Hyung Joon mengawasi layar CCTV yang terpampang di
tabletnya. Karena CCTV hanya merekam gambar, tapi tidak suara, maka Hyung Joon
hanya bisa menebak-nebak cemas, apa yang Jung Woo dan Soo Yeon bicarakan.
Jung Woo tercekat mendengar namanya disebut. Ia berbalik memunggungi Soo Yeon, dan meminta, “Sekali lagi. Sekali
lagi.”
“Han Jung Woo,”
Jung Woo menghela nafas dan menutup matanya, “Sekali lagi.”
“Han Jung Woo ..”
Walau sudah tertutup, Jung Woo menutupkan matanya, semakin
gemetar mendengar namanya dipanggil. Tapi ia tetap meminta, “Sekali lagi..”
“Jung Woo-yaa… Han Jung Woo,” panggil Soo Yeon, dengan nada
sama seperti 14 tahun yang lalu. Dan Jung Woo tak dapat menahan air matanya
untuk turun.
Soo Yeon menatap punggung Jung Woo, sesaat tak mengatakan
apapun. Ia menatap bahu Jung Woo yang naik turun menahan isak tangis, dan kata-kata
Hyung Joon dulu terputar lagi di benaknya.
Betapa Jung Woo tak menunggunya, tak
mencarinya. Jung Woo telah meninggalkannya. Dan Soo Yeon teringat betapa
histerisnya ia menolak kenyataan itu. Tapi Hyung Joon bersikeras, “Jika ia tak
mencarimu, walau kau sudah menunggu, berarti ia telah meninggalkanmu.”
Dan itu mengembalikan Soo Yeon menjadi Zoe dan iapun
berkata, “Apakah sudah cukup? .. Detektif Han?”
Jung Woo tetap diam, sehingga Soo Yeon memanggilnya sekali
lagi, lebih keras. Jung Woo menurunkan tangannya dan berkata kalau semunya
memang tidak benar, “Karena kau bukan ..”
“Han Jung Woo..” panggil Zoe dengan nada Soo Yeon, membuat
Jung Woo tersentak lagi seperti tadi. Ia menoleh ke belakang dan melihat Zoe yang
sekarang tersenyum manis padanya dan berkata kalau sekarang tiba saatnya untuk
mengakhiri semuanya, “Kau harus mengucapkan selamat tinggal padanya. Dan aku
akan menjadi temanmu untuk hari ini saja.”
Jung Woo menatap heran pada Zoe yang sekarang berani
menatapnya dan tersenyum manis mengajaknya untuk minum-minum.
Di kedai minum, pandangan Jung Woo tak pernah lepas pada Zoe
yang minum soju untuk pertama kalinya, “Rasanya manis, kupikir rasanya seperti
vodka,” ia mengacungkan gelasnya pada Jung Woo, minta dituangkan lagi.
Dengan muram Jung Woo hanya menuangkan soju ke gelas Zoe. Saat Zoe
bertanya mengapa Jung Woo tak minum, Jung Woo mengaku kalau ia
minum soju, maka mereka harus lanjut ke noraebang (untuk karaoke),
“Apakah kau
suka menyanyi? Lagu apa yang kau suka? Kenapa kau menyukainya? Maukah
kau
menyanyikan satu bait saja?”
Zoe geli mendengar rentetan pertanyaan Jung Woo. “Apakah kau
akan menahanku jika aku tak mau memberitahukan padamu? Sepertinya kau akan
mengeluarkan borgol lagi.”
Zoe minum soju lagi dan bertanya, “Apakah karena Lee Soo
Yeon?” Ia menatap Jung Woo dan masih tetap tersenyum ia bertanya lagi, “Apakah
aku mirip dengan gadis itu? Benarkah aku mirip?”
Jung Woo tak menjawab pertanyaan Zoe dan malah meminum air
putih di gelasnya. Ia meraih botol aqua (yang besaaarr sekali, 3 literan
mungkin) namun Zoe mengulurkan gelasnya lagi, meminta diisi ulang.
“Satu gelas lagi,” kata Zoe sambil tersenyum menggoda. “Saat
aku mabuk, mungkin kau akan menemukan kalau aku adalah Lee Soo Yeon. Aku
mungkin akan mengaku.”
Jung Woo menatap Zoe terus menerus, membuat Soo Yeon
pura-pura malu dan salah tingkah. Ia membela diri kalau tadi Jung Woo
mengatakan kalau ia sudah mengakhiri semuanya, tapi kenapa Jung Woo masih
bersikap sama seperti ini?
“Suaramu .. Han Jung
Woo.. Suaramu saat memanggil namaku,” Zoe tersenyum geli mendengar ucapan
Jung Woo. Tapi senyumnya hilang saat Jung Woo meneruskan, “Senyum itu.. tertawa
diam-diam seperti yang baru saja kau lakukan sekarang ini.”
Soo Yeon menatap tajam namun berkata dengan suara Zoe-nya
yang ramah, “Kau pasti sangat menyukainya. Tapi mengapa kalian bisa berpisah?”
Jung Woo tak menjawabnya.
Sementara di apartemen Sang Deuk, penjahat satunya lagi
keluar dari apartemen Sang Deuk dengan ketakutan dan menggedor-gedor pintu
tetangga minta pertolongan.
Tak lama kemudian, polisi berdatangan, dan penjahat itu
(yang ternyata namanya adalah Kang Sang Chul, melihat namanya sepertinya mereka
bersaudara) mencegat atasan Jung Woo, menuduh kalau Jung Woo-lah yang membunuh
Sang Deuk.
Atasan itu menyuruh anak buahnya untuk membawa Sang Chul,
dan menyuruh senior Jung Woo untuk menghubungi Jung Woo, “Sebentar lagi pasti
akan kacau, dan urus semuanya secepat mungkin.”
Sementara tim forensik mulai memeriksa TKP, seniornya
menelepon rumah Jung Woo untuk mencarinya. Tapi ibu Soo Yeon pun juga tak tahu.
Begitu pula Eun Joo yang telah mencari Jung Woo hingga ke taman bermain.
Ibu merasa cemas dan mengkhawatirkan kondisi Jung Woo yang
belum pulih sepenuhnya.
Padahal yang dikhawatirkan masih berada di kedai minum,
mengabaikan semua panggilan yang masuk ke handphone-nya. Zoe melihat handphone
Jung Woo berdering dan menyuruhnya untuk menerima panggilan itu. Tapi Jung Woo
mengabaikan hal itu dan meminta Zoe menjawab pertanyaannya.
Sepertinya Jung Woo bertanya tentang umur Zoe, karena Zoe
menjawab ia tak tahu persis berapa umurnya. Ia dan Harry diadopsi saat mereka
masih balita dan mereka seperti lahir kembali saat bertemu dengan orang tua
angkat mereka, “Saat itu sekitar 3 atau 4 tahun. Atau bahkan mungkin 5 tahun,”
jawab Zoe dan masih tetap menatap mata Jung Woo, ia kembali bertanya, “Kau
masih belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kalian berpisah?”
Jung Woo diam dan menunduk. Tangan kirinya hanya bisa
menggenggam tangan kanannya. Tangan itu yang terluka karena pecahan kaca dan
tangan itu pulalah yang terakhir kali memegang tangan Soo Yeon di malam kejadian
itu, “Karena aku terlalu cepat. Aku pelari yang baik. Bahkan di kantorku
sekarang, akulah yang paling cepat. Ketika aku harus mengejar..”
Jung Woo
terdiam. Tatapannya menerawang saat ia melanjutkan dengan lirih, “.. juga
melarikan diri. Aku yang pertama.”
Melihat Soo Yeon hanya diam, ia menganggap Soo Yeon tak
mengerti apa maksud perkataannya, “Aku hanya menyombongkan diri kalau aku lari
dengan cepat.”
Soo Yeon bertanya
apakah Jung Woo pintar berkelahi? Ia menjawab sendiri kalau ia iri pada
siapapun pacar Jung Woo, “Kau akan melindunginya, tak peduli apapun yang
terjadi.. Detektif.”
Hanya mereka yang mengalami kejadian di malam itu mengerti
kalau pujian Zoe itu bukanlah pujian, melainkan sindiran yang sangat telak.
Jung Woo hanya bisa meneguk air putihnya lagi. Saya rasa
sebentar lagi Jung Woo bisa mabuk karena air putih deh..
Zoe geli mendengar kata Detektif. Ia mengulang nama dan
jabatan Jung Woo, “Detektif.. Han Jung Woo..” kembali ia terkekeh geli, seakan
pekerjaan detektif adalah seperti badut yang hanya menjadi guyonan orang.
Jung Woo mengerutkan kening pada kelakuan Zoe. Pura-pura
sadar akan kesalahannya, ia minta maaf dan berkata kalau ia akan mabuk.
Di mobil, Zoe kembali minta maaf dan bersikap imut pada Jung
Woo. Tapi Jung Woo yang bersikap dingin dan meminta agar Zoe melihat ke depan,
jika tidak mereka akan mengalami kecelakaan.
Zoe akhirnya menegakkan badannya, membuka jendela mobil dan
mengeluarkan tangannya untuk merasakan angin. Namun tindakan Zoe ini malah
mengingatkan Jung Woo kembali pada Soo Yeon. Saat Soo Yeon membentangkan
tangannya dan berkata, “Aku menangis karena tiupan angin mengenai mataku.”
Jung Woo hanya bisa menghela nafas teringat kenangan itu.
Zoe yang tak sadar(?) akan kegalauan Jung Woo, malah
menambah kegalauan dengan mengajaknya mampir ke sebuah restoran yang cantik
yang mereka lewati. Jung Woo menolak dengan jawaban singkat, “Sudah terlalu
malam.” Zoe menggumam kalau ia ingin pergi ke sana.
Sementara itu Hyung Joon sudah sampai rumah dan memunguti
pecahan gelas yang sebelumnya dijatuhkan oleh Soo Yeon. Dari CCTV, ia melihat
kalau Soo Yeon pulang diantarkan oleh Jung Woo.
Setelah keluar mobil, Jung Woo mengulurkan kunci mobil Zoe. Dan
Zoe mengulurkan tangannya bukan untuk menerima kuncinya, tapi meminta Jung Woo
untuk menuliskan nomor teleponnya di telapak tangannya, karena handphone-nya
hilang.
Ia ingin mengajak Jung Woo untuk pergi ke restoran tadi
karena ia akan kembali ke Perancis dalam waktu dekat dan tak tahu kapan akan
kembali. Harry sangat sibuk, dan ia tak memiliki teman di Seoul, “Habiskan
waktumu sehari saja bersamaku. Bisa kan?,” bujuk Zoe manis. “Aku telah menghiburmu
saat kau berpisah dengan pacarmu.”
Tapi Jung Woo tak mau, ia menaruh kunci itu di telapak
tangan Zoe dan berlalu pergi. Zoe bertanya apakah Jung Woo enggan karena Harry?
“Harry tak akan peduli dengan hal seperti ini.”
Jung Woo tetap melangkah pergi. Tapi Soo Yeon tak menyerah. “Jadi
bagaimana kalau begini?” Ia kembali berteriak, “Teman rahasia?”
Langkah Jung Woo terhenti. Soo Yeon tersenyum, tahu kalau
kata-kata itu pasti mengena. 14 tahun yang lalu ia juga pernah meminta Jung Woo
menjadi teman rahasianya. Tapi jawaban Jung Woo pun sekarang sama seperti Jung
Woo yang dulu, “Aku tak ingin menjadi sesuatu yang rahasia.” Ia melanjutkan
langkahnya.
Soo Yeon sepertinya di atas angin dan senang melihat Jung
Woo galau. Ia berkata apakah idenya itu sangat buruk? Itu karena ia tak punya
satu temanpun di Seoul, “Yang aku butuhkan hanya satu orang teman.”
Lagi-lagi Jung Woo menghentikan langkahnya mendengar
kata-kata yang serasa déjà vu itu. Soo Yeon pernah meminta hal yang sama pula.
Ia menoleh, marah pada pada gadis yang bukan Soo Yeon.
Tapi Zoe malah menaruh
telunjuknya di bibir, tersenyum menggoda, “Ssst.. Jangan ceritakan pada
siapapun akan kejadian hari ini. Karena kita adalah teman rahasia.”
Bingung, kesal, sedih dan marah semua dirasakan oleh Jung
Woo. Ia hanya bisa menatap punggung Zoe yang sudah berbalik dan menghilang masuk rumah. Ia pun berteriak, “Kenapa
kau melakukan ini kepadaku? Siapa memang dirimu?”
Dan ia melampiaskan perasaannya pada orang yang
meneleponnya. Ternyata yang meneleponnya adalah Sang Chul yang menangis mengatainya
bajingan. Jung Woo yang belum tahu kalau Sang Deuk meninggal, menyuruh Sang
Chul untuk tetap berada di tempatnya sekarang, karena rasanya ia ingin membunuh
semua orang sekarang.
Sang Chul menangis dan meminta Jung Woo untuk mengembalikan Sang Deuk
padanya sekarang. Mulanya Jung Woo menganggap Sang Chul sedang mabuk, tapi saat
mencerna kata-kata Sang Chul, ia menyadari apa yang sedang terjadi.
Soo Yeon masuk rumah dan kaget melihat Hyung Joon naik
sepeda di dalam rumah. Ia menyuruh Hyung Joon berhenti, karena bersepeda bisa
membahayakan kakinya. Hyung Joon bertanya kemana Soo Yeon pergi. Ia khawatir
karena sebelumnya Soo Yeon sedang tidak enak badan.
Seo Yeon tersenyum tapi tak menjawab. Hal itu cukup bagi
Hyung Joon yang senang melihat Soo Yeon sudah sembuh. Soo Yeon mengaku kalau
handphone-nya hilang, sehingga Hyung Joon mengajak untuk membeli handphone baru
besok.
Sambil mengayuh sepedanya lagi, Hyung Joon berkata kalau ia tak
mau menggunakan kolam renang tempat Hye Mi meninggal maka ia memilih olah raga
sepeda, “Agar aku selalu sehat saat melindungimu.”
“Han Jung Woo.. aku bertemu dengannya,” kata Soo Yeon
tiba-tiba, membuat Hyung Joon kaget dan jatuh dari sepeda. Soo Yeon membantu
Hyung Joon tapi ia marah melihat Hyung Joon seperti ini.
Hyung Joon menatap Soo Yeon dan memintanya, “Menikahlah
denganku.”
Soo Yeon kaget mendengar permintaan Hyung Joon yang
tiba-tiba, dan Hyung Joon bertanya apakah ada pria lain yang ada di pikiran Soo
Yeon? Soo Yeon menjawab, “Nanti. Apakah masih terasa sakit?”
Tapi Hyung Joon tak bisa dialihkan perhatiannya. Ia
menawarkan untuk bertunangan dulu. Dengan wajah serius, Soo Yeon bertanya
mengapa sangat mendadak? Tapi pemikiran ini bukanlah mendadak. Hyung Joon sudah
memikirkannya sejak ia berusia 18 tahun, “Dan apa kita akan menikah saat umur
40 tahun? Atau 50 tahun? Aku bersedia menunggu.”
Soo Yeon menjelaskan kalau ia menemui Han Jung Woo bukan
karena ia masih menyukainya. Ia ingin menyiksa Jung Woo, “Kau seharusnya
melihat wajahnya. Orang-orang itu, semua kenangan itu, aku berharap semuanya lenyap.”
Hyung Joon menyebutnya bodoh karena lupa kalau ia sekarang
adalah Zoe bukannya Lee Soo Yeon. Soo Yeon minta maaf, karena saat ini ia
merasa sangat marah. Hyung Joon hanya bisa menatap Soo Yeon dan menyandarkan
kepalanya di bahu Soo Yeon. Soo Yeon memeluk bahu Hyung Joon dan menangis,
meminta maaf padanya.
Dan kita mendengar suara hati Hyung Joon yang berharap kalau
Soo Yeon dapat melupakan Han Jung Woo, “Kau dapat melakukannya, kan? Kau akan
melakukan hal itu, kan?”
Jung Woo kaget melihat TKP dan menyerbu masuk ke kamar
mandi, menemukan tubuh Sang Deuk terbujur kaku, tak memakai baju. Ia berteriak
menyuruh Sang Deuk yang telah menjadi mayat untuk mengatakan di mana Soo Yeon
berada. Atasan dan rekan-rekannya berusaha menahan Jung Woo dan mengeluarkannya
dari TKP.
Senior Jung Woo mempresentasikan hasil penyelidikan tentang
kematian Sang Deuk di hadapan koleganya, termasuk bos almarhum Detektif Kim
yang sekarang menjadi bos tertinggi di polres setempat. Berdasarkan hasil
otopsi, walaupun banyak luka bakar di bagian luar, Sang Deuk tewas dengan
menggunakan dry ice. Bagian dalam tubuh termasuk darahnya, semuanya membeku.
Penjelasan senior itu terhenti karena Jung Woo menggedor pintu untuk
masuk dan mengikui rapat. Ia minta maaf atas kejadian kemarin dan
berjanji kalau hal itu tak akan terulang lagi. Tapi si bos besar (bekas
atasan
alm. Detektif Kim) mengusirnya keluar.
Akhirnya senior Jung Woo turun tangan dan pura-pura
menghardik dan mengusir Jung Woo dari ruang rapat. Di ruang ganti, senior Jung
Woo memarahi Jung Woo karena bersikap tak sopan pada bos besar. Tapi Jung Woo
tak bisa tinggal diam. Ia memohon pada seniornya agar membolehkannya mengusut
kasus ini.
Dan atasan mereka datang (bukan si bos besar). Ternyata ia
adalah teman sejawat Detektif Kim. Bahkan ia juga ada saat Jung Woo yang
berusia 15 tahun, berlutut meminta Detektif Kim untuk mencari Soo Yeon, karena
ia yakin Soo Yeon belum mati. Selama ini ia tak pernah berteriak memarahi Jung
Woo karena ia merasa bersalah. Karena ia merasa malu.
“Detektif Kim adalah senior yang paling aku kagumi. Sepeti
yang kau katakan jika kita bisa menyelidiki Sang Deuk, kita akan bisa menemukan
Soo Yeon dan mungkin aku juga dapat menemukan pembunuh Detektif Kim,” atasannya
itu menepuk Jung Woo sayang, dan memintanya untuk mempercayainya sekali ini
saja.
Senior Jung Woo mencoba mengulik apa yang sebenarnya Jung
Woo lakukan kemarin malam. Jung Woo tak mau menjawab. Ia mencoba bergurau
dengan memeluk Jung Woo main-main, tapi Jung Woo sedang tak mood untuk bercanda.
Tapi seniornya itu tetap bergurau dan bertanya jangan-jangan Jung Woo lah yang
membunuh Sang Deuk.
Jung Woo kesal mendengar hal ini. Ia malas mendebat
seniornya, maka dari itu melihat bibi tukang bersih-bersih (siapa ya namanya? Karena
wanita itu adalah Dayang Choi di Faith, sampai saya menemukan namanya, kita
sebut saja Dayang Choi) makan makanan sisa dari para polisi. Jung Woo meluapkan
kekesalannya pada Dayang Choi dan bertanya, “Apakah ibu ini pengemis?”
Karena ia sedang diskors, Jung Woo mengajak dayang Choi untuk
makan di luar. Mendengar Jung Woo diskors, Dayang Choi merasa hal ini tak adil,
“Kenapa calon menantuku dipecat?” Ia menunjuk senior Jung woo dan berkata, “Orang
itu tak berbuat apa-apa, hanya tidur saja kerjanya tapi tak dipecat.”
LOL. Setengah kesal, senior Hyung Joon menyuruh mereka
kencan saja, “Aku yang akan menangkap pembunuh Sang Deuk.”
Jung Woo mencoba mengabaikan seniornya yang ganggu banget.
Ia menarik Dayang Choi untuk makan siang. Tapi Dayang Choi mengaduh kesakitan.
Ternyata tangannya masih keseleo, maka Jung Woo membenahi perban Dayang Choi.
Dayang Choi mendengar kalau pria yang diselidiki Jung Woo
telah meninggal. Ia mendengarnya dari orang-orang di dalam ruangan itu. Ia
berbisik rahasia, kalau Jung Woo ingin mengetahui sesuatu, Jung Woo dapat
bertanya padanya. Jung Woo berbinar-binar mendengarnya, “Bisa juga kita
menggunakan cara itu,” dan ia mengacungkan tangannya, mengajak Dayang Choi high
five.
Haha.. Dayang Choi ternyata bisa high five juga.
Jangan-jangan Choi Young sudah mengajarkan sulap langit yang diajarkan Eun Soo
padanya. *abaikan kata-kata ini kalau tidak membaca Faith*
Bos besar melaporkan pada Tae Joon kalau Jung Woo telah
ditarik dari tim penyidikan kematian Sang Deuk, jadi Tae Joon tak perlu
khawatir. Tae Joon bersikap tak peduli, ia hanya ingin diberitahu tentang
kemajuan penyidikan itu.
Bos besar heran mengapa Tae Joon peduli dengan siapa
pembunuh Sang Deuk. Ia mengerti alasan Jung Woo ingin tahu tentang penyelidikan
ini, tapi ia tak tahu alasan Tae Joon.
Tae Joon tak menjawab, hanya menyuruh sekretarisnya untuk
menurunkan bos besar itu.
Sesampainya di depan kantor, Tae Joon hampir
terserempet oleh pemuda yang naik sepeda.
Rupanya pemuda itu adalah Hyung Joon
yang meminta maaf sambil cengar cengir. Tapi begitu Tae Joon masuk ke gedung,
cengiran Hyung Joon langsung menghilang.
Di kamar, Soo Yeon membaca-baca berita tentang rekonstruksi
pembunuhan yang dilakukan Kang Sang Deuk di jembatan. Ada email yang baru saja
masuk membuat Soo Yeon terkejut. Di dalam email tersebut muncul fotonya bersama
Hyung Joon. Ia sangat marah membaca email yang ternyata berasal dari Hwang Mi
Ran, ibu tiri Hyung Joon.
Dalam email itu, Mi Ran menulis kalau ia sedang memotret
pemandangan pulau Jeju dan tak sengaja memotret mereka berdua. Karena foto itu
terlihat bagus dan sayang jika dibuang, Mi Ran akan memajang foto itu di butiknya. Mi Ran juga bertanya apakah
ada yang marah jika melihat foto Zoe yang berduaan dengan pria? Dari butik Zoe
di Perancis, ia tahu kalau Zoe sedang ada di Seoul. Ia mengajak Zoe untuk
mampir ke butiknya. Tertanda: seseorang yang ingin menjadi temannya.
Hmm.. Mi Ran berarti masih berpikir kalau Zoe ini memiliki
selingkuhan dan takut kalau sponsornya (yang biasanya adalah konglomerat tua
dan kaya) mengetahui hal ini. Ia menggunakan foto itu untuk memeras Zoe agar
mau bekerja sama dengannya.
Jung Woo mencoba membuka komputer seniornya dengan password
yang sudah ia hapal : Detektif Joon keren.
Ahh.. ternyata namanya Detektif Joon.
Tapi ternyata password itu telah diganti, membuat Jung Woo
berpikir, kira-kira apa yang akan ditulis oleh seniornya itu. Ia kemudian
mengetik lagi : Detektif Joon keren keren.
Dan .. terbuka! Jung Woo terkekeh kegirangan melihat betapa
simpel dan narsisnya seniornya ini.
Ia segera meng-copy seluruh dokumen penyelidikan kematian
Sang Deuk. Saat itu Dayang Choi datang dan memberitahukan hasil intaiannya. Bak
mata-mata profesional, Dayang Choi berbisik pada Jung Woo yang antusias, “Katanya
ini adalah kasus pembunuhan. Ada orang yang membunuhnya.”
Gubrak!! LOL banget mendengar informasi dari mata-mata satu
ini.
Jung Woo tentu saja sudah mengetahuinya. Yang ia ingin tahu,
apakah ada bukti lain yang muncul? Dengan polos Dayang Choi menatap Jung Woo
dan bertanya, “Apa mereka akan membicarakan hal seperti itu di depanku?”
Haha.. Jung Woo stress mendengarnya dan dengan kesal ia
bertanya untuk apa. Dayang Choi datang kemari? Dayang Choi marah mendengar Jung
Woo marah padanya. Ia hanya mendengar kalau mereka sedang melacak jejak kaki
atau semacam itu.
Jung Woo langsung membuka laptop dan membuka gambar-gambar
yang ada di laptop itu. Memang ada foto jejak kaki.
Mendadak Detektif Joon muncul bersama kedua rekannya. Jung
Woo langsung menutup laptop dan memasang tampang tak bersalah. Sambil mengambil
laptop itu, Jung Woo mengomel kalau ia sekarang sudah tak boleh lagi ke kantor
ini. Dan ia pun pergi.
Ketiga orang itu bengong melihat Jung Woo yang marah, hingga
tak sadar kalau laptop itu telah dibawa pergi. Setelah Jung Woo keluar ruangan,
teman Jung Woo berteriak, “Kenapa kau mengambil laptopku?”
Jung Woo bergegas pergi. Tapi langkahnya terhenti melihat
seseorang datang ke arahnya.
Zoe melihat ke setiap ruangan, dan ketika melihat Jung Woo berdiri
tertegun di hadapannya, ia berseru gembira, “Chajatta!”
Jung Woo terbelalak menatap Zoe yang berjalan menghampirinya. Di belakang, rekan kerjanya juga terbelalak melihat ada gadis cantik di kantor mereka. Mereka langsung memeluk bahu Jung Woo akrab dan memperkenalkan diri sebagai rekan sekerja Jung Woo.
LOL, kalau ada gadis cantik, aja, pasti deh..
Jung Woo mengambilkan minum untuk Zoe yang menunggunya di taman. Dari kejauhan ia melihat Zoe menghentak-hentakkan kakinya, persis seperti yang Soo Yeon lakukan dulu. Ia menguatkan diri dan menghampiri Zoe, memberikan gelas minum itu padanya.
Ia duduk di ujung bangku dan menghentak-hentakkan kaki seperti yang dilakukan Zoe, seperti menegaskan ke diri sendiri kalau hal itu adalah hal yang lumrah dilakukan orang.
Namun gerakan Jung Woo itu tak luput dari pandangan Soo
Yeon. Ia tersenyum dan meminta, “Mendekatlah kemari. Kenapa kau jadi seperti
ini?”
Tapi Jung Woo tak mau dan tanpa menoleh pada Soo Yeon, ia bertanya
ada urusan apa Zoe datang kemari. Zoe mengatakan kalau ia mendapat surat
ancaman.
Dan itu membuat Jung Woo menoleh padanya dan tanpa diminta mendekat pada Zoe yang mengeluarkan beberapa lembar foto. Soo Yeon diam-diam tersenyum melihat reaksi Jung Woo saat melihat fotonya dengan Hyung Joon dan ia mengatakan kalau ada wanita yang mengambil foto dirinya tanpa ijin dan sepertinya itu menyalahi aturan.
Jung Woo membenarkan dan berjanji akan memberikan kasus ini
pada rekannya yang berwenang mengurusi bagian ini. Tapi Zoe ingin Jung Woo yang
membereskan hal ini. Ia juga memberikan email yang telah ia print. Alangkah
kagetnya Jung Woo saat ia membaca pengirim foto itu adalah ibu tirinya, “Hwang
Mi Ran?”
Jung Woo tak menjawab dan berkata kalau ia akan mengurus masalah ini dan akan menghubunginya. Ia menyelipkan kertas dan foto itu pada bukunya. Mendadak Soo Yeon meraih tangan Jung Woo dan sambil tersenyum, ia menuliskan nomor handphonenya, “Kau bisa menghubungi nomor ini jika kau ingin menghubungiku.”
Jung Woo menatap dalam-dalam wajah Soo Yeon yang menunduk,
sehingga ia tak menyadari kalau Detektif Joon mengintai mereka.
Dari jauh, Detektif Joon mengomel sendiri, mengatai si kelinci gila itu benar-benar sudah gila. Mendadak Eun Joo muncul dan mengagetkan Detektif Joon. Ia mengerutkan kening saat Detektif Joon menanyainya apakah gadis yang ada di sebelah Jung Woo itu adalah Lee Soo Yeon? Menurut Eun Joo, yang mirip bentuk tubuhnya saja.
Dan tanpa basa-basi, Eun Joo mendatangi Jung Woo dan menyapanya. Jung Woo menyebut nama Eun Joo, membuat Soo Yeon tertegun sejenak dan mendongak melihat gadis itu.
Soo yeon semakin tertegun saat Eun Joo menyodorkan tas kantong dari sebuah restoran dan berkata, “Aku membelinya dari restoran ibu. Makanlah.”
Segala sesuatunya membuat Soo Yeon canggung. Ia hanya bisa diam saat Eun Joo meraih tangan Jung Woo yang baru saja ia tulisi dan bertanya apakah tangan Jung Woo sedang sakit?
Melihat Eun Joo yang ceplas ceplos dan tak mempedulikan Soo Yeon, Jung Woo merasa tak enak pada Soo Yeon dan berkata kalau ia sekarang sedang bekerja. Tapi Eun Joo mengatakan kalau ia tak merasa Jung Woo sedang bekerja.
Sambil melirik Soo Yeon, Eun Joo berkata kalau ia tak tidur semalaman karena menunggu kepulangan Jung Woo dan seharusnya Jung Woo mengangkat teleponnya walau sedang sibuk, “Kau adalah satu-satunya temanku, jadi apakah aku bisa tertidur saat aku cemas?”
Lagi-lagi Soo Yeon tertegun mendengar kata-kata yang kemarin malam ia katakan muncul dari mulut Eun Joo. Kau adalah satu-satunya temanku. Tanpa membuang waktu, ia berkata pada Jung Woo kalau lebih baik ia pergi saja.
“Kenapa?” tanya Jung Woo.
“Karena urusanku sudah selesai, jadi aku akan pergi,” jawab Soo Yeon sambil tersenyum. “Dan ngomong-ngomong aku memberitahukan pada Harry kalau kemarin malam kita pergi ke kedai minum.”
Whoaa.. entah kalimat terakhir Soo Yeon ini untuk mengcounter kalimat Eun Joo yang posesif atau apa, tapi kata-kata Soo Yeon ini berhasil membuat kesal Eun Joo dan membuat Detektif Joon keluar dari tempat persembunyiannya, senang mendengar Jung Woo memiliki alibi, “Jadi kalian saling bertemu kemarin malam? Di malam kejadian Sang Deuk terbunuh?”
Hmm.. mengapa Soo Yeon tak terpengaruh mendengar kalau penjahat itu tewas terbunuh? Apakah ia tak tahu nama lengkap penjahat itu? Ia hanya tersenyum pada Jung Woo dan melangkah pergi.
Jung Woo mengejar Soo Yeon walau seniornya itu mencoba menahannya. Ia mencari-cari Soo Yeon di luar, tapi tak ketemu. Hanya ada SMS dari Soo Yeon yang memintanya datang ke restoran tempat ia ingin kunjungi kemarin malam.
Hyung Joon pergi ke bank milik Tae Joon dan mengatakan kalau ia ingin menarik uang. Teller itu terbelalak melihat jumlah uang yang akan diambil dan langsung memberitahukan ke atasannya. Hyung Joon tersenyum geli melihat kekacauan yang ia akibatkan itu.
Ternyata kekacauan itu adalah Hyung Joon ingin menarik dana sebesar 5 milyar won (kurang lebih 45 milyar rupiah) sekarang juga, sementara mereka sedang mengucurkan uang untuk proyek di Kamboja. Sekretaris Yoon meminta pendapat Tae Joon, apa yang harus mereka lakukan.
Tae Joon, yang sedari tadi diganggu oleh Ah Reum yang meminta agar ia bisa belajar ke luar negeri, menyuruh Sekretaris Yoon untuk menghubungi Sekretaris Nam (ternyata masih sekretaris, belum direktur) agar menangani hal-hal seperti ini.
Uhh.. ternyata Tae Joon masih tetap menyebalkan. Kalau dulu Jung Woo dipaksa keluar negeri untuk sekolah, sekarang Ah Reum yang mendapat beasiswa dan nilainya bagus-bagus, tak diperbolehkan bepergian ke luar negeri untuk melancarkan bahasa inggrisnya. Menurut Tae Joon, Ah Reum tak usah membanggakan prestasi akademisnya, lebih baik Ah Reum magang saja di bank dan menghadapi nasabah.
Sekretaris Nam menemui Hyung Joon dan meminta Hyung Joon
untuk menarik uang di tempat lain. Tapi Hyung Joon malah tersenyum tapi menolak
permintaan itu, karena uangnya terikat di tempat lain. Ia bertanya apakah
Sekretaris Nam tak berada di pihaknya? Sekretaris Nam menjawab kalau ia tak
berada di pihak siapapun. Ia hanya butuh uang.
Tepat pada saat itu Ah Reum muncul dan curiga mendengar percakapan Sekretaris Nam dan nasabah yang tadi ia dengar di kantor ayahnya.
Hyung Joon memberi isyarat pada Sekretaris Nam untuk diam, dan masih tetap tersenyum ia berbisik, “Sepertinya bukan aku dulu yang akan ketahuan oleh Han Tae Joon, tapi dirimu yang pertama kali akan ketahuan.”
Soo Yeon mengunjungi restoran tempat ibunya bekerja, yang by the way, seragam ibu itu bukannya serangam Hwan dan Eun Joo di Brilliant Legacy? Dan lengkap dengan pin Mr. Smile-nya lagi. Soo Yeon memandangi ibunya yang sedang melayani pelanggan.
Ada satu pelanggan meminta agar TV dinyalakan. Setelah dinyalakan oleh ibu Soo Yeon, ternyata berita yang ditayangkan adalah berita kematian Sang Deuk. Ia menanti reaksi ibunya.
Betapa terlukanya Soo Yeon melihat betapa ibu mengganti siaran itu langsung, walau ada pelanggan yang komplain, ingin menonton berita itu. Ibu malah berkata kalau berita ini membuat nafsu makan pelanggan lain hilang. Ia malah menggantinya dengan drama Horse Doctor yang ditayangkan ulang dan mengatakan kalau aktor yang bermain, Cha Seung Woo cocok untuk menjadi suami anaknya, Eun Joo.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Soo Yeon keluar dari restoran walau pesanannya sudah datang. Di luar, ia menelepon Hyung Joon, mengatakan dimana ia sekarang? Soo Yeon mengatakan kalau ia kangen pada Hyung Joon, “Kapan kau akan kembali?”
Seharusnya Soo Yeon duduk lebih lama di restoran, karena ibu Soo Yeon duduk di depan televisi menonton Horse Doctor dengan tatapan kosong. Hanya air mata yang ada di mata ibu Soo Yeon.
Yang melihatnya malah Jung Woo yang datang untuk menemui
ibu. Dan Jung Woo sudah mengenal ibu lama, menyadari alasan ibu Soo Yeon
menangis.
Jung Woo mengajak ibu berjalan-jalan di taman dan ia mengusulkan untuk bertukar sepatu. Sambil berjalan-jalan, ibu meminta Jung Woo untuk menangkap pembunuh Sang Deuk, karena ia ingin berterima kasih padanya. Jung Woo tak menyukai ide itu. Walau Sang Deuk pantas mati, menurutnya seseorang tak boleh mencabut nywa orang lain, “Ibu harus membiarkannya hidup untuk menyiksanya.”
Ibu meminta Jung Woo untuk menghentikan semua ini dan menyurunnya pulang ke rumah karena kasus Sang Deuk telah selesai, “Kau boleh mampir ke rumah kapanpun engkau mau.”
“Aku bertemu dengan seorang gadis yang mirip Soo Yeon,” cetus Jung Woo. Tentu saja ibu kaget mendengar hal ini dan bertanya dimana ia bertemu dengan gadis itu. Tapi Jung Woo tak mau memberitahukannya, “Bukankah Ibu tadi mengatakan kalau Ibu ingin menghentikan semua ini?”
Ibu tahu kalau Jung Woo sedang menggodanya, ia mengejar Jung Woo, menuntutnya untuk memberitahu dimana Jung Woo melihat gadis itu. Tapi Jung Woo tak mau, dan ibu dan anak yang tak memiliki darah yang sama itu pun berkejaran.
Malam harinya, Jung Woo bergegas ke tepi sungai Han, tempat ia berjanji dengan Soo Yeon. Tapi Soo Yeon tak kunjung datang.
Ternyata Soo Yeon sedang mengawasi dari atas bersama Hyung Joon, di restoran tempat ia berjanji untuk makan bersama Jung Woo.
Soo Yeon gembira melihat Jung Woo datang menungguinya. Hyung Joon bertanya apakah Soo Yeon merasa lebih baik setelah meliakukan hal ini? Soo Yeon berkilah kalau mungkin ia senang karena dapat minum anggur yang enak.
Hyung Joon mengajak taruhan, seberapa lama Jung Woo sanggup menunggu. Yang menang boleh meminta apapun dari yang kalah. Soo Yeon menjawab satu jam dan ia akan minta pulang ke Perancis bersama-sama. Tapi Hyung Joo bertaruh hanya 30 menit.
Dan ia menelepon Jung Woo. Zoe mencoba mencegahnya, tapi ia tetap bicara dengan Jung Woo. Ia mengatakan kalau ia sekarang sedang bersama tunangannya, Zoe, dan meminta Jung Woo untuk makan malam bersamanya.
Setelah menutup telepon, Hyung Joon mengatakan kalau
permintaannya adalah pertunangan. Zoe mencoba menolaknya, tapi Hyung Joon
berkata,”Bukankah kau bilang ingin menyiksa han Jung Woo.”
Walaupun kesal, Jung Woo masih menunggu Soo Yeon. Akhirnya setelah menunggu hampir 30 menit, ia memutuskan untuk pergi. Soo Yeon menatap punggung Jung Woo dengan kecewa, “Ia masih tetap sama, tak berubah dari 15 tahun yang lalu.”
Jung Woo kembali ke rumah Sang Deuk dan meneliti setiap sudut apartemen. Dan di tabung mesin cuci, ia menemukan secarik kertas kecil yang menunjukkan nama sebuah rumah makan.
Maka ia datang ke restoran dan menemui pemilik restoran. Pemilik restoran itu senang menceritakan pengalamannya dengan Sang Deuk, karena ia kesal sekali mengingat orang itu tak mau membayar makanannya.
Pemilik restoran itu ingat kalau orang itu menyebut-nyebut penjara dan juga kecelakaan. Ia tak mau membayar makanan, dan malah memberikan sebuah kartu nama padanya (kartu nama Harry) dan mengatakan kalau orang ini yang akan membayarnya. Sayang kartu nama itu dibuangnya. Saat akan pergi, Sang Deuk menelepon seseorang dan memanggilnya Presiden Direktur.
Ah Reum mencoba meminta uang pada ibunya. Ia bersedia menukarnya dengan informasi yang ia miliki. Ibu Ah Reum memberikan dua lembar uang dan Ah Reum berkata kalau pemuda yang mereka lihat di Jeju itu ternyata memang sponsor Zoe yang sebenarnya, ia adalah nasabah VIP kantor ayahnya. Ia melihatnya saat pergi ke sana.
Ibu Ah Reum kaget, karena ia telah terlanjur mengirimkan email pada Zoe. Tapi ia memiliki ide baru yang ia yakini berhasil menggaet Soo Yeon dan mendapatkan investor untuk butiknya.
Soo Yeon dan Hyung Joon sedang merencanakan persiapan untuk pesta yang diadakan untuk kalangan bisnis Hyung Joon. Ia mengusulkan untuk memasukkan soju yang menurutnya rasanya manis dan enak. Bahkan ia juga mengajak Hyung Joon untuk pergi ke kedai minum. Tapi Hyung Joon tak akan pernah mau makan di kedai minum.
Soo Yeon tertawa menggoda Hyung Joon, menebak kalau
sebenarnya Hyung Joon marah padanya saat ia pergi bersama Jung Woo malam itu. Tapi seperti biasa, Hyung Joon
tak bisa lama-lama marah pada Soo Yeon.
Soo Yeon menyandarkan kepala di bahu Hyung Joon saat Hyung Joon mengatakan kalau Soo Yeon mendapat email dari seseorang. Ternyata email itu dari Mi Ran yang mendisplay baju-baju milik Soo Yeon. Dan itu membuat Soo Yeon sangat marah.
Jung Woo memeriksa ke satuan lalu lintas yang menyimpan
rekaman CCTV di jalanan. Ia mencoba melacak kemana saja Sang Deuk setelah ia
keluar dari penjara.
Ternyata benar, Sang Deuk mengalami kecelakaan. Dan Jung Woo melihat siapa yang ada di dalam mobil yang menabrak Sang Deuk. Dan ia melihat betapa ketakutannya gadis itu, yang bahkan menurut petugas yang menemaninya, gadis itu seperti melihat hantu.
Di mobil, Jung Woo terlihat berpikir. Di tangannya ada foto rekonstruksi wajah Soo Yeon yang dewasa yang berbeda dengan Zoe, tapi ucapan dan tindakan Zoe sangat mirip dengan Soo Yeon. Ia bertanya-tanya apakah Zoe itu sebenarnya adalah Soo Yeon?
Soo Yeon pergi ke butik Mi Ran. Ia melihat baju-baju yang ada di toko itu dengan kesal. Ia akan masuk ke dalam toko itu, namun urung karena ada sebuah payung kuning memayunginya.
Jung Woo tersenyum dan bertanya apakah ia sudah terlambat?
Soo Yeon menatap Jung Woo heran. Jung Woo mengingatkan kalau mereka seharusnya bertemu di Café tepi sungai Han. Jung Woo memutar payungnya hingga label nama Soo Yeon bisa dilihat Soo Yeon dan berkata, “Sepertinya hari ini tidak hujan.”
Soo Yeon mengingatkan kalau Hyung Joon sebentar lagi akan datang.Tapi menurut Jung Woo, ia duluan yang membuat janji dengan Zoe. Jung Woo meraih tangan Zoe, tapi Zoe menepisnya dan mengatakan kalau sebentar lagi ia akan bertunangan. Mendengar hal itu Jung Woo mengkonfrontir, bukannya Zoe sudah bertunangan dengan Harry? Mana yang benar?
Soo Yeon tak menjawab malah menyuruh Jung Woo minggir. Dan
Jung Woo pun bertanya lagi, “Apakah kau memang tak menyukai ini atau kau
pura-pura tak suka? Aku ingin tahu mana yang benar agar aku bisa minggir.
Soo Yeon tetap tak menjawab dan menyuruh Jung Woo untuk minggir. Bertepatan dengan itu Hyung Joon datang dan melihat mereka berdua.
source : http://www.kutudrama.com/2012/11/sinopsis-i-miss-you-episode-7-1.html and http://www.kutudrama.com/2012/12/sinopsis-i-miss-you-episode-7-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment