Pagi
ini, Ensul sudah standby di meja kerjanya, ia pun menyambut kedatangan
Jihun dengan semangat, namun yang disapa melengos pun tidak. Karena
Eunsul tidak juga berhenti ngomong, Jihun pun mendekatinya dengan wajah
menyeramkan sehingga Eunsul salah tingkah.
“Wajahmu
membuatku bad mood”seru Jihun kemudian ia meminta CV Eunsul pada
pegawai di sebelah Eunsul. Ia pun membacanya lalu tersenyum sinis, “kamu
nakasan”serunya kepada Eunsul sehingga membuat Eunsul kaget.
Jihun
bergegas meninggalkan Eunsul, kemudian Muwon muncul dan menyapanya.
Namun Jihun malah bertanya apakah Eunsul “Nakasan”Muwon. Muwon mencoba
menjelaskan kalau Ensul adalah sekretaris pilihannya untuk Jihun, namun
Jihun malah ngoceh ga karuan, dan menuduh Eunsul seorang mata-mata yang
dikirim untuk mengawasinya.
Muwon
tertawa mendengar tuduhan Jihun, ia pun berargumen untuk apa ia
mengirim mata-mata, sehingga percakapan mereka pun berubah menjadi adu
mulut. Jihun mendekatkan wajahnya ke Muwon, Muwon menantangnya, sehingga
mereka terlibat dalam adu pandang yang seru, kekeke. Hal ini membuat
Eunsul berinisiatif maju menengahi mereka. Ia menjelaskan kesalahpahaman
yang terjadi, ia berkata kalau direktur Cha Muwon memilihnya karena
keunikan yang dimilikinya. Hal ini membuat Jihun bertanya keunikan itu,
sehingga Eunsul kebingungan menjawabnya. Muwon hanya tersenyum simpul
mendengarnya. Jihun kesal, ia pun mengusir Eunsul dari kantor.
Malam
harinya, Myungran mengadakan makan-makan untuk merayakan hari pertama
kerja Eunsul. Eunsul hanya bisa meratapi nasibnya, ia pun bercerita
tentang doanya di gereja, kuil, dan masjid. Harapannya menemukan
pekerjaan, dan bertemu bos yang baik.
Myungran
menyemangatinya, mereka pun minum bersama sambil tertawa. Eunsul pun
menyampaikan keinginan untuk mengubah doanya yaitu semoga ia bisa
bertahan dan tidak gampang menyerah dan bisa mengalahkan Cha Jihun.
Keesokan
harinya, Jihun memasuki kantor, namun langkahnya tiba-tiba terhenti
ketika melihat Eunsul ada disana. Ia pun berlalu dengan cuek, Eunsul
menyapanya, namun Jihun membalasnya dengan bantingan pintu. Dan hal ini
terjadi berhari-hari, sampai akhirnya Eunsul memutuskan masuk ke ruangan
Jihun, namun sialnya saat ia hendak masuk, Jihun membuka pintu sehingga
Eunsul terdorong pintu dan terjatuh. Jihun kaget, ia pun memandangi
Eunsul sambil memainkan pipinya lalu ia pun berucap,“kau ingin
melanjutkan pekerjaanmu untuk Cha Muwon yang telah memilihmu?”
Eunsul
kaget, lalu Jihun pun menyuruh Eunsul mencobanya, Eunsul makin kaget
tidak percaya, ia pun membungkuk 2x mengucapkan terimakasih, dan Jihun
menyuruhnya membungkuk lagi. Eunsul sangat senang, ia pun berjanji akan
bekerja lebih giat lagi. Jihun pun menjelaskan pekerjaan Eunsul, ia
tidak suka kalo mengulang perintah, ia pun meminta Eunsul mengangkat hp
sebelum dering yang ke dua. Ia meminta udara di ruangannya segar,
pencahayaan, suhu, design interior, ac, dan bersih-bersih ruangan.
Eunsul mendengarkan dengan semangat walaupun terlihat ia ga ngerti,
karena Jihun bicara terlalu cepat. Jihun kembali meneruskan komandonya,
ia meminta Eunsul berdandan yang rapih, menyiapkan kopi dll.
Eunsul
kembali ke mejanya dan bersiap menulis apa yang didengarnya tadi, namun
telpon berdering yang tak lain dari Jihun yang meminta dibelikan makan
siang, Jihun mengucapkan daftar makanan yang ingin dimakannya dengan
cepat, sehingga Eunsul kelabakan menulisnya. Kejadian seperti ini
terulang esoknya, Eunsul sedang bersusah payah membawakan pesanan si
Bos, namun lagi-lagi Jihun menelpon dan memberi perintah sehingga
pekerjaan Eunsul tidak ada yang beres.
Eunsul
membawakan burger berisi wortel untuk Jihun. Jihun menatap burger, “aku
sudah bilang, aku benci wortel”, ia pun menyentil wortel kearah wajah
Eusnsul sehingga mengenai Eunsul. Eunsul berusaha sabar menghadapi
Jihun. Eunsul menyiapkan es teh, dan selalu saja ada salah untuk Eunsul.
Dalam fikiran Eunsul, ia berkhayal bisa memukul kepala Jihun, namun
yang keluar ia tetap bersikap manis dan menuruti semua perintah Jihun.
Jihun menghempaskan tubuhnya ke kasur, ia stress memikirkan Eunsul yang tidak mau menyerah juga.
Di
kamarnya, Eunsul pun menghempaskan tubuhnya ke kasur, sehingga Myungran
terganggu. Myungran menyuruh Eunsul ganti pakaian, Eunsul malah
terbangun dengan mengigau menjalankan perintah Jihun. Myungran prihatin
terhadap keadaan Eunsul, ia pun mengajak Eunsul mandi bersama. Sambil
mandi mereka berscerita tentang betapa pinginnya mereka membunuh Jihun.
Ketika sedang asyik menyusun rencana membunuh Jihun, Hp Eunsul
berdering, ia pun mengamabil Hpnya dengan hati-hati, namun sialnya Hp ny
malah tercebur ke dalam bak. Ia pun menjerit histeris.
Di
kantor, Jihun memarahi Eunsul, ia kesal sekali karena teleponnya tidak
diangkat Eunsul. Eungsul ketakutan. Jihun pun menuduh Eunsul ke sauna,
Eunsul tidak bisa mengelak, Jihun mengomentari mata, dan wajah Eunsul,
Eunsul diam saja, Jihun pun bertanya, “kenapa kamu diam saja?”.
“Karena
kau bilang aku tidak boleh menjawab perkataanmu”jawab Eunsul dengan
polos. Jihun mendesah kesal. Jihun pun mengajak Eunsul meeting.
Dalam
ruangan meeting, Muwon menjelaskan proyek dengan percaya diri,
sementara itu Jihun sibuk menulis tidak jelas, sesekali ia tampak
berfikir keras, semakin lama ulah Jihun semakin mencolok, sehingga
menarik perhatian Chairman Cha. Ia meminta Jihun menjelaskan ulang
materi rapat, Jihun yang sedang sibuk menulis, tidak mendengar perintah
ayahnya , sehingga paman sebelah menegurnya. Jihun menjawab sekenanya
sehingga Chairman marah dan membentaknya.
Jihun
keluar ruangan diikuti Muwon, ia menanyakan bagaimana kabar Eunsul
bersama Jihun, Jihun pun kesal lalu ia berkata, “pernah dengar potongan
kalimat dr Slumdunk?, musuh harus menyelesaikan masalahnya sendiri”.
Muwon kesal ia pun meninggalkan Jihun. Jihun hendak berjalan, namun ia
menemukan tisu, ia mengambilnya dan meletakkannya dalam tong sampah.
Di
rumahnya, Eunsul merapihkan dapur sambil menyemangati dirinya dan
pekerjaannya, lalu tiba-tiba telepon bordering, ia berlari dan
mengangkat telepon, ia pun menyapa orang di seberang dengan sebutan
direktur. Dan ternyata yang menelpon Chairman.
Di
dalam kantornya, Chairman menanyakan keadaan Jihun pada Muwon, ia
berharap Jihun bisa memperbaiki image nya sehingga orang-orang disekitar
mempercayainya dan bisa melanjutkan perusahaan. Muwon hanya mengangguk
mengiyakan kata-kata Chairman. Chairman berkata lagi bahwa ia tidak
khawatir dengan Muwon, karena Muwon mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik, sehingga Muwon bisa meneruskan perusahaan ibunya. Dan mendengar
ini Muwon langsung terdiam, dan rona wajahnya berubah. Chairman masih
meneruskan kata-katanya, “perusahaan itu adalah peninggalan ayahmu,
sebagai anaknya, sudah menjadi kewajibanmu untuk meneruskannya?”. Muwon
tersenyum lagi dan berkata, "tentu. Mengenai Jihun, jangan khawatir, aku
akan memikirkannya baik-baik”. Muwon pun pergi meninggalkan ruangan,
setelah membelakangi Chairman, senyumannya pun menghilang.
Eunsul
masuk ke dalam ruangan Chairman, ia duduk dengan tegang. Chairman
menyapanya kenapa ia kelihatan nervous dengan nada setengah membentak.
Dan hal ini membuat Eunsul makin stress. Chairman pun memarahi Eunsul,
ia tidak terima dengan pekerjaan Eunsul yang masih belum bisa mengatur
bos nya membiarkan bos nya datang terlambat ke kantor setiap hari.
Eunsul kebingungan ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Chairman pun
meminta Eunsul untuk datang tiap hari ke rumah nya sebelum jam 9.00 dan
membangunkan bos nya(JIHUN) supaya tidak terlambat lagi ke kantor.
Chairman pun meminta Eunsul menjaga Jihun agar tidak keluar kantor.
Eunsul yang masih tegang pun menyanggupi pekerjaannya. Namun Eunsul
meminta izin mengatakan suatu kebenaran. Chairman pun tertawa mendengar
keinginan Eunsul, ia pun mempersilahkan Eunsul berbicara. Eunsul dengan
polosnya mengatakan, “ini semua karena Chairman tidak melakukannya,
itulah kenapa kamu menyuruhku untuk melakukannya, benarkan?”. Chairman
pun berdalih karena ia sibuk. Eunsul masih kebingungan, Chairman
mendesaknya mengatakan idenya, namun Eunsul tampak stress. Chairman pun
tertawa ia mengatakan kalo Eunsul bodoh, jaman kuliahnya pasti memiliki
prestasi yang jelek. Eunsul makin salah tingkah, ia berdalih bahwa semua
manusia memiliki sisi buruk. Chairman pun tertawa, ia mengatakan kalo
dirinya dan Eunsul memiliki kesamaan. Akhirnya mereka berdua pun tertawa
bersama.
Keesokan
harinya, Eunsul mendatangi rumah Jihun. Seorang bibi pembersih taman
mengantar Eunsul menemui Jihun. Si bibi pun bertanya apa tujuan Eunsul
datang. Eunsul berkata bahwa mulai hari ini ia akan membawa si Bos
datang ke kantor tepat waktu. Si Bibi meragukan Eunsul, dan Eunsul pun
mulai menunjukkan kenarsisannya. Ia pun menyemangati si bibi. Si bibi
hanya tertawa melepas kepergian Eunsul.
Eunsul
sudah tiba di depan kamar Jihun. Pelayan memperingati bahwa tidak ada
satu orang pun yang bisa membangunkan Jihun. Eunsul mulai mengetuk pintu
kamar, 1x-2x namun tidak ada sahutan. Ia pun membuka pintu kamar, ia
masuk ke dalamnya sambil meminta izn. Dan mulai mendekati tempat tidur
Jihun. Ia pun membangunkan Jihun, bukannya bangun, Jihun malah
membalikkan badan dan menarik selimut sehingga celana dalamnya
kelihatan, Eunsul sibuk membuang muka, sampai akhirnya Jihun terbangun
dan kaget melihat ada Eunsul disana. Jihun pun mulai teriak-teriak
sambil mencoba menutupi celananya.
Jihun
pun beranjak mandi, dalam kamar mandi ia kesal dan memaki Eunsul.
Sementara itu Eunsul sibuk mengagumi interior kamar Jihun. Lalu ia
melihat stand karakter yang mirip sekali dengan dirinya, lalu melihat
sebelah sepatunya diatas meja tepat di depan stand karakter tadi.
Ingatan Eunsul pun melayang ke peristiwa malam itu. Ucapan Muwon dan
terakhir komentar Jihun tentang gaya rambutnya.
Eunsul pun terduduk lemas di lantai. Ia melempar sepatu tadi, dan tepat saat itu Jihun sedang menuju ke arahnya.
“Apa
yang kau lakukan”seru Jihun. Ia bertanya apakah sepatunya pas dengan
ukuran kaki Eunsul. Eunsul pun dengan cepat mengatakan tidak. Jihun
mengambil sepatu tadi dan meletakkannya diatas meja, “kamu tidak boleh
menyentuh ini, ini merupakan bukti penting, aku harusnya memfotonya,
selain gulungan rambutnya, aku tidak bisa mengingat apapun”ucap Jihun.
Eunsul pun semakin stress. Jihun pun melepar anak panah ke stand
karakter tadi dan tepat mengenai pundak. Ensul pun seperti merasakan
sakit tusukan panah di karakter tadi. Jihun pun terus-terusan
melemparkan anak panah nya sambil ngomel-ngomel tentang kejadian malam
itu, Eunsul pun hanya bisa mengelus-elus dadanya. Jihun pun berjanji
akan menangkap wanita itu, karena ia telah menghancurkan reputasinya,
menggagalkan projektnya, dan menyebabkan ia di hukum oleh ayahnya.
Eunsul
memcoba melakukan pembelaan, “jika orang itu tahu ia menyebabkan
direktur Cha menderita, aku yakin, orang itu akan sangat sedih juga,
jadi aku harap, sedikit saja, maafkan dia”.
“Maafkan?”seru Jihun sambil membelalakkan matanya.
“Jangan maafkan, jangan maafkan dia, kamu harus menangkapnya!”ucap Eunsul gelagapan.
“Baiklah,
kita harus menangkapnya, Eunsul, kamu harus berusaha
menangkapnya”perintah Jihun pada Eunsul. Sementara Eunsul masih
menyembunyikan kepanikannya, “apa?”serunya kaget.
“Jangan
ceritakan pada siapapun yang telah aku ceritakan padamu, aku tidak
peduli kau pakai cara apa, atau menyelidiki diam-diam, kamu harus
menangkapnya!”seru Jihun seraya melemparkan sepatu tadi kepada Eunsul.
Jihun
dan Eunsul pergi ke kantor bersamaan, Eunsul masih terlihat cemas,
sehingga Jihun berfikir Eunsul tidak bahagia karena bekerja full time
untuknya. Eunsul pun mengatakan ia sangat senang bekerja fulltime. Jihun
memintanya besok-besok untuk permisi dulu sebelum masuk kamarnya.
Eunsul mengatakan ia akan hati-hati dan tidak akan melihat underware
Jihun lagi. Sontak saja Jihun menghentikan langkahnya dan menutup mulut
Eunsul. Hal itu terlihat oleh Chairman, sehingga Chairman membentak
Jihun. Mereka pun akhirnya berada dalam 1 lift.
Di
dalam lift Chairman, mengancam apabila esok mereka berdua telat lagi,
maka Chairman akan memecat mereka. Dengan tanpa dosa Jihun mengatakan
kalau ayahnya juga datang terlambat. Dan hal ini membuat Chairman marah,
“aku melakukan tugas sosial, kurang ajar kamu!”serunya kemudian
menendangi bokong Jihun, anak buah Chairman sibuk menyuruh Eunsul
menutupi CCTV, Eunsul pun naik ke atas punggung asisten tadi untuk
menutupi CCTV.
Jihun
berusaha complain tentang adanya Eunsul di rumahnya, namun Chairman
justru makin menendanginya. Eunsul pun akhirnya memisahkan mereka
berdua. Chairman menyuruh Eunsul menyingkir, namun sebelum Eunsul
beranjak, tangan Chairman sudah mendarat di pipi Eunsul. Semuanya
terperangah.
Eunsul,
Jihun, dan Chairman berbicara di ruangan, Chairman mencoba memberikan
cek sebagai permintaan maafnya kepada Eunsul. Namun Eunsul menolaknya,
ia memohon kepada Chairman kejadian ini akan menjadi penebus baginya
suatu hari nanti apabila ia (Eunsul) melakukan kesalahan, dan menukarnya
menjadi maaf. Chairman tertawa, Eunsul memandangi amplop tadi, Chairman
pun mengira Eunsul menyesal menolak amplop tadi. Seperti biasa Eunsul
mulai ngeles, “ jika kamu memberikan uang, ada bagian kecil hatiku tidak
menolaknya”.
Eunsul
pun keluar ruangan bersama Jihun dengan girang, uang tadi sudah di
tangannya, namun sesaat ia terdiam. Jihun heran kenapa ia diam, ia
bertanya apakah Eunsul sakit kepala. Ia menyuruh Eunsul berobat. Eunsul
justru mengatakan ia tidak perlu berobat karena bekas tamparan tadi bisa
diobati dengan air ludah. Jihun pun meninggalkan Eunsul.
Jihun
duduk termenung di ruangannya, ia teringat kejadian dalam lift saat
Eunsul berusaha melerai, ada sebuah kalimat Eunsul yg mengusik hati
Jihun, yaitu, “dia adalah bosku, sudah sepantasnya aku membelanya,
Chairman”. Jihun pun bergerak ingin menelpon Eunsul, namun tidak jadi.
Ia pun keluar ruangan mencari Eunsul.
Di
luar ternyata Eunsul sedang di bully oleh rekan kerjanya,(seniornya),
Jihun pun bergumam pelan, “dia sekretarisku, bukan sekretarismu”.
Eunsul
membuatkan kopi pesanan seniornya tadi, Si senior pun meninggalkan
Eunsul dan berjalan melewati Jihun . Jihun berniat menghalangi mereka
namun tidak jadi. Yang ada ia malah berteriak memanggil Eunsul, “Noh Eun
Sul”. Eunsul pun berlari mendekati Jihun yang ternyata berdiri tidak
jauh dari meja senior tadi.
“Siapa
yang menyuruhmu bergerak dari mejamu? Bukankah aku sudah bilang
sebelumnya, apapun yang terjadi kau harus tetap ditempatmu. Apakah aku
minum teh? Kopi? Lalu apa yang kau cuci? Bila kau lakukan ini lagi, maka
aku akan menukar pekerjaanmu menjadi tukang cuci”seru nya dengan nada
galak ke arah 2 senior tadi. Ia meminta Eunsul mencopot sarung tangan
dan meninggalkan kegiatan mencucinya tadi, karena akan banyak bakteri .
Eunsul dengan polos mengatakan ia telah mendisinfektan tempat tadi.
Sehingga Jihun kesal, ia pun marah sambil loncat-loncat di depan kedua
senior Eunsul tadi.
Jihun memasuki ruangan nya dengan gaya emosinya, Eunsul dan 2 orang seniornya hanya saling pandang.
Eunsul
pun membersihkan ruangan Jihun, Jihun pun berpura-pura memberantaki
mejanya dan mengatur Eunsul bersih-bersih, Eunsul pun dengan sigap
mengikuti perintah bosnya. Lalu Eunsul mengeluarkan kotak obat dari laci
meja, Jihun pun berteriak “obat-obat” (maksud hati mau kasih tahu
Eunsul itu obat untuk dia, tabi karena salah tingkah, Eunsul ga ngerti).
Jihun pun memukul dahinya karena Eunsul ga ngeh dengan obat di
depannya, lalu Jihun pun mendekati kotak obat, memindah posisi salep dan
berkata, “obat-obat” lalu duduk di kursi membelakangi Eunsul, dan kali
ini Eunsul mengerti, “apakah kau mengkhawatirkan aku?”. Jihun pun
pura-pura tidak peduli, kekeke.
Eunsul
mengusapkan salep ke luka di pipinya, Jihun mengamati nya dengan rasa
tidak puas, ia pun berkomentar lalu maju mendekati wajah Eunsul dalam
jarak beberapa cm dan mengoleskan salep pada lukanya, aisshhh, kalo aku
jd Eunsul, deg-degan tuh….Jihun konsentrasi mengusapkan salep sambil
memainkan pipi Eunsul, lalu mereka saling pandang dan…… eits sama-sama
menghindar dengan mendorong tubuh mereka untuk saling menjauhi, (pasti
dah berfikiran yang tidak-tidak).
Jihun
meminta Eunsul untuk mendekat supaya bisa diobati, dan Eunsul pun
menurut, kali ini dengan jarak 1 meter dan saling membuang muka, lalu
Jihun pun sibuk meminta tissue, handytizer, dan meminta tangannya
dibersihkan, Eunsul pun dengan sigap membersihkan tangan bosnya.
Jihun
menerima telepon dari seseorang yang mengatakan telah menemukan wanita
dengan gulungan rambut, Jihun terperanjat, Eunsul yang berada di
dekatnya pun mendekat untuk menguping. Jihun berteriak kegirangan karena
telah menemukan informasi tentang si gulungan rambut, sedangkan Eunsul
menanggapi kegirangan bosnya dengan harap-harap cemas. Ia pun meminta
izin ke kamar mandi.
Eunsul
menghambur ke luar ruangan, ia turun mencari pria pembawa informasi
untuk Jihun, setelah menemukan pria tadi, Eunsul pun merampas map yang
ada di tangan pria itu, dan menghajarnya, ia mengancam pria itu untuk
tutup mulut. Karena kecerobohan Eunsul itulah si pria akhirnya tahu kalo
Eunsul adalah si wanita gulungan rambut.
Eunsul
pun ke ruangan Jihun, ia menjelaskan kesetiaannya untuk melayani Jihun,
Jihun heran karena Eunsul sudah mengatakan sebelumnya, namun Eunsul
tetap berbicara. Akhirnya Jihun mengajak Eunsul pergi.
Mereka
pergi ke swalayan, disana Jihun sudah di sambut oleh jajaran managernya
dan disalami, kali ini tugas Eunsul memberikan handytizer setiap kali
Jihun habis salaman. Jihun mengeluhkan banyaknya orang, lalu ia pun
mengeluh haus, Eunsul segera berlari mencari air minum meninggalkan
Jihun sendirian.
Jihun
berteriak-teriak memanggil Eunsul, lalu lewat lah segerombol ibu dan
anak, Jihun pun ketakutan, ia mencoba menelpon Eunsul, semakin mendekat,
Jihun semakin terlihat stress, ia kesulitan bernafas, ia pun mencoba
latihan menghadapi ketakutan yang pernah di pelajarinya sambil sesekali
memanggil nama Eunsul, dan sampai akhirnya Jihun hampir tumbang.
Beruntung Eunsul cepat datang dan menangkap Jihun, Jihun pun pingsan di
pelukan Eunsul. Begitu sadar ia langsung mendorong tubuh Eunsul.
Jihun pulang ke rumahnya, ia pun gelisah tak karuan, membayagkan pelukan Eunsul, ia pun mencoba mengusir bayangan itu.
Di
rumah Eunsul, ia sibuk berselancar di google mencari tips untuk
mengatasi kecemasan yang menyerang Jihun. Myungran mengamatinya dari
tempat tidur. Lalu Myungran pun berteriak," hah kau menemukan
sepatumu?”tanya nya begitu melihat sepatu Eunsul yang ia bawa dari rumah
Jihun. Eunsul pun mulai merengek.
Keesokan
harinya, Eunsul datang untuk merapikah ruangan Jihun, ia pun mencoba
memuka laci Jihun yang penuh obat, kemudian Jihun datang sehingga Eunsul
mengurungkan niatnya. Eunsul pun berbasa-basi memberi tahu apa yang di
bawanya untuk Jihun yaitu berupa tiket makanan dan beberapa news. Jihun
mendekati tumpukan tiket dan news tadi. Dan seperti biasa, Jihun
mengomel di pagi hari karena Eunsul salah beli tiket.
Eunsul
pun keluar ruangan membawa tiket tadi sambil mengeluh, di depannya
tampak Muwon berjalan ke arahnya. Muwon pun tersenyum kepada Eunsul.
Muwon
membawakan kopi untuk Eunsul yang sudah lebih dulu duduk di taman,
Muwon menanyakan pekerjaan Eunsul dan Eunsul pun mengeluh kalau ia
selalu melakukan kesalahan. Muwon pun meledekinya dengan kesalahan
membeli tiket makan hari ini. Muwon pun menghibur Eunsul dengan
mengatakan kalau semua orang pernah melakukan kesalahan. Eunsul pun
berterimakasih karena Muwon selalu berada di sisinya, menolongnya , dan
menyemangatinya. Muwon pun tersenyum dan mengatakan ia juga
berterimakasih, karena Eunsul dia juga bisa mempelajari sesuatu. Eunsul
pun menanyakan kondisi Jihun.
“Apakah direktur Cha JiHun sakit?”tanya Eunsul.
“Kenapa? Apakah ia terlihat tidak sehat?”
“Tidak, hanya saja insiden kemarin…”
“Insiden kemarin?”
“Ah tidak, hanya terfikirkan sesuatu hal, itu bukan masalah besar”seru Eunsul mengelak. Muwon pun tersenyum.
“Oke
kalau begitu, semangat. Jangan menyerah karena hal kecil. Legenda
Bosamdongryu, semangat!”seru Muwon. Eunsul pun menyemangatinya dan
tersenyum.
Muwon
meminta salah satu karyawannya untuk mengecek catatan kesehatan Jihun.
Karyawan itu menjelaskan kalo Jihun menderita penyakit Neuropsychologi
yang disebut gangguan kecemasan. Karena gejala masing-masing orang
penderita gangguan kecemasan berbeda-beda, aka karyawan tersebut tidak
bisa mengecek gejala spesifik yang dialami Jihun. Muwon pun teringat
tingkah-tingkah laku Jihun yang suka gupek sendiri. Muwon pun menyuruh
orang karyawan tadi pergi.
Di
ruangan meeting, Muwon melakukan presentasi, seperti biasa Jihun sibuk
memainkan tabletnya bukan memperhatikan Muwon. Dalam presentasinya,
Muwon menyarankan direktur Cha menjadi pemberi pidato pada acara Ulang
tahun perusahaan. Chairman kaget, begitu juga Jihun. Ia langsung
memandangi Muwon. Muwon dengan bijak mengatakan kalau Jihun calon
penerus, dan ia harus memperbaiki reputasinya, sehingga hal ini bisa
menjadi sarana Jihun. Peserta meeting pun setuju. Chairman bertanya pada
Jihun, “lalu bagaimana pendapat mu? Tidak, aku tidak peduli yang kamu
fikirkan. Apapun alasannya kamu harus melakukannya!”. Jihun menolaknya,
sehingga Chairman mengeraskan nada bicaranya. Jihun semakin menolak lalu
meninggalkan ruangan meeting.
Chairman
kesal, ia pun mengikuti Jihun sampai ke ruangan. Jihun tetap menolak,
Chairman berkata,”Hanya kamu, hanya kamu yang bisa meneruskan
kesuksesanku, sejak kita kehilangan abang mu, hanya kamu yang tersisa di
dunia ini,aku tidak memaksakan mu untuk menjadi lebih baik dari
siapapun, aku hanya ingin kamu menjadi baik seperti yang lain”.
“Keinginanmu terlalu tinggi”seru Jihun.
“Jangan
biarkan ayah, salah paham lagi”seru Chairman seraya meninggalkan Jihun.
Jihun terdiam, Eunsul yang ingin masuk membawakan minuman, mengurungkan
niatnya.
Jihun
mengantarkan Eunsul pulang, ia mengatakan kalau ia tidak akan masuk
kerja beberapa hari ke depan, dan meminta Eunsul untuk istirahat juga.
Eunsul bertanya apakah ia perlu datang ke rumah Jihun, Jihun pun kesal
mendengarnya.
Di
rumah nya, Jihun membuka draft pidato yang diberikan Muwon. Ia
mengingat ucapan Muwon saat itu, “Aku ingin kau melakukannya dengan
baik, itulah harapanku”.
Di
kantor, Eunsul sedang rapat membahas acara ulang tahun perusahaan, ia
pun meminta izin untuk mengunjungi rumah Jihun. Awalnya seniornya
melarang, namun setelah Eunsul mencoba menelepon, mereka pun mengizinkan
Eunsul.
Eunsul
membuka pintu kamar Jihun, ia melihat Jihun sedang terduduk di meja
kerjanya sambil mempelajari draft pidato. Eunsul tersenyum melihatnya,
ia pun menutup kembali pintu kamar Jihun. Ia menunggu di depan kamar
Jihun, menguping semua yang diucapkan Jihun sampai terkantuk-kantuk.
Jihun curiga kenapa pintunya agak terbuka, ia pun mendekati pintu
tersebut dan membukanya, ia pun berteriak menyebut nama Eunsul sehingga
Eunsul terbangun dan terjatuh di lantai. Jihun menarik Eunsul dan
berniat mengusirnya. Namun seperti biasa Eunsul mengomentari cara
belajar Jihun, sehingga Jihun pun mengajak Eunsul menemani nya belajar.
Muwon
mengunjungi ibunya yang sedang melakukan persiapan dekorasi acara ulang
tahun kantor, sementara di rumah Jihun, Jihun bersiap menggunakan
pakaian dengan perasaan tak menentu. Eunsul mencoba membantu Jihun dan
menyemangatinya. Di perjalanan Jihun sibuk menghapal pidatonya.
Dan
saatnya pun tiba, Jihun memberikan pidato sambutan, tepuk tangan
hadirin terdengar riuh menyambutnya. Jihun dengan gupek maju ke atas
podium, ia mengamati semua wajah di hadapannya, ia pun memulai pidatonya
dengan perlahan, lalu muncullah mantan pacarnya, Jihun terdiam, hadirin
ribut, Jihun gemetaran, ia pun meminta Eunsul melanjutkan pidato nya.
Semua hadirin kaget, Eunsul lebih kaget, namun ia bergegas maju ke
podium.
Jihun berlari meninggalkan auditorium, di ikuti oleh mantan pacarnya. Para hadirin sibuk membicarakan Jihun, mereka meremehkan Jihun, sehingga Chairman emosi mendengarnya.
Eunsul
menemui Jihun yang sedang main PS di kamarnya, Jihun pun menanyakan
kabar pidatonya, Eunsul menawarkan diri bertanding PS dg Jihun.
“Noh Eunsul, kenapa kau tidak mengatakan sesuatu? Bukan kah kau datang pada ku untuk meminta penjelasanku?”seru Jihun.
“Apakah kau perlu menjelaskan?”ucap Eunsul.
“Siapa
bilang? Tentu tidak. Hanya ada 1 hal yang perlu aku sampaikan padamu,
kalau kamu kesal, menangislah. Mengatakan hal seperti itu membuat mood
orang jelek. Oleh karena itu, marahlah padaku!”.
“Kamu ingin menangis? Di depanku”tanya Eunsul.
“Bukan seperti itu, lupakan, kita hentikan di sini”seru Jihun. Mereka pun melanjutkan permainan.
“Walaupun
aku memangis atau tidak, itu hak ku. Kekuatan apa yang aku miliki untuk
melakukan itu padamu? Itu juga bentuk pengabdian. Direktur, lakukanlah
apa yang ingin kamu lakukan, oke? Aku akan menghentikan ini
sekarang”seru Eunsul.
“Tentu, kau juga sangat gila”seru Jihun.
Chairman
memasuki kamar Jihun, sehingga Jihun dan Eunsul kaget, Jihun
melanjutkan permainannya, Eunsul berdiri menyambut Chairman. Chairman
kesal, ia mencabut PS, ia pun berseru, “apa alasanmu? Tidak peduli
bagaimana kau menjelaskan alasanmu, aku tidak akan menerimanya. Tapi aku
akan melakukan yang terbaik. Jadi, katakan padaku”.
“Aku tidak bisa seperti itu”seru Jihun sehingga Chairman kaget.
“Aku tidak bisa seperti itu, aku hanya ingin melakukan itu…cukup?”seru Jihun. Hal ini membuat Chairman kesal dan menampar Jihun.
‘"Itulah
kenapa, aku katakan beri aku alasannya, walupun itu tidak benar, atau
tidak masuk akal, cukup katakan saja, kau benar-benar kurang ajar! Cukup
katakan padaku kenapa kamu seperti ini.
“Aku tidak ada yang ingin diucapkan”
“Keluar, keluar dari rumah ini, jangan pernah muncul di hadapanku“seru Chairman. Jihun pun keluar dari kamarnya.
Chairman
pun lemas. Eunsul mendekati Chairman, “pasti ada alasannya. Walaupun
aku tidak mengerti kenapa. Dan walaupun aku tahu, tapi direktur Cha
melarangnya, aku pun tidak akan mengucapkannya. Tapi aku yakin pasti ada
alasannya. Itulah yang bisa aku katakan saat ini pada mu”. Kemudian
Eunsul pun mohon pamit.
Cha Mu Won sedang makan malam bersama mantan Jihun.
“Walaupun kau tidak mengatakannya sampai akhir, kenapa aku perlu datang?”.
“Aku tahu, kau akan mengatakannya”seru Muwon.
“Oke, kalau begitu mari kita persiapkan, kemudian aku ingin kembali ke sisi Jihun”
Eunsul
mengikuti Jihun dari belakang, Jihun meminta nya pergi. Namun Eunsul
bersikeras mengikutinya, Jihun pun berbalik ingin memarahi Eunsul, namun
Eunsul tidak tampak, Jihun pun sibuk mencari Eunsul, Eunsul yang
bersembunyi di balik gerobak pun muncul dan mengageti Jihun. Jihun kaget
sampai terjatuh, ia memarahi Eunsul. Eunsul berdalih kalau kakinya
lecet, Jihun pun pergi berlalu. Eunsul mengatakan kalau ia akan pergi
duluan. Jihun kesal, ia berbalik dan di lihatnya Eunsul mulai jalan
berlawaanan arah dengan nya. Jihun pun mengejar Eunsul. Ia mengatakan
pada Eusnul kalau ia tidak punya uang dan tidak membawa hp.
Sesampai
di rumah, Eunsul menjelaskan kalau ia tinggal bersama temannya. Jihun
mengucapkan terimakasih atas kerja keras Eunsul hari ini, mata nya
berkeliling ke seluruh ruangan dan berhenti di sepasang sepatu.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment