Muwon menolak menjadi Dewa di mata Eunsul, ia ingin di anggap sebagai pria.
Eunsul
mengerjap-ngerjap tak percaya, ia mencoba memperjelas maksud perkataan
Muwon, “Kau bilang sebagai pria, kau melihatku sebagai perempuan? …
berarti ... “
“Itu ... Ku bilang aku menyukaimu” Muwon kembali
menegaskan ia menyukai Eunsul, ia juga mengaku merasa senang saat
bersama Eunsul.
Eunsul
meneguk minumannya. Aneh!! saat Muwon yang sangat ia kagumi mengaku
menyukainya, kenapa ia justru mengingat Jihun? Eunsul menggelengkan
kepala mencoba mengenyahkan isi pikirannya, “Ah, apa ini? Mengapa,
tiba-tiba dalam situasi ini ...”
Muwon mengira kalimat barusan di
tujukan padanya, ia pun meminta maaf. Walau Eunsul menjelaskan perkataan
tadi bukan untuk Muwon, Muwon sadar diri. Pasti Eunsul kaget, Muwon
sendiri tak percaya dengan pengakuannya tadi. Muwon lalu menunduk
menahan malu dan mengaku baru menyadari ia menyukai Eunsul lebih
daripada yang ia sangka.
Eunsul galau, ia tak tahu harus bersikap
atau menjawab bagaimana, kegalauannya makin bertambah saat ia sadari
Jihun berdiri tepat dibalik kaca menatap Muwon.
Muwon melihat ke arah yang dilihat Eunsul. Jihun memberi tanda dengan telunjuk jarinya agar Eunsul segera keluar.
Eunsul
berpikir cepat, karena kehadiran Jihun membuatnya harus segera
mengambil sikap tapi ia mengaku belum tahu akan menjawab ya atau tidak.
Eunsul yakin sebentar lagi Jihun pasti akan menyeretnya pergi. Muwon
mengerti, ia tahu semuanya serba mendadak, jadi ia minta waktu untuk
membicarakannya lagi kapan-kapan. Sampai waktu itu tiba, Muwon minta
tak ada penolakan atau melarikan diri. Mereka sepakat.
Eunsul
segera lari keluar sebelum Jihun menyusul masuk ke resto. Di luar Jihun
minta Eunsul segera ke kantor. Eunsul menolak sendirian ke kantor, ia
yang khawatir Jihun akan berkelahi dengan Muwon mengajaknya ke kantor
bareng. Jihun tersinggung, ia merasa Eunsul mengaturnya karena Eunsul
tahu ia menyukainya. Jihun juga menuduh Eunsul sedang bingung tentang
siapa bosnya sebenarnya. Eunsul akhirnya menurut. Tapi begitu Jihun
masuk resto, Eunsul berniat mengikuti Jihun. Yang sayangnya Jihun keburu
tahu, haha. Eunsulpun terpaksa balik arah menuju kantor.
Jihun
menemui Muwon dan menanyakan apa yang barusan di bicarakan Muwon dengan
Eunsul. Muwon merasa Jihun tak punya hak untuk itu walau Jihun sudah
mengaku menyukai Eunsul dan menganggap Eunsul itu istimewa, karena Muwon
sendiri juga menganggap Eunsul istimewa.
Jihun mengaku sudah
menduganya karena feelingnya telah lama memberitahunya. Muwon mencemooh,
kenapa Jihun gak buat aja kantor peramal DN? Dan terkekeh lalu terdiam
karena Jihun menghentak cangkir ke meja.
“Lelucon yang tidak lucu….
Aku benar-benar serius dan tulus. Jadi dengarkan aku baik-baik.. Mulai
sekarang, aku akan meminta bantuanmu untuk pertama kalinya dalam
hidupku,….”
“Aku takkan mendengarkan, jadi tak usah bilang”
“Yak!!”
“Ini jelas. Kau akan memintaku untuk menyerah atas Eunsul…”.
Jihun
mencoba menukar Eunsul dengan jabatan presdir DN Grup!! Muwon heran,
sebesar itukah Jihun menyukai Eunsul? Jihun mengaku ia tak bisa tanpa
Eunsul yang langsung di cemooh Muwon bahwa sebelum bertemu Eunsul hidup
Jihun baik-baik saja.
“Aku
tak ingat bagaimana aku hidup sebelumnya, itu sebabnya aku berterima
kasih padamu untuk itu. Seseorang yang dipilih bukan berdasarkan
spesifikasi dan backgroundnya..”
“Aku menyesal”.
“Sudah terlambat
untuk menyesal. Tidak ada gunanya menyesali. No Eunsul sudah menjadi
sekretarisku bukan sekretarismu… Jadi jangan menyesal dan jangan ganggu
dia. Kenapa? Karena No Eunsul adalah milikku, bukan milkmu!”.
Tapi
tak mudah membuat Muwon mundur. Jihun heran ada apa dengan Muwon?
Bagaimana Muwon yang punya segalanya masih menginginkan Eunsul?. Muwon
mengaku memang sulit untuk pria yang tak punya apapun (ngejek
ceritanya?) sepertinya Jihun mengerti, tapi ia juga mengalami masa-masa
sulit. Karena itu Muwon membutuhkan Eunsul.
Eunsul
pulang ke kantor dengan langkah tak tenang, di tambah pemandangan dua
karyawan yang berkelahi tapi dengan gaya bercanda. Seketika Eunsul
mengkhawatirkan duo Cha, ia berlari kembali ke resto tadi. Eunsul
sedikit tenang saat dari balik kaca ia melihat Jihun dan Muwon hanya
perang tatapan.
Muwon
mencoba mengakhiri perdebatan mereka, terasa lucu memperdebatkan Eunsul
yang mereka sendiri tak tahu bagaiman perasaannya. Muwon pun pergi.
Jihun tidak terima, ia mengejar Muwon dan menendangnya hingga Muwon
menabrak pelayan. Muwon minta maaf pada pelayan itu dan mempertanyakan
sikap Jihun kekanak-kanakan. Jihun mengakui sikap kekanakkannya yang tak
bisa menerima alasan Muwon. Ia yakin Muwon menyukai Eunsul karena
kesepian. Jihun terus nyerocos dengan suara keras. Muwon mencoba tenang,
ia mengajak Jihun ke tempat yang lebih private.
Kedatangan
Eunsul malah memperburuk keadaan, Muwon tak terima dengan sindiran
Jihun. Perkelahian pun tak terelakkan. Usaha Eunsul untuk merelai tak
sia-sia. Di antara tamu ternyata ada karyawan DN dan mengenali kedua
direktur mereka. Eunsul menyadarinya dan segera memanggil bala bantuan!
Sekretaris
Yang mengingatkan agar tak ada yang meninggalkan lokasi sementara ia
dan dua sekretaris senior Eunsul menyusul ke sana.
Sekretaris
Jang sedang main catur korea (haha lupa namanya, jadi inget di sKKs
juga ada) dengan presdir saat menerima kabar yang sama. Dengan alasan
sakit perut dan akan lama di toilet karena nasi cumi yang terakhir
dimakannya, ia berhasil menyusul ke lokasi tanpa di curigai presdir
Keempat sekretaris berlari mengejar waktu, haha.
Sementara
Eunsul yang gagal melerai 2 bossnya buru-buru menghalangi pintu karena
para tamu mulai berencana pergi. Masalah makin rumit saat beberapa tamu
mencoba memfoto kejadian itu. Eunsul pun mengambil taplak meja untuk
membungkus kedua bossnya!!
Haha, penderitaan Eunsul berakhir saat empat sekretaris senior datang.
Sekretaris
Jang berusaha menutupi kejadian itu dan meminta mereka masuk lewat
pintu samping, tapi terlambat presdir terlanjur melihat.
Di
lift, Sekretaris Jang melapor kalau para sekretaris sudah mengurus
untuk mencegah berita kejadian itu menyebar. Presdir kesal, ia menendang
Muwon yang membuat Jihun tertawa. Lalu ia ganti menendang Jihun yang
membuat Muwon tersenyum, ckckck, aneh. Presdir memarahi keduanya yang
bertingkah seperti gangster, tapi presdir dengan suara pelan minta Muwon
tak melapor pada ibunya kalau ia menendang bokongnya.
Gaya presdir memarahi ke tiganya;
Ia
menerima alasan keduanya berkelahi karena masalah pekerjaan, tapi kalau
mereka berkelahi lagi ia yang akan menjadi lawan berkelahi mereka.
Muwon keluar, tinggal Jihun dan Eunsul;
Ia
bertanya siapa yang lebih banyak memukul dan kena pukul, saat tahu
Jihun yang lebih banyak memukul presdir lega. Haha, presdir aneh, ia
beralibi seperti itulah kekhawatiran orang tua, ckckck.
Tinggal Eunsul seorang;
Presdir
ternyata tak begitu saja mempercayai alasan pekerjaan sebagai sumber
perkelahian, ia yakin pasti karena wanita. Saat mendengar ya, tanpa
mendengarkan penjelasan Eunsul, presdir menyimpulkan wanita itu Na Yun!
Dua
orang ahjuma bertemu dan share soal Eunsul, mereka sepakat untuk
membuat Eunsul menjauh. Menugaskannya ke luar negri, misalnya????
Belum
sempat ide itu terlaksana, nenek mengancam mereka. Jika terjadi sesuatu
pada No Eunsul, maka nenek tak segan menghukum keduanya dengan rumor
yang bisa membuat mereka enggan menunjukkan wajah di depan umum!! Haha.
Nenek mengingatkan mereka berhati-hati saat berbicara pada presdir.
Sekertaris
Yang membantu Muwon mengobati lukanya, ia khawatir melihat Muwon yang
seperti bukan dirinya. Muwon tertawa, ia juga merasa malu dan menyesal
tapi sekaligus lega. Ibaratnya ia yang biasa terkungkung di dalam
lingkaran tiba-tiba kini menginjak tepi lingkaran itu. Sekertaris Yang
mengingatkan jangan sampai Muwon meninggalkan lingkarannya.
Di
ruangan Jihun, Eunsul juga membantu membawakan obat untuk Jihun. Kalau
Muwon mengolesi lukanya sendiri, lain dengan Jihun, ia minta Eunsul
membantu mengoleskan dengan alasan pergelangan tangannya sakit.
Eunsul
mendesah, ia terpaksa membantu mengoleskan obat di pipinya Jihun.
Jihun tak menyiakan kesempatan itu untuk memberitahu bagaimana ia
menyadari menyukai Eunsul. Eunsul cuek, ia tak perlu tahu itu. Jihun
keukeuh, ia tetap cerita. Ia sadar kalau ia menyukai Eunsul sejak banyak
yang bertanya pada dirinya apa ia melihat Eunsul sebagai wanita atau
apa ia menyukai Eunsul. Jadi ia yakin kemungkinan saat ini Eunsul juga
belum menyadari perasaannya.
“Perasaanku untuk siapa?... untuk
Direktur (menunjuk Jihun) ? … atau mungkin ... perasaan untuk Direktur
(menunjuk ruangan Muwon)?”
Jihun mengambil tangan Eunsul dan
mengarahkan telunjuknya pada dirinya, “Tentu saja yang di sini” apa? Dia
baru sadar kalau Eunsul sedang mempertimbangkan Muwon juga.
Na
Yun melamun, ia tak terlalu mendengarkan rapat departemennya. Saat
selesai, ia mencari jawaban dari kegelisahan hatinya, ia bertanya pada
para stafnya apa kepribadiannya atau kelakuannya aneh? Haha, dengan
kayak gitu sebenernya Na Yun justru menunjukkan kalau dia aneh.
Presdir
yang yakin Na Yun penyebab perkelahian duo sepupu Cha memanggil Na Yun.
Na Yun yang tak tahu apa-apa sempat heran, tapi ia tak menyangkal
apapun, ia hanya menyebut presdir sangat lamban.
Wkwkwk,
Duo Cha beserta sekretaris masing-masing bertemu dengan Na Yun yang
duluan ada di lift. Na Yun menyebut duo Cha jahat karena menjadikan
dirinya sebagai alasan mereka. Duo Cha bingung, sementara Eunsul merasa
bersalah. Na Yun tak terima ia dituduh sebagai penyebabnya, ia mengancam
duo Cha juga Eunsul. Refleks duo Cha membela Eunsul, Na Yun makin
meradang, ia berteriak minta keduanya diam.
Nenek
kaget mendengar dari presdir soal perkelahian itu, ia bertanya-tanya
kemungkinan hubungan mereka makin dekat atau makin jauh sebagai
saudara.
Pelayan
memberi susu untuk Jihun untuk membantunya tidur nyenyak. Jihun yang
benci susu akhirnya meminumnya saat tahu Eunsul yang meminta pelayannya
selalu menyajikan untuknya. Jihun merasa Eunsul sangat memperhatikannya
sampai-sampai ia ikut membantu mengatasi imsomianya.
Sementara
itu Eunsul yang di dera rasa bersalah memilih menyalurkan tenaganya
membantu Myungrang. Myungrang yang tahu kebiasan Eunsul mencari tahu
masalah yang sedang di hadapi Eunsul. Eunsul terbata mengakui kalau Mu
Neu Nim mengaku menyukainya, dan menyebabkan duo Cha berkelahi (kalau
aku suka nya ma Cha Seung Won, haha **gada yang nanya Cha Mu won itu
adiknya Cha Seung won *maksa biar Ai Jung punya ipar ganteng, wkwkwk).
Myungrang iri karena Eunsul diperebutkan 2 cowok keren, ia memilih melihat foto-foto halyu star. Haha ada Hyun Bin dan Won Bbin.
Eunsul
bingung, kalau ia milih Mu Neu Nim, ia akan mengecewakan bossnya. Tapi
kalau ia milih bossnya, kasihan Mu Neu Nim yang mesti patah hati dua
kali berturut-turut. Dengan mengambil contoh mereka yang dulunya hanya
suka bermain lalu sadar dan kini bekerja keras, Eunsul yakin duo Cha
nantinya juga akan sadar dan menjalani hidup yang seharusnya mereka
jalani (=memilih pasangan yang sepadan). Eunsul mengaku harus realistis
atau ia sendiri yang akan terluka.
Myungrang penasaran, ia ingin tahu perasaannya Eunsul. Eunsul memilih mengabaikan perasaannya dan mengabaikan Duo Cha.
Berkali-kali
Eunsul berusaha menyampaikan penolakannya pada Muwon, tapi Muwon yang
seolah tahu isi hati Eunsul terus berusaha menghindar. Lucunya selalu
ada Jihun yang melihat mereka dengan pandangan menuduh.
Berita
soal perkelahian Duo Cha akhirnya bocor juga. Presdir memarahi
Sekretaris Jang. Sekretaris Jang mengakui kalau berita itu bocor lewat
orang kesekian (teman mertuanya adik iparnya teman, haha lieur).
Solusi instan yang bisa mereka lakukan adalah: Kerja sosial bersama.
Dan Duo Cha yang tampak akur setelah ikut seminar bisnis.
Nenek
membanting koran saat mereka makan bersama, bagaimana bisa mereka
membodohi publik dengan cara show up seperti itu. Ia pun berencana
menjadikan show up itu menjadi kenyataan dengan cara berkumpul bersama
untuk makan minimal 1 kali dalam seminggu. Semua protes, jadi 2 kali.
Presdir protes jadi 3 kali. Nenek meletakkan sumpitnya sebagai keputusan
final.
Nenek
prihatin pada kedua cucunya yang begitu dekat saat mereka kecil tapi
karena orang tua keduanya jadi ikut-ikutan berselisih. Pokoknya nenek
memberi ultimatum, kalau anak, menantu dan cucu-cunya selalu berkelahi
dan tak mau akur, ia memilih menyumbangkan warisannya. Seketika semua
berubah, presdir dengan manis menawarkan makanan pada Ny. Shin. Dan
Muwon menaruh bawang putih bulat ke mangkoknya Jihun.
Jihun
yang tak mau berurusan dengan Muwon masuk kamar dan sembunyi di balik
pintu dengan harapan Muwon pergi jika tak melihatnya di kamarnya. Muwon
membuka pintu keras dan kaget saat mendengar teriakan. Ia tertawa
melihat Jihun yang kesakitan kejedot.
Muwon berdalih ia menuruti
perintah nenek untuk bergaul baik seperti dulu. Dulu kan Jihun yang
sering memohon main bersama, bahkan jika ia hendak pulang Jihun kembali
memohon agar Muwon mau tinggal lebih lama. Muwon tertawa membuka jasnya
dan tiduran di kasur Jihun.
Jihun tak mau Muwon naik ke kasurnya
karena ia khawatir kotor. Muwon kesal pada Jihun dan menganggap Jihun
mengajaknya berkelahi. Muwon sengaja memancing Jihun dengan mengatakan
ia yang akan mendapatkan Eunsul juga perusahaan. Perang bantalpun di
mulai. Mereka berkelahi sampai ke tangga.
Ny.
Shin marah melihatnya, sementara presdir santai saja dan menganggap
lumrah kalau anak-anak berkelahi. Ny. Shin tak setuju, kalau Jihun
mungkin anak-anak, tapi tidak anaknya. Ia pun mengajak Muwon pulang. Ny.
Shin menyindir presdir yang lambat hingga tak sadar dengan yang
sebenarnya sedang terjadi.
Presdir bingung, sebenarnya ada apa? Tapi Ny. Shin memilih diam dan pergi.
Perusahaan
sepertinya dalam masalah. Presdir minta sekretaris Jang dan manager
Park mengurusnya jangan sampai ia harus naik kursi roda lagi untuk
menyelesaikannya (=sidang dan mengaku sakit untuk memperingan hukuman?)
Presdir juga mengingatkan agar jangan sampai Jihun tahu. Presdir minta
mereka tak usah melaporkannya padanya, tapi ia kemudian meralat mereka
melapor tapi jangan terlalu detil, untuk jaga-jaga kalau ia tertangkap
nanti ia bisa menjawab dengan jujur kalau ia tak tahu. Ckckck.
Demi
melindungi cintanya, Jihun melarang Eunsul bekerja di ruangan
sekretaris. Ia meminta Eunsul bekerja di ruangannya. Eunsul membaca
artikel di internet yang menaruh Jihun di urutan terburuk generasi ke
tiga konglomerat yang menurunkan nilai perusahaan. Eunsul mencemooh
Jihun ia saja tak pernah menjadi yang terburuk. Jihun sedikit kesal pada
Eunsul yang membandingkan kinerjanya dengan sekolahnya Eunsul dulu.
Jihun menuduh Muwon di balik artikel itu.
Presdir
memanggil Jihun, ia minta Jihun memulai bisnis franchise kopi. Hm, apa
ini bisnis buat jaga-jaga Jihun? Jihun yang terbiasa di urus Eunsul
meminta Eunsul mendengarkan. Presdir membentak Jihun yang menyuruh
Eunsul, ia minta Jihun lah yang harus mendengarkan. Presdir mengingatkan
agar Eunsul membiarkan Jihun melakukan semuanya sendiri dari awal.
Jihun protes, tapi presdir tak peduli, ia minta Jihun ikut bersamanya.
Jihun menolak, tapi kemudian presdir mencincing punggung jasnya, haha.
Jihun
tak bisa menolak, tapi ia ingat untuk memberikan Eunsul kerja di luar
kantor. Ia minta Eunsul pergi mencoba rasa kopi yang enak agar tak diam
di ruangan sekretaris.
Tapi salah, justru Eunsul keluar di temani
Muwon!! Haha. Muwon yang tahu sepupunya akan menjaga Eunsul tak
berhubungan dengannya malah sengaja ikut dalam risetnya Eunsul.
Muwon
menahan senyumnya saat melihat Eunsul begitu serius bekerja mencicipi
kopi dan mencatatnya. Eunsul melihat Muwon yang mentertawainya, ini
kesempatan bagus untuk bicara. Tapi ia yakin Muwon pasti menolak dan
memilih kabur. Tapi tidak, Muwon setuju untuk meluangkan waktu akhir
minggu nanti.
Ny.
Shin yang sedang di salon menelpon Muwon. Ia kaget karena Muwon tak
tahu kemana Jihun pergi. Ia pun bergegas tanpa sadar dengan roll yang
masih menempel di rambutnya.
Muwon
sebenarnya tahu, dan ia sengaja memberitahu Eunsul untuk tahu isi
hatinya Eunsul. Eunsul memang sedikit terkejut tapi ia menutupinya.
Muwon tersenyum, ia mengaku senang bersama Eunsul walau itu berarti
bolos kerja. Eunsul merasa bersalah mengajak Muwon ka arah dark side
(=melakukan hal yang tak benar), tapi Muwon mengaku ia justru bahagia
mencoba dark side.
Jihun
yang tak menyangka ayahnya mengajaknya ke pertemuan dengan Na Yun dan
ibunya menolak ikut duduk. Ibu Na Yun mengaku ingin memarahi Jihun tapi
ia menahannya, jadi ia minta Jihun duduk saja. Jihun tetap menolak,
secara tegas ia mengaku hubungannya dan Na Yun telah berakhir. Ia juga
menyatakan keheranannya, apa memang ayahnya sudah tak marah pada Na Yun,
karena saat Na Yun pergi dulu tepat kakaknya meninggal. Ibu Na Yun tak
terima Jihun menyalahkan Na Yun, menurutnya itu murni kecelakaan.
“Aku
tak bilang ini salahnya Na Yun, ini salahku… Saat aku sedang berusaha
mengejar seorang gadis yang tiba-tiba pergi tanpa alasan, saat itu
justru kakakku meninggal. Jadi bagaimana mungkin aku masih dapat menemui
Na Yun? Saat aku melihatnya, justru mengingatkanku pada kakakku. Jadi
bagaimana aku bisa menemuinya?”
Jihun
melangkah pergi, di belakangnya Na Yun mengejar. Na Yun jatuh, Jihun
berbalik menawarkan bantuan. Na Yun menolak tapi akhirnya ia memilih
berpegangan pada jasnya Jihun. Na Yun marah pada Jihun yang menggunakan
masa lalu untuk melindungi Eunsul dan menolaknya. Tapi Jihun mengaku itu
kenyataannya, betapa ia tak dapat melupakan hari dimana karena hari itu
dua orang yang di percayainya meninggalkannya.
Presdir
mengaku ingin pernikahan itu terlaksana demi kebaikan Jihun, namun
melihat reaksi Jihun tadi ia minta mereka menunggu. Ibu Na Yun menyindir
Presdir yang tak bisa melihat kenyataan di depan hidungnya. Presdir
bingung.
Saat
keluar presdir tak menemukan mobilnya. Ia memarahi Sekretaris Jang yang
membiarkan Jihun membawa mobilnya. Tepat saat itu Ny. Shin datang. Ia
terlihat lega karena Jihun pulang duluan, ia menebak ‘kebenaran telah
terungkap’. Presdir bingung terungkap apa? Ia mencoba meminjam mobil
tapi Ny. Shin menolak, dengan 2 buah roll masih menempel di rambutnya ia
dengan anggunnya melangkah masuk.
Presdir
terpaksa pulang dengan Taxi. Ia memikirkan ucapan nenek, Na Yun, Ny.
Shin dan ibunya Na Yun yang seolah sepakat mengatainya lamban.
“Mungkinkah Sekretaris No?”
Jihun kembali ke kantor dan langsung mencari Eunsul. Ia lega saat melihat Eunsul dan menyuruhnya masuk ke ruangannya.
Jihun
menatap Eunsul, Eunsul risih. Jihun mengaku sedang memikirkan sesuatu
yang tak menyenangkan. Ia sengaja memanggil Eunsul karena jika ia
melihat Eunsul, ia akan melupakan masalahnya.
Jihun mencoba minta izin, Eunsul jawab ijin apa. Jihun minta ijin untuk memeluk.
“De?”
Eunsul bingung. (De?=apa? Bisa juga berarti ya). Jihun memilih
mengartikannya sebagai ya dan memeluk Eunsul. Eunsul akhirnya pasrah dan
bilang hanya sebentar saja.
Eunsul
berperang dalam hati, perasaannya ingin balas memeluk Jihun, tapi akal
sehatnya melawannya. Ia memilih diam. Dengan mata memerah Jihun minta
Eunsul untuk tak kemana-mana.
Eunsul tertawa, “Aku tidak akan pergi ke mana pun jika kau tidak memecatku… “
“Mm, aku takkan memecatmu…”
Dan
kedatangan sekretaris Kim membuat keduanya terkejut, haha. Jihun
menyalahkan Kim yang tak mengetuk pintu. Kim membela diri ia mengetuk
pintu tapi mereka yang tak dengar, ia balik menyalahkan keduanya yang
tak bisa membedakan kantor dan motel. Eunsul mencoba menjelaskan pada
sunbaenya itu, tapi urung, ia memilih keluar saja. Sekretaris Kim
mencemooh Jihun yang kemakan omongan.
Eunsul meraba pipinya yang memanas karena pelukan tadi. Telponnya berbunyi, dari presdir.
Predir
kembali menanyai Eunsul soal gadis yang membuat Duo Cha berkelahi.
Eunsul memberanikan diri jujur menjawab dirinyalah gadis itu. Presdir
mulai marah, ia memperkerjakan Eunsul untuk melatih Jihun bukan untuk
menggodanya. Yang membuat presdir makin marah adalah hanya ia YANG TAK
TAHU. Haha.
Presdir
tidak heran soal Jihun, tapi ia heran kenapa Muwon yang terkenal logis
bisa tergoda!. Eunsul mengaku ia tak pernah berusaha menggoda siapapun.
Presdir membenarkan, karena ia juga tergoda.
“Maaf?... presdir… padaku juga?”
Haha,
ternyata maksud presdir adalah ia tertarik memperkerjakan Eunsul karena
masa lalunya yang berandalan (mirip kisah hidup presdir).
Presdir
menanyai Eunsul soal sikapnya pada Jihun. Eunsul mengaku ia menggunakan
perasaan Jihun padanya untuk melatihnya. Presdir lega, ia minta Eunsul
tetap seperti itu, karena walau ia sangat menyukai kinerja Eunsul ia tak
bisa menerima Eunsul sebagai pendamping putranya. Presdir menyalahkan
Eunsul yang berstatus rendah dan parahnya pernah jadi berandalan. Ia tak
menganggap Eunsul buruk, tapi tak cukup pantas…..Hm, berarti kalau
Eunsul statusnya berbeda, Presdir akan menerimanya sebagai menantu?.
Presdir
tak berencana memecat Eunsul karena melihat kerja kerasnya. Ia akan
mencari solusi lain untuk memindahkan Eunsul. Eunsul berterima kasih,
tapi ia minta waktu untuk menyelesaikan sesuatu. Presdir mengingatkan
Eunsul untuk tak memberi tahu Jihun.
Sepeninggal
Eunsul, presdir terus memikirkannya. Ia bertemu Muwon di lift dan
bergumam, ia lega karena ternyata ‘kau’ (pada Muwon) juga manusia (yang
punya perasaan). Muwon bingung apa yang sedang di bicarakan pamannya.
Malam
itu Eunsul kembali membantu Myungrang. Ia kesal saat menyadari besok
adalah kemungkinan terakhir kalinya ia bertemu Jihun.
Esoknya
Eunsul tengah menunggu Jihun untuk naik gunung. Ia menertawai pakaian
Jihun yang seperti hendak naik gunung Himalaya. Sebelum naik, Eunsul
mencari tahu apa presdir mengatakan sesuatu pada Jihun semalam? Ia lega
mendengar Jihun dan ayahnya hanya membahas soal meeting.
Eunsul
mengarahkan Jihun melatih nafasnya saat jalan, langkah mereka terhenti
oleh teriakan Jihun yang takut laba-laba. Eunsul menggunakan tongkat
Jihun untuk merusak rumah laba-laba itu.
Jihun
berteriak memberitahu ia kehabisan nafas. Eunsul minta Jihun bertepuk
tangan sambil bernafas seirama tepukannya. Di Gunung, Eunsul mencoba
membuat Jihun berbicara selama 3 menit di depan banyak orang. Topiknya
terserah pada Jihun.
Jihun
menarik nafas panjang dan menutup matanya. “Sebuah batu dari luar
angkasa menabrakku dan masuk dalam sistrim limbik otakku… Batu itu
bernama No Eunsul.” Jihun perlahan menurunkan tangannya dan melihat ke
depan. Sambil tersenyum ia mengaku secara subjektif ia menganggap batu
itu cantik. “Ku harap No Eunsul akan bersamaku sepanjang hidupku…. “
Eunsul
telah pulang ke rumahnya, tapi kata-kata Jihun di gunung tadi terus
mengganggunya, ”Jika No Eunsul ada, aku merasa takkan bodoh lagi dan aku
merasa aku dapat melakukan apapun.”
Lamunan Eunsul terhenti karena Muwon menelponnya mengajak makan malam. Eunsul mengiyakan.
Muwon berdandan necis untuk acaranya malam ini. Wow, jam tangannya ngalahin toko jam.
Jihun
sedang bersama ayahnya, ia mengingat saat ke gunung betapa seringnya
Eunsul mengeluhkan apa yang akan dilakukan Jihun tanpa dirinya? Dan
betapa ia harus mampu melakukan semuanya sendiri. Ia mencurigai ayahnya
telah mengatakan sesuatu pada Eunsul, Presdir tak menyangkal. Jihun
marah, ia memilih turun. Tapi ia melupakan tasnya.
Presdir menelpon Eunsul (yang sedang di halte hendak makan dengan Muwon). Eunsul segera bergegas mencari Jihun.
Muwon meninggalkan ponselnya dan tak tahu kalau Eunsul menelponnya. Ia kini menunggu….
Jihun
ke taman tempat ia dan Eunsul pernah lewati. Sendirian, Jihun mencoba
mengatasi paniknya dengan bertepuk tangan sambil bernyanyi. Seketika
ingatan waktu ia disana berkelebat. Ia ingat saat itu ia panik mencari
Eunsul dan ternyata Eunsul muncul dari balik gerobak. Jihun
memanggil-manggil Eunsul dengan harapan Eunsul akan kembali datang. Dan
taraa sebuah suara menjawab panggilannya.
“Apa? Kenapa kau terus memanggilku?”
Eunsul berbalik dan tersenyum melihat Eunsul lah yang menjawabnya.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment