Sepanjang perjalanan walau nampak cemas, mereka berdua berpegangan
tangan saling tersenyum, saling menguatkan. Sesampainya di kantor polisi,
seluruh teman satu tim Jung Woo sudah menunggu mereka.
Begitu pula Pak Kepala Polisi yang mencegat mereka di lobi
kantor. Ia menghardik Jung Woo yang sudah akan dikeluarkan dari kepolisian
malah membawa lari tersangka pembunuhan.
Dengan tenang, Jung Woo memperkenalkan Soo Yeon sebagai
gadis yang dulu pernah dinyatakan mati oleh Pak Kepala Polisi. Tentu saja Pak
Kepala Polisi membantah kalau itu adalah kesalahannya karena itu adalah
kesalahan kepolisian.
Kali ini atasan Jung Woo buka suara, kalau kesalahan Pak
Kepala Polisi yang tercantum di daftar penerima uang ilegal dari Bank Sangil
sudah masuk di kejaksaan dan mereka sudah mulai menyelidikinya.
Tentu saja hal ini membuat Pak Kepala Polisi marah dan
menumpahkan kemarahannya pada Jung Woo yang katanya sudah gila karena
mengorbankan ayahnya demi seorang wanita.
Tapi Jung Woo membantah hal itu. Ia gila karena ia dipimpin
oleh orang yang tak tahu tugas polisi sebenarnya. Karena sebagai polisi, ia
diajarkan untuk memastikan agar tak satupun orang diperlakukan tak adil.
Pak Kepala Polisi semakin tersudut karena Detektif Joo dengan
sok luguya bertanya apakah ia tahu siapa yang membocorkan informasi rahasia
tentang tempat tinggal sementara Jung Woo? Maka Pak Kepala Polisi menggunakan
kartu as-nya yaitu mereka akan dihukum karena dianggap telah membantu pelarian
seorang penjahat.
Tapi kali ini Soo Yeon yang menyelanya dan berkata kalau ia
bukanlah penjahat, “Walau ayah saya adalah seorang pembunuh, tapi saya tak
mungkin membunuh orang lain.”
Tentu saja hal ini mengagetkan Jung Woo dan atasannya.
Sepertinya ibu Soo Yeon belum memberitahukan kalau ayah Soo Yeon bukanlah
seorang pembunuh. Soo Yeon tentu saja kaget mendengar hal itu. Namun Detektif
Joo menyarankan agar Soo Yeon bertanya pada Pak Kepala Polisi, karena Pak
Kepala Polisi masalah ini lebih dari yang lainnya.
Pak Kepala Polisi terdiam, tak tahu harus berkata apa lagi. Maka
Jung Woo pun mengembalikan kata-kata yang selalu diperintahkan padanya,
“Lepaskan lencanamu, menyingkirlah dari masalah ini, keluarlah dari sini. Tiga
hal ini, adalah hadiah saya untuk anda.”
Dan mereka pun meninggalkan Pak Kepala Polisi sendiri.
Jung Woo membawa Soo Yeon ke ruang interogasi untuk
dipertemukan dengan Sekretaris Yoon. Jung Woo menyentuh bahu Soo Yeon,
memintanya untuk tak gugup. Hanya orang yang bersalah saja yang akan gugup. Soo
Yeon tersenyum meyakinkan Jung Woo.
Atasan Jung Woo yang akan melakukan interogasi ini, dan
Sekretaris Yoon pun dibawa masuk. Sekretaris Yoon kaget saat melihat Soo Yeon
di hadapannya. Dan kekagetan itu bercampur dengan marah saat ia melihat tangan
Jung Woo yang memengang bahu Soo Yeon.
Interogasi dimulai. Dari pertanyaan pertama, jawaban mereka
tidak sinkron sama sekali. Soo Yeon mengaku bertemu pertama kali dengan
Sekretaris Yoon adalah saat pesta yang diadakan oleh Harry, sementara
Sekretaris Yoon mengatakan saat fashion show di Macau tahun lalu. Hari dimana Kang
Sang Deuk dibebaskan dari penjara adalah saat ia menerima perintah, “Hari itu
ia memperkenalkan diri dengan nama Lee Soo Yeon.”
Soo Yeon tercengang dengan pengakuan itu. Dan hal itu
membuat Jung Woo heran mengapa Sekretaris Yoon menyerang Soo Yeon seperti itu.
Detektif Joo mengatakan kalau pria itu
adalah versi juniornya Harry. Betapa mata Sekretaris Yoon berkilat seperti
laser saat melihat mereka berdua dan meminta Jung Woo untuk tak pernah lagi
memegang tangan Soo Yeon di depan pria itu.
Kakek Choi menduga kalau bagi Sekretaris Yoon, hubungannya
dengan Harry sangatlah penting dan penuh kepatuhan. Bahkan mungkin Sekretaris
Yoon mengaitkan dirinya dengan perasaan dan pikrian Harry. Pria itu merasa Jung
Woolah yang merebut Soo Yeon, dan ia berpikir Soo Yeon meninggalkannya.
Soo Yeon bertanya bagaimanakah ia menyuruh Sekretaris Yoon
untuk membunuh, dan Sekretaris Yoon menjawab kalau Soo Yeon selalu menyuruhnya
lewat telepon. Dan itu adalah pertanyaan jebakan.
Di depan Sekretaris Yoon,
pada atasan Jung Woo ia mengingatkan kalau di pemeriksaan terakhir, ia
berkata kalau ia adalah pembunuh, maka orang pertama yang akan ia bunuh adalah Jung woo.
Sekretaris Yoon terdiam, tak menunjukkan reaksi apapun saat ucapannya tak
berhasil menyudutkan Soo Yeon.
Tanpa basa basi, Soo Yeon bertanya apakah Sekretaris Yoon
dan Harry benar-benar tak berteman? Mulai geram, Sekretaris Yoon mengiyakan.
Dan Soo Yeon pun mengangguk, menyetujui, “Aku juga yakin seperti itu. Karena
seorang teman tak akan menyuruh temannya untuk membunuh orang lain.”
Soo Yeon berkata kalau ia tahu Harry menjebaknya karena
Harry membencinya, “Tapi apa yang telah kau lakukan hingga kau harus
menggantikan takdirnya untuk duduk di kursi itu?” Paras Sekretaris Yoon berubah
dan ia menunduk saat berkata pelan kalau semua itu tidak benar.
Jung Woo nampak lega mendengar Soo Yeon yang bisa menguasai
interogasi sehingga ia tak perlu mengkhawatirkannya. Kakek Choi yang mengetahui
kalau Jung Woo bertemu dengan Harry, ingin tahu kondisi mentalnya.
Jung Woo mengatakan kalau Harry akan mengaku jika Soo Yeon
memang menginginkannya. Detektif Joo yang kesal pada Harry, seakan meyumpahi Harry
agar segera mengaku. Namun sepertinya Jung Woo mengasihani Harry karena ibu
Harry tak mengenalinya, sikap Zoe tak sesuai yang ia mau, dan sekarang tangan
kanannya juga ditahan di sini.
Dan seperti yang diduga oleh kakek Choi, sepertinya Harry
mulai berhalusinasi (atau memang selama ini seperti itu?). Di rumah Harry
mengetuk-ketukkan tongkatnya, memanggil-manggil Zoe, berharap Zoe muncul mendengar
suara tongkatnya.
Tapi tak ada yang muncul, seberapa kerasnya suara tongkat itu
ia hentakkan, seberapa kerasnya ia berteriak.
Ia seperti mendengar suara denting lift, dan seperti berkata
pada seseorang, ia menaruh telunjuk di mulutnya, menyuruh orang itu diam. Sama
seperti Hyung Joon 14 tahun yang lalu. namun setelah ditunggu-tunggu, pintu
lift itu tak terbuka. Suara-suara yang menyalahkan dia pun muncul di kepalanya
lagi.
Ia pun memencet tombol lift, ingin membuktikan kalau
sebenarnya ada orang di dalam. Pintu lift itu terbuka, namun tak ada orang di
dalamnya. Semakin ia memencet tombol itu, semakin ia frustasi karena memang tak
ada orang di dalamnya.
Dan kali ini muncul suara Soo Yeon saat berlutut di
hadapannya dan Jung Woo yang tadi berkata padanya kalau ialah yang melepaskan
kesempatan bersama Soo Yeon karena dendamnya pada Han Tae Joon. Ia pun hanya
bisa menangis mengingat ia malah menyuruh Soo Yeon pergi dan mengambil kalung
kunci itu.
Kakek Choi berpikir kalau mereka harus lebih berhati-hati
karena jika situasi menjepit Harry, maka akan membuat Harry bereaksi
berlebihan. Jung Woo kaget mendengarnya. Apakah maksud Kakek Choi akan ada
kemungkinan ada pembunuhan berikutnya? Kakek Choi mengangguk.
Detektif Joo pun berkata kalau ia pernah mendengar, semakin
muda usia penjahat itu beraksi, semakin rendah standar perasaan bersalahnya. Ia
masih tetap mengusulkan untuk mencocokkan DNA Kang Hyun Joo dengan Harry, dan
jika cocok Harry langsung bisa dijebloskan dalam penjara.
Tapi Jung Woo menganggap hal itu tak bisa melepaskan Soo
Yeon dari tuduhan pembunuhan. Maka ia pun berkata kalau ia akan pergi sebentar.
Ternyata Jung Woo pergi untuk mengunjungi Mi Ran. Tapi
bagaimanapun Jung Woo membujuknya, Mi Ran tetap tak mau buka suara. Jung Woo
mencoba meyakinkan Mi Ran kalau selama 14 tahun tinggal terpisah dengannya, ia
bukanlah musuh Mi Ran. Ia tak akan menerima uang ayahnya, bahkan jika ayahnya
memberikan uang itu padanya.
Tanpa menunggu persetujuan Mi Ran, Jung Woo pun mulai bertanya.
Siapakah yang mengancam Mi Ran agar Mi Ran bersaksi kalau Soo Yeon yang mencoba
membunuhnya? Apakah ayahnya atau Harry? Jung Woo tak yakin kalau uang adalah
masalah yang mendasari masal ini.
Mi Ran tak mau menjawab dan malah menyuruh Jung Woo untuk
menanyakan langsung pada ayahnya. Sekarang ia hanya menyesali pernah bertemu
dengan ayah Jung Woo. Hanya pikiran itu yang ada di pikirannya saat ini dan ia
tak dapat memikirkan hal yang lainnya.
Jung Woo memohon ibu tirinya untuk menceritakan semua
padanya, agar tak ada penyesalan yang berikutnya, “Harry, Kang Hyung Joon,
adalah pembunuh. Kita tak tahu apakah ia akan membunuh lagi. Tak khawatirkah
pada Ah Reum? Ah Reum juga adikku.”
Tapi sia-sia saja. Mi Ran masih belum buka mulut. Ah Reum
yang menunggu Jung Woo di depan kamar ibunya, merasa sedih dan tak tahu apa
yang terjadi pada keluarga mereka. Tapi ia dapat menebak kalau semuanya ini
karena masalah uang.
Jung Woo yang tak ingin melihat adiknya lesu, berkata kalau
ia ingin membagi rahasia pada Ah Reum, yaitu ia telah menemukan Soo Yeon yaitu
Zoe. Ah Reum terkejut mendengarnya. Tapi ia lebih terkejut lagi mendengar kalau
ibunya mengaku pada polisi kalau Soo Yeon-lah yang mencoba membunuh ibunya dan
menganggap hal itu sesuatu hal yang mustahil.
Oleh karena itu, Jung Woo meminta tolong pada Ah Reum untuk
membujuk ibunya agar memberitahu kejadian sebenarnya, karena hanya ibunyalah
yang tahu siapa pelakunya.
Ah Reum menyanggupi hal itu karena ia percaya pada kakaknya.
Namun Ah Reum tak habis pikir, sebenarnya Jung Woo itu mirip siapa. Jung Woo
tak mirip sama sekali dengan ayah mereka. Bahkan ia pun tak tahan melihat ayah
mereka.
Jung Woo menghardik Ah Reum karena bagaimanapun juga Ah Reum
tetap anak ayah mereka. Namun kemudian Jung Woo berbisik pada adiknya, “Walau
sebenarnya, aku juga sangat tak menyukainya.”
Jung Woo tersenyum melihat senyum adiknya itu muncul juga.
Pak Kepala Polisi menemui Tae Joon dan kaget saat Tae Joon
menyuruhnya bertanggung jawab dengan mundur karena Soo Yeon ternyata hidup dan
sekarang muncul. Pak Kepala Polisi tak mau karena sebelumnya Tae Joon
mengatakan akan selalu mendukungnya.
Tapi Tae Joon menganggap ia sudah selesai mendukung karena
ia telah membantu hingga anak Pak Kepala Polisi bisa sekolah ke luar negeri dan
menikah. Dan ia menyuruh Pak Kepala Polisi itu untuk menyelesaikan kasus Soo
Yeon segera. Pak Kepala Polisi meminta kompensasi uang jika ia melakukan hal
itu. Tentu saja Tae Joon tak mau, karena ia sudah tak memerlukan Pak Kepala
Polisi lagi.
Saat melihat kedatang Hyung Joon, ia menyuruh Pak Kepala
Polisi pergi seperti mengusir seekor anjing. Pak Kepala Polisi tak dapat
berbuat lain, kecuali pergi dengan muka masam.
Hyung Joon datang dan langsung mengacungkan tongkatnya,
menyalahkan Tae Joon. Karena kebenciannya pada Tae Joon membuatnya kehilangan
semuanya.
Tapi Tae Joon tak merasa bersalah. Ia telah memberitahukan
dimana persembunyian Soo Yeon. Separuh menyindir ia bertanya apakah Soo Yeon
tak bertindak sesuai dengan keinginan Hyung Joon?
Ia menyuruh Hyung Joon duduk
untuk memecahkan masalah ini bersama. Sarannya pada Hyung Joon adalah berhenti
berseteru dengan Jung Woo dan membawa
Soo Yeon kembali ke Perancis, “Sama seperti yang kau lakukan 14 tahun yang
lalu.”
Hyung Joon membentak Tae Joon karena semua yang ia akan
lakukan adalah terserah padanya. Sekarang Tae Joon hanya bisa menuruti
perintahnya.
Jung Woo pulang ke rumah dan melihat ibu sedang menemani
Hyun Joo. Teringat kata-kata Soo Yeon yang mengatakan kalau Hyun Joo yang
menyuruh penculikan itu, membuat perasaannya kacau saat melihat Hyun Joo.
Tapi ternyata Hyun Joo pun juga begitu. Saat ia mendengar
ibu memanggil nama Jung Woo dan mengenalkan padanya, ia tak berani menatap Jung
Woo dan masuk ke dalam kamar.
Ibu bingung dengan sikap Hyun Joo. Ia berkata pada Jung Woo kalau
Hyun Joo menjadi sinting setelah melihat foto SMP Jung Woo. Tentu saja Jung Woo
kaget dan memiliki dugaan tersendiri.
Tapi pikiran itu segera dikesampingkan karena ibu bertanya
tentang Soo Yeon. Sebelum bercerita, Jung Woo memeluk ibu, dan tanpa memandang
wajah ibu, Jung Woo meminta ibu tidak terkejut dengan berita yang akan ia
katakan, “Soo Yeon telah dijebak dengan tuduhan pembunuhan.”
Ibu terkejut dan ingin memastikan dengan melihat wajah Jung
Woo, tapi Jung Woo tetap memeluk ibu dengan erat. Jung Woo menenangkan ibu
kalau ia sudah tahu siapa pelakunya, yang ia perlukan hanyalah menemukan
buktinya.
Tapi ibu sudah panik dan bertanya siapa orang yang menjebak
putrinya. Dengan masih memeluk ibu, Jung Woo berkata kalau ayah dan ibu
tirinya. Jung Woo juga berkata kalau mereka terilbat akan apa yang terjadi 14
tahun yang lalu.
Ibu terperangah mendengarnya. Jung Woo meminta maaf dan
meminta ibu untuk sedikit bersabar. Tapi ibu tahu kalau Jung Woo tak bersalah
dan Jung Woo adalah putranya. Seakan juga berkata untuk dirinya sendiri, Jung
Woo menenangkan ibu kalau semua akan baik-baik saja.
Di kamar, Hyun Joo mencoba memasukkan kunci Ah Reum ke dalam
bandul hati miliknya. Tapi tak berhasil, malah bandul itu terjatuh. Jung Woo
masuk dan dengan sopan, ia bertanya, “Walau aku ingin bertanya tentang
hubunganmu dengan ayahku, kau pasti tak akan memberitahu, kan?”
Hyun Joo gemetar melihat Jung Woo. Jung Woo masuk dan
memungut bandul itu. Berbeda dengan saat orang lain ingin mengambil bandul itu
yang langsung direbutnya, kali ini Hyun Joo tak merebut bandul itu, hanya
berkata, “Itu.. milik Joon.”
Kata-kata itu menguatkan dugaan Jung Woo kalau Hyun Joo
sudah dapat mengingat.
Dengan penuh penyesalan, Hyun Joo berkata, “Semua itu ..
salahku,” dan ia mengulurkan tangan, meminta kalung itu. Jung Woo pun menaruh
bandul itu ke telapak tangan Hyun Joo yang langsung menggenggamnya erat.
Melihat Hyun Joo masih mementingkan bandul itu (yang mungkin
adalah kunci menuju harta), Jung Woo hanya dapat berkata, “Putramu .. sekarang
sangat menderita,” dan kata-kata itu membuat Hyun Joo menoleh padanya, ingin
tahu. Jung Woo pun meneruskan, “Dan ini karena dirimu.”
Hyun Joo terdiam namun terlihat berpikir.
Jung Woo kembali ke kantor polisi dan melihat Hyun Joon
mengawasinya di dalam mobil. Walau Hyung Joon tak mendengar, ia berkata,
“Bocah, jangan menyesal nantinya. Menyerahlah sekarang.”
Dan tanpa mempedulikan
Hyung Joon lagi, ia masuk ke dalam kantor.
Di ruang meeting, Jung Woo melaporkan kalau Mi Ran belum mau
mengaku tapi ia sudah meletakkan mata-mata di dekat ibunya, yaitu Ah Reum. Ia
juga menduga jika mereka dapat menemukan hubungan Sekretaris Yoon dengan Harry,
maka mereka dapat memecahkan kasus ini.
Hasil pencocokan DNA telah selesai dan yang seperti diduga
DNA di kaleng dan DNA Harry cocok. Detektif Joo sangat girang karena mereka
dapat menahan Harry hanya dengan tuduhan pembunuhan Detektif Kim.
Tapi Jung Woo mengatakan kalau Harry dapat lolos dengan
menyalahkan Michelle Kim sebagai pelakunya. Mendengar hal ini, Detektif Joo
menggerutu, “Aishh.. Kau benar-benar perusak acara.”
Namun walau begitu, menurut Jung Woo, hal ini membuktikan kalau Harry
adalah memang benar Kang Hyung Joon yang ada di tempat kejadian 14 tahun yang lalu dan
saat itu sudah terjadi percobaan pembunuhan. Kang Hyung Joon pasti berpikir
kalau saat itu Detektif Kim akan menangkapnya dan ia pasti menyangka kalau ia
akan dipisahkan dengan Soo Yeon.
Kakek Choi menduga jika Hyung joon bisa membunuh Detektif
Kim di usia 12 tahun, maka ia mungkin juga membunuh seseorang di Perancis jika
ia membutuhkannya, “Semakin muda orang mulai melakukan kejahatan, rasa bersalah
orang itu makin lama akan menghilang dan kejahatan yang serupa pun akan
berulang.”
Sesaat Jung Woo memikirkan kata-kata Kakek Choi dan berkata
kalau ia akan menyurati kepolisian Perancis dan mengirim hasil DNA Hyung Joon,
untuk mencari tahu kemungkinan adanya kasus yang masih terbuka di sana. Atasan
Jung Woo memintanya untuk juga mencari informasi tentang kecelakaan orang tua
Harry Borrison.
Detektif Joo yang ada di samping Jung Woo melongo saat Jung
Woo mulai mengetik email dan ia bertanya, “Apa mungkin kau menulis surat dalam
bahasa Perancis?” Ha.
Mereka dikejutkan oleh kedatangan ibu Soo Yeon yang
membawakan mereka makanan. Rupanya ibu datang kemari, ingin membawa Soo Yeon
pulang. Tapi Jung Woo berpendapat kalau Soo Yeon lebih aman di kantor polisi
karena pelaku itu masih berkeliaran dan, yang bahkan kata ibu, pelaku itu juga membuntuti ibu saat di pasar.
Tapi ibu tak takut pada pelaku itu karena dulu pun ia bisa
bertahan saat hidup bersama ayah Soo Yeon. Ia tak takut sama sekali pada
suaminya. Ia memohon pada Jung Woo agar membiarkannya menjadi ibu Soo Yeon
sekali ini saja, “
Jung Woo hanya terdiam, iba tapi tak mampu mengabulkan permintaan
ibu. Di luar dugaan, atasan Jung Woo datang dan mengatakan kalau ibu dapat
membawa Soo Yeon pulang setelah semua urusan administrasi selesai. Tentu saja
hal ini membuat Jung Woo dan ibu terkejut. Tapi ibu Soo Yeon tak dapat menutupi
kebahagiaan yang ia rasakan dan berkali-kali membungkuk untuk berterima kasih.
Atasan Jung Woo pun malah merasa sungkan dan berkali-kali
pula membungkuk karena ia tak dapat berkata apapun pada apa yang terjadi dengan
Soo Yeon selama ini.
Aww.. atasan Jung Woo ini termasuk dalam tim yang dulu melakukan
kesalahan akan kasus salah tangkap ayah Soo Yeon, ia juga melihat bagaimana Soo
Yeon dinyatakan mati dan ia juga tahu bagaimana ketidakadilan yang dialami oleh
Soo Yeon pada kasus Harry ini. Maka sebagai kepala tim, hanya memulangkan Soo
Yeonlah yang bisa ia berikan untuk membahagiakan ibu dan Soo Yeon yang selama
ini selalu menderita.
Soo Yeon sangat senang karena ibu datang berkunjung. Ibu
merasa menyesal dan minta maaf untuk semua yang pernah terjadi. Dulu ia sangat
putus asa karena hidup yang ia jalani (dari suami yang suka melakukan KDRT dan
hinaan tetangga), sehingga ia bahkan tak tahan pada anaknya sendiri.
Soo Yeon tak menyalahkan ibu. Apapun yang terjadi, ibu
selalu membawanya pergi saat melarikan diri dari ayah. Ibu masih menyalahkan
dirinya sendiri, karena ia membawa Soo Yeon pergi sebenarnya lebih karena ingin
memiliki tempat untuk bersandar. Dan Soo Yeon pun bertanya, mengapa ibu tak
segera mengatakan tentang ayahnya yang ternyata bukan seorang pembunuh?
Ibu berkata karena itu untuk pertahanan dirinya. Tak peduli
suaminya pembunuh atau tidak, tapi dengan kematiannya, ia selalu berpikir kalau
penderitaannya telah berakhir.
Soo Yeon menatap ibunya lama dan akhirnya memutuskan, “Jika
kasus ini selesai, aku akan menikahkan ibu.” Ibu terkejut mendengar kata-kata
Soo Yeon yang akan mencarikan orang sebaik Detektif Kim, namun Soo Yeon
langsung ganti topik dan mengatakan kalau ia lapar. Ia ingin pulang dan makan
di rumah. Ibu pun langsung menyetujuinya.
Tapi Jung Woo sudah muncul dengan membawa makanan. Makanan
kesukaan Soo Yeon. Ia memanggil cintaku (aein) tapi matanya tak mengarah
pada
ibu yang biasa ia panggil aein, melainkan pada Soo Yeon yang langsung
diciumnya. Tentu saja Soo Yeon terkejut. Apalagi seperti yang dulu, Jung
Woo pun tak berhenti di situ, terus melanjutkan,
“Ddukbokki.. sosis.. soda...,” tiga kecupan diberikan Jung
Woo pada Soo Yeon.
Soo Yeon malu karena mereka sedang ada di depan ibunya.
Begitu pun ibu. Mata ibu melebar, terkejut melihat Jung Woo yang
terang-terangan mencium Soo Yeon tanpa malu.
Jung Woo melirik ibu, menggodanya, “Apa kau cemburu?” Ibu
sudah berpura-pura tak melihatnya, tapi Jung Woo yang sangat gembira melihat
mereka berdua, juga mencium pipi ibu. Tapi untuk ibu hanya sekali saja, karena ia harus
menyimpan bibirnya. Lol.
Walau ibu pura-pura kesal, tapi ibu tak dapat menyembunyikan
kebahagiaannya melihat Jung Woo membelai rambut Soo Yeon dengan sayang. Maka
saat Jung Woo meminta ibu juga ikut makan bersama, ia berpura-pura ingin ke
toilet sebentar.
Dan di luar ia bertemu dengan Detektif Joo yang akan masuk
ke ruang interogasi. Maka ia buru-buru mencegahnya untuk masuk. Detektif Joo
yang tahu apa maksud ibu, malah kepingin tahu. Tapi ibu menahannya. Tak kurang
akal, Detektif Joo menarik ibu untuk masuk ke ruang sebelah.
Yang ada kacanya. Yang bisa memperlihatkan apa yang sedang
Jung Woo dan Soo Yeon lakukan. LOL.
Note: sebelumnya Jung
Woo selalu memanggil ibu sebagai aein, yang sering saya tulis dengan cinta atau
pacar, dan Detektif Joo dengan istri. Nah, sekarang istri dan pacar menonton
Jung Woo di ruang sebelah.
Mulanya ibu tak mau melihat, tapi saat Detektif Joo
mengatakan kalau mereka berciuman (padahal nggak), ibu langsung penasaran dan
melihat ke kaca, dan bertanya apakah ini gaya pacaran anak jaman sekarang?
Detektif Joo hanya menghela nafas. Ia tak tahu, karena
apapun yang sedang Jung Woo-Soo Yeon lakukan, ia benar-benar merasa iri. Melihat
mereka, yang ia ingin lakukan adalah menemui cinta pertamanya.
Ibu kaget mendengar cerita cinta Detektif Joo. Apa pacar
Detektif Joo juga lari (seperti Soo Yeon)? Detektif Joo berkata sedih kalau
saja pacarnya lari, ia bisa membawanya kembali, “Ia pergi dan menikah.”
Aww… puk puk puk..
Ibu menatap kasihan pada Detektif Joo, dan Detektif Joo
melambaikan tangannya dengan wajah tersiksa saat berkata, “Selamat
tinggaaall…!”
Ha. Sepertinya handphone Detektif Joo juga ingin menambah penderitaan
Detektif Joo, karena alarmnya berbunyi, yang menandakan kalau ia harus minum
ramuan ginseng merah. Ia pun patuh dan mengambil ramuan itu walau dengan menggerutu, “Apa
gunanya juga meminum obat ini?”
Ternyata kedatangan Jung Woo ini, untuk menginterogasi Soo
Yeon sebagai tersangka kejahatan yang lain. Ia mengacungkan ‘bukti kejahatan’
Soo Yeon yaitu buku hariannya dan mengutip apa yang tertulis di buku itu, “Pandangan pertama + ciuman = cinta
pertama. Cinta pertama + ciuman = Han Jung Woo.”
LOL. LOL.
Soo Yeon terpana mendengar kata-kata yang ia tulis di buku
harian itu. Ia mencoba merebut buku itu, tapi Jung Woo tak bersedia menyerahkan
bukti itu, “Pandangan pertama.. ciuman..Han Jung Woo… kenangan indah,”
Dan
seperti menunjuk bukti kejahatan, ia menyentuh bibirnya, dan kembali bertanya
pada Soo Yeon, “Sebenarnya sejak kapan kau ingin menciumku seperti ini?”
Dan Jung Woo memonyongkan bukti di wajahnya sambil mengancam
“Kalau kau tak mengaku, kau tak bisa pulang.”
Ha! Soo Yeon salah tingkah dan buru-buru merebut buku
hariannya. Ia kan menulis buku itu hanya untuk bersenang-senang saja. Tapi Jung
Woo masih mengejar jawaban dari tersangka ini, “Apakah sebenarnya kau
memberikan payung itu karena kau memang berencana untuk menciumku?”
Bwahaha… ketahuan! Soo Yeon tak dapat menahan malu dan hanya
bisa menggeleng-gelengkan kepala saat Jung Woo mengatakan TKP yang mungkin
direncanakan Soo Yeon, “Apakah di taman bermain? Atau di bawah lampu jalan?”
Jung Woo meminta kembali bukti yang ia sita, tapi Soo Yeon
menyembunyikan buku itu di balik punggungnya, tak mau menyerahkan dan menyuruh Jung
Woo untuk berhenti membacanya.
Ahhh!! Lupa. Ibu dan Detektif Joo ternyata juga mengikuti
percakapan mereka. Ibu terkekeh geli namun lega
karena Soo Yeon tak akan punya waktu untuk bersedih dan semua itu berkat
Jung Woonya. Sementara Detektif Joo hanya bisa mendesah, membuka ramuan
ginsengnya dan meminum ramuan itu sambil melihat layar bioskop di depannya.
Ibu memukul kepala Detektif Joo yang minum ramuan itu
sendiri. Detektif Joo pun menawarkan pada ibu untuk meminumnya. LOL
Ah Reum mencoba mencari tahu apa alasan ibu memberi kesaksian
palsu. Jika bukan karena uang, lalu apa alasannya?
Mi Ran ternyata lebih takut pada suaminya, maka ia tetap tak mau membuka mulut walau Ah Reum memintanya untuk mempercayai Jung Woo dan memberi pengakuan yang sebenarnya. Ia menganggap kalau Jung Woo sebenarnya masih membencinya. Dan Jung Woo yang memintanya berkata jujur, sebenarnya karena ia ingin menyelamatkan Soo Yeon. Setelah ia berkata jujur, ia takut Jung Woo akan berbalik untuk lepas dari tuduhan membuat kesaksian palsu.
Aihh… Mi Ran ini terlalu lama hidup bersama Tae Joon nih,
jadi nggak percayaan gini.
Ah Reum meminta ibunya untuk membuka mata. Jung Woo bukanlah
orang yang seperti itu. Kalau ibunya masih
seperti ini, Ah Reum mengancam tak mau menemui ibunya lagi, “Ayah tak pernah
sekalipun menengok ibu saat masih di UGD. Coba ibu pertimbangkan baik-baik.
Satu-satunya orang yang bisa ibu percayai hanyalah Kak Jung Woo.”
Mi Ran tetap ragu akan tindakan yang harus ia ambil. Ah Reum
meyakinkan kalau permintaannya ini adalah demi kebaikan ibunya sendiri. Jung
Woo harus menangkap pelakunya agar semua dapat berakhir.
Craig, pengacara Harry melaporkan kalau Zoe ada di kantor
polisi untuk diinterogasi. Walau menurut Craig,
Harry masih belum diperbolehkan pergi dari Korea, tapi Harry tetap
memintanya mencari cara untuk meninggalkan Korea, entah ke Jepang atau Cina,
“Karena aku tak berniat kembali lagi ke Korea, kau tak perlu merisaukan yang
lainnya. Aku juga tak akan pergi sendiri karena aku akan membawa Zoe dan
Ibuku.”
Craig mencoba menyela, tapi pikiran Harry penuh akan
rencananya. Ia akan mengganti nama lagi, dan meminta Craig untuk membuat nama
yang bagus untuk semua anggota keluarganya.
Sudah larut malam, tapi Hyun Joo masih sibuk dengan bunga
plastiknya. Sepertinya bunga plastik itu adalah simbol dari miliknyayang
berharga bagi dirinya (yaitu mungkin adalah uang). Karena begitu Soo Yeon
duduk, Hyun Joo langsung menarik bunga itu, dan mengatakan kalau itu adalah
milik Joon.
Hampir menangis, Soo Yeon berkata kalau Joon (panggilan Soo
Yeon pada Hyung Joon/Harry) tak menginginkan hal itu. Ia memohon agar Hyun Joo
cepat sembuh dan kembali pada Joon. Saat Soo Yeon mengatakan nama itu, Hyun Joo
menampakkan kalau ia sedikit ingat dengan nama itu dan menyebutkan bayi
berulang kali.
Soo Yeon ingin menyalahkan Hyun Joo atas apa yang terjadi
pada Jung Woo (yang juga terjadi padanya) dan pada Hyun Joon, “Jadi ibu harus
segera sembuh, karena saya tak mampu membenci
ibu bahkan marah pun tak bisa karena ibu seperti ini.“
Hyun Joo menatap lembut pada Soo Yeon dan kemudian
mengangsurkan bunga plastik itu pada Soo Yeon, dan mulai lagi memasukkan kunci
ke dalam bandul kalungnya.
Di dapur, Soo Yeon minum soju dan membuka foto yang
diam-diam ia ambil saat menguntit Jung Woo. Di foto itu, ia tuliskan kata-kata
yang pernah ia tuliskan di tembok 14
tahun yang lalu, “Bogoshipeo (Aku ingin menemuimu / Aku merindukanmu).”
Eun Joo datang dan bergabung untuk minum dengannya. Melihat
Soo Yeon masih bisa tersenyum, Eun Joo heran apakah Soo Yeon sudah gila atau
bodoh karena ia masih bisa tersenyum di saat sepert ini.
Soo Yeon berkata karena ia memang tak melakukan pembunuhan itu, dan ia
percaya Jung Woo akan dapat menyelesaikannya. Maka yang dapat ia lakukan
sekarang adalah mempercayai dan menunggu Jung Woo.
Mereka minum semakin banyak, dan Eun Joo menyuruh Soo Yeon
untuk mulai bertindak benar mulai sekarang (jangan seperti saat Soo Yeon
membohonginya di butik Bellez) dan pura-pura mengancam Soo Yeon agar tak mem-bully-nya,
mentang-mentang Soo Yeon adalah putri kandung ibu.
Tapi Soo Yeon malah tertawa mendengar kata bully itu, karena
sudah lama ia tak mendengarnya sejak jaman SMP. Dulu ia juga sering
dibully karena dicap sebagai anak
pembunuh.
Eun Joo menatap Soo Yeon yang tenang saat menceritakan
pengalamannya dan berkomentar, “Kau benar-benar telah mengalami semuanya, ya.
Tapi bagaimanapun juga, ibu adalah milikku.”
Soo Yeon tersenyum dan seakan membantah kalau bukan dirinya
yang perlu dikhawatirkan, “Ibu.. paling menyukai Han Jung Woo.”
Eun Joo pun juga mengiyakan karena ia dulu juga menyukai
Jung Woo. Tentu saja Soo Yeon kaget. Tapi Eun Joo menenangkan Soo Yeon, “Jangan
melotot padaku. Berkat dirimu, aku hanya
bisa memandangi dia selama 14 tahun ini.”
Soo Yeon merasa tak enak pada Eun Joo, tapi Eun Joo kembali
menenangkan Soo Yeon karena rasa sukanya tak cukup besar untuk menggantungkan hidupnya
pada Jung Woo yang menyukai Soo Yeon.
Menyadari banyak penderitaan yang dilalui Soo Yeon, walau sudah mabuk, Eun Joo menyuruh Soo Yeon untuk bercerita padanya jika Soo Yeon teringat pada kejadian buruk di masa lalunya, “Juga.. kau harus memanggilku kapan saja kau ingin munum.”
Soo Yeon tersenyum, “Kau juga. Jika kau merasa kangen dengan
ayahmu, kau harus memanggilku.”
Keesokan harinya, Soo Yeon mengajak ibu dan Hyun Joo untuk
membeli sepatu. Ibu sangat bahagia, apalagi Soo Yeon juga berkata kalau ia akan
membuatkan ibu baju juga.
Kebahagiaan itu ia tularkan pada Hyun Joo yang mulanya tak
mau mencoba karena ia terus memegang bunga plastiknya, akhirnya mau bercermin
untuk melihat sepatu yang dicobanya.
Di toko sepatu, tempat banyak orang berlalu lalang mencoba
sepatu, membuat Soo Yeon merasa mendengar suara langkah kaki Hyung Joon. Ia
mencari-cari sosok Hyung Joon, membuat detektif Ahn yang bertugas mengawal Soo
Yeon khawatir dan bertanya.
Tapi ternyata Hyung Joon memang datang untuk mengintip Soo
Yeon. Ia berdiri di luar toko, melihat betapa perhatiannya Soo Yeon pada ibunya
dan memeriksa kaki ibunya, “Bodoh! Apakah kau sudah lupa akan penderitaan yang
telah kau lalui karena ibuku?”
Soo Yeon kembali mendengar suara langkah Hyung Joon. Walau
langkah itu ternyata bukan milik Hyung Joon, tapi saat mencari-cari bunyi itu,
ia melihat kaki Harry yang muncul dari balik tembok. Karena Detektif Ahn masih
bersamanya, seakan ingin melindungi Hyung Joon, Soo Yeon membalikkan badan, tak
berani melihat Hyung Joon.
Hanya dalam hatinya, ia berkata pada Hyung Joon, “Joon ah,
janganlah takut. Semakin kau bersembunyi, pada akhirnya kau hanya akan merasa
semakin kesepian.”
Ternyata Hyung Joon memang ingin sendiri. Karena ia tak
datang ke kantor polisi untuk pemeriksaan, yang datang hanyalah Craig, yang
sebagai pengacara, memberikan kesaksian atas nama Harry. Kesaksian itu
mementahkan tuduhan polisi tentang kematian Detektif Kim dan pemalsuan dokumen.
Seperti yang diduga Jung Woo, semua tuduhan itu ditimpakan pada almarhum
Michelle Kim.
Atasan Jung Woo berkata kalau mereka masih berharap
kepolisian Perancis mau bekerja sama dengan mereka. Detektif Joo juga masih
berharap akan Mi Ran yang mau merubah kesaksiannya tentang siapa yang telah
meracuninya, “Dan lebih baik lagi jika ia mau memberitahukan rahasia tentang
ayahmu.”
Tapi menurut Jung Woo, hal yang terakhir itu sangatlah
mustahil karena tak ada bukti yang memberatkan ayahnya. Detektif Joo kesal dan
berandai-andai, kalau saja semua penjahat ada tandanya, misalnya tangannya merah
kalau pidana berat, dan tangannya kuning kalau pidana ringan.
Ha! Kalau gitu, nggak akan ada polisi, Bang.
Mendadak Detektif Park memanggil mereka karena sudah ada
balasan dari kepolisian Perancis. Jung Woo, satu-satunya orang yang bisa berbahasa Perancis, membacakan, “Tuan dan
Nyonya Borrison, yang mengadopsi Moon Hae Joon, meninggal pada tahun 1999, dan
dinyatakan kematian akibat kecelakaan. Kecelakaan mobil.”
Detektif Joo bertanya bukankah dulu Harry pernah berkata kalau
orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat?
Di surat itu ternyata juga tertulis penyebab kecelakaannya,
yaitu rem dan kaleng soda. Dan polisi juga sedang memeriksa DNA yang ada di
kaleng soda dengan DNA Kang Hyung Joon yang sudah dikirimkan, apakah ada kecocokan
diantara kedua DNA itu. Juga, pasangan suami istri Borrison itu pernah
diselidiki atas dugaan penganiayaan anak di tahun 1999 pada anak angkat mereka,
Harry Borrison.
Jung Woo berkata kalau ia akan meminta pada kepolisian Perancis
jika mereka mempunyai foto lama mereka, dan Kakek Choi mengatakan akan lebih
baik lagi kalau ada foto si anak. Harry Borison.
Detektif Park yang belum paham, bertanya mengapa mereka
harus meminta foto itu (kan mereka sudah punya foto Harry). Detektif Joo pun
menjelaskan kalau ada foto itu, mereka dapat membuktikan dugaan kalau Kang
Hyung Joon adalah Kang Hyung Joon dan Sekretaris Yoon (Yoon Young Jae) adalah
Harry Borrison, “Kang Hyung Joon (dengan soda dan rem) menyelamatkan Yoon Young
Jae dari penganiayaan orang tua angkatnya. Karena itulah Yoon Young Jae berjanji
setia pada Hyung Joon, dan ia bersedia dikambinghitamkan.”
Jung Woo berkata kalau mereka sudah mendapatkan hasil DNA
dari Perancis dan mendapatkan foto Harry Borrison yang memastikan kalau itu
adalah Sekretaris Yoon, maka..
“Tangkap! Akan segera penangkapan!” teriak Detektif Joo antusias. “Kang
Hyung Joon.. diborgol!”
Di saat semua sudah tidur, Hyun Joo belum tidur. Ia
memandangi sepatunya dan memeluk sepatunya dengan sayang. Sepertinya perhatian
ibu dan Soo Yeon menyentuh perasaannya.
Ia menatap Soo Yeon yang tidur dan memberikan bunga plastik ke tangan Soo Yeon. Senyumnya hangat saat melihat betapa tenangnya Soo Yeon tidur di pelukan ibunya.
Ia menatap Soo Yeon yang tidur dan memberikan bunga plastik ke tangan Soo Yeon. Senyumnya hangat saat melihat betapa tenangnya Soo Yeon tidur di pelukan ibunya.
Mendadak terdengar suara dari luar, membuat Hyun Joo melihat ke luar jendela. Betapa
kagetnya ia melihat jendela itu terang. Ingatan akan kejadian 14 tahun yang
lalu, muncul kembali ke dalam ingatannya.
Ia teringat saat-saat terakhir ia melihat putranya, yang
terseok-seok di tengah hujan, dan Hyung Joon memanggil-manggilnya saat Perawat
Hye Mi membawanya pergi.
Hyun Joo gemetar ketakutan dan menutupi dirinya dengan
selimut. Namun ketakutannya menghilang, diganti dengan rasa penasaran akan bayinya
yang selama ini ia rindukan.
Dan ia pun berjalan keluar, tanpa mantel dan bertelanjang
kaki. Di bawah lampu jalan yang berkedip-kedip, membuatnya teringat teriakan
Joon-nya 14 tahun yang lalu, juga tangisan seorang pria saat di rumah Tae Joon,
menangis memohon agar ia mengingat kalau pria itu adalah Joon-nya
Ia juga teringat saat bagaimana ia menyuruh orang untuk
menculik Jung Woo, dan kemudian ada pria yang memperkenalkan dirinya dengan
ramah, sebagai Han Jung Woo.
“Aku memang bersalah.. aku memang bersalah. Apa yang aku
lakukan memang salah.. aku memang bersalah,” Hyun Joo menangis histeris dan ia
terjatuh, sehingga kalung yang selalu ia pegang pun ikut terjatuh.
Ia segera memungutinya, teringat saat Hyung Joon
mengembalikan kalung itu dan berkata kalau ia tak membutuhkannya. Ia pun menangis,
“Aku akan memberikan ini pada Hyung Joon! Hyung Joon… Hyung Joon..”
Dan ia menyusuri jalanan, mencari-cari Hyung Joon. Panik
saat ada orang menabraknya, dan malah ia yang meminta maaf, berulang-ulang
mengatakan, “Aku yang bersalah.. maaf.. maaf.. bukan aku… bukan aku..”
Di tengah lalu lalang orang, Hyun Joo hanya bisa menangis
ketakutan. Sendirian.
Hyung Joon tertidur di sofa, dan terbangun saat melihat
pecahan bandul yang dulu pernah ia berikan pada ibunya. Dan ia melihat sosok
anak kecil duduk di tangga, menunduk, seakan tak tahu apa yang harus ia
lakukan. Ia melihat dirinya sendiri, saat 14 tahun yang lalu.
Hyung Joon kaget dan berdiri hingga tongkatnya terjatuh,
namun ia tak mempedulikan tongkat itu. Ia berjalan menghampiri anak itu dan
menaruh telunjuk di bibirnya, memintanya untuk diam, “Kau tahu, kan? Han Tae Joon
ada di sini. Kau jangan keluar dulu.”
Hyung Joon kecil mengangguk patuh dan Hyung Joon tersenyum,
mengatakan kalau sebentar lagi mereka akan pergi, “Pada saat itu aku akan mengijinkanmu
keluar. Okay?”
Hyung Joon kecil tersenyum, senang mendengar kata-kata Hyung
Joon, dan mengangguk sambil menaruh telunjuk di bibirnya juga. Hyung Joon
membalas senyum Hyung Joon kecil dan membelai rambutnya.
Ia tak menyadari kalau ia tersenyum sambil menangis.
Sementara itu Hyun Joo meringkuk kedinginan sambil
memanggil-manggil putranya di dalam hatinya.
Soo Yeon yang terbangun tengah malam kaget melihat Hyun Joo
tak ada. Hanya ada bunga yang tertinggal, bunga yang tak pernah terlepas dari
tangan Hyun Joo. Mendapat firasat buruk, ia segera membangunkan ibunya.
Bersama-sama Eun Joo dan ibu, mereka berpencar mencari Hyun
Joo. Jung Woo kebetulan menelepon Soo Yeon dan ia pun ikut mencari Hyun Joo.
Di tengah jalan mereka bertemu, dan bersama-sama mencari Hyun
Joo. Hampir saja mereka putus asa jika mereka tak mendengar ada petugas yang
menemukan orang tergeletak di balik tumpukan barang.
Jung Woo segera melepas mantelnya dan Soo Yeon meminta Hyun
Joo untuk membuka mata dan jangan tertidur (karena jika tertidur bisa
hipotermia dan meninggal). Hyun Joo sepertinya sudah lemah dan tak dapat
membuka mata.
Sangat panik, Jung Woo segera meminta Soo Yeon untuk
menaikkan Hyun Joo ke atas punggungnya. Tapi Hyun Joo ternyata bisa membuka
mata walaupun lemah dan berkata Soo Yeon, “Joon-ah…”
Jung Woo dan Soo Yeon saling berpandangan mendengar Hyun Joo memanggil putranya dan seakan memohon Hyun Joo berkata, “Aku merindukannya… “
Soo Yeon dan Jung Woo mendatangi rumah Hyung Joon, dan ternyata
Hyung Joon sedang minum-minum. Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk mengikutinya
dan Jung Woo menambahkan kalau ibu Hyung Joon berada dalam kondisi kritis, “Jangan
lakukan sesuatu yang nantinya kau sesali.”
Hyung Joon santai menghadapi mereka berdua. Tak tergerak
sedikitpun saat mendengar kondisi ibunya dari Jung Woo, “Aku tak punya ibu.
Jangan mengaturku. Aku malah kasihan padamu. Ayah dan ibu tiri seperti itu?
Kupikir kau akan menangkapku. Kenapa kau lama sekali?”
Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk pergi bersama mereka atau
kalau tidak ia tak akan dapat menemui ibunya lagi. Tapi Hyung Joon malah
membentaknya, memintanya berhenti berpura-pura mengkhawatirkannya padahal ada
Jung Woo di sampingnya, “Kau tak bisa membodohiku.”
“Apakah kau benar tak akan menyesalinya?” tanya Soo Yeon sekali lagi. Tapi melihat Hyung Joon
masih tetap diam, Soo Yeon tahu jawabannya. “Bodoh! Ibu yang bertahun-tahun
telah kau cari. Memang kenapa kalau ia tak dapat mengenalimu?”
“Yang selalu ia lakukan adalah memanggil-manggil namamu.
Kalung yang ada ditanganmu, ia memegangnya erat sepanjang hari, dan
berulang-ulang kali mengatakan kalau kalung itu untukmu. Ibu yang telah kau
tinggalkan hanya tetap memanggil namamu.”
“Berhentilah membuat keributan dan keluarlah,” kata Hyung
Joon malas.
Jung Woo langsung menarik Hyung Joon untuk berdiri, dan
sangat marah saat berkata, “Bocah, berhentilah marah. Kalau ingat semua
kejahatanmu, aku tak ingin bersimpati padamu seperti ini. Tapi karena aku mengasihanimu,
kasihan karena kau menjadi rusak seperti ini, maka aku bersimpati padamu. Jadi
keluarlah sekarang.”
Tapi Hyung Joon mendorong Jung Woo dan membentak marah, “Terus
bagaimana? Setelah itu kau akan menahanku? Sampai aku mengaku kalau aku adalah
Kang Hyun Joon? Jadi aku pergi atas kemauanku sendiri, menangis dengan ibu di
dalam pelukanku dan mengakui kalau aku adalah Kang Hyun Joon?”
Hyung Joon berkata kalau ia sudah tahu niat asli mereka dan
ia tersenyum menantang mereka, “Aku tak mau pergi. Aku tak akan tertangkap.
Bawa dulu buktinya padaku!”
Ia mengambil tongkatnya dan memukul gelas di meja. Jung Woo refleks
langsung menutupi tubuh Soo Yeon sehingga pecahan kaca itu tak mengenainya. Seperti
Soo Yeon, Jung Woo pun tak menyangka Hyung Joon akan seperti ini, “Kang Hyung
Joon. Apakah akhirnya akan seperti ini? Setelah kau menangis menyebut ‘ibu..
ibu..’ setiap saat, akhirnya kau bersembunyi untuk menyelamatkan dirimu
sendiri?”
Jung Woo mengingatkan kalau Hyung Joon selalu berkata kalau
ia akan melakukan apa yang Soo Yeon inginkan, “Dan sekarang ia berlari
menemuimu. Walaupun kau telah menjebaknya menjadi seorang pembunuh, ia masih memberi
kesempatan pada orang sepertimu walau kau tak pantas menerimanya. Hanya inikah imbalan
yang dapat kau berikan?
Hyung Joon menyuruh Jung Woo untuk keluar. Tapi Jung Woo
masih belum selesai. Ia berkata kalau Hyung Joon tak pernah melakukan keinginan
Soo Yeon,
“Walau aku lebih suka memukulimu sampai mati, tapi Soo Yeon tak menginginkannya karena ia tak ingin melihatmu lebih terluka lagi. Itu yang disebut melakukan keinginan Soo Yeon.” Dan Jung Woo meminta Hyung Joon keluar (jika Hyung Joon ingin melakukan keinginan Soo Yeon).
“Walau aku lebih suka memukulimu sampai mati, tapi Soo Yeon tak menginginkannya karena ia tak ingin melihatmu lebih terluka lagi. Itu yang disebut melakukan keinginan Soo Yeon.” Dan Jung Woo meminta Hyung Joon keluar (jika Hyung Joon ingin melakukan keinginan Soo Yeon).
Tapi Hyung Joon malah tertawa, mengejek, “Apa kau kesini
untuk menyatakan perasaan cintamu? Kalau memang begitu, keluar saja dan lakukan
hal itu.” Tak hanya pada Jung Woo, ia pun bertanya pada Soo Yeon, apakah Soo
Yeon melakukan hal ini karena rasa tanggung jawabnya atas apa yang terjadi
padanya sehingga hatinya akan merasa lebih tenang? “Aku tak mau. Aku.. berharap
kalau bukan ibuku, melainkan kau yang akhirnya mati.”
Soo Yeon benar-benar tak percaya mendengar kata-kata Hyung
Joon yang ingin tinggal di dunia yang tanpa ada Soo Yeon di dalamnya. Ia
menunjuk rumahnya dan berkata kalau ini adalah surganya, “Jangan pernah kemari
lagi, tanpa ijin dariku.”
Jung Woo yang berkata kalau ini bukanlah surga. Penjara yang
paling buruk adalah penjara yang didiami sendirian, “Tak ada surga yang kau
tinggali sendiri. Kau memenjarakan dirimu sendiri karena dosa atas kejahatan
yang kau lakukan. Ini adalah nerakamu.”
Di rumah sakit, Tae Joon mendengar kabar kematian Hyun Joo
dan pada orang di telepon, ia bertanya, “Sekali lagi? Baiklah.”
Mi Ran yang mendengar hal itu, semakin ketakutan, dan diam-diam
ia memencet nomor telepon seseorang.
Hyung Joon menutup telepon dan menyalakan musik klasik
favoritnya, menenangkan diri. Kunci itu
terus tergenggam di tangannya.
Soo Yeon dan Jung Woo berziarah ke abu Hyun Joo. Soo Yeon
meletakkan bunga plastik milik Hyun Joo dan berkata betapa Hyun Joo merindukan
Hyung Joon selama belasan tahun. Jung Woo berkata kalau Hyun Joo tak meninggalkan
apapun kecuali luka untuk putranya.
Soo Yeon mengajak Jung Woo untuk pergi, karena Hyung Joon
tak akan berziarah kalau masih ada mereka di sini. Jung Woo pun mengulurkan
tangan, dan Soo Yeon pun menggenggamnya.
Terdengar suara langkah Hyung Joon dan tongkatnya, membuat
Jung Woo bertanya mengapa Soo Yeon membuat tongkat Harry seperti itu. Soo Yeon berkata
agar ia bisa menemukan dimana Harry berada.
Jung Woo mengerti dan mengatakan kepergian Hyung Joon akan
selalu bisa dikenali dari suara tongkatnya. Mereka pun pergi, berselisih jalan
dengan Hyung Joon.
Namun Hyung Joon masih bisa melihat kepergian mereka.
Hyung Joon pergi ke tempat abu ibunya, dan melihat kunci yang
mirip dengan yang ia pegang. Pada foto ibunya, ia menunjukkan kunci aslinya dan
berkata, “Inikah surga yang dulu pernah ibu katakan? Sekarang aku harus
mengembalikan dan lari bersembunyi. Sepanjang hidupku sampai aku mati, dengan
kaki seperti ini. Terima kasih.”
Foto Harry Borrison telah keluar. Dan Detetif Joo menelepon,
memberitahukan kalau laporan polisi Perancis telah ada. Dan DNA kaleng cocok
dengan DNA Kang Hyung Joon. Berarti ini adalah pembunuhan, “Mereka tak pernah memberi
keringanan pada kejahatan di bawah umur. Jadi entah itu Perancis ataupun Korea,
Kang Hyung Joon tak punya tempat untuk melarikan diri. Tangkap ia sekarang
juga. Kami sekarang sedang menuju rumah Harry.“
Jung Woo menatap Soo Yeon yang tampak sangat khawatir
mendengar berita itu. Ia mengeluarkan borgolnya, dan meminta Soo Yeon untuk tak
keluar dari mobil.
Saat ia hendak keluar, Soo Yeon memanggilnya. Dengan sepeda,
Hyung Joon menghampiri mereka dan berdiri tepat di depan mobil Jung Woo dan
tersenyum menatap mereka.
Terdengar bunyi SMS. Dari Ah Reum yang memberitahukan kalau
ibunya sudah mau berbicara. Yang meracuninya bukanlah Soo Yeon, melainkan Harry
Borrison.
Jung Woo tersenyum menatap Hyung Joon. Hyung Joon yang
mulanya tersenyum mulai gamang. Sementara Soo Yeon menatap mereka dengan
khawatir.
No comments:
Post a Comment