Kemunculan Jihun dilayar proyektor mengejutkan peserta rapat….
Flashback;
Eunsul
menerima video call dari ayahnya yang memarahinya soal kemunculannya
di Koran. Dari situlah ide itu muncul. Pagi-pagi Eunsul bergegas ke
rumah Jihun membangunkannya (err, tepatnya menendangnya dari tempat
tidur).
Jihun
mencoba menutupi bagian bawah tubuhnya yang memakai kolor hadiah dari
Eunsul. Tapi Eunsul yang mengaku pernah melihat Jihun koloran
menariknya tak peduli. Sambil berlari keluar rumah, Eunsul berhasil
membuat Jihun berpakaian. Di luar sudah menunggu mobil yang berisi
sekertaris Kim dan Myungrang.
Jihun
berlatih di depan kamera laptopnya, Eunsul dan sekertaris Kim
mengamati lewat layar laptop yang lain, sementara Myungrang tertidur.
Sekalinya bangun Myungrang mengkritik Jihun. Eunsul menggebrak meja
memperingatkan Myungrang, ia memilih membangkitkan kepercayaan diri
Jihun dengan cara memujinya. Jihun tersenyum bangga…. Flashback end…
Jihun
kali ini nampak menikmati presentasinya, padahal biasanya ia tak
pernah punya kesempatan mengeluarkan ide atau pendapatnya karena
ketakutannya di hadapan orang banyak. Idenya untuk menarik pasar dari
netizen yang cenderung individualis dan asyik dengan dunia mayanya,
sukses membuat para peserta rapat memperhatikan Jihun. Presdir
tersenyum bangga dan Eunsul senang bossnya bisa menunjukkan taring.
Tapi tak semua senang, terutama Ny. Shin, ibunya Muwon.
Setelah
rapat bubar, beberapa pemegang saham terang-terangan memuji Jihun pada
presdir. Tapi presdir belum puas kalau belum mengganggu Ny. Shin.
Presdir
berbisik, “Adik ipar, aku sangat berterima kasih kepadamu.. Karena kau
selalu mencari hak atas perusahaan ini, Jihun akhirnya terbangun…
Terima kasih, adik ipar.” Ia lalu menoleh pada Muwon dan dengan tulus
memuji presentasinya tadi.
Bukan Ny. Shin kalo gak bisa balas, saat
ia tersenggol seorang pemilik saham yang melewatinya, ia sengaja
menginjakkan ujung hak sepatunya yang runcing ke kaki presdir. Di
uwek-uwek. Lalu tanpa merasa bersalah menanyakan apa presdir baik-baik
saja, wkwkwk. Presdir pun pergi dengan langkah ingkud-ingkudan
(tertatih-tatih).
Di
ruangannya Muwon, Ny. Shin menumpahkan kekesalannya pada Muwon,
“Putraku, apa yang sebenarnya terjadi? Tadi itu sebuah kesempatan yang
bagus. Kenapa kau tidak tahu lebih dulu apa yang akan Jihun lakukan?
Memalukan, memalukan, ini sangat memalukan…. Cha Bongman, serigala tua
itu… Ibu benar-benar kecewa padamu hari ini… Untuk siapa Ibu hidup?
Untuk siapa Ibu hidup seperti ini? Ibu tidak bisa menanggung rasa malu
yang seperti ini… Aku benar-benar tidak bisa hidup lagi, Putraku!”.
Muwon diam saja menatap kertas yang dipegangnya, dan tak sekalipun
merespon omelan ibunya.
Saat
tahu Sekretaris Kim pindah rumah ke lingkungannya Eunsul, Jihun
prihatin karena berarti kini mantan sekertarisnya itu bangkrut.
Sekertaris Kim menyalahkan Jihun yang tidak mau memberi surat
rekomendasi hingga ia sulit mencari pekerjaan.
“Aku menyesalinya juga. Sekretaris Kim tidak layak direkomendasikan kepada siapa pun.
“Jangan
memanggilku ‘Sekretaris Kim, Sekretaris Kim’.. . Aku bukan lagi
sekretarismu. Aku hanya bekerja paruh waktu. Jadi bayar aku dengan upah
paruh waktu.” Jadi si sekretaris Kim ini cuma kerja selama proyek taman
hiburan doang.
“Begitu juga denganku” Myungrang ikut nimbrung. Saat
di tuding ia lebih banyak tidur, Myungrang berdalih ia sedang berdoa
agar presentasi Jihun berjalan sukses.
Percakapan mereka teralihkan
saat Eunsul muncul dengan wajah kegirangan, ia memeluk Myungrang lalu
sekertaris Kim dan memuji mereka telah bekerja keras. Jihun menunggu
giliran, ia sudah bersiap dengan merentangkan tangannya..
Akhirnya
yang ditunggu Jihun tiba juga, Eunsul memeluknya erat dan menepuk
punggung Jihun sambil memuji kalau tadi itu presentasi yang bagus. Jihun
balas menepuk punggung Eunsul dan balik memujinya. Berpelukan membuat
keduanya ingat sesuatu yang dikatakan Jihun pada malam ia mabuk,
‘Sebuah batu dari luar angkasa menabrak amigdala sistem limbik otakku’
“
Otaknya korsleting, jadi dia mungkin tidak akan ingat, kan?”pikir Eunsul cemas.
“
No Eunsul pasti tidak akan mengerti apa arti semua itu, kan?”pikir Jihun tak kalah cemas.
Pelukan mereka seketika lepas dengan kakunya.
Mengatasi
canggung, Eunsul mengajak Jihun ke jamuan di perusahaan, Jihun
langsung menolak. Tapi saat Eunsul bilang ia bisa di marahi presdir
kalau sampai Jihun tak datang, Jihun langsung menyanggupi datang.
Sekertaris Kim protes, kenapa Jihun sekarang berubah, padahal dulu
Jihun tak peduli walau sering membuatnya di marahi presdir.
“Aku? Kapan?“ Jihun buru-buru menyangkal. haha, kan beda atuh, sekarang Jihun naksir ma Eunsul..
Jihun
menanyai apa Eunsul akan datang. Eunsul mengaku takkan datang karena
para seniornya sudah ke sana dan sebagai junior ia kebagian tugas
membereskan ruang rapat. Jihun yang tahu Eunsul lelah memintanya segera
pulang dan tidur setelah membereskan pekerjaannya. Myungrang marah pada
Jihun yang menurutnya terlalu mengatur dan ikut campur urusannya
Eunsul, dan melayangkan pukulannya. Tapi Jihun berhasil ngeles, dan
karena ia sedang senang, ia hanya membalasnya dengan senyuman.
Sendirian
Eunsul membereskan ruang rapat, melihat layar proyektor membuatnya
tersenyum mengingat presentasi Jihun yang penuh percaya diri tadi pagi.
Muwon
bukannya tak terpengaruh omelan ibunya, dalam diamnya ia terus
memikirkannya. Saat keluar dari ruangannya, Muwon tertarik mendengar
suara nyanyian dari pantry. Makin lama menonton ‘konser’nya Eunsul yang
menyanyikan lagu betapa ia sekretaris yang hebat dengan gerakan
aktraktif tak urung membuat Muwon menahan tawa geli.
Eunsul
membeku saat sadar ia punya penonton. Jihun menahan senyumnya dan
meminta maaf karena mengagetkan Eunsul. Eunsul tak bisa mengontrol
tangannya yang terus gemetar, dan akhirnya saking eratnya memegang
piring ia tanpa sadar mematahkan piring itu.
Muwon
berusaha membayar rasa bersalahnya dengan mengajak Eunsul makan siang.
“Jika kau belum makan, ayo kita makan bersama… Bahkan jika kau sudah
makan, makan lagi denganku…” hoa, mana ada yang bisa nolak.
Eunsul
bersiap menyuap segulungan besar spagheti, tapi melihat Muwon yang
makan dengan tenang dan rapi membuat Eunsul menjatuhkan lagi sebagian
besar spagetinya ke piring, wkwkwk jaim ceritanya. Tapi percuma jaimnya
Eunsul, Muwon mah asyik dengan pikirannya sendiri, ia pun menatap
Muwon.
“Kenapa?”tanya Muwon kikuk di perhatikan
“Apa ada sesuatu yang terjadi?”
“Ya, ada sedikit masalah… Aku dimarahi”.
“Apa?..
Siapa yang berani memarahi Direktur? Biarkan wanita kuat ini
memberinya pelajaran… Siapa itu? Siapa? Siapa?” Eunsul menggulung
lengan bajunya.
“Ibuku..”
“Ah, ya.” Wkwkwk, Eunsul ciut mendengarnya.
Muwon
terkekeh melihat tingkah Eunsul, ia menyambut tawaran bantuan Eunsul
dengan curhat. “Aku merasa bahwa aku benar-benar anak yang baik… Aku
sudah mencoba yang terbaik. Aku tidak yakin bagaimana cara untuk bekerja
lebih keras. Aku benar-benar tidak tahu..”.
Eunsul memberi
perumpamaan. Pertama, orang yang biasa pulang pada pukul sepuluh
tiba-tiba pulang ke rumah pada tengah malam, akan dimarahi,
‘Apa kau gila?’. Tapi Orang kedua yang biasa pulang pada tengah malam tiba-tiba pulang pukul sepuluh, respon yang akan di dapat adalah,
‘Aigooo, sayangku… terima kasih kau pulang sangat awal' ”.
Muwon
mengerti, ia yang selalu sempurna saat melakukan kesalahan akan di
marahi, sementara Jihun hanya perlu melakukan sesuatu yang bagus agar
bisa di puji. Tapi Eunsul juga mengingatkan jangan sampai Muwon meniru
Jihun. Muwon setuju, ia juga ingin sesekali menunjukkan pemberontakan
dan dengan antusias berjalan pergi. Eunsul bangun mengejar Muwon dan
seketika menabraknya karena Muwon berhenti tiba-tiba. Langkah Muwon
terhenti karena ia bingung pemberontakan seperti apa yang bisa ia
lakukan sekarang. Eunsul juga mengaku tak punya ide.
Akhirnya
Eunsul membawa Muwon ke klub malam. Haha, Muwon katanya mau sesekali
jadi anak nakal, tapi mendatangi klub malam saja sudah mengkeret. Ia
mengkhawatirkan reputasinya yang di kenal luas di dunia finance.
Lalu ke tempat kasti indoor, Muwon langsung menyembunyikan wajahnya masih dengan alasan yang sama.
Eunsul
langsung tertawa geli, ia langsung teringat pada Jihun yang juga tak
bisa naik bus umum dan kereta bawah tanah. Benar-benar sepupuan yang
aneh, sangat berbeda tapi punya satu kemiripan, tak bisa berada di
antara keramaian.
Bukan
Eunsul kalau tak punya solusi, kaca mata untuk penyamaran!. Setelah
mencoba beberapa kaca mata aneh, pilihan Muwon jatuh pada kacamata kotak
berwarna pink. Muwon pun menikmati malamnya menonton festival musik
dan minum di beranda toko yang sudah tutup. Tanpa mereka sadari ada
yang diam-diam memotret mereka.
Jihun
pulang dari jamuan memapah ayahnya yang mabuk berat. Tapi presdir
mengaku tak mabuk, ia bahkan mnghembuskan nafas dari mulut untuk
membuktikannya. Wkwkwk, nenek menahan nafas.
Setelah
direbahkan di tempat tidur, presdir masih meracau. Ia bilang pada
Jihun bahwa ia tak peduli soal sekertaris Kim dan No Eunsul (yang
membuat masalah besar di perusahaan dan membuat presdir harus menjalani
hukuman pelayanan masyarakat), semua terserah pada Jihun. Jihun
langsung antusias, ia minta saat sadar nanti, ayahnya jangan lupa janji
itu. Bila presdir menyangkalnya, maka presdir adalah anaknya Jihun,
bukan sebaliknya, haha. Keduanya setuju..
Jihun
yang sedang merasa senang bergegas ke kamarnya sementara nenek
katempuhan. Ia kebagian membantu anaknya membuka jas dan kaos kakinya.
Ckckck, kenapa gak Jihun aja yak? Sambil membuka jasnya presdir tak
berhenti meracau mengungkapkan kebanggaannya pada kinerja Jihun di rapat
tadi.
Nenek terkejut saat melihat lebam di kaki presdir (kalo emang
ini kerjaan make-up artis, keren banget lebamnya kayak beneran), ia
pun menanyai presdir. Saat tahu itu kerjaan menantunya, nenek cuma bisa
geleng-geleng.
Presdir masih meracau, kali ini yang di bahasnya
soal ia dan Muwon yang akhir-akhir ini berhubungan baik, menurutnya
sebenarnya Muwon menyukainya, tapi karena tak mau menyakiti ibunya,
Muwon pura-pura tak menyukainya. Nenek mendesah, ia jadi mengkhawatirkan
Muwon.
Jihun
berbaring menatap ponselnya, ia mencoba mengirim sms untuk Eunsul,
tapi mengingat kalau tadi siang ia sudah minta Eunsul untuk segera
pulang dan istirahat, Jihun mengurungkannya. Tapi tak lama ia
meneruskan mengetik sms, dihapus… diketik lagi, di hapus lagi,… Jihun
galau, jadi saat Eunsul menghubunginya Jihun langsung sumringah bangun,
ia berdehem menenangkan diri sebelum mengangkatnya, dan mencoba
menjawab dengan tak peduli.
Tak lama Jihun panik ia bergegas berlari mencari dimana Eunsul yang kini sedang bersama Muwon yang mabuk.
Eunsul
mencoba menagajak Muwon pulang, tapi Muwon tak mau. Eunsul terpaksa
mengikuti kemauan Muwon, dan Muwon yang menganggapnya baik lalu mengusap
kepalanya.
“Apa ini?!... Kepala No Eunsul adalah milikku!”teriak Jihun yang akhirnya menemukan mereka.
”Kau datang… Bagus, kau bisa pergi kembali sekarang” haha, Jihun baru datang disuruh pulang ma Muwon.
Jihun
yang kesal memukul-mukul udara diatas kepala Muwon lalu menepuk
pahanya. Ckck, ga berani mukul beneran dia. Jihun melampiaskan
kekesalannya dengan memarahi Eunsul yang tak menuruti perintahnya untuk
pulang cepat dan istirahat dan malah minum bersama Muwon. Padahal tadi
menolak minum bersamanya, apa Eunsul memang berniat menggoda Muwon.
Eunsul buru-buru menyangkal, perdebatan mereka lalu terputus oleh Muwon
yang muntah-muntah.
Terpaksa
Jihun membawa Muwon pulang disambut omelan bibinya yang menuduhnya
mencoba merusak Muwon dan mengatainya tak sopan. Jihun yang lelah tak
mau berdebat, ia memilih menganggap omelan itu sebagai ucapan terima
kasih dari bibinya karena telah membawanya pulang. Tapi ia juga
menggunakan kesempatan itu untuk meminta bibinya bercermin, karena
menurutnya bibinya dan Muwon sama-sama mengharapkan milik orang lain.
“Aku
takkan pernah membiarkan dia (Muwon) mengambil sesuatu lagi, jika ia
tetap melakukannya, ia akan mati oleh tanganku”ancam Jihun langsung
keluar.
Ny. Shin terkejut atas pernyataan Jihun, tapi ia lebih khawatir pada putranya yang tak pernah dilihatnya seperti itu.
Jihun
masuk ke mobilnya dan heran melihat Eunsul masih ada, ia mengatai
Eunsul tak punya harga diri. Eunsul tak peduli, baginya mengirit ongkos
taksi lebih penting, haha.
Jihun terpaksa mengantar Eunsul pulang.
Canggung dalam sunyi, Eunsul membuka jendela tapi angin terlalu kencang
hingga membuatnya sulit membuka mata, ia pun langsung menutupnya.
Jihun yang melihat itu sengaja membuka jendela Eunsul lagi, dan
terjadilah perang jendela. Kali ini Jihun berhasil memenangkannya.
Dan
saat mereka sampai, Eunsul menatap Jihun dengan rambut seperti habis
di sasak, haha. Jihun tak merasa bersalah, ia malah merasa telah cukup
murah hati mengantar Eunsul pulang walau telah di khianati. Eunsul
malas berdebat, ia menjawab justru wajahnya yang seperti itu adalah
ucapan terima kasihnya. Eunsul keluar mobil dan meminta Jihun
hati-hati.
Bukan
itu yang di harapkan Jihun, ia butuh penjelasan kenapa Eunsul bareng
Muwon. Ia pun mengejar Eunsul dan mengumpulkan keberanian apa Eunsul
akan terus dekat dengan Cha Muwon? Dan apa Eunsul menyukai Muwon?
Eunsul
sebenarnya mencoba mengabaikan kemungkinan ini, tapi melihat Jihun
terus mencecarnya ia langsung bertanya, “Apa kau menyukaiku?”
Jihun gelagapan, “Apa aku gila?”
“Kau gila atau tidak?... Kenapa kau selalu membingungkan orang?”
“No Eunsul, lihatlah dirimu sendiri. Kau benar-benar jelek…”
Eunsul membereskan rambutnya, “Salah siapa ini?”
“Dan bukan hanya hari ini (kau jelek)”.
“Karena itu, apa kau menyukai aku atau tidak?.. Beri aku jawaban.”
“Aku
suka.” Sahut Jihun lemas, ia tak mempercayai dirinya sendiri yang
telah menyukai Eunsul yang begitu jelek dan berantakan. Dan kini ia
menuntut jawaban dari Eunsul.
“Kau bertanya apa yang aku pikirkan?”
Eunsul mulai cemas, ia berbalik untuk meredakan debaran jantungnya,
lalu dengan mantap menatap Jihun, “Tolong kembalikan kewarasanmu
secepat mungkin!” lalu bergegas pergi.
Jihun
ikut naik tangga mengejar Eunsul, “Jawaban macam apa itu? Bagaimana
bisa kau menginjak perasaan seseorang? apa kau tak memiliki hati?”.
“Karena aku tak bisa menerima perasaanmu, yang terbaik adalah menginjak-injaknya!”.
“Kenapa? Kenapa tidak bisa menerima perasaanku?”.
“Pertama-tama...”.
Jihun menghela nafas, “hah? ada nomor duanya?”.
“Sekretaris
yang melupakan statusnya dan menggoda atasannya, apa kata orang?”
Eunsul menjelaskan bahwa seberapa kerasnya pun ia bekerja, semua
usahanya akan sia-sia. Dan yang paling penting lagi adalah orang-orang
yang kini memandang rendah Jihun akan lebih memandang rendah Jihun lagi
nantinya. Eunsul tak ingin itu terjadi. Alasan yang kedua adalah
presdir pasti akan mengubur Eunsul di tengah laut samudra pasifik. Dan
yang terakhir adalah Eunsul benar-benar menyukai Jihun, tapi sebatas
hubungan majikan-karyawan dan tidak lebih. Dan kesimpulannya dari
ketiga alasan itu, adalah mereka tetap seperti itu, Jihun atasan dan
Eunsul sekertarisnya.
Jihun
diam, ia resah dan menggigiti kukunya. Eunsul merasa bersalah dan
meminta maaf ia karena lebih mengkhawatirkan kalau terpaksa harus
mengundurkan diri dan kehilangan kartu akses pekerjaannya. Ia mengakui
kalau ia itu jahat, egois, dan mengganggu. Jadi ia minta Jihun cepat
bangun dan melihat kenyataan.
“Aku tidak mau! aku tidak ingin bangun!”.
“Lalu apa yang harus kulakukan? Apa kau ingin aku mengundurkan diri?”.
”Apa kau mengancamku sekarang?”.
“Benar.”
“No
Eunsul, kau benar-benar jahat!”. Jihun akhirnya menyanggupi akan
memikirkannya lagi asal Eunsul tak mengancam lagi, diancam seperti itu
membuatnya jantungnya berdebar keras.
“Terima kasih, tolong pikirkan lagi… .Kau harus mengembalikan kewarasanmu” kata Eunsul lalu undur diri.
Jihun
berusaha mengejar, lalu urung, lalu balik mengejar lagi, urung,
berkali–kali. Sampai akhirnya ia menyerah dan memilih jongkok
menenangkan jantungnya.
Sampai rumah, Eunsul menumpahkan keluh kesahnya di pelukan Myungrang, “Myungrang, apa yang harus aku lakukan?”.
“Kalau itu aku, aku akan segera pergi kencan bersamanya”sahut Myungrang pendek. Haha, setuju!!
Jihun
melanjutkan acara jongkoknya di rumah, haha. Ia bangun dan menjadikan
gambar Eunsul sebagai dartboard!. “Aku berbohong padamu… Aku tak akan
berpikir ulang, takkan pernah!..”.
Tapi kemudian dengan rasa sayang,
Jihun memberi plester pada ‘luka’ di gambar Eunsul, “No Eunsul, kau
yang harus mempertimbangkannya kembali. Aku pasti akan membuatmu
mempertimbangkannya kembali".
Paginya
Muwon bangun dengan kepala pusing, ia masih bisa mengingat belaiannya
ke kepala Eunsul. Muwon merasa malu, terlebih ia juga ingat telah
muntah di depan Eunsul semalam.
Saat
sarapan, Ny. Shin meminta maaf karena menumpahkan kekesalannya untuk
Presdir Cha pada Muwon. Ia hanya punya Muwon sebagai tempat berkeluh
kesah dan bermanja. Muwon yang tahu ibunya sangat mengkhawatirkannya
berjanji takkan pergi keluar lagi.
Dan
hari-hari ke depan berjalan seperti lomba, Eunsul yang mengharap Jihun
meninjau kembali rasa sukanya berdandan seculun mungkin. Sementara
Jihun yang berharap Eunsul mau menerima perasaannya tampil sekeren
mungkin. Tapi menurutku mah malah dandanannya Jihun jadul tuh, wkwk.
Dua
sekertaris senior terheran-heran dengan pemandangan aneh setiap pagi,
begitu juga dengan Muwon. Sampai pada suatu pagi, Muwon terlihat cuek
melihat Eunsul dan Jihun yang berjalan beriringan, tapi saat mereka
berpapasan dengan isengnya ia malah menyentil kaca mata hitam yang di
gantung di saku jas Jihun, haha.
Presdir
melihat iklan terbaru mereka, sampai-sampai tak memperhatikan yang
Sekretaris Jang sampaikan. Ia puas atas ulasan baik yang di dapat dan
yakin bisa menjadi publisitas jangka panjang yang baik. Tak lupa ia
memuji Jihun, dan berencana mempublikasikannya besar-besaran di halaman
utama koran dengan foto Jihun yang juga besar.
Ny.
Shin tak mau kalah set, ia juga membuat berita tandingan yang mengulas
Muwon bahkan dengan foto yang lebih besar dari Jihun!!
Presdir yang melihatnya uring-uringan…
Jihun
memanfaatkan obrolannya dengan Sekertaris Kim untuk mendapat perhatian
Eunsul. Ia sengaja memberitahu sekertaris Kim bahwa ia takkan ikut
mengerjakan proyek ‘Smart working’. Sekertaris Kim tergagap, Eunsul
yang tahu maksud Jihun meminta sekertaris Kim keluar dulu. Jihun
berdehem keras.
Eunsul menuding Jihun, “Tidak bekerja adalah caramu mengancamku?.. Bukankah kita sudah sepakat tentang hal ini? Sangat licik!”.
“Yah, aku sedikit jahat“
“Jadi aku juga harus sedikit jahat…”.
Jihun
memotong perkataan Eunsul,“dan menulis surat pengunduran diri? ..
Tulis saja… Aku tidak hati-hati waktu itu dan aku tertipu. No Eunsul
takkan pernah menulis surat pengunduran diri karena pekerjaan ini
begitu penting bagimu. Singkatnya, ancaman No Eunsul adalah bohong!”.
“Tidak, aku tak bohong!”
“Kali
ini aku yang akan mengancammu. Bagaimana? Sebelum No Eunsul jadi
(ikut) gila (dengan membalas perasaanku), aku takkan bekerja dan
takkan menjadikanmu pegawai tetap”. Jihun cuma tertawa melihat Eunsul
yang kesal dan memasang kuda-kuda tinjunya. Ia malah menyodorkan muka
untuk dipukul Eunsul.
Sekertaris
Kim bertemu presdir!! Wkwkwk, kejar-kejaran pun terjadi. Sekertaris
Kim dengan gesit berhasil menyelinap masuk ke lift yang hampir
tertutup.
Ia
pun menanyakan langsung pada Jihun. Presdir menyangkal pernah
mengatakan ia tak mau mempermasalahkan sekretaris Kim dan Eunsul lagi.
Jihun memberitahu ayahnya mengatakannya saat sedang mabuk. Presdir
marah pada Sekertaris Jang dan manager Park yang membiarkannya mabuk di
jamuan. Tapi lebih marah lagi saat mendengar Jihun berencana membayar
pajak dengan benar. Yup, karena Eunsul, Jihun bertekad menjadi presdir
yang jujur dan taat pajak. Karena menurut Jihun, kalau ia tidak jujur,
ia tak cuma harus menjalani penyidikan tapi juga akan duduk di kursi
roda.
Presdir marah, ia merasa Jihun menyindirnya yang pernah memakai
kursi roda di persidangan. Belum reda kemarahan presdir, Jihun
menambahnya: ia mau cuti untuk merecharge dirinya (hihi, jadi ingat
rechargenya Dokko Jin, Ding Dong!!). Presdir kesal bagaimana mungkin
Jihun butuh cuti padahal hanya melakukan pekerjaan sepele. Tapi sebelum
ngacir Jihun meyakinkan presdir kalau ia akan melakukan sesuatu yang
sangat penting.
Ala-ala
spy, sambil menyembunyikan wajahnya manager Park masuk ke dalam mobil
Ny. Shin. Sesuai kesepakatan mereka, manager Park melaporkan semua
tindak-tanduk Jihun dan menyerahkan dokumen yang berhubungan dengan
saham predir dengan imbalan. Ibu Jihun heran kenapa sekarang justru
nilai saham naik, ia merasa sakit kepala saking kesalnya pada Presdir
yang dianggapnya srigala.
Di jalan, Ny. Shin melihat sebuah
permainan, ia menganggap mainan itu sebagai srigala, “Cha Bongman,
kau serigala tua… Aku akan membunuhmu. Seperti ini!”
“Ini bukan serigala tua, ini tikus tanah, Direktur Shin”.
Ny. Shin tak peduli, baginya mainan itu tetaplah srigala, ia bersemangat memukuli setiap ‘tikus’ yang keluar lubang.
Ibu Na Yun menerima foto-foto dari orang suruhannya, ia cukup terkesima melihat foto-foto Ayahnya Eunsul.
Ibu
Na Yun menunjukkan foto-foto itu pada Na Yun. Ia mencemooh latar
belakang keluarga Eunsul yang ibaratnya masih hidup di abad ke-19. Na
Yun minta ibunya tak perlu melanjutkan lagi memata-matai semua yang
berhubungan dengan keluarga Cha. Ibunya Keukeuh, siapapun nanti yang
akan dinikahi Na Yun, baik itu Jihun atau Muwon, itu akan menjadi
senjata untuk yang tak dinikahi, ckckck.
Na
Yun minta ibunya tak memberitahu itu pada Presdir Cha atau Ny. Shin,
dan saat ibunya tetap ingin pergi untuk menemui Ny. Shin, Na Yun
refleks memiting tangan ibunya. Na Yun langsung melepaskan ibunya dan
meminta maaf. Ia mengaku refleks itu karena ia belajar bela diri dengan
alasan untuk mencegah hal berbahaya yang mungkin terjadi (kelempar
kaleng tendangannya Eunsul misalnya, wkwk). Na Yun berusaha meyakinkan
ibunya kalau ia akan mengurusnya sendiri, kalau nanti ia butuh bantuan
ibunya ia akan bilang.
Dan
cara pertama Na Yun mendapatkan Jihun adalah menemui Eunsul. Na Yun
mencoba memberi gambaran hubungannya dengan Jihun yang tak sekedar demi
keuntungan perusahaan, tapi memang ia menyukai Jihun. Kalau saat ini
Jihun tak menyukai Na Yun karena suatu masalah, ia yakin suatu saat
nanti Jihun akan kembali menyukainya bila masalah itu selesai.
Eunsul
senang mendengarnya, ia akan membantu sebisa mungkin. Untuk
menjauhinya sangat tak mungkin karena ia adalah sekretaris sekaligus
asisten pribadi. Tapi Eunsul berjanji selain pekerjaan ia akan berusaha
untuk tidak bertemu dengannya. Na Yun lega, ia mencoba menawarkan
pekerjaan, Eunsul menolak.
Eunsul mengaku tak mau menjadi seorang
nakasan (masuk karena koneksi) dan di kucilkan karenanya. Pembahasan
mengenai nakasan ini merembet ke orang yang kaya karena warisan
(seperti Presdir, dan cucu keluarga Cha) juga Na Yun. Na Yun langsung
menyanggah ia nakasan, dan menjelaskan ia profesional sebelum masuk
perusahaan dan pernah bekerja di perusahaan ibunya juga. Tapi menurut
Eunsul Na Yun tetaplah nakasan, haha Na Yun kesal.
Na
Yun masih panas, tudingan nakasan padanya membuat gerah. Tapi
rencananya harus tetap jalan, rencana kedua untuk mendapatkan Jihun
adalah mengambil hati presdir Cha.
Na Yun menemui presdir di tempat
pelayanan masyarakat!. Presdir tak menggubris Na Yun, ia masih
mengingat Na Yun dulu pergi begitu saja yang membuat Jihun terpuruk.
Presdir tak melanjutkan. Ia tahu tak bisa menyalahkan Na Yun, tapi
untuk saat ini presdir mengaku tak mau lagi ikut campur dalam urusan
keduanya.
Na Yun terus mencari celah, ia minta Eunsul diganti.
Karena menurutnya seorang pria yang diikuti ke mana-mana oleh
sekretaris perempuan, bisa menyebabkan rumor. Kalau tadi presdir bisa
sabar, kali ini ia membentak Na Yun, “Hei! Apa kau akan turut campur
dengan pekerjaan juga? Jika kau seperti ini, para pria di sekitarmu akan
sangat lelah!!…“ presdir makin membentak Na Yun karena terus
menghalangi pekerjaannya. Na Yun mencoba mengambil hati dengan
mengipasi presdir, tapi presdir makin kesal dan mengusirnya pergi.
Myungran
menggambarkan Mu Neu Nim (=Muwon + Ha Neu Nim/tuhan/dewa) yang menyukai
gadis es krim (=Na Yun). Padahal Na Yun menyukai Jihun, dan Jihun
menyukai Eunsul, sementara Eunsul menyukai Muwon…
Eunsul menyangkal, ia hanya menyukai dirinya sendiri, hahaha. Tapi oh tidak, kenapa Jihun yang malah muncul di kepalanya??.
Esoknya
presdir memanggil Eunsul, ia mencoba mencari tahu soal hubungan Eunsul
dan Jihun. Presdir lega setelah mendapat penjelasan. Ia mengingatkan
Eunsul agar terus menjadi Sekretaris yang membimbing dan membantu
Jihun. Selama Eunsul membantu Jihun, presdir bisa mempromosikan Eunsul.
Tapi kalau sebaliknya, saat kontrak Eunsul selesai, presdir akan
memecatnya.
“Aku minta maaf karena mengatakannya, ini bukan hanya
untuk Jihun tetapi juga untuk aku yang akan gila karena Jihun. Anggap
saja kau menyelamatkan kami berdua… Anggap juga ini sebagai pembayar
hutang padaku, yang bisa gila karena pelayanan masyarakat… Sekretaris
No, aku mengandalkanmu… Aku percaya pada Sekretaris No Eunsul… Aku
hanya percaya padamu.”
Muwon
melihat Eunsul yang gontai keluar dari ruang presdir, sekertarisnya
menanyakan rencana Muwon untuk bisa memata-matai Jihun lewat Eunsul?.
Muwon mengaku kalau rencana itu sudah gagal sejak lama.
Eunsul
pulang, bahkan di bis pun ia masih memikirkan permintaan presdir, tapi
seorang pria mendekatinya dan melakukan sesuatu. Eunsul menyikut pria
itu hingga jatuh.
Baru
sehari libur, Jihun sudah merindukan Eunsul (haha, jadi inget Dokko
Jin yang merindukan Ai Jung), ia menyesali tak masuk kantor hari ini.
Tapi kerinduan Jihun akan terobati karena Myungrang menelponnya memberi
tahu Eunsul ada di kantor polisi!!
Eunsul
dijadikan tertuduh, Myungrang menyarankan mereka untuk damai. Eunsul
tak mau karena mereka tak punya uang. Tapi Myungrang bilang ia sudah
menelpon seseorang. Belum sempat Myungrang menjelaskan, orang yang di
maksud menghambur masuk. “Siapa yang menyentuh pantat No Eunsul?!”
Di
luar kantor polisi, Jihun bercermin di cermin cembung yang biasa ada
di pojokan jalan, ckckck. Eunsul tak habis pikir kenapa ia yang harus
berdamai. Ia adalah korban dan pria tadi yang seharusnya ditahan
setidaknya satu hari.
Si pria korban Eunsul melewati mereka,
Jihun memanggilnya. Tak ada yang namanya makan siang gratis, jadi uang
tambahan yang diberikan Jihun tadi karena ia ingin ikut menghajarnya.
Si pria yang sempat sempoyongan di hajar Jihun membalas memukul Jihun.
Kini giliran Eunsul yang membantu bosnya, di pukul pria itu hingga
terjerembab untuk yang ke dua kali di hari yang sama. Jihun dan
Myungrang memandang kagum pada Eunsul.
Eunsul
mengalah, ia mengaku akan mempertimbangkan perasaan Jihun asal Jihun
mau datang lagi kerja ke kantor. Jihun tetap setuju walau ditambah
syarat Eunsul minta gaji dimuka, dan Program untuk mengubah Jihun,
termasuk gangguan panik atau demam panggung.
Eunsul tak terlalu
senang melihat semangat Jihun, ia mencoba menggambarkan sulitnya
‘program dari neraka’ itu, ia juga takkan berbelas kasihan. Jihun tak
goyah, ia bahkan menanyakan apa ada syarat lain??
Nenek berencana ke kantor, tapi supir memberitahu mobilnya hilang. Nenek mencurigai Jihun.
Benar
saja mobil di bawa Jihun, ia semangat tinggi hendak menemui Eunsul. Di
jalan ia menelpon Muwon, “Aku akan dipandu oleh No Eunsul. Karena
itu... segera, No Eunsul dan aku akan sangat sibuk. Jadi jangan ganggu
No Eunsul lagi, kau mengerti?”. Ckck, Muwon tak habis pikir dengan
komentar kekanakan Jihun.
Kehadiran
Jihun membuat kesal Myungrang, mereka kan baru satu jam yang lalu
ketemu. Jihun tak menghiraukan Myungrang, ia melempar kunci mobil pada
Eunsul seraya memberi tahu mobil itu untuk urusan pekerjaan dan Eunsul
harus datang setiap kali Jihun memintanya.
Myungrang antusias, ia
menepuk mobil Jihun, Jihun menyingkirkan tangan Myungrang dan
mengingatkannya untuk tak menyentuhnya. Myungrang balik mengingatkan
kalau Jihun akan rugi kalau tak memperlakukannya dengan baik. Jihun
mengalah.
Eunsul
melempar kunci kembali pada Jihun, ia menolaknya, ia lebih suka naik
angkutan umum. Tapi Jihun mengkhawatirkan Eunsul yang sering mendapat
masalah saat naik angkutan umum, mulai dari kehilangan sepatu sampai
pelecehan.
Myungrang mencoba membujuk Eunsul untuk menerima mobil
itu, Eunsul menolak, dan mereka pun bertengkar. Jihun mencoba melerai,
tapi kesempatan itu dipakai Myungrang untuk merebut kunci. Jihun
tersenyum, Myungrang benar-benar mendukungnya. Ia bertanya pada Eunsul
apa program untuknya sudah bisa dijalankan, Eunsul menjawab belum karena
ia masih menyiapkannya.
Karena
program belum bisa jalan, pekerjaan pertama Eunsul hari itu adalah
mengantar Jihun pulang. Saat sampai Eunsul mengejar Jihun untuk
mengembalikan kunci. Jihun tak membiarkan Eunsul pulang, dengan alasan
ia punya bahan untuk program serangan paniknya, ia minta Eunsul masuk.
Sementara
itu Ny. Shin dan ibu Na Yun bertemu untuk membahas kerjaan. Tapi Ny.
Shin menunjukkan kesinisannya, hal itu mengherankan Ny. Shin. Ibu Na
Yun pun mengeluarkan isi tasnya dan menunjukkan foto-foto.
Ny. Shin
tak percaya saat mendapati foto Muwon yang menikmati malam dengan kaca
mata aneh. Menurutnya Muwon tak mungkin terlibat dengan seorang wanita,
tapi tunggu ada foto yang menarik perhatiannya. Foto Jihun dan Eunsul
yang memukul pria pelaku pelecehan, Ny. Shin tersenyum.
Na
Yun mengundang Muwon ke bar. Ia menunjukkan foto-foto dari ibunya,
foto Muwon yang bersenang-senang bersama Eunsul. Na Yun mengingatkan
kalau ibunya Muwon pasti akan melihat foto itu juga. Na Yun yang
frustasi hendak menenggak minumnnya lagi tapi Muwon menahannya,
“Hentikan… Kau tidak akan merasa lebih baik walau kau melakukan ini”.
“Aku
benar-benar tidak tahu bahwa kau akan menjadi seperti itu karena
perempuan itu. Tahukah kau bahwa dia berbohong? Bisnis di pegunungan?”.
Muwon
tertawa, ia tahu Na Yun salah faham. Na Yun meradang, ia memang selalu
salah, ibaratnya bola ia adalah bola yang kempes karena ditendang di
sana sini. Muwon termasuk salah satu yang menendangnya karena menolak
perjodohan mereka.
“Aku hanya tidak suka pertunangan tanpa cinta. Tetapi jika kau membawa hatimu ke dalamnya, aku akan mempertimbangkan kembali”.
Na Yun terkejut dengan pengakuan Muwon, ia segera meneguk minumannya.
Jihun
mengeluarkan banyak buku membuat Eunsul bingung. Bagaimana mungkin ia
membawa pulang semuanya. Jihun menyarankan Eunsul mencicil membawanya
pulang atau Eunsul yang sering datang untuk membacanya. ATAU Jihun yang
akan membantu menerangkan isi buku-buku itu pada Na Yun, ia ahli di
bidang itu. Saat Eunsul heran karena jika Jihun memang ahli kenapa tak
bisa menyembuhkan penyakitnya sendiri, Jihun berdalih itulah kenapa
disebut kelainan, “Haruskah aku tunjukkan padamu?”.
Muwon
mengantar Na Yun pulang, Na Yun menangis menyesali kenapa ia menjadi
seperti itu. Muwon mengerti perasaan Na Yun, ia dan Na Yun sama-sama
punya banyak prasyarat dalam memilih pasangan. Jadi ia minta jika Na Yun
telah melupakan Jihun, ia minta Na Yun datang padanya….
Muwon menghapus air mata Na Yun dan perlahan menciumnya
Sementara
itu Eunsul dan Jihun mulai membuka satu buku dan menunjukkan
poin-poinnya. Posisi mereka berdekatan, membuat Jihun tergoda untuk
mencium Eunsul.
source :
http://www.pelangidrama.net/2011/10/sinopsis-protect-boss-episode-05.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment