Eunsul
yang dihujani barang-barang gratis yakin kalau itu hasil perbuatan
Jihun, ia terkejut ternyata sangkaannya salah. Itu perbuatan Muwon!!
Mata Eunsul membulat, “Ini darimu, Direktur?”
“Katanya
keberuntungan akan lebih besar ketika kau berbagi… Apa kau ingin
membaginya denganku?” Muwon berterus terang niatnya untuk mengajak
kencan. Tapi ia yang emoh ditolak mencari cara agar Eunsul tak bisa
menolaknya.
Sementara
Jihun sudah di tangga coffee shop, ia ragu lalu kemudian berbalik
turun. Baru selangkah kerah kemejanya di tarik seseorang.
“Oh
Part-timer. Kenapa kau begitu kasar?”keluh Jihun tak berdaya. Si Part
timer dengan cueknya terus menjinjing kerah Jihun membawanya naik.
Muwon melihat Eunsul diam saja, “Kau tak ingin berbagi keberuntungan denganku?”
“Ya… “
“Mengapa
tidak? kau harus berbagi denganku”jawab Muwon keukeuh. Walau Eunsul
kembali menegaskan soal ‘pria biasa’ sebagai typenya dan jelas itu bukan
duo Cha, Muwon tetep keukeuh. Mulai dari kencan itu sebagai kesempatan
terakhir, bermain bersama sebagai teman, sekaligus menagih janji Eunsul
yang bersedia hang out dengannya ‘kapan saja’.
Eunsul
yang tak bisa mengelak, akhirnya mengakui kalau ia tak ingin disalahkan
lagi dengan tuduhan telah menggoda Duo Cha padahal ia tak melakukannya.
Dan yang paling penting adalah ia tak ingin menyakiti Muwon dengan tak
membalas cintanya.
Muwon berjanji tak akan sakit hati mesti
Eunsul menolaknya. Hari ini ia hanya mencoba merayu Eunsul tanpa mencoba
jatuh cinta. Ia sudah cinta mati pada Eunsul, tak mungkin untuk jatuh
cinta lagi kan? Cintanya sudah mentok!.
Saat
akhirnya Eunsul bersedia, Muwon dengan santai memuji Eunsul membuat
keputusan bijaksana. Karena jika tidak, ia akan menuntut ganti rugi pada
Eunsul. Bagaimana tidak, ia sudah reservasi tempat di Korea, Cina,
Jepang, dan Italia. Ia juga sudah pesan tiket untuk tiap film yang
tayang di bioskop. “Jika kau akan menolak ... itu akan menjadi kerugian
besar”.
“Kau minta kesempatan, jadi aku bilang oke…. Tapi aku tak
tahu apa aku melakukan hal yang benar"jawab Eunsul takjub. Haha, liat
kelakuan Muwon yang lebay ternyata gak jauh ma sepupunya. Eunsul mencoba
menelpon Jihun.
Sementara
itu di coffee shop, Jihun membuat kehebohan di mesin kopi. Si Part
timer memarahi Jihun dan memanggilnya ahjussi. Jihun tak terima di
panggil ahjussi padahal umur mereka cuma beda dua tahun, tapi
kekesalannya sirna saat telponnya berbunyi.
Jihun
bersemangat mengangkat teleponnya, tapi seketika senyumnya lenyap
setelah mendengar kabar Eunsul akan terlambat bahkan kemungkinan tak
jadi datang. Apalagi kemudian terdengar suara Muwon yang mengambil alih
ponsel Eunsul. Muwon sengaja menggoda Jihun dengan mengatakan kalau
memungkinkan ia dan Eunsul akan mampir dan membantu Jihun menjual kopi,
lalu menutupnya cepat.
Presdir yang sedang menuju kantornya melewati coffee shop tempat Jihun bekerja, ia ingin mampir untuk melihat Jihun.
Jihun
langsung kehilangan semangat kerjanya, di tambah kesal pada part timer
membuat Jihun menyerah dan membanting celemeknya. Part timer mengejar
Jihun, ia tak habis pikir apa yang membuat Jihun terburu-buru pergi.
Part timer mencoba membuat Jihun mengerti, sepenting apapun urusan
Jihun, Jihun harus menyelesaikan tugasnya dulu.
Part timer
menunjuk teman-temannya di coffee shop, “Joo Hwan hyung di sana, ketika
ada hujan deras, ia mendapat telepon bahwa rumahnya kebanjiran. Tapi
karena sedang jam sibuk ia tetap di sini untuk bekerja”. Part timer lalu
menunjuk seorang pegawai wanita, “Sun Joo noona ... mendengar bahwa
pacarnya dan sahabatnya ke motel bersama, tapi ia masih memberikan
pelayanan dengan senyum. Setelah shiftnya selesai, ia pergi dan
meratap…“.
Jihun
yang menyimak cerita part timer heran, bagaimana bisa? Part timer lalu
menjelaskan bahwa mereka terpaksa. Mereka butuh gaji, kalau meninggalkan
pekerjaan begitu saja mereka bisa dipecat. Selain itu meninggalkan
pekerjaan sama dengan menyulitkan rekan kerja. Terutama pada jam sibuk
di mana si rekan harus bekerja double menutupi posisi yang kosong. Jihun
mulai paham, ia tak lagi protes saat part timer memberikan celemeknya
untuk dipakai kembali.
Jihun
memegangi celemeknya dan berjalan menunduk, tak sengaja ia menabrak
seorang costumer. Jihun meminta maaf seperlunya dan pergi. Part timer
menarik Jihun dan memaksanya menundukkan kepala berulang-ulang untuk
meminta maaf. Presdir melihatnya sambil sembunyi-sembunyi, ia tak tega
melihat putranya.
Costumer tak terima, ia marah-marah dan minta
di panggilkan manager. Part timer mencoba meredakan amarah costumer, ia
juga menjelaskan manager tak ada.
Presdir
merasa sedih melihat Jihun membersihkan tumpahan kopi di lantai, ia
bergumam soal Jihun yang bahkan tak pernah melakukan pekerjaan rumah.
Kembali ke cowok yang membuat Iis Rf mutung gak mau melanjutkan sinop PTB….
Tempat
kencan yang akan mereka tuju, menurut Muwon adalah sesuatu yang normal
dan biasa bagi orang lain, tapi tak pernah dicobanya. MENONTON DI
BIOSKOP.
Melihat Muwon menyewa seruangan theater, Eunsul berkomentar,
“Ini bukan sesuatu yang normal dan biasa bagi orang kebanyakan”. Haha.
Saat nonton tadi, Muwon mencoba memegang tangan Eunsul, tapi gagal.
Kali
ini ia tak mau gagal, ia menarik Eunsul kepelukannya saat sepeda
melintas di dekat mereka di taman. Setelah itu Muwon celingukan kembali
mencari siapa tahu ada sepeda yang kembali lewat. Haha.
Kencan
mereka lanjutkan dengan naik sepeda, dan ngobrol santai sambil nyemil
di bangku taman. Tak hentinya Muwon memandangi Eunsul, sampai-sampai
Eunsul merasa jengah.
Bagaimana
dengan Na Yun? Ia yang sendirian merasa bosan, ia mencoba menghubungi
Muwon. Kecewa dengan Muwon yang mengaku sibuk, Na Yun menelpon Eunsul.
Muwon tertawa melihat ‘ice cream’ muncul di ponsel Eunsul, ia
mengangkatnya dan menjawab bahwa Eunsul juga sibuk. Tinggal Na Yun
manyun sendiri.
“Bagaimana?
Apa aku berhasil merayumu? Hari ini apa Mu Neu Nim yang agung akhirnya
tampak sebagai manusia?”. Setidaknya setelah insiden atap, pasti Muwon
sudah turun derajat.
Eunsul menjawab kalau Muwon sudah turun derajat
sebelumnya, yaitu saat Muwon memukul Jihun dengan gaya yang enggak
banget, haha. Apalagi Muwon dan Jihun jambak-jambakan. Muwon cuma bisa
nyengir malu.
Eunsul
menegaskan ia tak menyukai ‘dunia’ Muwon, baik sebagai Direktur, Mu Neu
Nim yang agung, atau bahkan laki-laki. Sebagai apapun Muwon, bagi
Eunsul tetaplah Muwon tak cocok. Eunsul merasa akan lebih baik jika
hubungan mereka hanya hubungan kerja atau sebatas teman, tidak lebih.
Muwon
dengan cara yang halus menganalogikan percobaan skala di waktu sekolah
dulu dengan perbedaan yang di maksud Eunsul sekarang. Sama dengan
percobaannya dulu yang selalu timpang sulit menemukan titik seimbangnya,
Eunsul saat ini sedang dalam posisi condong ke satu sisi (Jihun). Saat
ini Muwon minta waktu untuk bisa lebih baik agar Eunsul nantinya bisa
condong ke arahnya. Jadi kalau memang Eunsul tak menyukai ‘dunia’nya
Muwon sekarang, setidaknya mereka bertahan di ‘dunia’ masing-masing.
Jihun
berjuang keras bertahan melakukan pekerjaannya, ia hampir menyerah
melawan ketidaksukaannya di datangi orang-orang yang asing
berulang-ulang. Terbersit ide untuk mengibaratkan para pembeli sebagai
Eunsul.
Haha, cara ini berhasil, secepat apapun costumer tadi
bicara Jihun dengan sigap melayaninya. Tapi ternyata cara itupun tak
bertahan lama. Terlalu banyak No Eunsul juga membuatnya merasa pusing,
haha. Jihun hampir tak bisa istirahat, saat tak ada costumer, lap telah
menantinya.
Saat tahu Eunsul datang, Jihun langsung muncul menghadang dan menarik Eunsul. Dan mengusir Muwon dengan lapnya.
Na
Yun yang bosan akhirnya pergi berbelanja. Dengan tangan penuh jinjingan
kiri dan kanan Na Yun terus melihat-lihat sampai ia bertemu ibunya. Na
Yun belum berniat pulang, ia berusaha kabur dari kejaran pengawal
ibunya.
Sekeras apapun Na Yun berusaha kabur, ia tertangkap juga.
Na Yun berusaha mempertahankan keinginannya, tak mau kencan buta lagi
dan di ‘jaga’. Sambil berurai air mata, Na Yun menceritakan dirinya yang
tak punya teman karena ibunya. Kekhawatiran ibunya yang ikut campur
memilah teman untuk Na Yun, praktis membuat Na Yun hanya berteman dengan
Muwon dan Jihun. Tapi yang lebih pentingnya lagi, ia tak bisa mandiri.
“Apa aku harus selalu mengekor ibu selamanya?”.
Ibu Na Yun balik
menyalahkan Na Yun yang menurutnya tak pernah bisa melakukan sesuatu
dengan benar. Jadi ia tak merasa salah kalau sekarang masih harus
‘mengontrol’ Na Yun.
Saat
di lampu merah, Na Yun mengingat perkataan Muwon yang menasihatinya
untuk kabur lagi dan lagi jika tertangkap ibunya. Na Yun keluar, ibunya
segera memintanya masuk lagi ke mobil. Na Yun menolak, ia bahkan
mengancam jika ibunya menyuruh pengawal untuk menangkapnya lagi, ia tak
segan untuk berteriak bahkan wawancara bahwa ia ditahan oleh ibunya
sendiri dan mendapat kekerasan emosional. Ibu Na Yun tak berkutik.
Walau
berhasil mengusir Muwon, Jihun belum tenang. Ia terus melihat ke arah
Eunsul yang asyik sendiri dengan Ipadnya. Akibatnya Jihun melakukan
kesalahan, salah mengoperasikan mesin kopi hingga ia terkena percikan
air panas dari mesin kopi, juga mempersilahkan costumer memesan dengan
cara membentak.
Part timer berulang kali mengingatkan Jihun,
“Ahjussi, apa yang kau lakukan? Apa kau bercanda? main-main? Apa kau
sedang piknik? bersenang-senang? Senang dengan diri sendiri?.... Kenapa
kau tak menjawab?”.
Jihun meminta maaf dan memperbaiki pengucapannya di depan costumer.
Walau
sempat heran dengan kinerja Jihun yang tak juga membaik, Eunsul senang
karena kini dilihatnya Jihun bisa bekerjasama dan mematuhi traineenya.
Kecewa
dengan Na Yun, ibu Na Yun ganti strategi. Ia kini kembali setuju untuk
membantu keuangan Ny. Shin. Ny. Shin heran, bagaimana bisa Ibu Na Yun
berubah pikiran secepat itu padahal sebelumnya teleponnya pun tak
diangkat. Ibu Na Yun mengaku setelah pertengkarannya dengan Na Yun yang
menyinggung masalah teman, kini ia baru menyadari hanya Ny. Shin lah
satu-satunya temannya.
Keinginan Ny. Shin untuk menguasai industri distribusi tak mulus, karena TJ Group dengan bantuan DN Group akan ikut tender.
Presdir
sedang dalam pertemuan dengan Presdir Kim Presidennya TJ Group untuk
membicarakan masalah itu. Tak sengaja pelayan menyenggol teko dan
menumpahkannya pada Presdir. Presdir Kim memarahi si pelayan dan
memerintahkannya memanggil manager walau pelayan itu berkali-kali minta
maaf.
Presdir teringat pada Jihun yang tadi pagi dilihatnya
terpaksa membungkuk meminta maaf, ia berempati. Ia tak mempermasalahkan
si pelayan dan memilih melanjutkan pembicaraan bisnis mereka.
Ayah
Eunsul melihat-lihat berita Presdir via internet, ia terkejut karena
presdir bernama Bong Man, nama yang sama dengannya. Myungrang
menertawakan nama sama namun wajah sangat berbeda. Ayah Eunsul membentak
Myungrang yang berani mengejek orang tua, Myungrang dengan takut-takut
meminta maaf dan meralat pasti cara penulisan hangulnya berbeda, haha.
Ayah
Eunsul heran pada Myungrang yang hampir setiap saat mengunyah atau
meminum sesuatu. Myungrang juga heran sampai kapan ayah Eunsul akan
tinggal disana. Ternyata ayah Eunsul sudah memasang plank rumahnya di
jual, ia minta itu dirahasiakan dari Eunsul. Dan satu komentar dari
Myungrang, “Apa akan ada yang menelepon?” haha secara itu rumah adanya
di gunung.
Tak
punya tempat di tuju, Es krim eh Na Yun kembali datang, kali ini
Myungrang mengusulkan Na Yun ikut patungan sewa. Na Yun setuju.
Eunsul
menunggui Jihun sampai ia tertidur. Setelah yang lainnya pulang, Jihun
duduk di seberang Eunsul dan berusaha membelai kepalanya. Saat tiba-tiba
Eunsul bangun, Jihun kaget dan terjatuh. Haha, sempet-sempetnya Eunsul
ngelap iler.
Sambil Eunsul makan roti yang di hidangkan Jihun, Jihun
menceritakan kerjanya hari itu. Ia menahan diri untuk tak mengeluh.
Ujung-ujungnya ia ngaku mendapat energi dari kemarahannya pada Eunsul
dan Muwon.
Eunsul
tersenyum, ia menyarankan Duo Cha rukun. Dari pada Duo Cha saling
bersaing untuk menyukai Eunsul, akan lebih baik jika mereka saling
menyukai satu sama lain sebagai saudara. Eunsul menjadikan program
saling menyukai antar sepupu itu sebagai sebagai salah satu PR Jihun.
Jihun
bersedia asal Eunsul mau menceritakan apa yang dilakukan Eunsul bersama
Muwon. Eunsul awalnya menolak, tapi kemudian ia memberitahukannya, “Aku
tidak menyukai ‘dunia’ tempat Direktur hidup. Itu adalah tempat yang
sangat asing, jadi aku takkan pergi. Tidak pada Direktur ini atau pada
Direktur yang satunya. Aku hanya ingin tinggal di ‘dunia’ tempat aku
hidup.”. Pernyataan ini menegaskan Eunsul yang menolak Duo Cha.
Ny.
Shin mengabari Muwon soal ibu Na Yun yang berubah pikiran dan kini
bersedia membantunya. Ia makin senang saat Muwon juga menyatakan
kesediaan untuk membantunya. Muwon kali ini bertekad untuk bekerja keras
dan mendapat kekuatan. Eunsul telah membuatnya bertekad mengubah
hidupnya (dari chaebol yang menikmati fasilitas menjadi chaebol yang
berdiri di kakinya sendiri).
Jihun mengantar Eunsul pulang, Na Yun menyapa mereka. Na Yun minta waktu untuk bicara.
Na
Yun membahas soal perpisahan mereka yang menurutnya belum resmi karena
sepihak. Dengan mata berkaca-kaca Na Yun menyatakan ia telah melepas
Jihun. Ia berusaha menjaga harga dirinya, ia tak mau menjadi pihak yang
‘di tinggalkan’ tapi ia ingin menjadi pihak yang ‘membiarkan pergi’. Na
Yun juga minta maaf atas kecelakaan yang terjadi pada kakaknya Jihun.
Setelah berusaha tegar, pertahanan Na Yun runtuh juga, ia menangis saat
menyadari itulah akhir kisah cintanya dengan Jihun. Jihun berusaha
menepuk pundak Na Yun untuk menenangkan (dengan hanya 2 jari, ckckck!).
Setelah
‘mengusir’ ayahnya untuk menginap di sauna, Eunsul memeluk Na Yun yang
masih tersedu. Myungrang yang ada di sebelah ikutan meluk. Tapi Na Yun
menyingkirkan Eunsul, ia memilih memeluk Myungrang. haha.
Jadilah malam itu malam penghiburan untuk Na Yun yang patah hati. Bertiga mereka minum dan menari tak jelas.
Jihun
pulang dan menemukan ayahnya sedang minum sendirian. Jihun menebak ada
yang salah dengan ayahnya, pasti mengenai kesehatan yang memburuk… atau
menopause? haha. Presdir minta Jihun duduk, baru saja ia membuka mulut
menyebut nama Eunsul, Jihun langsung berdiri dan menolak mendengarkan.
Ia menegaskan takkan pernah memecat Eunsul. Presdir kesal pada kelakuan
anaknya yang tak mendengarkan pembicaraan sampai selesai. Presdir juga
menegaskan takkan pernah memecat Eunsul walau Jihun memintanya.
Jihun
memang menentang jika ayahnya memecat Eunsul, tapi saat mendengar
ayahnya takkan pernah memecat Eunsul, ia malah heran. Lebih heran lagi
saat mendengar ayahnya akan menerima Eunsul sebagai calon pendamping
Jihun (dengan syarat-syarat tentunya). Salah satu syaratnya adalah Jihun
harus punya kekuatan untuk melindungi Eunsul, atau setidaknya
melindungi dirinya sendiri.
Malam
itu Jihun memikirkan ucapan ayahnya. Ia juga memikirkan Eunsul yang
memilih tinggal di ‘dunia’nya sendiri, ‘dunia’ yang hidup dari gaji
4ribu won perjam.
Eunsul
mengantar ayahnya ke terminal. Ayah sempat ngedumel karena ia terusir
oleh gadis Es krim. Sebelum pergi ayah menasihati agar Eunsul
mendengarkan perasaannya. Makin cepat Eunsul memutuskan, akan makin baik
walau itu berarti melukai salah satunya. Satu orang terluka akan lebih
baik dari dua orang yang terluka.
Ny.
Shin mengundang sarapan bersama keluarga besar Cha. Sarapan yang tak
lepas dari perang kata-kata. Bahkan Muwon iseng menaruh bawang di
mangkuk Jihun yang sukses membuat Duo Cha sedikit ribut. Jihun buru-buru
minum lalu kabur dengan dalih kerja part time, Muwon ikut-ikutan kabur
dengan dalih ia juga punya pekerjaan yang harus ia lakukan..
Setelah
Ny. Shin pergi, nenek menarik Presdir. Nenek tahu pasti kalau presdir
sedang merencanakan sesuatau, nenek mendesak presdir mengatakan padanya.
Presdir bungkam, walau dengan ancaman pukulan dari ibunya, ia berhasil
mengelak.
Presdir
langsung ke kantor, di lift ia bertemu dengan Manager Park. Bertemu Ny.
Shin tadi pagi sempat membuat Presdir berniat mengurungkan rencananya
untuk menjegal rencana akuisisi Ny. Shin, tapi setelah melihat manager
Park yang mengkhianatinya, Presdir bertekad lanjut.
Eunsul
mendatangi coffee shop tempat Jihun bekerja. Melihat Jihun bekerja
dengan serius dan rajin sempat membuat Eunsul teringat perkataan ayahnya
yang menasehatinya untuk mendengarkan perasaannya sendiri.
Jihun melihat Eunsul bersama Na Yun yang kabarnya membantu promosi, ah kombinasi yang aneh.
Muwon
membuktikan ucapannya, ia bekerja dengan tekun. Muwon bertekad menjadi
yang terbaik. Kalau dulu motivasinya adalah ibunya, kali ini motivasinya
adalah Eunsul….
Muwon
bergegas menemui pamannya setelah mendengar pamannya itu bekerja sama
dengan Grup TJ dalam proses lelang akuisisi, yang otomatis membuatnya
menjadi pihak lawan ibunya Muwon (Ny. Shin).
“Ini mengenai TJ
konsorsium, tolong untuk tidak campur tangan, Presiden. Jika anda tetap
ingin ikut campur tangan dalam akuisisi…… aku akan mengajukan tuntutan”.
“Mengajukan tuntutan? Aku secara resmi tak pernah membuat kontrak dengan ibumu”.
“Tapi
dengan jelas anda yang memperkenalkan akuisisi ini pada kami. Dengan
begitu, bukankah anda mengumpulkan informasi mengenai perusahaan kami?
Dan informasi itu pasti sudah sampai ke tangan Grup TJ. Itu bertentangan
dengan aturan dalam bisnis, ini dianggap pelanggaran besar, Presiden”.
Pesdir
berdalih ia melakukannya karena Ibu Muwon yang memulai bermain curang
dibelakangnya, dan ia hanya membalas apa yang dilakukan Ny. Shin. Muwon
membela ibunya, menurutnya ibunya hanya ingin menggunakan kekuatannya
sendiri untuk mengembangkan perusahaan mereka.
Presdir
senang Muwon berpikir positif soal ibunya. Ia bersedia menampung saham
Muwon, dengan begitu ia bersedia mundur dari lelang. Di sisi lain, Muwon
dan ibunya juga akan mendapat dana tambahan untuk modal akuisisi.
Setelah semuanya berjalan, mereka bisa memulai dari awal lagi di jalan
terpisah (=membangun bisnis masing-masing).
“Memulai dari awal lagi? Perusahaan ini awalnya diwariskan pada ayahku, Paman.”
“Siapa
yang bilang? Ayahmu tidak ingin berbagi bahkan denganku, saudaranya.
Saudaraku menendangku, adiknya, hingga ke bawah. Apa kau tahu kenapa
ayahmu diusir dari posisinya? Itu karena keserakahannya. Dia selalu
menentang orangtua kami dan memprovokasi perang antara ayah dan anak.
Karena keserakahannya, dia diusir keluar. Karena itulah, perusahaan ini
diwariskan padaku”. Presdir juga menjelaskan ia telah mencoba sebisanya
untuk menolong ayah Muwon, Muwon, juga pada ibunya Muwon. Muwon di beri
posisi, bahkan ibunya menjadi pemegang saham. Apa kini Muwon dan ibunya
masih ingin lebih dari apa yang mereka dapat sekarang?
“Anda menyalahkan kami seolah-olah ini semua salah kami, paman”.
“Bukan
seperti itu… Kau tak melakukan kesalahan, aku juga tahu itu... Jadi,
buanglah ambisimu itu dan berhentilah terlibat dalam ambisi orang
dewasa. Mari kita saling membantu”. Ini adalah solusi terbaik bagi kedua
pihak yang bisa di tawarkan Presdir. Presdir minta Muwon
mempertimbangkannya.
Muwon agak tak terima dengan tawaran
pamannya, ia bertekad akan bisa mengalahkan pamannya itu. Presdir
bersabar, ia mengatakan membawa Muwon masuk ke perusahaan dan tidak
mengusirnya semata karena ikatan keluarga.
“Apa ini ancaman bahwa anda akan mengusirku?”tanya Muwon tajam.
“Aku
harap itu tidak akan terjadi lagi”jawab presdir tenang. (=ayah Muwon di
usir karena serakah, jangan sampai Muwon juga di usir karena serakah)
Na
Yun mengeluhkan minimnya budget promosi yang disodorkan Eunsul.
Pembicaraan mereka terganggu dengan munculnya berita persaingan Ny. Shin
dan Presdir Cha di internet. Berita persaingan itu mulai menyebar
dengan cepat.
Jihun
beserta dua dayang cantiknya, eh maksudnya Eunsul dan Na Yun, bergegas
ke kantor. Saat melihat Muwon yang lesu dengan mata memerah, Jihun
berbesar hati menawarkan Eunsul sebagai pinjaman. Ckckckc, emang barang?
“Apa kau ... baik-baik saja?”tanya Eunsul khawatir
“10
detik saja… aku hanya butuh 10 detik”jawab Muwon terus menatap Eunsul.
Setelah merasa cukup, Muwon menarik nafas lega, “Aku merasa lebih baik
sekarang…. Terima kasih”. Muwon juga minta Eunsul jangan mengasihaninya,
jangan mengkhawatirkannya, dan bersikap seperti biasanya. Muwon merasa
bersyukur karena Eunsul belum memutuskan siapa yang dia pilih di antara
Duo Cha.
Sementara
itu Na Yun membeberkan rencana promosi lewat jejaring sosial pada
Jihun. Jihun tak terlalu menghiraukan, ia malah memikirkan sampai kapan
Na Yun tinggal bersama Eunsul. Karena ia tahu ibu Na Yun bukanlah tipe
orang yang berdiam diri tanpa rencana. Na Yun membenarkan, sejujurnya ia
lebih takut melihat ibunya diam saja.
Na Yun memandang Jihun, ia
kabur dari rumah secara tak langsung karena Duo Cha. Ia heran kenapa
Duo Cha selalu menyukai gadis yang sama? Dulu Na Yun dan sekarang
Eunsul? Kenapa mereka tak menyukai gadis yang berbeda dan bahagia dengan
pilihannya masing-masing?
Pertanyaan-pertanyaan
Na Yun tak mendapat jawaban karena Jihun keburu memberi perhatian pada
Eunsul yang baru masuk. Jihun berniat memeluk Eunsul, Eunsul berusaha
menghindar. Jihun khawatir Muwon mengambil semua energi Eunsul, jadi ia
memeluk Eunsul untuk merechargenya.
Eunsul mendorong Jihun menjauh,
dari belakang Na Yun mendorong balik Jihun yang kemudian berakhir
kembali di depan Eunsul. haha kasihan Jihun, tapi ia tersenyum lebar
saat balik lagi ke depan Eunsul. Na Yun kesal, ia memisahkan Jihun dan
Eunsul sebelum keluar.
Na
Yun berniat masuk ke ruang Muwon, ia di cegat sekretaris Yang. Na Yun
berhasil meyakinkan sekretaris Yang kalau ia hanya menemui Muwon 10
detik saja untuk mengembalikan sesuatu.
Na Yun mengembalikan kartu Muwon….
“Buat aku ajaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…”teriak Ai mupeng liat kartu Gold. Sayang tak ada yang mendengar teriakannya.
Na
Yun mengaku telah memakainya sedikit, dan ia akan mengembalikannya
kapan-kapan. Sebelum pergi Na Yun menawarkan bantuan dan penghiburan
untuk Muwon, Muwon menolak dan menjawab ia baik-baik saja. Na Yun keluar
tak lama Jihun yang masuk.
“Lebih
baik kau dan ibumu berhenti. Aku yang tidak begitu pintar saja tahu
ini, jadi karena kau pintar, kau pasti lebih tahu. Kau tahu permainan
ini bahkan jika kau menang, kau akan kalah”. Jihun dengan tulus
mengkhawatirkan sepupunya.
“Bisakah kau pergi? Seperti yang kau
lihat, aku sangat sibuk”. Muwon mengusir halus Jihun, tapi sebenarnya ia
juga tahu yang dikatakan Jihun benar adanya.
Jihun mendatangi ayahnya, ia mempertanyakan tindakan ayahnya kali ini. Presdir berdalih yang ia lakukan demi Jihun.
“Bagaimana
bisa itu semua untuk kebaikanku? Aku tidak menginginkannya”. Jihun
terus memohon agar ayahnya menghentikan melakukan semua yang di anggap
terbaik untuk Jihun, hak pengelolaan perusahaan atau apapun itu Jihun
sudah merasa bosan mendengarnya.
Jihun
yang marah masuk ke rumah, gantian nenek yang mendatangi presdir. Ia
marah pada apa yang dilakukan Presdir sekarang. Walau presdir berdalih
bahwa Ny. Shin yang memulai dengan menyuap salah satu bawahan presdir
untuk menjadi mata-mata, nenek tetap marah dan berniat memukul. Presdir
refleks mengangkat tangan melindungi kepalanya, tanpa sadar tangannya
masih memegang gunting pohon. Haha, nenek tambah marah, jitakan tetap
mampir ke kepala Presdir.
Nenek pergi, gantian mendatangi Ny. Shin, haha, presdir laku keras.
“Cha
Bong Man, bagaimana kau bisa melakukan ini padaku? Kupikir kau
benar-benar tulus membantuku. Aku seperti orang idiot berterimakasih
padamu. Tak pernah ku bayangkan kau akan mengkhianatiku, baji**an!”
“Aku
benar-benar berniat tulus membantumu. Tapi kau yang pertama kali ...”.
Presdir memilih kata-kata yang lebih global. Ia mengaku sudah bicara
dengan Muwon, bahwa ia takkan pernah melakukannya jika Ny. Shin tak
mulai menusuknya dari belakang. Jika Ny. Shin berjanji berhenti
menusuknya, Presdir juga berjanji akan mundur.
Ny.
Shin kadung marah, “Hari ini, untuk rasa malu ini, aku akan membalas
semuanya padamu. Kau, berhati-hatilah… Aku harap kau takkan bisa tidur
dan gemetaran dalam ketakutan setiap malam. Tunggu dan lihatlah… Aku
pasti akan menghancurkanmu”. Sebelum pergi Ny. Shin melepas sebelah
sepatunya dan melemparnya ke dekat kaki presdir. Lalu pergi
terpincang-pincang karena tinggi sebelah, haha. Presdir mengejar Ny.
Shin dan menyodorkan sepatunya. Ny. Shin memilih melempar sepatu yang
masih melekat di kakinya, dan pergi dengan keadaan marah dan NYEKER!!
Haha.
Dan lelang pun di mulai. Presdir dan TJ Grup berkomunikasi
dengan terang di hadapan manager Park. Parkpun segera melaporkannya
diam-diam pada Ny. Shin.
Ny.
Shin yang di dukung ibunya Na Yun berkomunikasi lewat ponsel dengan
Muwon. Muwon menyarankan ibunya mundur karena telah melewati ambang aman
hitungannya Muwon. Muwon juga mengingatkan ibunya untuk tak terlalu
mempercayai ibu Na Yun.
Ny. Shin memilih egonya daripada akal
sehatnya. Ia mengabaikan nasihat Muwon dan berhasil memenangkan lelang
tapi dengan harga yang sangat tinggi. Muwon mendatangi ibunya, ia
terlihat khawatir, tapi ibunya meyakinkan bahwa dananya akan mereka
dapatkan.
Yang dikhawatirkan Muwon terjadi, ibu Na Yun minta sebagian saham Ny. Shin di DN Grup sebagai jaminan.
Jihun
menyindir ayahnya sudah menang walau Ny. Shin yang memenangkan tender
itu tapi kini kesulitan keuangan karena memasang harga tinggi. Presdir
bertanya lagi pada Jihun soal ketidaktertarikannya mengelola perusahaan.
Jihun mengiyakan, makin lama ia makin tak tertarik. Jihun mengomentari
wajah ayahnya yang sama sekali tak menunjukkan wajah pemenang, Jihun
tahu pasti ayahnya merasa bersalah pada Ny. Shin. Sepeninggal Jihun
Presdir membuang nafas berat, ia bertanya-tanya apa yang ia lakukan
sudah benar???
Eunsul
tersenyum melihat Jihun yang terlihat cekatan melayani pelanggannya.
Saat pulang, Jihun memegang tangan Eunsul, tapi ia lepaskan karena
Eunsul memelintirnya, haha.
Jihun
mengantar Eunsul, “Eunsul, kau bilang kau tak menyukai ‘dunia’ku…. Aku
juga merasa hal yang sama. Sekarang setelah memikirkannya, haruskah aku
pergi ke ‘dunia’nya No Eunsul?”
“Tak perlu….” Sahut Muwon yang
tiba-tiba muncul, karena Muwon yakin ia bisa merubah ‘dunia’nya dan
Jihun menjadi ‘dunia’ yang di sukai Eunsul.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment