Eunsul
mengantar Jihun sampai Seoul dan menyuruh Jihun untuk segera pergi.
“Aku menyesal. Kata-kata yang telah kuucapkan sebelumnya, aku
menyesalinya. Bagaimana denganmu? Apakah kau baik-baik saja?”tanya Jihun
pada Eunsul. Eunsul mengatakan kalau dia baik-baik saja. Tapi setelah
Jihun turun dan melangkah pergi, Eunsul tampak menyesali perkataannya.
Eunsul
menatap Jihun yang berjalan menjauh, “Apanya yang baik?”. Eunsul
menundukkan kepalanya. DIIIIIIINNNNN! Kepala Eunsul kena klakson mobil.
Eunsul tersentak dan Jihun pun berbalik. Jihun tersenyum seolah-olah
Eunsul memanggilnya kembali.
Jihun
pun berlari menghampiri Eunsul. Dengan cepat Eunsul berusaha
menjalankan kembali mobilnya. “Awas! Kau akan terluka,”kata Eunsul
ketika Jihun mencoba menghalangi Eunsul. “Kau tidak baik-baik saja
kan?”,Jihun senang.
Jihun membuka pintu mobil. Eunsul mengatakan
kalau suara klakson itu hanyalah kesalahan dan menyuruh Jihun agar
pergi. Tapi Jihun malah membuka seatbelt Eunsul dan menyuruh Eunsul
keluar karena pintu sudah terlanjur terbuka. Eunsul mengomel pada Jihun
yang selalu seenaknya melakukan apa yang diinginkan. Jihun
mempersilahkan Eunsul untuk mengeluarkan unek-uneknya.
Eunsul
akhirnya menuruti perintah Jihun. Karena truk yang terlalu tinggi,
Eunsul hampir terjatuh tapi Jihun menahannya. Jihun tambah senang,
“Badanmu ini terlalu jujur seperti biasanya”. Serta merta Eunsul
mendorong Jihun ke tengah jalan. Namun Eunsul menarik Jihun kembali
karena ada mobil di belakang mereka.
”Jangan banyak omong kosong dan
segera pergi!”, Eunsul mengancam Jihun. Tapi itu semua tidak mempan buat
Jihun. Eunsul malah memasang kuda-kuda, seperti hendak berkelahi dengan
Jihun. “Aku adalah orang yang gigih dalam sesuatu sampai aku mati.
Meskipun aku mengatakan menutup pintu, aku tidak bisa melakukannya.
Pintunya takkan tertutup. Bayangan Eunsul terus berputar-putar di
otakku. Maka dari itu aku ingin menarik kembali ucapanku tentang
mengakhiri hubungan kita,”papar Jihun.
Eunsul
menjelaskan kalau dia bukanlah tipe wanita yang mudah melakukan itu,
membuka dan menutup hubungan dengan mudahnya. Eunsul bertanya apakah
Jihun tahu perasaannya saat ini. Eunsul seperti seorang pelajar yang
diasingkan selama dinasti Joseon, yang tidak mengenal siapapun dan
terkunci dalam ruangan. Merasa lelah, tertipu dan ketakutan. Mendengar
penuturan Eunsul, Jihun merangkulnya tapi Eunsul berusaha melepaskan
diri. Di saat seperti ini Eunsul malah sibuk memikirkan pekerjaan dan
honornya. “Yang kita butuhkan saat ini adalah waktu. Mari kita satukan
waktumu dan waktuku,” Jihun memutuskan.
Jihun
membantu Eunsul memindahkan barang dari truk ke gudang. Jihun
berterimakasih pada Eunsul, karena dia telah menyelesaikan pekerjaan
yang sama sekali belum pernah ia pikirkan. Dengan bangganya, Jihun
menyebut-nyebut kalau dia satu-satunya dari kalangan chaebol yang
melakukan pekerjaan buruh seperti ini. Namun, menurut Eunsul ada
pekerjaan yang terberat baginya dan mengata-ngatai Jihun yang sudah
keburu sombong dengan pekerjaan biasa seperti ini. Pekerjaan yang sangat
keras dan melelahkan bagi Eunsul adalah ketika ia tidak bisa melakukan
apapun, ketika tidak ada sesuatu pun yang bisa dikerjakan.
Di taman, seusai kerja Jihun mengeluhkan tangannya yang mulai pegal-pegal.
“Aku akan memindahkanmu segera dari tempat ini,”ucap Jihun, “Tidak, aku yang akan menjemputmu. Jadi tunggulah”.
“Aku belum memutuskan,”jawab Eunsul.
“Ada kata ‘segera’ setelah kata ‘belum’, kau juga akan segera terbuka,”kata Jihun.
Ponsel
Eunsul berbunyi. Sekretaris Jang meneleponnya karena ia ingin bicara
dengan Jihun. Sekretaris Jang tahu kalau saat ini Jihun pasti sedang
bersama Eunsul. “Apa kau ini penguntit, sekretaris Jang?”tanya Jihun di
telepon. Ada sesuatu penting yang disampaikan sekretaris Jang mengenai
presdir. Jihun pun mengerti dan akan pergi. Berhubung Eunsul pun ada
keperluan, Jihun memutuskan untuk menyelesaikan keperluan masing-masing
dan bertemu kembali di taman itu 3 jam kemudian.
“Mengapa aku harus
menemuimu?”tanya Eunsul. Jihun menjawab kalau ia butuh tumpangan lagi,
yang tentu saja itu hanya alasan. “Aku akan menunggumu sampai kau
datang,” Jihun memastikan. Eunsul tak peduli jika Jihun mau melakukannya
atau tidak. Sambil melangkah pergi Eunsul tersenyum, dia senang.
“Myungran,”teriak
Eunsul pada Myungran yang baru saja keluar dari cafe. Pertemuan dua
sahabat ini benar-benar kocak. Berteriak dan bertingkah seperti anak
kecil, sampai-sampai orang di sekitar menengok ke arah mereka.
Myungran
tiba di apartemen Na Yun. “Bagaimana bisa kau kemari Myungran?”tanya Na
Yun. Eunsul bersembunyi di balik Myungran dan mengagetkan Na Yun dari
belakang. “Eunsul! KYAA...,” Na Yun girang melihat Eunsul. “Bagaimana
dengan aku?”tanya Myungran merasa tidak dianggap oleh Eunsul dan Na Yun.
Mereka bertiga berpelukan.
Di
DN Group, Muwon sedang menandatangani berkas ketika sekretarisnya masuk
dan menyerahkan berkas-berkas untuk memindahkan Eunsul. Muwon terdiam
sejenak, pikirannya kembali mengingat ketika ia melihat Jihun yang
membuntuti Eunsul. “Maaf jika kau sudah bekerja keras. Aku menyerah,
sepertinya aku akan membiarkan kedua orang itu menyelesaikan masalahnya
sendiri. Tidak ikut campur adalah keputusan yang terbaik saat ini,”kata
Muwon pada sekretarisnya. Sekretarisnya mengiyakan lalu menanyakan
bagaimana Muwon mengurusi pekerjaannya. Muwon sudah memutuskan bahwa ia
akan bekerja lembur selama 3 jam.
“Aku
tidak butuh uangmu,”tegas Ny. Shin pada Ny. Seo. Ny. Shin mengatakan
kalau posisi presdir yang ia dapat saat ini adalah hasil kerja kerasnya
dengan Muwon. Tanpa uang dan kerjasama dengan Ny. Seo ia bisa memperoleh
kedudukan itu. Ny. Seo tertawa mendengar ucapan Ny. Shin barusan. Ny.
Seo mengatakan kalau dia yang membuka celah untuk posisi presdir.
“Mengapa kau seperti ini? Apakah aku pernah memintamu untuk melakukan ini?”tanya Ny. Shin.
Merasa tak dianggap, Ny. Seo berkata “Apakah kau tahu tidak ada yang gratis di dunia ini?”
Dengan angkuhnya Ny. Shin menjawab tidak tahu. Ny. Seo dan Ny. Shin saling melempar tatapan tajam.
Muwon
masuk dan melihatnya. “Kau jangan menemui Na Yun lagi! Jangan pernah
bermimpi bisa mendapatkan Na Yun!”ucap Ny. Seo pada Muwon. “Baiklah. Aku
pun tidak menyukai Na Yun,” Ny. Shin malah menjawab. Ny. Seo semakin
kesal dan membanting pintu dengan keras.
“Bukankah aku sudah bilang jangan terlalu dekat denganya?”kata Muwon.
“Aku pikir itu akan berakhir saat ini,”jawab Ny. Shin.
Ny.
Shin memberitahu kalau ia sudah menemukan orang untuk jadi tangan kanan
dan kirinya yaitu Kim Sang Ma dan Kang Jung Moo. Muwon tak mengerti
maksud ibunya. Ny. Shin ingin mempertahankan posisi presdir yang sudah
didapat makanya ia perlu mempersiapkan segalanya. Untuk bisa melakukan
itu Ny. Shin membutuhkan kekuatan.
“Jika akhirnya baik, maka itu baik. Bukankah begitu?”tanya Ny. Shin.
“Terserah
kau mau berbuat apa. tapi jika kau tertangkap olehku, aku akan
menjatuhkanmu,”tegas Muwon. “Jika kau ingin seperti presdir Cha,
lakukanlah. Maka kursi itu akan kembali kosong. Haruskah aku
mengambilnya?”lanjut Muwon. Ny. Shin terkejut mendengar ucapan Muwon.
Jihun
tiba di rumah sakit dan sekretaris Jang membayar biaya taksinya.
“Mengapa kau baru muncul sekarang?”tanya sekretaris Jang. Jihun
menanyakan apa yang sebenarnya terjadi
Di
kamarnya, presdir Cha menonton drama di tabletnya. Dari situ ia
terinspirasi untuk menuliskan daftar keinginan yang belum terlaksana. Ia
menulis untuk memaafkan Suk Hui (Ny. Shin) tapi buru-buru ia hapus
lagi.
“Biopsi?”,Jihun kaget mendengar penyakit ayahnya.
“Kau
tak perlu kaget. Kami perlu waktu untuk memeriksanya kembali. Kalaupun
membahayakan, ini masih tahap awal. Ada penyebab lain munculnya tumor
ini,”papar Dokter Kim.
Sekretaris Jang meminta Doktor Kim untuk
merahasiakan penyakit presdir Cha. Menurut sekretaris Jang, jika rumor
itu tersebar presdir Cha tidak akan memiliki kekuatan lagi dan itu akan
berpengaruh pada Jihun. Publik tidak akan mempercayainya lagi dan
menganggap presdir Cha hanya berpura-pura. Jihun cemas.
Jihun
masuk ke kamar ayahnya ketika ayahnya sedang di toilet. Ia tersenyum
ketika membaca daftar yang ditulis ayahnya. Mendengar pintu kamar mandi
dibuka, Jihun melempar buku itu.
Melihat Jihun, presdir Cha mulai memarahi Jihun karena Jihun bersenang-senang dengan Eunsul ketika ia jatuh sakit.
“Bukankah aku menyuruhmu untuk tidak menemuinya lagi?”suara presdir meninggi.
“Apa yang salah dengan keadaanmu? Kau terlalu cengeng”.
“Diam kau! Ini semua karena kau. Ini bukan karena posisiku, tapi posisimu yang direbut oleh Muwon!”
“Ya, semua salahku,”jawab Jihun ngeyel.
Presdir
menahan amarahnya dan menyuruh Jihun segera mengambil kembali
posisinya. Jangan pernah memikirkan untuk bertemu Eunsul lagi. Jihun
mengiyakan masalah pekerjaan, tapi tidak dengan Eunsul. Dengan lemas
presdir bertanya bagaimana jika sesuatu terjadi padanya. “Itu tidak akan
terjadi ayah,”jawab Jihun. Presdir tidak yakin siapa yang bisa menjamin
kalau tidak ada hal yang terjadi. Ia khawatir tidak bisa menjaga Jihun
lagi. Dada presdir terasa sesak dan sakit, Jihun panik.
“Ada banyak
orang yang ingin menyingkirkanmu. Jika kau terus bersama Eunsul, tidak
akan ada lagi tempat untukmu. Jika kau tidak bisa mengambil posisiku,
setidaknya bertahanlah agar tidak dikeluarkan. DN adalah perusahaanku
dan kau adalah anakku. Kumohon, sadarlah. Bekerjalah. Jika semua itu
terjadi, aku tidak bisa menutup mataku dengan tenang. Permintaanku
bukanlah hal yang besar. Hanya ambil kemballi apa yang telah dirampas
darimu,”pinta presdir. Jihun menuruti apa kata presdir. Jihun berjanji
akan memenuhi permintaan presdir, hanya saja jangan bersikap terlalu
berlebihan seperti tadi. Presdir berterimakasih pada Jihun.
Di
apartemennya, Na Yun bertanya apakah Eunsul menemukan laki-laki yang
tampan di tempat kerjanya. “Buang Jihun jauh-jauh dan temukan orang lain
di sana,”kata Na Yun sambil makan nugget. Eunsul mengatakan kalau di
sana tidak ada laki-laki single, semuanya sudah menikah. “Tempat kerjamu
buruk sekali Eunsul,” Myungran menambahkan. Eunsul balik bertanya pada
Na Yun bagaimana hubungan dengan Muwon. Na Yun menyesal tidak jatuh
cinta dari awal pada Muwon. Mengapa dulu ia meninggalkan Muwon hanya
demi Jihun yang seperti itu. Merasa Jihun dijelek-jelekkan oleh Na Yun,
Eunsul sengaja menjatuhkan nugget yang dipegang Na Yun. Na Yun membalas
dengan melempar Eunsul. Myungran marah karena mereka berdua
membuang-buang makanan. “Jam berapa sekarang?”tanya Eunsul. Ia ingat
janji dengan Jihun.
Eunsul
berjalan menuju taman tempat ia janjian dengan Jihun. Eunsul
celingak-celinguk dan duduk. Namun berdiri lagi. Ia menganggap apa yang
dilakukannya saat ini benar-benar menjatuhkan harga dirinya. Ia
mondar-mandir di sekitar taman dan terus menunggu Jihun.
Jihun
mengendarai mobil untuk bertemu dengan Eunsul. Tampak gelisah dengan apa
yang sudah ia putuskan sebelumnya. Yang jelas saat kini ia bingung, tak
ingin kehilangan keduanya, ayahnya dan Eunsul.
Tanpa
disadari Eunsul telah menunggu selama 3 jam. Dan Jihun tak menampakkan
batang hidungnya. Eunsul melangkah pergi tepat ketika Jihun berlari
menuju taman.
“Kau mau kemana?”tanya Jihun.
“Aku tidak sedang menunggumu,”Eunsul kesal.
Jihun
menganggap Eunsul becanda tapi Eunsul serius. “Aku memang menunggumu,
tapi itu semenit yang lalu. Sekarang tidak lagi,”jelas Eunsul. Jihun
memeluk Eunsul dari belakang.
“Tunggu aku”.
“Kau terlambat”.
“Sekarang aku terlambat, jadi tunggulah aku nanti”.
Eunsul berbalik, menyadari ada sesuatu yang terjadi pada Jihun.
“Kau menyuruhku menunggu untuk mengatakan aku harus menunggumu?”
“Begini,
aku mengatakan padamu kalau aku sedang menjalani tugasku sebagai
seorang anak. Aku akan kembali setelah itu. Ini tidak akan lama,”pinta
Jihun. tapi Eunsul menolak, apa alasanku untuk menuruti Jihun yang
selalu berubah pikiran seenaknya.
“Meskipun kau tidak percaya aku
akan kembali, tapi aku percaya kau akan menungguku”. Jihun mencoba
memeluk dan mencium Eunsul tapi ditepis oleh Eunsul. Jihun tidak bisa
menahannya, ia pun memeluk Eunsul.
Jihun kembali ke rumah sakit.
Ayahnya sudah tertidur. ia mendekati dan menatap wajah ayahnya. Jihun
lalu meniup telapak tangannya dan mengusapkan ke dadanya lalu ke dada
ayahnya. Dan Jihun pun menggenggam tangan ayahnya.
Eunsul kembali. Ia terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi sepanjang perjalanan pulang.
Di
tempat tinggalnya, ia menuliskan walaupun ia tidak berjanji untuk
menunggu Jihun tapi ini sudah hari ke 11 ia menunggu Jihun. Eunsul
mengambil ponselnya dan mencari nomor Jihun. ingin sekali ia menelepon
atau mengirimkan pesan pada Jihun, tapi diurungkannya.
Di tempat
kerjanya, ketika Eunsul sibuk memindahkan barang Jihun lewat di
belakangnya. Eunsul menangkap bayangan Jihun dan mengejarnya, tapi
Eunsul tidak menemukan Jihun.
Di
pantai Eunsul tiba-tiba meninju Jihun yang ada dihadapannya. Jihun
mengerang kesakitan. ”Kau tidak menghubungiku selama satu bulan ini.
Lalu sekarang tiba-tiba kau muncul. Dasar!”,Eunsul berteriak kesal.
Eunsul berbalik lalu berlari menendang Jihun. BUAKK!!! Jihun tersungkur.
Jihun memohon agar Eunsul sadar. tapi Eunsul tidak mendengar malah
terus memukuli Jihun. Eunsul mengeluhkan kalau ia berpura-pura sabar dan
menunjukkan kerutan di wajahnya akibat terus memikirkan Jihun. Eunsul
tak berhenti memukul Jihun. Terakhir ia menendang kaleng dan tepat
mengenai wajah Jihun. Jihun kembali jatuh dan wuuuuuss, Jihun hilang.
“Aku pasti sudah gila,”pikir Eunsul. Semua itu hanya imajinasinya.
“Apakah terjadi sesuatu? Ketika aku memikirkan hal terburuk, aku melihatnya di TV. Cha Jihun muncul”.
Benar
saja. Jihun muncul untuk mempromosikan produk terbaru DN. Jihun tampil
keren. Beda dengan Jihun yang dulu. Tanpa ragu dan penuh percaya diri.
Eunsul melihatnya di TV.
Di kamarnya, Eunsul mencorat-coret foto
Jihun di surat kabar. “Aku tidak harus membantunya lagi, kau bisa
melakukannya dengan baik,”kata Eunsul pada gambar Jihun.
Keesokannya,
Eunsul pamit pada para pegawai di gudang. Ia memutuskan untuk berhenti
bekerja di sana, karena ia tak bisa menunggu lebih lama lagi. Pekerja
yang lain merasa kehilangan Eunsul.
Selepas
itu Eunsul bekerja sambilan sebagai pengantar ayam goreng. Setiap ada
pengumunan lowongan kerja selalu ia catat dan mengajukan lamaran.
Menunggu Cha Jihun 3.5 bulan. Tak menunggu Cha Jihun 0.7 bulan.
Muwon menandatangani berkas. ketika ia sedang berbicara pada stafnya, Na Yun menelepon.
Na
Yun menunggu Muwon yang, seperti biasa, selalu terlambat. Ketika Na Yun
berdiri, Muwon datang dan meminta maaf atas kesibukannya. Na Yun
cemberut. Muwon menyuruhnya untuk tidak marah dan duduk.
“Aku sudah
menunggumu selama satu jam, kau tahu itu?”kata Na Yun kesal. Muwon
benar-benar minta maaf. Na Yun kesal karena Muwon tidak memintanya untuk
menunggunya dan sengaja seperti menunjukkan kalau Muwon sekarang
direktur utama. “Aku juga direktur utama. Direktur utama Seo. Jangan
bertingkah seperti itu!”ucap Na Yun. Muwon menjelaskan kalau dirinya
benar-benar sibuk, sampai-sampai sulit bernapas. “Bukankah aku pernah
mengatakan ini beberapa kali?”.
“Apa artinya aku bagimu? Apakah aku sama seperti pekerjaanmu?”tanya Na Yun.
“Pass. Apakah kau lapar?”kata Muwon. Na Yun membuka menu.
Muwon
menanyakan kabar Eunsul dan Na Yun pun menanyakan apa yang terjadi pada
Jihun. Ponsel Muwon berbunyi. Itu dari kliennya dan Muwon menjawab
dengan bahasa Jepang. Na Yun bertambah kesal ketika Muwon malah membahas
pekerjaan saat bersamanya. Muwon meminta Na Yun untuk menunggu, tapi Na
Yun tidak bisa bersabar lagi. Ini bukan pertama kalinya Muwon bersikap
seperti itu. Na Yun pun pergi meninggalkan Muwon. Muwon mengejar.
Ketika
Muwon tengah menjelaskan pada Na Yun, ponselnya kembali berdering. Na
Yun mengatakan kalau bagi Muwon ia tidak berarti apa-apa.
Mengejar-ngejar Muwon seperti penguntit, meminta Muwon untuk menemuinya,
Na Yun merasa capek.
“Yang kita butuhkan hanyalah waktu,”jelas Muwon.
“Bukan,
yang terpenting di sini adalah hati. Kau tidak memberikan hatimu
padaku. Kau tidak punya perasaan apapun terhadapku, “ Na Yun terisak.
Ponsel Muwon berdering kembali. Kali ini Na Yun meninggalkan Muwon.
Di
rumah Ny. Seo, manager Park sedang memohon agar Ny. Seo menolongnya
agar tidak diusir dari DN. Ia mengeluhkan betapa malang hidupnya. Ny.
Seo menyuruh manager Park pergi ke Ny. Shin, tapi Ny. Shin tidak
bertanggung jawab. Ny. Shin malah menyuruh manager Park menemui Ny. Seo.
Pusing mendengarkan rengekan manager Park, Ny. Seo menyuruh pengawalnya
menyeret manager Park keluar rumah. Na Yun melihat manager Park diseret
keluar.Tak tahan dengan perlakuan Ny. Seo, manager Park akan membalas
dendam. Na Yun menanyakan apa yang terjadi tapi Ny. Seo bilang tidak ada
apa-apa. Na Yun memandang ibunya sinis.
Na
Yun menceritakan sikap Muwon padanya. Ny. Seo meminta Na Yun untuk
menurutinya kali ini dan pergi kencan buta. Ny. Seo mengancam akan
mengambil apartemen Na Yun jika Na Yun tidak menurutinya kali ini.
“Baiklah, aku mengerti,” Na Yun mengangguk. Ny. Seo kaget mendengar
jawaban putrinya, ia pikir kalau Na Yun memilih apartemen diambil.
“Bukan begitu, aku mengerti maksudmu ibu,”kata Na Yun. Na Yun memutuskan
untuk meninggalkan Muwon dan pergi kencan buta. Ny. Seo senang akan
keputusan putrinya.
Na
Yun menangis sejadi-jadinya di apartemennya, ditemani Eunsul dan
Myungran. Ia mengatakan Muwon lelaki yang sangat jahat. Berlembar-lembar
tisu dia pakai untuk mengelap air matanya. Na Yun meminta Eunsul dan
Myungran untuk menginap. Mereka berdua pun mengiyakan.
“Apakah kau sudah tidur Eunsul,”tanya Na Yun.
“Tidak”.
“Haruskah aku putus dengan Muwon?”
“Tidak”.
“Tentang
Jihun. Kau tidak memikirkannya lagi bukan?”, kali ini Eunsul terdiam.
Na Yun mengatakan kalau Jihun pun tak pernah menghubunginya.
“Apakah kau benar-benar berhenti memikirkan Jihun?”
“Tidak”.
Na
Yun menepuk-nepuk tangan Eunsul dan Eunsul membalas mengelus-ngelus Na
Yun dengan kakinya. Myungran terbangun. Melihat kedua temannya yang
sedang galau, Myungran merentangkan kedua tangannya. Na Yun dan Eunsul
pun memeluk Myungran.
Esoknya, Eunsul kembali bekerja. Ketika tiba di depan toko, ponselnya berdering. Ada seseorang yang ingin menemuinya.
Seorang
wanita yang mengaku jasa pencari kerja menemui Eunsul. Eunsul
menanyakan hal yang sama berkali-kali. Eunsul penasaran apa yang
menyebabkan wanita ini mencarinya. Wanita itu mencarinya karena Eunsul
pernah bekerja dengan Jihun. Jihun yang awalnya tidak bisa apa-apa, bisa
berubah karena Eunsul. Eunsul minta maaf telah mencurigai wanita itu.
Keduanya
lalu pergi ke perusahaan yang mencari karyawan itu. Ternyata DN
departemen store. Eunsul kaget karena sebelumnya ia tidak diberitahu
kalau perusahaan itu adalah cabang DN. Wanita itu membantah jika ia
sudah memberitahu Eunsul sebelumnya. Eunsul kembali curiga dan bertanya
apakah Muwon yang melakukan hal ini.
Eunsul
masuk ke ruang kerja direktur dan memperkenalkan diri pada bosnya yang
baru. namun, bosnya duduk membelakanginya sehingga Eunsul tidak tahu
siapa bossnya. Bosnya diam saja.
“Aku datang karena kau mencariku.
Senang bertemu dengan anda,” Eunsul membungkuk dan kursi bos berputar.
Dan Jeng jreeeng! Ketika Eunsul mengangkat badannya, ia melihat Jihun
duduk di kursi tersenyum padanya. “Kita lihat. Ini bukan pertama
kalinya, kan”jawab Jihun. Eunsul terperangah.
“Aku merindukanmu, No
Eunsul”. Eunsul melempar Jihun dengan tas ketika Jihun mendekatinya,
“Terima kasih Eunsul, tidak melihat orang lain dan telah menungguku”.
“Ya. Aku menunggumu. Izinkan aku memukulmu, aku menunggumu sampai aku menangis”.
Eunsul
bersiap-siap memukul tapi Jihun berhasil menghindar. Alasannya ia sudah
terbiasa dipukul oleh ayahnya, jadi dia bisa sigap. Tak berhasil
meninju, Eunsul melayangkan tendangan ke tubuh Jihun. Jihun bilang kalau
itu sangat membahayakan. Eunsul tak peduli. Ia kesal karena Jihun
mempermainkannya. Eunsul menarik kerah Jihun. Eunsul bilang walaupun
Jihun punya segalanya, tapi Eunsul tidak bisa dipermainkan begitu saja.
Jihun hanya tersenyum. Eunsul bertambah kesal dan membenturkan kepalanya
ke kepala Jihun. Namun, ditahan Jihun. “Kemampuanmu berkurang. Aku
sudah dua kali dipukul olehmu”. Eunsul semakin erat mencengkeram kerah
Jihun.
Jihun meminta maaf pada Eunsul. Maaf karena ia terlalu lama
menghilang, terlalu lama dari yang Jihun perkirakan. “Ya, ini sudah
terlalu lama. Karena itu, di dalam kepalaku sudah tidak ada lagi
dirimu,”ucap Eunsul sambil berlalu pergi.
Jihun
mengejar Eunsul. Eunsul memencet tombol lift, tapi tak ada satu pun
yang terbuka. Eunsul pun berlari ke arah tangga darurat. Di depan tangga
darurat, Jihun menahan Eunsul. Eunsul coba meredam emosinya. Jihun
mengizinkan Eunsul meluapkan emosinya dengan memukuli Jihun. Tapi Eunsul
menyuruh Jihun untuk menyingkir. Tapi Jihun tak mau beranjak sedikit
pun.
“Aku mengizinkanmu menggunakan caramu untuk menumpahkan perasaanmu,”kata Jihun.
“Kau
sedang mempermainkanku saat ini,”Eunsul menghela napas, “Hanya karena
aku melepaskan tinjuku dan membenturkan kepalaku, kau berpikir aku
sedang becanda kan. Semua itu sama mudahnya dengan tertawa kan. Itu
sebabnya aku tidak mau melakukannya. Aku juga tidak akan memperhatikanmu
lagi. Mengerti? Menyingkirlah!”.
Jihun memegang kepala Eunsul.
“Ayahku sakit,”kata Jihun.
“Lalu?”
“Ini bukan hal serius, tapi untuk mengurangi kekhawatirannya aku melakukan beberapa pekerjaan. Oleh karena itu aku terlambat”.
“Jadi, apakah sekarang presdir baik-baik saja?”
“Ia
sangat baik sekarang. Aku berjanji padanya untuk tidak menghubungi
dirimu. Walaupun, secara diam-diam aku bersembunyi untuk melihatmu dan
hampir tertangkap oleh mata tajammu. Alasanku terlalu lemah bukan? Kau
tetap marah?”
“Ya.
Alasanmu sangat lemah. Tetap saja, ini waktu yang lama. Selama itu aku
berpikir bahwa aku sendiri dan khawatir, sendiri dan khawatir. Aku
sangat menyedihkan. Karena saat itu sangat tidak adil bagiku, aku tidak
bisa menerimamu lagi. Pintu itu sudah tertutup, Cha Jihun,” Eunsul
berlalu pergi meninggalkan Jihun yang terdiam tak tahu harus berbuat
apa. Jihun tak menyangka respon Eunsul akan seperti ini.
Presdir
sedang berbicara dengan Dokter Kim mengenai penyakitnya. Dokter Kim
mengatakan kalau presdir baik-baik saja dan operasinya bagaikan sebuah
keberuntungan. Presdir tak percaya begitu saja. Dokter Kim bersumpah
kalau ia mengatakan yang sebenarnya, “Apa perlu aku membawa alat untuk
mengetes kebohongan?”. Presdir menanyakan mengenai pelayanan masyarakat
yang masih harus dijalaninya, apakah penyakitnya membuatnya tidak perlu
melakukan itu lagi. Dokter Kim menyuruh presdir agar menganggap hal itu
sebagai bentuk olahraga yang baik untuk kesehatan presdir.
Meskipun
kini Presdir sudah sembuh, ia melihat kembali daftar keinginan yang
belum dilaksanakan. Ia bertekad ia harus melaksanakan semua itu. Mulai
dari mencarikan jodoh untuk Sekretaris Jang sampai menemukan lelaki yang
tepat untuk ibunya.
Di
rumah, presdir memanggil nenek. Nenek langsung menanyakan apa yang
disampaikan Dokter Kim. Nenek cemas. Mendengar kalau presdir baik-baik
saja nenek lega. Presdir lalu jongkok di depan nenek dan menyuruh nenek
naik ke punggungnya. Nenek menolak, tapi presdir terus memaksa. “Ketika
orang melakukan ini, biasanya mereka akan bilang kalau orang yang
digendongnya itu sangat ringan. Ibu, mengapa kau begitu berat? Kau harus
banyak olahraga”. Nenek memukul kepala presdir, “Beratku sama dengan
satu karung beras”.
Jihun
kembali ke DN dan melihat kantornya. “Sejak kau lama tak kembali, apa
kau begitu tergerak?”tanya Muwon. “Ya, aku terganggu. Ruangan ini sangat
berdebu. Aku sudah menyuruh sekretaris Kim untuk membersihkannya. Lebih
baik aku ganti dia,”ucap Jihun. Muwon menyerahkan setumpuk berkas
terupdate. Jihun menerimanya, “Kau tidak perlu repot-repot melakukan
ini”. Muwon mengingatkan Jihun kalau karena usahanyalah Jihun bisa
kembali ke DN. Tapi Jihun berkilah kalau semua itu terjadi karena
dirinya sendiri. Muwon tak percaya dan menggoda Jihun, “Kau bahkan tidak
bisa menyelesaikan masalah pacarmu”. Jihun ingin membalas Muwon, tapi
ia diam. Jihun bertanya bagaimana cara berbaikan dengan seseorang. Muwon
menolak mengajarkannya. Merasa kini Muwon adalah boss Jihun, Muwon
menyuruh Jihun untuk memanggilnya dengan sebutan direktur utama.
Muwon
dan Ny. Shin pergi ke tempat meeting bersama. Di dalam mobil mereka
berdua membaca-baca berkas untuk meeting. Muwon menarik napas panjang,
dia benar-benar lelah. Ny. Shin mengkhawatirkan kondisi anaknya, apakah
Muwon tidak cukup tidur. Muwon tidak ingin membuat ibunya khawatir. Ny.
Shin tanya apa Muwon masih suka bertemu Na Yun. Muwon malah ingin
berubah pikiran. “Bukankah kau tidak menyukai direktur Hwang (Ny. Seo)
dan kau tidak ingin jadi menantunya kan?” Ny. Shin mengingatkan
perkataan Muwon tempo hari. Ny. Shin menceritakan kalau Na Yun disuruh
ibunya untuk pergi kencan dengan orang yang disiapkan ibunya.
“Apa
yang Na Yun lakukan?” Muwon tidak menyimak betul. Ny. Seo mengirim sms
pada Ny. Shin dan memberitahukan kalau Na Yun pergi kencan hari ini.
Muwon terdiam sejenak dan memutuskan untuk tidak melanjutkan meeting
bersama ibunya. “Bisakah kau menghentikan mobil ini?”pinta Muwon pada
supir. Muwon keluar begitu saja tanpa mempedulikan ibunya yang
memanggil-manggilnya dari dalam mobil.
Sementara
itu, Na Yun benar-benar kencan. Orang yang dijodohkan dengannya seperti
preman yang mengendarai motor besar, dengan scraf diikat di kepala. Na
Yun hanya fokus pada makanannya.
“Aku tahu tentangmu dan DN
bersaudara,”kata lelaki itu. “Itu skandal yang besar. Orang tuaku
khawatir tapi aku tenang saja. Aku tidak peduli, jadi kau jangan
khawatir”.
Na Yun kesal dan mengatakan kalau lelaki itu tak perlu
melakukannya, karena Na Yun ingin menghentikan semua ini lalu bilang
selamat tinggal. Lelaki itu mengatai Na Yun tidak punya sopan santun.
“Kau
yang tidak punya sopan santun,” Na Yun balik mengata-ngatai sambil
melempar senyum menyindir. “Lihatlah pakaianmu. Sudah 20 menit, aku
sudah berusaha baik untuk duduk di sini dalam waktu yang begini lama,
jadi hentikan saja. Jika dulu aku mencoba menahan diri, tapi sekarang
tidak. kau sangat tidak beruntung,”ucap Na Yun sambil melangkah pergi.
Lelaki itu tidak terima begitu saja dan mencengkeram tangan Na Yun. Na
Yun menepisnya dan malah menghunuskan pisau di depan lelaki itu. Na Yun
pergi dan dikejar-kejar lelaki itu.
Muwon datang tepat waktu. Na Yun bersembunyi di belakang Muwon. Lelaki itu menyuruh Muwon minggir.
“Saat
ini kau beruntung. Tak baik menghabiskan waktu bersama gadis yang
melelahkan dan kekanakkan seperti Na Yun. Aku yang sial harus
bersamanya. Jadi sebaiknya kau pergi saja dan itu lebih baik bagi
hidupmu. Atau kau ingin melakukan sesuatu untuk memperbaikinya? bahwa Na
Yun, direktur DN dan kau berkelahi,” Muwon mengepalkan tangannya.
Lelaki itu malah tertawa dan mengacungkan kedua jarinya,”Gunting. Kau
menang,” dan pergi begitu saja.
Na
Yun berjalan di depan Muwon. Muwon tanya mau kemana dan pergi ke kencan
yang lain. Na Yun mengiyakan, alasannya karena Muwon yang
mengabaikannya. Na Yun kesal dibilang perempuan yang bikin capek dan
kekanak-kanakan. Na Yun benar-benar menganggap ucapan Muwon barusan.
Muwon hanya tersenyum.
“Jadi seperti itu aku di dirimu? Kau benar-benar tidak menyukaiku?”
“Otakmu
benar-benar buruk,” Muwon menunjuk-nunjuk kepala Na Yun. “Metafor, nada
bicara, ekspresi, kau tidak tahu semua itu?”. Na Yun berpura-pura tahu.
“Baiklah anggap saja kau tahu. Apakah kau pernah melihatku jalan dengan wanita lain?”
“Setelah kau tidak bertemu Eunsul, tidak pernah,”jawab Na Yun.
“Apa aku pernah pergi kencan buta sepertimu?”
“Tidak”.
“Untuk sementara aku sibuk dengan pekerjaan, bukankah aku bilang begitu?”
“Iya”.
“Ketika kau memintaku menemuimu, apakah aku menemuimu atau tidak?”
“Iya, kau menemuiku”.
“Jadi, kesimpulannya, salah siapa ini?”
Na
Yun jawab kalau ia hanya salah sedikit. Muwon sudah mengira Na Yun akan
menjawab seperti itu, Na Yun tak pernah dewasa. Muwon tersenyum
mendengar jawaban Na Yun yang seperti anak kecil. “Bagus. gadis
baik,”kata Muwon sambil membelai rambut Na Yun. Na Yun buru-buru
merapikan rambutnya.
Na
Yun tak mau kalah. ia bilang kalau Muwon pun salah. Tapi Muwon tak
merasa. Muwon bilang karena Na Yun ia terpaksa membatalkan meetingnya,
“Apa kau tidak mau bertanggungjawab?” Muwon pergi meninggalkan Na Yun
yang melongo. Na Yun pun mengejar Muwon.
Eunsul
memarkir motor di depan toko. Jihun sudah menunggunya di dalam. Eunsul
menanyakan pada pemilik toko apakah ada pesanan lagi. Pemilik toko jawab
iya, dan dia sedang menyiapkannya. Tiba-tiba Jihun datang, “Bagaimana
jika anda saja yang mengantarkannya sendiri?” Eunsul malah mengusir
Jihun dan Jihun tidak peduli.
“Berapa jam lagi ia harus
bekerja?”tanya Jihun. Jihun membayar uang yang didapatkan selama 5 jam,
ia ingin menyewa Eunsul selama itu. Eunsul berkata kasar pada Jihun tapi
dimarahi pemilik toko yang menganggapnya tak sopan pada pembeli.
pemilik toko dan Jihun pun menghitung-hitung biaya ayam yang terjual
selam 5 jam.
Akhirnya
Eunsul mau keluar. Ia menyalahkan Jihun yang sedang pamer kekayaan
lagi. Tapi Jihun membantah kalau yang ia lakukan hanyalah investasi
untuk merekrut karyawan baru. Jihun menyuruh Eunsul berhenti kerja part
time dan memintanya menjadi sekretarisnya lagi. Eunsul menolak. Jihun
merekrutnya bukan hanya karena perasaannya, tapi karena ia tahu
kemampuan Eunsul. Jihun berpikir dan ia mengajukan penawaran gaji yang
cukup besar, 10%. Eunsul menolak, walaupun ia tumbuh tanpa apapun, ia
benci jika uang digunakan untuk mempengaruhi orang lain.
Jihun
pantang menyerah. Ia mencegat Eunsul di depan rumahnya dan kembali
menawarkan insentif yang menggiurkan. Namun, Eunsul tidak menganggapnya
dan berjalan pergi.
Eunsul keluar dari tempat interview dan Jihun
kembali mencegatnya. 20%, penawaran terakhir Jihun. Eunsul hanya diam
saja. Jihun tak bisa meninggikan lagi penawarannya dan gantian, sekarang
Jihun yang pergi duluan.
Eunsul
ingin menolak Jihun sampai akhir dan menendangnya. Tapi tidak bisa.
Myungran menyimak sambil makan ayam goreng. Eunsul menyalahkan sistem
yang membuat ia harus menganggur seperti ini. Mereka membuatnya menyerah
dan menyedihkan. Myungran bilang kalau penilaian Eunsul sanagat
menarik. “Sudahlah, dengan begitu kau bisa bertemu dengan Jihun lagi,”
Myungran menyodorkan sepotong paha ayam pada Eunsul. Tapi Eunsul
berpura-pura tidak ingin menemui Jihun. Myungran hapal betuk Eunsul.
Eunsul menggelitik Myungran dan membekap mulut Myungran dengan ayam
goreng.
Di
rumahnya, Jihun bilang ke presdir kalau ia akan merekrut Eunsul sebagai
sekretarisnya lagi. Presdir menyayangkan keputusan Jihun, karena ia
sudah bekerja lebih baik mengapa harus melakukan hal yang akan
menjatuhkannya lagi. Jihun malah menganggap ayahnya harus memberikan
hadiah atas kerja kerasnya selama ini.
“Kau harus memberikan
wortel... ah tidak aku tidak suka wortel. Akahkah kau memberikaku permen
untuk memuaskanku? Aku sudah melakukan apa yang kau minta, sangat tidak
adil jika aku tidak mendapatkan apa-apa,” Jihun memaksa.
“Aku akan memberikanmu permen dan segalanya tapi jangan Eunsul,”presdir menawar.
“Aku tidak membutuhkan yang lain selain Eunsul,” Jihun bersikeras.
“Kau
ini,”bentak presdir dan membuat dadanya menjadi sakit lagi. Jihun tahu
itu hanya pura-pura. Jihun mengingatkan kembali kalau ayahnya pernah
menjanjikan akan memikirkan dan menerima hal itu. Presdir berkilah kalau
pikiran manusia bisa berubah-ubah sewaktu-waktu. Jihun pun meniru
ayahnya untuk mengubah pikirannya dan berhenti bekerja. Mau tak mau
presdir menyetujui Jihun merekrut Eunsul dengan satu syarat, Jihun harus
kembali mengambil kembali posisi presdir dari Ny. Shin. “Mari kita
lihat,”jawab Jihun. Presdir senang Jihun sudah tegas sekarang.
Jihun
pergi menemui Eunsul. Eunsul pun menerima tawaran Jihun. Dalam
pekerjaan ia akan mencoba menahan amarahnya dan bersikap profesional.
Esoknya,
Eunsul datang ke DN. Di ruang sekretaris ia menyapa sunbae-sunbaenya
yang kaget melihat kedatangan Eunsul. Mereka menanyakan bagaimana bisa.
Muwon pun menyambut kedatangan Eunsul.
Eunsul
memulai pekerjaannya, merapikan ruangan, menyiapkan bahan bahkan
sarapan untuk Jihun. Jihun datang terlambat karena ia terlalu senang
akan bertemu dengan Eunsul kembali jadi ia sulit tidur. Jihun lalu
mengecek setiap sudut ruangannya, apakah Eunsul bekerja dengan baik.
Jihun senang kerja Eunsul semakin membaik. Tapi Jihun tidak hanya
menguji kerja fisik Eunsul tapi juga kerja pikirannya, ia pun memberikan
Eunsul bertumpuk-tumpuk berkas yang harus ia review. Tumpukan berkas
itu membuat Eunsul dan Myungran begadang.
Ketika
Jihun melihat-lihat hasil pekerjaan Eunsul, Eunsul malah tertidur.
Jihun tersenyum dan memukul kursi untuk membangunkan Eunsul. Eunsul
terbangun dan mendapati Jihun marah-marah karena Eunsul banyak salah
ketik dalam laporannya. Eunsul minta maaf.
Sementara
di ruang presdir, Presdir Shin berdiskusi dengan beberapa petinggi DN.
Ny. Shin kaget ketika tahu nenek mengawasinya bahkan sampai mengecek
calon kandidat CEO perusahaan. Ia merasa kekuasaannya akan segera
berakhir. Salah satu dari mereka mengatakan jika begitu Cha Jihun
kembali ke kantornya bahkan merekrut kembali sekretarisnya yang dulu.
Dan mereka mengatakan pasti ada kesempatan untuk mengusir presdir Cha.
Ny. Shin berpikir keras.
Muwon
membaca artikel tentang hubungan cinta Jihun dan Eunsul yang sudah
tersebar di internet. Sekretarisnya masuk dan menanyakan apakah Muwon
sudah membaca artikel tersebut. Muwon menugaskan sekretarisnya untuk
mencari tahu sumbernya tapi menggantinya dengan memberitahu Eunsul
masalah ini. Karena Eunsul dalam perjalanan ke kantor dan pasti ada
banyak wartawan di depan gedung, Eunsul disuruh untuk mengabaikannya.
Benar
saja, begitu Eunsul tiba di depan gedung, ia diserbu para wartawan.
Wartawan mulai tanya apakah Eunsul informan itu, Eunsul menajwab tidak.
Pertanyaan lainnya adalah apakah benar Eunsul berpacaran dengan Jihun.
Eunsul tidak menjawab dan menerobos kerumunan wartawan itu. Jihun datang
dan heran mengapa ada banyak wartawan.
“Ada apa ini? Jika kau ingin bertanya, tanyalah padaku bukan dia,”ucap Jihun. Eunsul menarik tangan Jihun agar masuk ke gedung.
“Apa
benar kau berpacaran dengan dia? Apakah dia benar-benar informan
itu?”tanya salah satu wartawan. Eunsul berteriak semuanya itu tidak
benar. Tapi Jihun malah membenarkan.
“Lalu apakah ia orang dalam yang menyebabkan masalah baik presdir Cha dan anda?”
“Ya, lalu?”Jihun balik bertanya.
“Apa maksudmu dengan itu?”wartawan yang lain menimpali.
“Bukankah
itu bagus. Dia punya keberanian untuk melawan sesuatu yang salah.
Kalian semua setuju bukan? Karena ia sangat keren, itulah yang
menyebabkan aku menyukainya pada pandangan pertama”. Eunsul kaget dengan
jawaban Jihun. Jihun hanya tersenyum.
source :
http://www.pelangidrama.net/2012/01/sinopsis-k-drama-protect-boss-episode_31.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment