. Tapi Nenek tak peduli, ia kembali menegaskan ancamannya.
Nenek
minta maaf atas kelakuan Duo Ahjuma, sekaligus berterima kasih karena
Eunsul lah kedua cucunya kini mempunyai sisi manusia. Ia minta Eunsul
terus melakukannya, disisi lain ia yang akan meyakinkan Presdir agar
Eunsul bisa fokus pada pekerjaannya. Nenek tak mempermasalahkan kedua
cucunya yang bersaing demi cintanya Eunsul, baginya itu jauh lebih baik
daripada mereka berebut hal lain, harta warisan misalnya??.
Eunsul
penasaran, apa memang hanya satu yang terpilih jadi Presdir? Nenek belum
memutuskan, bisa ya bisa juga tidak. Kalau ya, Eunsul juga penasaran
siapa yang paling diinginkan nenek? Apa Cha Jihun?
Nenek tak menjawab dan malah balik bertanya, kalau menurut Eunsul? Eunsul mengaku rahasia ia cuma bilang 49:51.
Na Yun akhirnya tahu kalau ibunya menemui Eunsul. Ia memberitahu Muwon juga.
Jihun mematung mengingat perkataan Eunsul semalam, ia bertekad untuk berubah agar bisa di jadikan tempat sandaran bagi Eunsul!.
Pertama Jihun bernyanyi di tempat umum, lalu berlari dan memeriksa denyut nadinya sendiri.
Duo
ahjuma menemui Presdir. Dengan nada sok, ibu Na Yun menganggap dirinya
penting, ia yakin keduanya butuh uangnya. Misalkan saja Ny. Shin yang
butuh uang untuk bisa mengatur rapat PSU. Presdir marah, “kau mencoba
untuk menggulingkanku?”
“Aku memikirkannya… tapi belum resmi melakukannya…”sahut Ny. Shin tanpa rasa bersalah.
Ibu Na Yun juga menyebutkan jika ia bergabung dengan Ny. Shin, Jihun takkan jadi penerus malah presdirpun terancam.
Presdir
geram, ia menyindir balik Ibu Na Yun yang mencoba bertahan hidup dengan
air hujan dan berpenampilan palsu. Ia juga bisa saja menjatuhkan ibu Na
Yun lebih dulu tapi ia tak melakukannya. Ibu Na Yun itu terlihat
mengerikan seolah ingin melahap Jihun, presdir menyuruhnya untuk melahap
Muwon saja dan segera menyuruh Duo ahjuma pergi.
Eunsul berpapasan dengan duo ahjuma, ia menyindir mereka yang terlihat ‘sibuk’. Haha, keduanya kesal.
Eunsul
datang ke kantor atas panggilan presdir. Presdir minta Eunsul ke kantor
seperti biasa sampai ia memutuskan akan mengirim Eunsul kemana. Eunsul
mengerti tapi ia mohon presdir memenuhi janjinya soal menjadikannya
karyawan tetap, menaikkan gaji dan promosi. Presdir menegaskan ia orang
yang menepati janji, jadi Eunsul tak perlu khawatir.
Alasan
pemanggilan presdir lebih ke keingintahuannya soal Jihun yang sering
lari saat rapat. Setelah memikirkannya, Eunsul minta Presdir
menanyakannya sendiri pada Jihun. Kalau Jihun selama ini tak mau cerita
berarti memang ia punya alasan sendiri. Eunsul sendiri juga sebenarnya
tak tahu pasti, ia hanya tahu Jihun sering gugup saat di hadapan orang
banyak tapi penyebabnya apa ia tak tahu karena Jihun menyimpannya
sendiri dan belum pernah memberitahunya.
Setelah
bertemu presdir, Eunsul memilih ke pantry di ruang sekertaris. Ia
melihat ruangan Jihun dan seolah mendengar suaranya. Bayangan soal Jihun
yang memohon pada Eunsul untuk mendengarkannya dan saat Jihun memandang
Eunsul yang bersama Muwon berkelebat. Ia mendesah sampai saat ini Jihun
bahkan belum mengirimi sms menanyakan apa semalam ia pulang dengan
selamat.
Panjang
umur si Jihun ini, baru dipikirkan ia malah mengiriminya video! Video
saat tadi pagi Jihun mandiri latihan bicara 3 menitnya .
“Mulai
sekarang, aku akan memulai pidato 3 menitku. Sekarang, aku sedang
mencoba sangat keras untuk tidak bersandar pada No Eunsul dan menjadi
lebih mandiri. Aku mencobanya sendiri. Tapi untuk sekarang, aku masih
tak bisa tanpa ada Eunsul. Aku akan terus berusaha keras. Jadi tolong,
jangan pergi… Aku mohon padamu, No Eunsul”.
Eunsul terharu dan merinding melihatnya, tapi saat Jihun menelpon ia menyangkal tersentuh.
Jihun
tahu tak mudah membuat Eunsul terkesan, jadi ia ingin menikmati cuaca
saja bersama Eunsul, Jihun minta Eunsul keluar. Eunsul mengaku sedang di
kantor. Jihun marah karena Eunsul ke kantor pada saat ia tak ada. Atau
apa Eunsul sedang membereskan barang-barangnya? Jihun lega mendengar
jawaban tidak. Ah, pasti Eunsul sedang lembur.
Eunsul
tak mungkin cerita soal kegiatannya hari itu, ia berbohong dengan
menjawab ya. Jihun ingin ke kantor untuk menjemput Eunsul, Eunsul
menolak, tapi Jihun keukeuh karena tahu kaki Eunsul terluka semalam, ia
harus mengantarnya.
Ibu
Na Yun memeriksa putra-putra keluarga konglomerat yang mungkin bisa di
jodohkan dengan Na Yun, tapi ia frustasi karena semua yang ia lihat
punya ‘catatan buruk’ mulai dari narkoba, sampai masalah cewek. Ia pun
menyodorkan foto bapaknya Eunsul pada Ny. Shin dan menyindir itulah
calon besannya.
Na
Yun datang bersama Muwon. Na Yun marah pada ibunya yang menemui Eunsul.
Ibu Na Yun merasa Na Yunlah yang memintanya untuk menghukumnya. Na Yun
tak mengaku, ia tak pernah meminta seperti itu, ia hanya cerita. Jadi Na
Yun minta ibunya lebih bijaksana.
Ny. Shin membela ibu Na Yun, “Benar, ketika orang dewasa melakukan sesuatu itu pasti ada alasannya”
“Itu hanya berlaku bila ibu bertindak dewasa” gantian Muwon yang mengkritik ibunya.
“Ibu? Aku tidak pernah punya anak sepertimu”
“Oh, begitu, Presiden Shin?”
“Apa?!”
“Jadi
tolong beritahu ibuku bahwa aku berharap hal seperti ini takkan pernah
terjadi lagi…. atau aku akan benar-benar kecewa padanya … dan mengenai
perilaku anaknya aku tak bisa bayangkan bagaimana ia akan berperilaku…
Pastikan untuk menyampaikannya Presiden Shin”.
Ibu Na Yun mentertawai
Ny. Shin, tapi ia ikutan sakit kepala karena Na Yun menyatakan itu juga
yang ingin ia sampaikan pada ibunya, haha, kasian duo ahjumma.
Ibu
Na Yun mengancam akan menempatkan bodyguard untuk Na Yun. Na Yun balik
mengancam kalau ibunya melakukannya ia akan balik ke New York.
Setelah
diluar Na Yun mengakui ia sebenarnya takut pada ibunya, ia tak berani
pulang dan minta bersama Muwon saja. Muwon menolak, bukankah Na Yun yang
mencampakkannya. Tapi akhirnya ia tak tega dan membawa Na Yun serta.
Eunsul
bergegas turun, di lift ia bertemu presdir. Eunsul berusaha memberitahu
Jihun lewat sms. Ternyata Presdir masih penasaran, di lift itu ia
memanfaatkan kesempatan dengan mencoba mengorek keterangan tapi tetap
gagal.
Presdir dan Eunsul keluar berbarengan. Tampak Jihun sedang
menunggu. Presdir langsung memarahi Eunsul yang kini janjian dengan
Jihun. Tapi Jihun tak peduli, ia menarik Eunsul pergi.
Presdir
melakukan pelayanan sosial di RS. Melihat seorang pasien, sekretaris
jang memikirkan apa mungkin Jihun kena kanker?? Presdir membentak
sekretaris Jang berhati-hati dengan ucapannya, ia khawatir tebakan buruk
itu malah kejadian. Untuk jaga-jaga dari kemungkinan itu Presdir minta
sekretaris Jang untuk mengecek RS siapa tahu Jihun sempat mendatangi RS.
Saat
mengantar Eunsul, kembali Jihun menyatakan kesungguhannya untuk menjadi
lebih baik agar bisa jadi pria yang jadi sandarannya Eunsul. Meskipun
sampai saat itu aku mungkin akan mengeluh atau bersandar padamu sejenak,
tapi tolong bersabar untukku. Aku takkan menuntutmu untuk menyukaiku,
jadi tolong tinggal saja disini sebagai sekretarisku. Aku mohon, No
Eunsul. Tentu saja selama waktu itu aku akan terus menyukai No Eunsul.
Kenapa?.. Karena secara objektif, No Eunsul...”
“Stop!!”
haha kayaknya Eunsul alergi ma kata objektif, “jangan katakan lagi,
tolong… aku benar-benar gila, Pria macam apa yang terus mengaku
sepanjang waktu?”
“Apa aku melakukan itu?”
“Kau melakukannya!!
Karena itu...Otakku sudah dicuci. Walau aku minta diriku untuk tidak
mempedulikan dan menghindarinya, tapi tak bisa….”
“No Eunsul…. Apa kau mengatakan...”
“Ya…
Kau juga berdiam di dalam sistem limbik otakku, itu kenyataan...”. Tapi
Eunsul juga mengaku bingung, ia mengkhawatirkan Jihun sebagai seorang
pria atau karena sebagai anak kecil.
Jihun menangkap tangan Eunsul yang sudah mau pergi, dan inilah cara mencari tahu jawaban itu, Jihun mencium Eunsul!!
source :
http://www.pelangidrama.net/2011/11/sinopsis-protect-boss-episode-08.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment