Sunday, April 21, 2013

I Miss You Episode 19


Sepanjang perjalanan walau nampak cemas, mereka berdua berpegangan tangan saling tersenyum, saling menguatkan. Sesampainya di kantor polisi, seluruh teman satu tim Jung Woo sudah menunggu mereka.

Begitu pula Pak Kepala Polisi yang mencegat mereka di lobi kantor. Ia menghardik Jung Woo yang sudah akan dikeluarkan dari kepolisian malah membawa lari tersangka pembunuhan.
Dengan tenang, Jung Woo memperkenalkan Soo Yeon sebagai gadis yang dulu pernah dinyatakan mati oleh Pak Kepala Polisi. Tentu saja Pak Kepala Polisi membantah kalau itu adalah kesalahannya karena itu adalah kesalahan kepolisian.
Kali ini atasan Jung Woo buka suara, kalau kesalahan Pak Kepala Polisi yang tercantum di daftar penerima uang ilegal dari Bank Sangil sudah masuk di kejaksaan dan mereka sudah mulai menyelidikinya.
Tentu saja hal ini membuat Pak Kepala Polisi marah dan menumpahkan kemarahannya pada Jung Woo yang katanya sudah gila karena mengorbankan ayahnya demi seorang wanita.
Tapi Jung Woo membantah hal itu. Ia gila karena ia dipimpin oleh orang yang tak tahu tugas polisi sebenarnya. Karena sebagai polisi, ia diajarkan untuk memastikan agar tak satupun orang diperlakukan tak adil.
Pak Kepala Polisi semakin tersudut karena Detektif Joo dengan sok luguya bertanya apakah ia tahu siapa yang membocorkan informasi rahasia tentang tempat tinggal sementara Jung Woo? Maka Pak Kepala Polisi menggunakan kartu as-nya yaitu mereka akan dihukum karena dianggap telah membantu pelarian seorang penjahat.
Tapi kali ini Soo Yeon yang menyelanya dan berkata kalau ia bukanlah penjahat, “Walau ayah saya adalah seorang pembunuh, tapi saya tak mungkin membunuh orang lain.”
Tentu saja hal ini mengagetkan Jung Woo dan atasannya. Sepertinya ibu Soo Yeon belum memberitahukan kalau ayah Soo Yeon bukanlah seorang pembunuh. Soo Yeon tentu saja kaget mendengar hal itu. Namun Detektif Joo menyarankan agar Soo Yeon bertanya pada Pak Kepala Polisi, karena Pak Kepala Polisi masalah ini lebih dari yang lainnya.
Pak Kepala Polisi terdiam, tak tahu harus berkata apa lagi. Maka Jung Woo pun mengembalikan kata-kata yang selalu diperintahkan padanya, “Lepaskan lencanamu, menyingkirlah dari masalah ini, keluarlah dari sini. Tiga hal ini, adalah hadiah saya untuk anda.”
Dan mereka pun meninggalkan Pak Kepala Polisi sendiri.
Jung Woo membawa Soo Yeon ke ruang interogasi untuk dipertemukan dengan Sekretaris Yoon. Jung Woo menyentuh bahu Soo Yeon, memintanya untuk tak gugup. Hanya orang yang bersalah saja yang akan gugup. Soo Yeon tersenyum meyakinkan Jung Woo.
Atasan Jung Woo yang akan melakukan interogasi ini, dan Sekretaris Yoon pun dibawa masuk. Sekretaris Yoon kaget saat melihat Soo Yeon di hadapannya. Dan kekagetan itu bercampur dengan marah saat ia melihat tangan Jung Woo yang memengang bahu Soo Yeon.
Interogasi dimulai. Dari pertanyaan pertama, jawaban mereka tidak sinkron sama sekali. Soo Yeon mengaku bertemu pertama kali dengan Sekretaris Yoon adalah saat pesta yang diadakan oleh Harry, sementara Sekretaris Yoon mengatakan saat fashion show di Macau tahun lalu. Hari dimana Kang Sang Deuk dibebaskan dari penjara adalah saat ia menerima perintah, “Hari itu ia memperkenalkan diri dengan nama Lee Soo Yeon.”
Soo Yeon tercengang dengan pengakuan itu. Dan hal itu membuat Jung Woo heran mengapa Sekretaris Yoon menyerang Soo Yeon seperti itu. Detektif Joo mengatakan  kalau pria itu adalah versi juniornya Harry. Betapa mata Sekretaris Yoon berkilat seperti laser saat melihat mereka berdua dan meminta Jung Woo untuk tak pernah lagi memegang tangan Soo Yeon di depan pria itu.
Kakek Choi menduga kalau bagi Sekretaris Yoon, hubungannya dengan Harry sangatlah penting dan penuh kepatuhan. Bahkan mungkin Sekretaris Yoon mengaitkan dirinya dengan perasaan dan pikrian Harry. Pria itu merasa Jung Woolah yang merebut Soo Yeon, dan ia berpikir Soo Yeon meninggalkannya.
Soo Yeon bertanya bagaimanakah ia menyuruh Sekretaris Yoon untuk membunuh, dan Sekretaris Yoon menjawab kalau Soo Yeon selalu menyuruhnya lewat telepon. Dan itu adalah pertanyaan jebakan.
Di depan Sekretaris Yoon,  pada atasan Jung Woo ia mengingatkan kalau di pemeriksaan terakhir, ia berkata kalau ia adalah pembunuh, maka orang  pertama yang akan ia bunuh adalah Jung woo. Sekretaris Yoon terdiam, tak menunjukkan reaksi apapun saat ucapannya tak berhasil menyudutkan Soo Yeon.
Tanpa basa basi, Soo Yeon bertanya apakah Sekretaris Yoon dan Harry benar-benar tak berteman? Mulai geram, Sekretaris Yoon mengiyakan. Dan Soo Yeon pun mengangguk, menyetujui, “Aku juga yakin seperti itu. Karena seorang teman tak akan menyuruh temannya untuk membunuh orang lain.”
Soo Yeon berkata kalau ia tahu Harry menjebaknya karena Harry membencinya, “Tapi apa yang telah kau lakukan hingga kau harus menggantikan takdirnya untuk duduk di kursi itu?” Paras Sekretaris Yoon berubah dan ia menunduk saat berkata pelan kalau semua itu tidak benar.
Jung Woo nampak lega mendengar Soo Yeon yang bisa menguasai interogasi sehingga ia tak perlu mengkhawatirkannya. Kakek Choi yang mengetahui kalau Jung Woo bertemu dengan Harry, ingin tahu kondisi mentalnya.
Jung Woo mengatakan kalau Harry akan mengaku jika Soo Yeon memang menginginkannya. Detektif Joo yang kesal pada Harry, seakan meyumpahi Harry agar segera mengaku. Namun sepertinya Jung Woo mengasihani Harry karena ibu Harry tak mengenalinya, sikap Zoe tak sesuai yang ia mau, dan sekarang tangan kanannya juga ditahan di sini. 
Dan seperti yang diduga oleh kakek Choi, sepertinya Harry mulai berhalusinasi (atau memang selama ini seperti itu?). Di rumah Harry mengetuk-ketukkan tongkatnya, memanggil-manggil Zoe, berharap Zoe muncul mendengar suara tongkatnya.  
Tapi tak ada yang muncul, seberapa kerasnya suara tongkat itu ia hentakkan, seberapa kerasnya ia berteriak.
Ia seperti mendengar suara denting lift, dan seperti berkata pada seseorang, ia menaruh telunjuk di mulutnya, menyuruh orang itu diam. Sama seperti Hyung Joon 14 tahun yang lalu. namun setelah ditunggu-tunggu, pintu lift itu tak terbuka. Suara-suara yang menyalahkan dia pun muncul di kepalanya lagi.
Ia pun memencet tombol lift, ingin membuktikan kalau sebenarnya ada orang di dalam. Pintu lift itu terbuka, namun tak ada orang di dalamnya. Semakin ia memencet tombol itu, semakin ia frustasi karena memang tak ada orang di dalamnya. 
Dan kali ini muncul suara Soo Yeon saat berlutut di hadapannya dan Jung Woo yang tadi berkata padanya kalau ialah yang melepaskan kesempatan bersama Soo Yeon karena dendamnya pada Han Tae Joon. Ia pun hanya bisa menangis mengingat ia malah menyuruh Soo Yeon pergi dan mengambil kalung kunci itu.
Kakek Choi berpikir kalau mereka harus lebih berhati-hati karena jika situasi menjepit Harry, maka akan membuat Harry bereaksi berlebihan. Jung Woo kaget mendengarnya. Apakah maksud Kakek Choi akan ada kemungkinan ada pembunuhan berikutnya? Kakek Choi mengangguk.
Detektif Joo pun berkata kalau ia pernah mendengar, semakin muda usia penjahat itu beraksi, semakin rendah standar perasaan bersalahnya. Ia masih tetap mengusulkan untuk mencocokkan DNA Kang Hyun Joo dengan Harry, dan jika cocok Harry langsung bisa dijebloskan dalam penjara.
Tapi Jung Woo menganggap hal itu tak bisa melepaskan Soo Yeon dari tuduhan pembunuhan. Maka ia pun berkata kalau ia akan pergi sebentar.
Ternyata Jung Woo pergi untuk mengunjungi Mi Ran. Tapi bagaimanapun Jung Woo membujuknya, Mi Ran tetap tak mau buka suara. Jung Woo mencoba meyakinkan Mi Ran kalau selama 14 tahun tinggal terpisah dengannya, ia bukanlah musuh Mi Ran. Ia tak akan menerima uang ayahnya, bahkan jika ayahnya memberikan uang itu padanya.
Tanpa menunggu persetujuan Mi Ran, Jung Woo pun mulai bertanya. Siapakah yang mengancam Mi Ran agar Mi Ran bersaksi kalau Soo Yeon yang mencoba membunuhnya? Apakah ayahnya atau Harry? Jung Woo tak yakin kalau uang adalah masalah yang mendasari masal ini.
Mi Ran tak mau menjawab dan malah menyuruh Jung Woo untuk menanyakan langsung pada ayahnya. Sekarang ia hanya menyesali pernah bertemu dengan ayah Jung Woo. Hanya pikiran itu yang ada di pikirannya saat ini dan ia tak dapat memikirkan hal yang lainnya.
Jung Woo memohon ibu tirinya untuk menceritakan semua padanya, agar tak ada penyesalan yang berikutnya, “Harry, Kang Hyung Joon, adalah pembunuh. Kita tak tahu apakah ia akan membunuh lagi. Tak khawatirkah pada Ah Reum? Ah Reum juga adikku.”
Tapi sia-sia saja. Mi Ran masih belum buka mulut. Ah Reum yang menunggu Jung Woo di depan kamar ibunya, merasa sedih dan tak tahu apa yang terjadi pada keluarga mereka. Tapi ia dapat menebak kalau semuanya ini karena masalah uang.
Jung Woo yang tak ingin melihat adiknya lesu, berkata kalau ia ingin membagi rahasia pada Ah Reum, yaitu ia telah menemukan Soo Yeon yaitu Zoe. Ah Reum terkejut mendengarnya. Tapi ia lebih terkejut lagi mendengar kalau ibunya mengaku pada polisi kalau Soo Yeon-lah yang mencoba membunuh ibunya dan menganggap hal itu sesuatu hal yang mustahil.
Oleh karena itu, Jung Woo meminta tolong pada Ah Reum untuk membujuk ibunya agar memberitahu kejadian sebenarnya, karena hanya ibunyalah yang tahu siapa pelakunya.
Ah Reum menyanggupi hal itu karena ia percaya pada kakaknya. Namun Ah Reum tak habis pikir, sebenarnya Jung Woo itu mirip siapa. Jung Woo tak mirip sama sekali dengan ayah mereka. Bahkan ia pun tak tahan melihat ayah mereka.
Jung Woo menghardik Ah Reum karena bagaimanapun juga Ah Reum tetap anak ayah mereka. Namun kemudian Jung Woo berbisik pada adiknya, “Walau sebenarnya, aku juga sangat tak menyukainya.”
Jung Woo tersenyum melihat senyum adiknya itu muncul juga.
Pak Kepala Polisi menemui Tae Joon dan kaget saat Tae Joon menyuruhnya bertanggung jawab dengan mundur karena Soo Yeon ternyata hidup dan sekarang muncul. Pak Kepala Polisi tak mau karena sebelumnya Tae Joon mengatakan akan selalu mendukungnya.
Tapi Tae Joon menganggap ia sudah selesai mendukung karena ia telah membantu hingga anak Pak Kepala Polisi bisa sekolah ke luar negeri dan menikah. Dan ia menyuruh Pak Kepala Polisi itu untuk menyelesaikan kasus Soo Yeon segera. Pak Kepala Polisi meminta kompensasi uang jika ia melakukan hal itu. Tentu saja Tae Joon tak mau, karena ia sudah tak memerlukan Pak Kepala Polisi lagi.
Saat melihat kedatang Hyung Joon, ia menyuruh Pak Kepala Polisi pergi seperti mengusir seekor anjing. Pak Kepala Polisi tak dapat berbuat lain, kecuali pergi dengan muka masam.
Hyung Joon datang dan langsung mengacungkan tongkatnya, menyalahkan Tae Joon. Karena kebenciannya pada Tae Joon membuatnya kehilangan semuanya.
Tapi Tae Joon tak merasa bersalah. Ia telah memberitahukan dimana persembunyian Soo Yeon. Separuh menyindir ia bertanya apakah Soo Yeon tak bertindak sesuai dengan keinginan Hyung Joon? 
Ia menyuruh Hyung Joon duduk untuk memecahkan masalah ini bersama. Sarannya pada Hyung Joon adalah berhenti berseteru dengan Jung Woo dan  membawa Soo Yeon kembali ke Perancis, “Sama seperti yang kau lakukan 14 tahun yang lalu.”
Hyung Joon membentak Tae Joon karena semua yang ia akan lakukan adalah terserah padanya. Sekarang Tae Joon hanya bisa menuruti perintahnya.
Jung Woo pulang ke rumah dan melihat ibu sedang menemani Hyun Joo. Teringat kata-kata Soo Yeon yang mengatakan kalau Hyun Joo yang menyuruh penculikan itu, membuat perasaannya kacau saat melihat Hyun Joo.
Tapi ternyata Hyun Joo pun juga begitu. Saat ia mendengar ibu memanggil nama Jung Woo dan mengenalkan padanya, ia tak berani menatap Jung Woo dan masuk ke dalam kamar.
Ibu bingung dengan sikap Hyun Joo. Ia berkata pada Jung Woo kalau Hyun Joo menjadi sinting setelah melihat foto SMP Jung Woo. Tentu saja Jung Woo kaget dan memiliki dugaan tersendiri.
Tapi pikiran itu segera dikesampingkan karena ibu bertanya tentang Soo Yeon. Sebelum bercerita, Jung Woo memeluk ibu, dan tanpa memandang wajah ibu, Jung Woo meminta ibu tidak terkejut dengan berita yang akan ia katakan, “Soo Yeon telah dijebak dengan tuduhan pembunuhan.”
Ibu terkejut dan ingin memastikan dengan melihat wajah Jung Woo, tapi Jung Woo tetap memeluk ibu dengan erat. Jung Woo menenangkan ibu kalau ia sudah tahu siapa pelakunya, yang ia perlukan hanyalah menemukan buktinya.
Tapi ibu sudah panik dan bertanya siapa orang yang menjebak putrinya. Dengan masih memeluk ibu, Jung Woo berkata kalau ayah dan ibu tirinya. Jung Woo juga berkata kalau mereka terilbat akan apa yang terjadi 14 tahun yang lalu.
Ibu terperangah mendengarnya. Jung Woo meminta maaf dan meminta ibu untuk sedikit bersabar. Tapi ibu tahu kalau Jung Woo tak bersalah dan Jung Woo adalah putranya. Seakan juga berkata untuk dirinya sendiri, Jung Woo menenangkan ibu kalau semua akan baik-baik saja.
Di kamar, Hyun Joo mencoba memasukkan kunci Ah Reum ke dalam bandul hati miliknya. Tapi tak berhasil, malah bandul itu terjatuh. Jung Woo masuk dan dengan sopan, ia bertanya, “Walau aku ingin bertanya tentang hubunganmu dengan ayahku, kau pasti tak akan memberitahu, kan?”
Hyun Joo gemetar melihat Jung Woo. Jung Woo masuk dan memungut bandul itu. Berbeda dengan saat orang lain ingin mengambil bandul itu yang langsung direbutnya, kali ini Hyun Joo tak merebut bandul itu, hanya berkata, “Itu.. milik Joon.”
Kata-kata itu menguatkan dugaan Jung Woo kalau Hyun Joo sudah dapat mengingat.
Dengan penuh penyesalan, Hyun Joo berkata, “Semua itu .. salahku,” dan ia mengulurkan tangan, meminta kalung itu. Jung Woo pun menaruh bandul itu ke telapak tangan Hyun Joo yang langsung menggenggamnya erat. 
Melihat Hyun Joo masih mementingkan bandul itu (yang mungkin adalah kunci menuju harta), Jung Woo hanya dapat berkata, “Putramu .. sekarang sangat menderita,” dan kata-kata itu membuat Hyun Joo menoleh padanya, ingin tahu. Jung Woo pun meneruskan, “Dan ini karena dirimu.”
Hyun Joo terdiam namun terlihat berpikir.
Jung Woo kembali ke kantor polisi dan melihat Hyun Joon mengawasinya di dalam mobil. Walau Hyung Joon tak mendengar, ia berkata, “Bocah, jangan menyesal nantinya. Menyerahlah sekarang.” 
Dan tanpa mempedulikan Hyung Joon lagi, ia masuk ke dalam kantor.
Di ruang meeting, Jung Woo melaporkan kalau Mi Ran belum mau mengaku tapi ia sudah meletakkan mata-mata di dekat ibunya, yaitu Ah Reum. Ia juga menduga jika mereka dapat menemukan hubungan Sekretaris Yoon dengan Harry, maka mereka dapat memecahkan kasus ini.
Hasil pencocokan DNA telah selesai dan yang seperti diduga DNA di kaleng dan DNA Harry cocok. Detektif Joo sangat girang karena mereka dapat menahan Harry hanya dengan tuduhan pembunuhan Detektif Kim.
Tapi Jung Woo mengatakan kalau Harry dapat lolos dengan menyalahkan Michelle Kim sebagai pelakunya. Mendengar hal ini, Detektif Joo menggerutu, “Aishh.. Kau benar-benar perusak acara.”
Namun walau begitu, menurut Jung Woo, hal ini membuktikan kalau Harry adalah memang benar Kang Hyung Joon yang ada di tempat kejadian 14 tahun yang lalu dan saat itu sudah terjadi percobaan pembunuhan. Kang Hyung Joon pasti berpikir kalau saat itu Detektif Kim akan menangkapnya dan ia pasti menyangka kalau ia akan dipisahkan dengan Soo Yeon.
Kakek Choi menduga jika Hyung joon bisa membunuh Detektif Kim di usia 12 tahun, maka ia mungkin juga membunuh seseorang di Perancis jika ia membutuhkannya, “Semakin muda orang mulai melakukan kejahatan, rasa bersalah orang itu makin lama akan menghilang dan kejahatan yang serupa pun akan berulang.”
Sesaat Jung Woo memikirkan kata-kata Kakek Choi dan berkata kalau ia akan menyurati kepolisian Perancis dan mengirim hasil DNA Hyung Joon, untuk mencari tahu kemungkinan adanya kasus yang masih terbuka di sana. Atasan Jung Woo memintanya untuk juga mencari informasi tentang kecelakaan orang tua Harry Borrison.
 
Detektif Joo yang ada di samping Jung Woo melongo saat Jung Woo mulai mengetik email dan ia bertanya, “Apa mungkin kau menulis surat dalam bahasa Perancis?” Ha.
Mereka dikejutkan oleh kedatangan ibu Soo Yeon yang membawakan mereka makanan. Rupanya ibu datang kemari, ingin membawa Soo Yeon pulang. Tapi Jung Woo berpendapat kalau Soo Yeon lebih aman di kantor polisi karena pelaku itu masih berkeliaran dan, yang bahkan kata ibu,  pelaku itu juga membuntuti ibu saat di pasar.
Tapi ibu tak takut pada pelaku itu karena dulu pun ia bisa bertahan saat hidup bersama ayah Soo Yeon. Ia tak takut sama sekali pada suaminya. Ia memohon pada Jung Woo agar membiarkannya menjadi ibu Soo Yeon sekali ini saja, “
Jung Woo hanya terdiam, iba tapi tak mampu mengabulkan permintaan ibu. Di luar dugaan, atasan Jung Woo datang dan mengatakan kalau ibu dapat membawa Soo Yeon pulang setelah semua urusan administrasi selesai. Tentu saja hal ini membuat Jung Woo dan ibu terkejut. Tapi ibu Soo Yeon tak dapat menutupi kebahagiaan yang ia rasakan dan berkali-kali membungkuk untuk berterima kasih.
Atasan Jung Woo pun malah merasa sungkan dan berkali-kali pula membungkuk karena ia tak dapat berkata apapun pada apa yang terjadi dengan Soo Yeon selama ini.
Aww.. atasan Jung Woo ini termasuk dalam tim yang dulu melakukan kesalahan akan kasus salah tangkap ayah Soo Yeon, ia juga melihat bagaimana Soo Yeon dinyatakan mati dan ia juga tahu bagaimana ketidakadilan yang dialami oleh Soo Yeon pada kasus Harry ini. Maka sebagai kepala tim, hanya memulangkan Soo Yeonlah yang bisa ia berikan untuk membahagiakan ibu dan Soo Yeon yang selama ini selalu menderita. 
Soo Yeon sangat senang karena ibu datang berkunjung. Ibu merasa menyesal dan minta maaf untuk semua yang pernah terjadi. Dulu ia sangat putus asa karena hidup yang ia jalani (dari suami yang suka melakukan KDRT dan hinaan tetangga), sehingga ia bahkan tak tahan pada anaknya sendiri. 
Soo Yeon tak menyalahkan ibu. Apapun yang terjadi, ibu selalu membawanya pergi saat melarikan diri dari ayah. Ibu masih menyalahkan dirinya sendiri, karena ia membawa Soo Yeon pergi sebenarnya lebih karena ingin memiliki tempat untuk bersandar. Dan Soo Yeon pun bertanya, mengapa ibu tak segera mengatakan tentang ayahnya yang ternyata bukan seorang pembunuh?
Ibu berkata karena itu untuk pertahanan dirinya. Tak peduli suaminya pembunuh atau tidak, tapi dengan kematiannya, ia selalu berpikir kalau penderitaannya telah berakhir.
Soo Yeon menatap ibunya lama dan akhirnya memutuskan, “Jika kasus ini selesai, aku akan menikahkan ibu.” Ibu terkejut mendengar kata-kata Soo Yeon yang akan mencarikan orang sebaik Detektif Kim, namun Soo Yeon langsung ganti topik dan mengatakan kalau ia lapar. Ia ingin pulang dan makan di rumah. Ibu pun langsung menyetujuinya.
Tapi Jung Woo sudah muncul dengan membawa makanan. Makanan kesukaan Soo Yeon. Ia memanggil cintaku (aein) tapi matanya tak mengarah pada ibu yang biasa ia panggil aein, melainkan pada Soo Yeon yang langsung diciumnya. Tentu saja Soo Yeon terkejut. Apalagi seperti yang dulu, Jung Woo pun tak berhenti di situ, terus melanjutkan,
“Ddukbokki.. sosis.. soda...,” tiga kecupan diberikan Jung Woo pada Soo Yeon. 
Soo Yeon malu karena mereka sedang ada di depan ibunya. Begitu pun ibu. Mata ibu melebar, terkejut melihat Jung Woo yang terang-terangan mencium Soo Yeon tanpa malu.
Jung Woo melirik ibu, menggodanya, “Apa kau cemburu?” Ibu sudah berpura-pura tak melihatnya, tapi Jung Woo yang sangat gembira melihat mereka berdua, juga mencium pipi ibu. Tapi untuk ibu hanya sekali saja, karena ia harus menyimpan bibirnya. Lol.
Walau ibu pura-pura kesal, tapi ibu tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya melihat Jung Woo membelai rambut Soo Yeon dengan sayang. Maka saat Jung Woo meminta ibu juga ikut makan bersama, ia berpura-pura ingin ke toilet sebentar.
Dan di luar ia bertemu dengan Detektif Joo yang akan masuk ke ruang interogasi. Maka ia buru-buru mencegahnya untuk masuk. Detektif Joo yang tahu apa maksud ibu, malah kepingin tahu. Tapi ibu menahannya. Tak kurang akal, Detektif Joo menarik ibu untuk masuk ke ruang sebelah.
Yang ada kacanya. Yang bisa memperlihatkan apa yang sedang Jung Woo dan Soo Yeon lakukan. LOL.
Note: sebelumnya  Jung Woo selalu memanggil ibu sebagai aein, yang sering saya tulis dengan cinta atau pacar, dan Detektif Joo dengan istri. Nah, sekarang istri dan pacar menonton Jung Woo di ruang sebelah.
Mulanya ibu tak mau melihat, tapi saat Detektif Joo mengatakan kalau mereka berciuman (padahal nggak), ibu langsung penasaran dan melihat ke kaca, dan bertanya apakah ini gaya pacaran anak jaman sekarang?
Detektif Joo hanya menghela nafas. Ia tak tahu, karena apapun yang sedang Jung Woo-Soo Yeon lakukan, ia benar-benar merasa iri. Melihat mereka, yang ia ingin lakukan adalah menemui cinta pertamanya.
Ibu kaget mendengar cerita cinta Detektif Joo. Apa pacar Detektif Joo juga lari (seperti Soo Yeon)? Detektif Joo berkata sedih kalau saja pacarnya lari, ia bisa membawanya kembali, “Ia pergi dan menikah.”
Aww… puk puk puk..
Ibu menatap kasihan pada Detektif Joo, dan Detektif Joo melambaikan tangannya dengan wajah tersiksa saat berkata, “Selamat tinggaaall…!”
Ha. Sepertinya handphone Detektif Joo juga ingin menambah penderitaan Detektif Joo, karena alarmnya berbunyi, yang menandakan kalau ia harus minum ramuan ginseng merah. Ia pun patuh dan mengambil ramuan itu walau dengan menggerutu, “Apa gunanya juga meminum obat ini?”
Ternyata kedatangan Jung Woo ini, untuk menginterogasi Soo Yeon sebagai tersangka kejahatan yang lain. Ia mengacungkan ‘bukti kejahatan’ Soo Yeon yaitu buku hariannya dan mengutip apa yang tertulis di buku itu, “Pandangan pertama + ciuman = cinta pertama. Cinta pertama + ciuman = Han Jung Woo.”
LOL. LOL.
Soo Yeon terpana mendengar kata-kata yang ia tulis di buku harian itu. Ia mencoba merebut buku itu, tapi Jung Woo tak bersedia menyerahkan bukti itu, “Pandangan pertama.. ciuman..Han Jung Woo… kenangan indah,” 
Dan seperti menunjuk bukti kejahatan, ia menyentuh bibirnya, dan kembali bertanya pada Soo Yeon, “Sebenarnya sejak kapan kau ingin menciumku seperti ini?”
Dan Jung Woo memonyongkan bukti di wajahnya sambil mengancam “Kalau kau tak mengaku, kau tak bisa pulang.”
Ha! Soo Yeon salah tingkah dan buru-buru merebut buku hariannya. Ia kan menulis buku itu hanya untuk bersenang-senang saja. Tapi Jung Woo masih mengejar jawaban dari tersangka ini, “Apakah sebenarnya kau memberikan payung itu karena kau memang berencana untuk menciumku?”
Bwahaha… ketahuan! Soo Yeon tak dapat menahan malu dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saat Jung Woo mengatakan TKP yang mungkin direncanakan Soo Yeon, “Apakah di taman bermain? Atau di bawah lampu jalan?”
Jung Woo meminta kembali bukti yang ia sita, tapi Soo Yeon menyembunyikan buku itu di balik punggungnya, tak mau menyerahkan dan menyuruh Jung Woo untuk berhenti membacanya.
Ahhh!! Lupa. Ibu dan Detektif Joo ternyata juga mengikuti percakapan mereka. Ibu terkekeh geli namun lega  karena Soo Yeon tak akan punya waktu untuk bersedih dan semua itu berkat Jung Woonya. Sementara Detektif Joo hanya bisa mendesah, membuka ramuan ginsengnya dan meminum ramuan itu sambil melihat layar bioskop di depannya.
Ibu memukul kepala Detektif Joo yang minum ramuan itu sendiri. Detektif Joo pun menawarkan pada ibu untuk meminumnya. LOL

Ah Reum mencoba mencari tahu apa alasan ibu memberi kesaksian palsu. Jika bukan karena uang, lalu apa alasannya?





Mi Ran ternyata lebih takut pada suaminya, maka ia tetap tak mau membuka mulut walau Ah Reum memintanya untuk mempercayai Jung Woo dan memberi pengakuan yang sebenarnya. Ia menganggap kalau Jung Woo sebenarnya masih membencinya. Dan Jung Woo yang memintanya berkata jujur, sebenarnya karena ia ingin menyelamatkan Soo Yeon. Setelah ia berkata jujur, ia takut Jung Woo akan berbalik untuk lepas dari tuduhan membuat kesaksian palsu.
Aihh… Mi Ran ini terlalu lama hidup bersama Tae Joon nih, jadi nggak percayaan gini.

 
Ah Reum meminta ibunya untuk membuka mata. Jung Woo bukanlah  orang yang seperti itu. Kalau ibunya masih seperti ini, Ah Reum mengancam tak mau menemui ibunya lagi, “Ayah tak pernah sekalipun menengok ibu saat masih di UGD. Coba ibu pertimbangkan baik-baik. Satu-satunya orang yang bisa ibu percayai hanyalah Kak Jung Woo.”
Mi Ran tetap ragu akan tindakan yang harus ia ambil. Ah Reum meyakinkan kalau permintaannya ini adalah demi kebaikan ibunya sendiri. Jung Woo harus menangkap pelakunya agar semua dapat berakhir.
Craig, pengacara Harry melaporkan kalau Zoe ada di kantor polisi untuk diinterogasi. Walau menurut Craig,  Harry masih belum diperbolehkan pergi dari Korea, tapi Harry tetap memintanya mencari cara untuk meninggalkan Korea, entah ke Jepang atau Cina, “Karena aku tak berniat kembali lagi ke Korea, kau tak perlu merisaukan yang lainnya. Aku juga tak akan pergi sendiri karena aku akan membawa Zoe dan Ibuku.”

Craig mencoba menyela, tapi pikiran Harry penuh akan rencananya. Ia akan mengganti nama lagi, dan meminta Craig untuk membuat nama yang bagus untuk semua anggota keluarganya.
Sudah larut malam, tapi Hyun Joo masih sibuk dengan bunga plastiknya. Sepertinya bunga plastik itu adalah simbol dari miliknyayang berharga bagi dirinya (yaitu mungkin adalah uang). Karena begitu Soo Yeon duduk, Hyun Joo langsung menarik bunga itu, dan mengatakan kalau itu adalah milik Joon.

Hampir menangis, Soo Yeon berkata kalau Joon (panggilan Soo Yeon pada Hyung Joon/Harry) tak menginginkan hal itu. Ia memohon agar Hyun Joo cepat sembuh dan kembali pada Joon. Saat Soo Yeon mengatakan nama itu, Hyun Joo menampakkan kalau ia sedikit ingat dengan nama itu dan menyebutkan bayi berulang kali.
Soo Yeon ingin menyalahkan Hyun Joo atas apa yang terjadi pada Jung Woo (yang juga terjadi padanya) dan pada Hyun Joon, “Jadi ibu harus segera sembuh, karena saya tak mampu membenci  ibu bahkan marah pun tak bisa karena ibu seperti ini.“
Hyun Joo menatap lembut pada Soo Yeon dan kemudian mengangsurkan bunga plastik itu pada Soo Yeon, dan mulai lagi memasukkan kunci ke dalam bandul kalungnya.
Di dapur, Soo Yeon minum soju dan membuka foto yang diam-diam ia ambil saat menguntit Jung Woo. Di foto itu, ia tuliskan kata-kata yang pernah ia tuliskan di tembok 14  tahun yang lalu, “Bogoshipeo (Aku ingin menemuimu / Aku merindukanmu).”
Eun Joo datang dan bergabung untuk minum dengannya. Melihat Soo Yeon masih bisa tersenyum, Eun Joo heran apakah Soo Yeon sudah gila atau bodoh karena ia masih bisa tersenyum di saat sepert ini. 

Soo Yeon berkata karena ia memang tak melakukan pembunuhan itu, dan ia percaya Jung Woo akan dapat menyelesaikannya. Maka yang dapat ia lakukan sekarang adalah mempercayai dan menunggu Jung Woo. 

Mereka minum semakin banyak, dan Eun Joo menyuruh Soo Yeon untuk mulai bertindak benar mulai sekarang (jangan seperti saat Soo Yeon membohonginya di butik Bellez) dan pura-pura mengancam  Soo Yeon agar tak mem-bully-nya, mentang-mentang Soo Yeon adalah putri kandung ibu.

Tapi Soo Yeon malah tertawa mendengar kata bully itu, karena sudah lama ia tak mendengarnya sejak jaman SMP. Dulu ia juga sering dibully  karena dicap sebagai anak pembunuh.

Eun Joo menatap Soo Yeon yang tenang saat menceritakan pengalamannya dan berkomentar, “Kau benar-benar telah mengalami semuanya, ya. Tapi bagaimanapun juga, ibu adalah milikku.”
Soo Yeon tersenyum dan seakan membantah kalau bukan dirinya yang perlu dikhawatirkan, “Ibu.. paling menyukai Han Jung Woo.”
Eun Joo pun juga mengiyakan karena ia dulu juga menyukai Jung Woo. Tentu saja Soo Yeon kaget. Tapi Eun Joo menenangkan Soo Yeon, “Jangan melotot padaku. Berkat dirimu,  aku hanya bisa memandangi dia selama 14 tahun ini.”
Soo Yeon merasa tak enak pada Eun Joo, tapi Eun Joo kembali menenangkan Soo Yeon karena rasa sukanya tak cukup besar untuk menggantungkan hidupnya pada Jung Woo yang menyukai Soo Yeon.



Menyadari banyak penderitaan yang dilalui Soo Yeon, walau sudah mabuk, Eun Joo menyuruh Soo Yeon untuk bercerita padanya jika Soo Yeon teringat pada kejadian buruk di masa lalunya, “Juga.. kau harus memanggilku kapan saja kau ingin munum.”
Soo Yeon tersenyum, “Kau juga. Jika kau merasa kangen dengan ayahmu, kau harus memanggilku.”
Keesokan harinya, Soo Yeon mengajak ibu dan Hyun Joo untuk membeli sepatu. Ibu sangat bahagia, apalagi Soo Yeon juga berkata kalau ia akan membuatkan ibu baju juga.

Kebahagiaan itu ia tularkan pada Hyun Joo yang mulanya tak mau mencoba karena ia terus memegang bunga plastiknya, akhirnya mau bercermin untuk melihat sepatu yang dicobanya.

Di toko sepatu, tempat banyak orang berlalu lalang mencoba sepatu, membuat Soo Yeon merasa mendengar suara langkah kaki Hyung Joon. Ia mencari-cari sosok Hyung Joon, membuat detektif Ahn yang bertugas mengawal Soo Yeon khawatir dan bertanya.
Tapi ternyata Hyung Joon memang datang untuk mengintip Soo Yeon. Ia berdiri di luar toko, melihat betapa perhatiannya Soo Yeon pada ibunya dan memeriksa kaki ibunya, “Bodoh! Apakah kau sudah lupa akan penderitaan yang telah kau lalui karena ibuku?”

Soo Yeon kembali mendengar suara langkah Hyung Joon. Walau langkah itu ternyata bukan milik Hyung Joon, tapi saat mencari-cari bunyi itu, ia melihat kaki Harry yang muncul dari balik tembok. Karena Detektif Ahn masih bersamanya, seakan ingin melindungi Hyung Joon, Soo Yeon membalikkan badan, tak berani melihat Hyung Joon.
Hanya dalam hatinya, ia berkata pada Hyung Joon, “Joon ah, janganlah takut. Semakin kau bersembunyi, pada akhirnya kau hanya akan merasa semakin kesepian.”
Ternyata Hyung Joon memang ingin sendiri. Karena ia tak datang ke kantor polisi untuk pemeriksaan, yang datang hanyalah Craig, yang sebagai pengacara, memberikan kesaksian atas nama Harry. Kesaksian itu mementahkan tuduhan polisi tentang kematian Detektif Kim dan pemalsuan dokumen. Seperti yang diduga Jung Woo, semua tuduhan itu ditimpakan pada almarhum Michelle Kim.

Atasan Jung Woo berkata kalau mereka masih berharap kepolisian Perancis mau bekerja sama dengan mereka. Detektif Joo juga masih berharap akan Mi Ran yang mau merubah kesaksiannya tentang siapa yang telah meracuninya, “Dan lebih baik lagi jika ia mau memberitahukan rahasia tentang ayahmu.”

Tapi menurut Jung Woo, hal yang terakhir itu sangatlah mustahil karena tak ada bukti yang memberatkan ayahnya. Detektif Joo kesal dan berandai-andai, kalau saja semua penjahat ada tandanya, misalnya tangannya merah kalau pidana berat, dan tangannya kuning kalau pidana ringan.
Ha! Kalau gitu, nggak akan ada polisi, Bang.
Mendadak Detektif Park memanggil mereka karena sudah ada balasan dari kepolisian Perancis. Jung Woo, satu-satunya orang yang bisa  berbahasa Perancis, membacakan, “Tuan dan Nyonya Borrison, yang mengadopsi Moon Hae Joon, meninggal pada tahun 1999, dan dinyatakan kematian akibat kecelakaan. Kecelakaan mobil.”

Detektif Joo bertanya bukankah dulu Harry pernah berkata kalau orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat?

Di surat itu ternyata juga tertulis penyebab kecelakaannya, yaitu rem dan kaleng soda. Dan polisi juga sedang memeriksa DNA yang ada di kaleng soda dengan DNA Kang Hyung Joon yang sudah dikirimkan, apakah ada kecocokan diantara kedua DNA itu. Juga, pasangan suami istri Borrison itu pernah diselidiki atas dugaan penganiayaan anak di tahun 1999 pada anak angkat mereka, Harry Borrison.
Jung Woo berkata kalau ia akan meminta pada kepolisian Perancis jika mereka mempunyai foto lama mereka, dan Kakek Choi mengatakan akan lebih baik lagi kalau ada foto si anak. Harry Borison.

Detektif Park yang belum paham, bertanya mengapa mereka harus meminta foto itu (kan mereka sudah punya foto Harry). Detektif Joo pun menjelaskan kalau ada foto itu, mereka dapat membuktikan dugaan kalau Kang Hyung Joon adalah Kang Hyung Joon dan Sekretaris Yoon (Yoon Young Jae) adalah Harry Borrison, “Kang Hyung Joon (dengan soda dan rem) menyelamatkan Yoon Young Jae dari penganiayaan orang tua angkatnya. Karena itulah Yoon Young Jae berjanji setia pada Hyung Joon, dan ia bersedia dikambinghitamkan.”
Jung Woo berkata kalau mereka sudah mendapatkan hasil DNA dari Perancis dan mendapatkan foto Harry Borrison yang memastikan kalau itu adalah Sekretaris Yoon, maka..

“Tangkap! Akan segera  penangkapan!” teriak Detektif Joo antusias. “Kang Hyung Joon.. diborgol!”
Di saat semua sudah tidur, Hyun Joo belum tidur. Ia memandangi sepatunya dan memeluk sepatunya dengan sayang. Sepertinya perhatian ibu dan Soo Yeon menyentuh perasaannya. 



Ia menatap Soo Yeon yang tidur dan memberikan bunga plastik ke tangan Soo Yeon. Senyumnya hangat saat melihat betapa tenangnya Soo Yeon tidur di pelukan ibunya. 
Mendadak terdengar suara dari luar, membuat  Hyun Joo melihat ke luar jendela. Betapa kagetnya ia melihat jendela itu terang. Ingatan akan kejadian 14 tahun yang lalu, muncul kembali ke dalam ingatannya.
Ia teringat saat-saat terakhir ia melihat putranya, yang terseok-seok di tengah hujan, dan Hyung Joon memanggil-manggilnya saat Perawat Hye Mi membawanya pergi.

Hyun Joo gemetar ketakutan dan menutupi dirinya dengan selimut. Namun ketakutannya menghilang, diganti dengan rasa penasaran akan bayinya yang selama ini ia rindukan.
Dan ia pun berjalan keluar, tanpa mantel dan bertelanjang kaki. Di bawah lampu jalan yang berkedip-kedip, membuatnya teringat teriakan Joon-nya 14 tahun yang lalu, juga tangisan seorang pria saat di rumah Tae Joon, menangis memohon agar ia mengingat kalau pria itu adalah Joon-nya

Ia juga teringat saat bagaimana ia menyuruh orang untuk menculik Jung Woo, dan kemudian ada pria yang memperkenalkan dirinya dengan ramah, sebagai Han Jung Woo.
“Aku memang bersalah.. aku memang bersalah. Apa yang aku lakukan memang salah.. aku memang bersalah,” Hyun Joo menangis histeris dan ia terjatuh, sehingga kalung yang selalu ia pegang pun ikut terjatuh.

Ia segera memungutinya, teringat saat Hyung Joon mengembalikan kalung itu dan berkata kalau ia tak membutuhkannya. Ia pun menangis, “Aku akan memberikan ini pada Hyung Joon! Hyung Joon… Hyung Joon..”
Dan ia menyusuri jalanan, mencari-cari Hyung Joon. Panik saat ada orang menabraknya, dan malah ia yang meminta maaf, berulang-ulang mengatakan, “Aku yang bersalah.. maaf.. maaf.. bukan aku… bukan aku..”

Di tengah lalu lalang orang, Hyun Joo hanya bisa menangis ketakutan. Sendirian.
Hyung Joon tertidur di sofa, dan terbangun saat melihat pecahan bandul yang dulu pernah ia berikan pada ibunya. Dan ia melihat sosok anak kecil duduk di tangga, menunduk, seakan tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia melihat dirinya sendiri, saat 14 tahun yang lalu.
Hyung Joon kaget dan berdiri hingga tongkatnya terjatuh, namun ia tak mempedulikan tongkat itu. Ia berjalan menghampiri anak itu dan menaruh telunjuk di bibirnya, memintanya untuk diam, “Kau tahu, kan? Han Tae Joon ada di sini. Kau jangan keluar dulu.”
Hyung Joon kecil mengangguk patuh dan Hyung Joon tersenyum, mengatakan kalau sebentar lagi mereka akan pergi, “Pada saat itu aku akan mengijinkanmu keluar. Okay?”

Hyung Joon kecil tersenyum, senang mendengar kata-kata Hyung Joon, dan mengangguk sambil menaruh telunjuk di bibirnya juga. Hyung Joon membalas senyum Hyung Joon kecil dan membelai rambutnya.
Ia tak menyadari kalau ia tersenyum sambil menangis.
Sementara itu Hyun Joo meringkuk kedinginan sambil memanggil-manggil putranya di dalam hatinya.
Soo Yeon yang terbangun tengah malam kaget melihat Hyun Joo tak ada. Hanya ada bunga yang tertinggal, bunga yang tak pernah terlepas dari tangan Hyun Joo. Mendapat firasat buruk, ia segera membangunkan ibunya.

Bersama-sama Eun Joo dan ibu, mereka berpencar mencari Hyun Joo. Jung Woo kebetulan menelepon Soo Yeon dan ia pun ikut mencari Hyun Joo.
Di tengah jalan mereka bertemu, dan bersama-sama mencari Hyun Joo. Hampir saja mereka putus asa jika mereka tak mendengar ada petugas yang menemukan orang tergeletak di balik tumpukan barang.
Jung Woo segera melepas mantelnya dan Soo Yeon meminta Hyun Joo untuk membuka mata dan jangan tertidur (karena jika tertidur bisa hipotermia dan meninggal). Hyun Joo sepertinya sudah lemah dan tak dapat membuka mata.

Sangat panik, Jung Woo segera meminta Soo Yeon untuk menaikkan Hyun Joo ke atas punggungnya. Tapi Hyun Joo ternyata bisa membuka mata walaupun lemah dan berkata Soo Yeon, “Joon-ah…”



Jung Woo dan Soo Yeon saling berpandangan mendengar Hyun Joo memanggil putranya dan seakan memohon Hyun Joo berkata, “Aku merindukannya… “
Soo Yeon dan Jung Woo mendatangi rumah Hyung Joon, dan ternyata Hyung Joon sedang minum-minum. Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk mengikutinya dan Jung Woo menambahkan kalau ibu Hyung Joon berada dalam kondisi kritis, “Jangan lakukan sesuatu yang nantinya kau sesali.”

Hyung Joon santai menghadapi mereka berdua. Tak tergerak sedikitpun saat mendengar kondisi ibunya dari Jung Woo, “Aku tak punya ibu. Jangan mengaturku. Aku malah kasihan padamu. Ayah dan ibu tiri seperti itu? Kupikir kau akan menangkapku. Kenapa kau lama sekali?”

Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk pergi bersama mereka atau kalau tidak ia tak akan dapat menemui ibunya lagi. Tapi Hyung Joon malah membentaknya, memintanya berhenti berpura-pura mengkhawatirkannya padahal ada Jung Woo di sampingnya, “Kau tak bisa membodohiku.”
“Apakah kau benar tak akan menyesalinya?” tanya  Soo Yeon sekali lagi. Tapi melihat Hyung Joon masih tetap diam, Soo Yeon tahu jawabannya. “Bodoh! Ibu yang bertahun-tahun telah kau cari. Memang kenapa kalau ia tak dapat mengenalimu?”
“Yang selalu ia lakukan adalah memanggil-manggil namamu. Kalung yang ada ditanganmu, ia memegangnya erat sepanjang hari, dan berulang-ulang kali mengatakan kalau kalung itu untukmu. Ibu yang telah kau tinggalkan hanya tetap memanggil namamu.”
“Berhentilah membuat keributan dan keluarlah,” kata Hyung Joon malas.
Jung Woo langsung menarik Hyung Joon untuk berdiri, dan sangat marah saat berkata, “Bocah, berhentilah marah. Kalau ingat semua kejahatanmu, aku tak ingin bersimpati padamu seperti ini. Tapi karena aku mengasihanimu, kasihan karena kau menjadi rusak seperti ini, maka aku bersimpati padamu. Jadi keluarlah sekarang.”
Tapi Hyung Joon mendorong Jung Woo dan membentak marah, “Terus bagaimana? Setelah itu kau akan menahanku? Sampai aku mengaku kalau aku adalah Kang Hyun Joon? Jadi aku pergi atas kemauanku sendiri, menangis dengan ibu di dalam pelukanku dan mengakui kalau aku adalah Kang Hyun Joon?”
Hyung Joon berkata kalau ia sudah tahu niat asli mereka dan ia tersenyum menantang mereka, “Aku tak mau pergi. Aku tak akan tertangkap. Bawa dulu buktinya padaku!”
  
Ia mengambil tongkatnya dan memukul gelas di meja. Jung Woo refleks langsung menutupi tubuh Soo Yeon sehingga pecahan kaca itu tak mengenainya. Seperti Soo Yeon, Jung Woo pun tak menyangka Hyung Joon akan seperti ini, “Kang Hyung Joon. Apakah akhirnya akan seperti ini? Setelah kau menangis menyebut ‘ibu.. ibu..’ setiap saat, akhirnya kau bersembunyi untuk menyelamatkan dirimu sendiri?”
Jung Woo mengingatkan kalau Hyung Joon selalu berkata kalau ia akan melakukan apa yang Soo Yeon inginkan, “Dan sekarang ia berlari menemuimu. Walaupun kau telah menjebaknya menjadi seorang pembunuh, ia masih memberi kesempatan pada orang sepertimu walau kau tak pantas menerimanya. Hanya inikah imbalan yang dapat kau berikan?

Hyung Joon menyuruh Jung Woo untuk keluar. Tapi Jung Woo masih belum selesai. Ia berkata kalau Hyung Joon tak pernah melakukan keinginan Soo Yeon,



“Walau aku lebih suka memukulimu sampai mati, tapi Soo Yeon tak menginginkannya karena ia tak ingin melihatmu lebih terluka lagi. Itu yang disebut melakukan keinginan Soo Yeon.” Dan Jung Woo meminta Hyung Joon keluar (jika Hyung Joon ingin melakukan keinginan Soo Yeon).
Tapi Hyung Joon malah tertawa, mengejek, “Apa kau kesini untuk menyatakan perasaan cintamu? Kalau memang begitu, keluar saja dan lakukan hal itu.” Tak hanya pada Jung Woo, ia pun bertanya pada Soo Yeon, apakah Soo Yeon melakukan hal ini karena rasa tanggung jawabnya atas apa yang terjadi padanya sehingga hatinya akan merasa lebih tenang? “Aku tak mau. Aku.. berharap kalau bukan ibuku, melainkan kau yang akhirnya mati.”

Soo Yeon benar-benar tak percaya mendengar kata-kata Hyung Joon yang ingin tinggal di dunia yang tanpa ada Soo Yeon di dalamnya. Ia menunjuk rumahnya dan berkata kalau ini adalah surganya, “Jangan pernah kemari lagi, tanpa ijin dariku.”

Jung Woo yang berkata kalau ini bukanlah surga. Penjara yang paling buruk adalah penjara yang didiami sendirian, “Tak ada surga yang kau tinggali sendiri. Kau memenjarakan dirimu sendiri karena dosa atas kejahatan yang kau lakukan. Ini adalah nerakamu.”
Di rumah sakit, Tae Joon mendengar kabar kematian Hyun Joo dan pada orang di telepon, ia bertanya, “Sekali lagi? Baiklah.”

Mi Ran yang mendengar hal itu, semakin ketakutan, dan diam-diam ia memencet nomor telepon seseorang.
Hyung Joon menutup telepon dan menyalakan musik klasik favoritnya, menenangkan diri. Kunci  itu terus tergenggam di tangannya.

Soo Yeon dan Jung Woo berziarah ke abu Hyun Joo. Soo Yeon meletakkan bunga plastik milik Hyun Joo dan berkata betapa Hyun Joo merindukan Hyung Joon selama belasan tahun. Jung Woo berkata kalau Hyun Joo tak meninggalkan apapun kecuali luka untuk putranya.

Soo Yeon mengajak Jung Woo untuk pergi, karena Hyung Joon tak akan berziarah kalau masih ada mereka di sini. Jung Woo pun mengulurkan tangan, dan Soo Yeon pun menggenggamnya.

Terdengar suara langkah Hyung Joon dan tongkatnya, membuat Jung Woo bertanya mengapa Soo Yeon membuat tongkat Harry seperti itu. Soo Yeon berkata agar ia bisa menemukan dimana Harry berada.

Jung Woo mengerti dan mengatakan kepergian Hyung Joon akan selalu bisa dikenali dari suara tongkatnya. Mereka pun pergi, berselisih jalan dengan Hyung Joon.

Namun Hyung Joon masih bisa melihat kepergian mereka.

Hyung Joon pergi ke tempat abu ibunya, dan melihat kunci yang mirip dengan yang ia pegang. Pada foto ibunya, ia menunjukkan kunci aslinya dan berkata, “Inikah surga yang dulu pernah ibu katakan? Sekarang aku harus mengembalikan dan lari bersembunyi. Sepanjang hidupku sampai aku mati, dengan kaki seperti ini. Terima kasih.”

Foto Harry Borrison telah keluar. Dan Detetif Joo menelepon, memberitahukan kalau laporan polisi Perancis telah ada. Dan DNA kaleng cocok dengan DNA Kang Hyung Joon. Berarti ini adalah pembunuhan, “Mereka tak pernah memberi keringanan pada kejahatan di bawah umur. Jadi entah itu Perancis ataupun Korea, Kang Hyung Joon tak punya tempat untuk melarikan diri. Tangkap ia sekarang juga. Kami sekarang sedang menuju rumah Harry.“

Jung Woo menatap Soo Yeon yang tampak sangat khawatir mendengar berita itu. Ia mengeluarkan borgolnya, dan meminta Soo Yeon untuk tak keluar dari mobil.

Saat ia hendak keluar, Soo Yeon memanggilnya. Dengan sepeda, Hyung Joon menghampiri mereka dan berdiri tepat di depan mobil Jung Woo dan tersenyum menatap mereka.

Terdengar bunyi SMS. Dari Ah Reum yang memberitahukan kalau ibunya sudah mau berbicara. Yang meracuninya bukanlah Soo Yeon, melainkan Harry Borrison.

Jung Woo tersenyum menatap Hyung Joon. Hyung Joon yang mulanya tersenyum mulai gamang. Sementara Soo Yeon menatap mereka dengan khawatir.



source : http://www.kutudrama.com/2013/01/sinopsis-i-miss-you-episode-19-1.html and http://www.kutudrama.com/2013/01/sinopsis-i-miss-you-episode-19-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment