“Kau tahu tentang itu, kan? Para orang tua sudah mempersiapkan pertunangan kita. Apa yang akan kau lakukan?”tanya Na Yun.
“Apa kau memberiku pilihan?”.
“Tentu saja, kau tidak bisa memilih”.
“Tidak, aku ingin memilih”seru Muwon lalu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia seperti melihat seseorang yang dikenalnya, yang tak lain dan tak bukan adalah Jihun yang asyik memperhatikan kora-kora (kalau di dufan kora-kora namanya di Korea apa ya? Hahaha)..
Na Yun pun memperhatikan arah pandangan Muwon.
“Apa itu? Wanita itu?”seru Na Yun kesal.
“Kita harus mengatasi masalah kita terlebih dahulu”ajak Muwon.
“Apa wanita itu benar-benar hanya seorang sekretaris? Dia bukan hanya seorang sekretaris, kan?”pikir Na Yun.
“Kau benar, dia bukan hanya seorang sekretaris. Aku khawatir kau akan memiliki waktu yang sulit jika kau ingin melawan dia”jawab Muwon memanas-manasi Na Yun.
“Apa yang keluarganya akan lakukan?”.
“Aku tidak tahu”.
Eunsul pun mengucapkan terima kasih pada penjaga yang telah dititipinya untuk menjaga Jihun dan menanyakan keadaan Jihun. Na Yun yang kesal pun segera menghampiri kedua orang ini. Tanpa cas cis cus Na Yun pun segera menempelkan es krim di rok pantat Eunsul.
Eunsul yang tak tahu apa-apa pun segera menoleh ke belakang dan segera Na Yun melepaskan tangannya.
“Apa yang kau coba lakukan?”tanya Jihun pada Na Yun yang menghampirinya.
“Apa kau baik-baik saja?”tanya Muwon pada Eunsul yang mendatanginya.
Bukannya menjawab Eunsul malah meminta es krim yang di pegang Muwon.
“Aku akan membelikanmu yang baru”pinta Eunsul lalu mengambil es krim di tangan Muwon dan menempelkan es krim di rok pantat Na Yun yang asyik bercakap-cakap dengan Jihun. Jihun dan Na Yun pun terlonjak kaget lain dengan Muwon yang tersenyum manis hahaha.
“Ini…apa yang kau lakukan?”seru Na Yun marah.
“Maaf, itu disengaja. Karena kau melakukan hal yang sama dengan sengaja”jawab Eunsul cuek.
“Lihat di sini”seru Na Yun.
“Aku punya nama”. Eunsul tak mau kalah.
“Kau menabrakku lebih dulu. Di sini, di sini. Kau bisa melihatnya,kan?”seru Na Yun menunjukkan noda es krim di bajunya.
“Aku sangat menyesal mengenai itu…Apa yang aku lakukan tidak sengaja. Tapia pa yang kau lakukan adalah sengaja. Hanya karena sedikit noda itu…”jawab Eunsul tak mau kalah.
“Bagus! Katakanlah hal terjadi seperti itu. Namun, aku memiliki hubungan yang dekat dengan atasanmu. Jadi aku harap kau bisa menunjukkan rasa hormat”.
“Kau hanya memiliki hubungan yang dekat dengan atasanku. Tapi, kau bukan atasanku”balas Eunsul.
“Beraninya kau membalas perkataanku! Benar-benar…!”seru Na Yun kesal lalu menghampiri Eunsul dan mulai menjambak-jambak rambut Eunsul.
Dan ternyata itu hanya khayalan Na Yun hahaha.
“Tidak bisa! Ingat, kekuatan pendidikan”guman Na Yun seraya menarik nafas panjang.
“Apa yang keluargamu lakukan?”tanya Na Yun.
“Apa?”.
“Ayahmu, apa yang dia kerjakan?”.
“Kenapa kau bertanya?”.
“Tidak bisakah kau menceritakannya padaku?”tanya Na Yun.
Eunsul pun tersenyum geli lalu ia mulai membayangkan pekerjaan ayahnya.
“Dia mengolah tanah, dia juga memiliki beberapa murid dan dia kadang-kadang berburu di pegununga. Kenapa?”ujar Eunsul.
Na Yun pun salah paham ia mengira pekerjaan ayah Eunsul di bidang konstruksi.
“Apa Na Yun selalu bertindak tidak rasional seperti itu?”tanya Jihun.
“Tidak, sepertinya itu karena No Eunsul”jawab Muwon. Jihun pun mengangguk.
“Benar, ketika seseorang bertemu No Eunsul, standar orang itu jatuh”.
“Na Yun sepertinya cemburu dengan No Eunsul”ujar Muwon.
“Cemburu? Pada No Eunsul? Kenapa?”tanya Jihun. Muwon pun tertawa.
“Karena No Eunsul sangat manis”jawab Muwon.
“Sama sekali tidak”pikir Jihun. “Itu karena kau tidak mengetahui sifat sejatinya. Jadi jangan mengatakan dia manis. Kau mungkin juga mengatakan aku manis. Itu lebih masuk akal”. Muwon pun mengangguk.
“Kau super manis”ucap Muwon tertawa. Tak terima Jihun pun menyenggol Muwon, Muwon pun membalasnya hahaha.
“Apa yang kau lakukan? Bagaimana kau bisa pergi begitu saja setelah apa yang terjadi padaku. Tidakkah seharusnya kau, paling tidak membawaku ke mall atau mengantarku pulang?”ujar Na Yun.
“Aku di tengah-tengah pekerjaan. Itu seharusnya dilakukan oleh seseorang yang sedang menganggur yang datang bersamamu…”jawab Jihun menunjuk Muwon.
“Kalau begitu, mari kita bekerja bersama. Aku akan segera bekerja dengan perusahaanmu. Semua iklan akan dikerjakan olehku. Jadi mari kita bekerja sama”ujar Na Yun.
“Siapa yang bilang begitu. Kami harus mengumumkan secara terbuka lowongan pekerjaan”seru Jihun. Na Yun pun tersenyum dan berkata.”Pada akhirnya, aku satu-satunya yang akan mendapatkannya. Kemampuanku adalah yang terbaik”.
“Begitukah? Kalau begitu mari kita lihat apa yang akan terjadi ketika posisi itu diumumkan secara terbuka”tantang Jihun. Lalu bergegas pergi bersama Eunsul.
“Semakin kau bertingkah seperti ini, semakin aku akan menganggumu. Tidak, aku hanya akan mengumumkannya saja di Koran. Bahwa kiyta berdua bertunangan dan bahwa kita akan menikah besok. Mengumumkannya seperti itu dan menjadi gila”.
“Kau tidak akan menjadi gila, kau sudah gila”jawab Jihun. Hahaha.
“Benarkah?”guman Na Yun. “Ini semua karenamu, jadi tolong, kembalilah. Agar aku bisa kembali normal”rajuk Na Yun.
Muwon pun menjadi penengah dia menghampiri Jihun.
“Kalian berdua harusnya berbicara saja hari ini. Lebih baik seperti itu”ujar Muwon.
“Untuk saat ini, izinkan aku untuk meminjam nona No Eunsul. Juga ada utang yang harus dia bayar”lanjut Muwon.
“Apa?”tanya Eunsul bingung.
“Kenapa kau perlu meminjam No Eunsul?”tanya Jihun. “Kau tahu dia tidak berguna. Jangan meminjamnya”.
“Karena dia tidak berguna bagimu, biarkan aku meminjamnya. Dia tidak berguna untukmu tapi aku punya, jadi biarkan aku menggunakannya”jawab Muwon. Jihun pun nampak berpikir.
“Kenapa? Kau tidak bisa tanpa dia?”tantang Muwon.
“Ya benar, jika direktur Cha tidak memiliki seseorang tidak berguna seperti aku di sisinya. Dia tidak bisa menyelesaikan apapun”tegas Eunsul. Meresa tersinggung Jihun pun menyerahkan Eunsul pada Muwon.
“Ambil dia. Kenapa kau tidak meminjamnya saja untuk selamanya” seraya mendorong Eunsul ke arah Muwon.
“Ayo, direktur”ajak Eunsul yang diiyakan Muwon. Mereka pun bergegas pergi.
“Kalau begitu, ambillaah dia!”seru Jihun.
“Apa kau sudah lupa? Es krim..”jawab Muwon.
“Ahh, aku akam membelikanmu dua”.
“Membeli dua? Sangat bagus”ucap Muwon. Lalu Muwon mengajak Eunsul pergi. Tapi baru beberapa langkah Muwon menyerahkan jaketnya pada Eunsul untuk dipakai menutupi roknya. Eunsul pun mengucapkan terima kasih, Muwon pun tersenyum. Jihun pun hanya bisa gigit jari hahaha.
“Dia akhirnya mengunjungi taman hiburan hari ini. Bersama dengan direktur periklanan, dia mengamati lapangan. Tindakan yang cukup positif”lapor sekretaris ayah Jihun.
“Bagus, terus laporkan seperti ini kepadaku”jawab ayah Jihun. Tiba-tiba muncul nenek Jihun dari balik pohon dan berkata,”kau bahkan tidak mempercayai piutramu sendiri”.
“Ah, ibu!”seru ayah Jihun terlonjak kaget.
“Ibumu ada di sini, kenapa kau memanggilku?”ujar nenek Jihun muncul dari balik pohon.
“Ibu, apa kau ini semacam ninja? Mengenakan kacamata hitam. Apa yang kau lakukan di balik pohon?”.
“Telah berubah menjadi apa ini saat kau bahkan tidak mempercayai anakmu sendiri. Kau bajingan”.
“Jika kau sendiri tidak mempercayai anakmu, lalu siapa yang akan percaya padanya”.
“Ibum apa kau mempercayaiku?”balas ayah Jihun.
“Tentu saja aku percaya”. Ayah Jihun tersenyum simpul.
“Ah, sangat panas. Aku ingin makan mie kimchi dingin. Siapkan semangkuk untuk menyegarkanku”perintah nenek Jihun seraya melangkah masuk rumah..
“Kau bisa mempersiapkannya sendiri”jawab ayah Jihun.
“Sejak aku mengambil alih bisnis. Aku sudah mulai membenci segala sesuatu yang dicampur. Ibu bahkan tidak mengetahui ini meskipun kau ibuku”seru ayah Jihun.
“Presdir?”ujar sekretaris ayah Jihun.
“Ada apa?”.
“Aku disela sebelum aku menyelesaikan laporanku”. “Direktur periklanan adalah nona Seo Na Yun”.
“Siapa? Na Yun”.
“Ayah, kau benar-benar…”seru Jihun kesal.
“Ada apa, jangan menyelinap ke kamarku saat aku tidak ada!”.
“Siapa yang menyelinap masuk. Aku ingin membicarakan sesuatu padamu. Aku datang ke sini dengan tidak ada yang disembunyikan”jawab ayah Jihun.
“Tidak ada yang disembunyikan? Apa yang ingin kau bicarakan?”tanya Jihun.
“Aku mendengar kau bertemu dengan Na Yun”.
“Jadi kenapa?”.
“Apa maksudmu, kenapa?”seru ayah Jihun.
“Apa kalian berdua kembali bersama atau apa itu? Aku perlu tahu”.
“Tidak seperti itu. Harap jangan mengkhawatirkan itu, ayah”.
“Bagaimana mungkin aku tidak khawatir? Ini melibatkan pernikahanmu”.
“Aku melakukan apa yang diperintahkan padaku dan pergi bekerja hari ini”.
“Ya, aku mendengarnya. Bagus. Ke depannya kau harus bekerja seperti ini”.
“Jika ayah akan turut campur dengan urusan seperti ini lagi, aku tidak akan pergi bekerja lagi”ancam Jihun.
“Apa?”.
“Aku tidak peduli apakah itu bekerja atau menjadi penerus. Aku tidak menginginkan apa-apa”lanjut Jihun.
“Apa kau mengancamku?. Kau baru saja mulai bekerja hari ini dank au sudah mengancamku?”tanya ayah Jihun.
“Benar”jawab Jihun tegas.
“Anak bandel”. Jihun bersiap dengan posisi bertahan, sudah kayak mau tinju aja hahaha.
“Baiklah, aku tidak akan peduli lagi”seru ayah Jihun lalu bergegas pergi.
Begitu ayah Jihun sampai di samping pintu, ia melepaskan kekesalannya dengan menonjok gambar Eunsul ditambah menendangnya hingga jatuh.
“Ayah!!”teriak Jihun marah. Melihat ekspresi anaknya, ayah Jihun pun mendirikan kembali gambar Eunsul. Jihun pun ternganga melihat gambar Eunsul kepalanya hampir jatuh haha. Ayah Jihun pun marah lalu keluar kamar Jihun.
“Modelku! Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan!”guman Jihun sedih. Ia pun membaringkan model gambar Eunsul tersebut.
“Ayah!”teriak Jihun kesal.
Ternyata Jihun dan Na Yun mengikuti mereka, lebih tepatnya Jihun membuntuti Eunsul.
“Apakah kkau menyukai sekretaris itu? Apa kau melihatnuya sebagai seorang wanita”tanya Na Yun. Dan ternyata itu ingatan Jihun saat mengikuti Eunsul dan Muwon.
“Bagaimana itu mungkin? Bagaimana bisa?”guman Jihun lalu melempar sesuatu ke gambar Eunsul yang telah direbahkannya. Begitu sadar apa yang ia lakukan akan melukai replika gambar Eunsul ia pun meminta maaf.
“Perutku sakit, nak”keluh ibu Muwon.
“Ada apa?”tanya Muwon.
“Selama pertemuan, setiap orang berpikir bahwa kau akan menjadi Predir berikutnya.Meskipun aku tersenyum, aku benar-benar marah di dalam hati. Jika hal ini berlagsung semua orang akan tahu bahwa Jihun telah ditunjuk sebagai penerus. Akan menjadi seberapa lucu itu”keluh ibu Muwon.
“Ibu, semua orang harus tahu tentang hal itu”jawab Muwon santai.
“Tapi, Nak kalau semua orang tahu….”ujar ibu Muwon panik, namun Muwon terdiam santai. Tiba-tiba ibu Muwon terpikir sesuatu.
“Benar! Kita harus membiarkan semua orang tahu dan membuat keributan besar”pikir ibu Muwon.
“Anakku seorang jenius”puji ibu Muwon seraya memukul pantat Muwn (jyah ni ahjumah hahaha).
“Aigoo, ibu”.
“Ada apa? Aku hanya sangat mencintai putraku”jawab ibu Muwon lalu memukul pantat Muwon yang sebelah lagi karena menanggap pantat yang sbeelah akan sedih hahaha. Ibu Muwon pun melangkah kluar kamar dan Muwon pun tersenyum.
“Nak, bagaimana Na Yun? Apa dia agak menolak? Ambil kesempatan ini untuk mendapatkannya!”ujar ibu Muwon.
“Semakin aku melakukan itu, Na Yun akan semakin melarikan diri dariku”jawab Muwon.
”Tapi kau harus merebut wanita pada saat yang tepat. Kau akan mampu melakukannya, kan? Dari ekspresimu, sepertinya kencanmu berjalan baik, kan?”ujar ibu Muwon lalu benar-benar keluar kamar Muwon hohoho.
“Apa itu dihitung sebagai kencan? Dengan No Eunsul”guman Muwon tersenyum mengingatnya.
Muwon yang pakai bandana ala Mickey dan Eunsul bermain di taman hiburan, kalau nggak salah di dufan namanya arum jeram? (itu lho merosot pakai perahu lewan seluncuran.
Muwon pun menyodorkan sapu tangannya pada Eunsul untuk melap keringat di wajah Eunsul. Begitu selesai Eunsul memberikannya kembali pada Muwon agar muwon dapat mengelap keringat di wajahnya juga. Lha Muwon dikasih bekas hahaha.
Melihat baju Muwon basah dan terlalu menerawang Eunsul pun berniat mengembalika jaket Muwon yang dipakainya.
“Kau harus memakai ini. Kemejamu semuanya basah”.
“Ini akan segera kering”jawab Muwon. Eunsul pun merasa agak canggung melihat ke arah Muwon.
“Apa aku membuatmu merasa canggung?”tanya Muwon.
“Tidak, aku pikir itu sungguh bagus”. Muwon pun tertawa kecil.
“Kalau begitu, aku hanya akan terus memakai jasmu”. Eunsul pun merapikan kembali jas yang dipakainya untuk menutupi roknya. Melihat hhal itu Muwon pun membantunya sedikit merapikan, Eunsul pun merasa canggung.
“Ayo kita pergi”ajak Muwon yang diiyakan Eunsul.
“Tunggu sebentar”ujar Muwon tiba-tiba lalu merapikan tatanan poni rambut Eunsul, Eunsul grogi tuh hahaha.
“Masih belum tidur?”tanya Myungrang.
“Ini terlalu mempesona”jawab Eunsul.
“Apa?”.
Tiba-tiba Eunsul menyingkirkan semua perasaannya dengan memukul-mukulkasur, Myungrang pun malah menindih Eunsul.
“Sungguh, apa yang salah denganmu?”.
“Bagaimana jika dia salah paham dan berpikir bahwa aku orang cabul? Apa yang harus aku lakukan?”tanya Eunsul.
“Apa kau benar-benar menyukai pemilik jas itu?”tanya Myungrang.
“Ini lebih dari’suka’. Tentu saja itu lebih dari suka”.
“Jika lebih dari sekedar suka, maka bukankah itu cinta? Benarkah”tanya Myungrang.
Eunsul pun berdecak. “Direktur Cha Muwon…seperti Mu Neu Nim. Dia pada level yang sama dengan Tuhan”.
“Katakan ini dalam cara yang bisa aku mengerti”.
“Jadi, ini seperti bagaimana kau melihat Won Bin dan Hyun Bin oppa sebagai Tuhan. Keberadaannya adalah seperti itu”jelas Eunsul. Myungrang pun mengangguk mengerti.
“Oke, aku mengerti”. “Jenis keberadaan di mana kau tidak dapat menyentuh dan tidak dapat menahannya”.
“Benar”jawab Eunsul.
“Aku pikir begitu…Aigoo, aigoo begitu menyedihkan”guman Myungrang sembari merebahkan diri.
“Kau tidak bisa dekat dengan orang-orang seperti mereka. Semakin kau mendekat, kau akan semakin kebingungan. Tidak akan ada kebaikan yang datang darinya”jelas Myungrang. Eh Eunsulnya malah tersenyum mengingatnya hahahaha.
“Mungkinkah aku benar-benar terpesona pada wanita kepala kotoran gila itu?”guman Jihun. Jihun pun makin tak bisa tidur, ia malah mengingat kata-kata Muwon yang mengatakan bahwa ia tidak bisa apa-apa tanpa Eunsul.
“Mungkinkah aku tidak bisa apa-apa tanpanya”guman Jihun resah.
Jihun pun makin tak bisa tidur sampai-sampai jatuh ke lantai hahaha.
Jihun pun teringat kata-kata Na Yun yang menanyakan bahwa ia menyukai Eunsul.
“Mungkinkah…mungkinkah aku…memiliki perasaan terhadap No Eunsul”guman Jihun resah hingga terjatuh ke lantai.
“Halo, Presdir”. “Aku tidak melihat Anda selama beberapa hari, jadi aku tidak bisa memberi salam pada Anda. Terima kasih sudah memaafkanku begitu cepat”. Namun ketua Cha tak mengindahkan sapaan Eunsul malah cuek melangkah pergi.
“Terima kasih Presdir”ujar Eunsul lagi.
“Lakukan pekerjaanmu dengan baik. Aku akan mengamatimu, sekretaris No Eunsul. Kau harus bekerja dengan tekun. Paham?”pesan ketua Cha akhirnya.
“Kenapa kau sudah terjaga pada jam seperti ini?”tanya Eunsul. Jihun pun mendekat ke arah Eunsul.
“Jangan bilang, kau tidak tidur semalaman?”.
“Sesuatu yang tidak sering terjadi pada akhirnya akan terjadi. Benar, aku tidak tidur”jawab Jihun.
“Kenapa? Kenapa kau tidak bisa tidur lagi?”tanya Eunsul. Bukannya menjawab Jihun malah melihat ke arah kaki Eunsul.
“Apa yang terjadi dengan sepatumu? Apa kau menjatuhkannya di klub malam lagi?”tanya Jihun.
“Ini, ini jatuh saat aku turun dari bis. Aku tidak bisa berkata apa-apa”.
“Tapi yang mengejutkan adalah, aku tidak lagi heran pada hal-hal seperti ini. Berdasarkan angka berapa kali kau kehilangan sepatu, kenapa kau tidak mencoba untuk rekor dunia?”ejek Jihun. Eunsul pun cemberut mendengarnya.
“Ada kemungkinan besar bahwa kau akan membuat rekor dunia”.
“Kau tidak pernah naik bis sebelumnya”balas Eunsul.
“Apapun itu, No Eunsul kau menakjubkan. Setiap kali aku melihat No Eunsul dalam siatuasi yang memalukan, aku langsung menjadi bahagia dan lebih merasa hidup”.
“Kecuali aku gila, bagaimana mungkin batu itu melekat dalam kepalaku?”guman Jihun.
“Apa?”tanya Eunsul.
“Terima kasih. Karena kau begitu tidak normal,tidak terawat dan tak tahu malu. Aku benar-benar sangat bersyukur”seru Jihun. Eunsul yang terbengong-bengong berkata,”apa kau mengejekku lagi?”tanyanya.
“No Eunsul, kau terlalu berpikiran sempit. Kau orang yang bahkan tidak tahu bagaimana maksudku menghargai”. Jihun pun tersenyum dan Eunsul hanya terbengong-bengong hahaha.
“Karena kita berdua dalam suasana hati yang baik, ayo kita pergi bekerja lebih pagi hari ini. Tunggu aku. Oh, sepatu. Lihat di kabinet belakangmu dan ambil sepasang yang kau sukai. Pilih satu saja”ujar Jihun. Eunsul pun tersenyum.
“Tidak ada gunanya menjadi kesal mengenai sesuatu seperti itu”guman Jihun lalu bergegas melangkah pergi.
“Apa?”guman Eunsul lalu melihat jam tangannya.
“Ini pagi?”lanjutnya lalu ia melihat sepatu yang ada di kabinet dan memilih sepasang sepatu berwarna coklat.
“Makan malam dibatalkan, Presdir?”lapor sekretaris ayah Jihun.
“Apa ada hal lain untuk dikonfirmasi?”tanya ayah Jihun. Sekretaris ayah Jihun pun terdiam seperti menyembunyikan sesuatu.
“Apa itu? Skandal itu meledak lagi di media? Cepat beri aku laporan”.
“Aku memeriksa kemarin, tapi artikel ini diterbitkan hari ini”jawab sekretaris ayah Jihun lalu menyerahkan sebuah koran pagi.
“Apa ini, apa sebenarnya ini? Aku bertanya padamu, apa ini?”ujar ayah Jihun marah-marah seraya memukul-mukul apa yang di depannya dan melemparkan korannya hahaha.
“Hei, apa yang kau lakukan?”seru Jihun marah pada wartawan tersebut.
Eunsul pun terbengong lalu mengajak pergi Jihun.
“Apa maksudmu, pergi saja?”seru Jihun mendorong Eunsul.
“Minta maaf, minta maaf segera!”perintah Jihun pada wartawan yang mendorong Eunsul tadi. Wartawan itu pun meminta maaf pada Eunsul. Lalu tim keamanan kantor pun datang mengamankan situasi. Jihun dan Eunsul pun masuk ke dalam kantor dengan berwibawa.
“No Eunsul, apa kau baik-baik saja? Di mana yang sakit”tanya Jihun seraya memeriksa Eunsul.
“Bukan lengan ini”jawab Eunsul. Lalu Jihun berpindah memeriksa tangan Eunsul yang lain memutar-mutar, lha ini mah bukan meriksa tapi malah bikin sakit hahaha.
“Aku baik-baik saja sekarang”ucap Eunsul.
“Apa kau baik-baik saja? Ah, lenganmu”ujar Jihun seraya memeriksa lengan Eunsul lalu Jihun tersadar.
“Ini semestinya baik-baik saja”guman Jihun.
“Apa kau baik-baik saja?”tanya Eunsul.
“Sepertinya ini bukan waktunya untuk kau mengkhawatirkan aku”jawab Eunsul.
“Ah, benar. Itu benar. Ini bukan waktu untuk khawatir tentang No Eunsul. Aku tidak akan khawatir. Jangan salah paham. Kepalaku sudah sadar”seru Jihun lalu melangkah pergi. Eunsul yang tak mengerti dengan pernyataan Jihun pun menyusulnya.
“Hmm, tentu saja”.
“Tadi itu, kau agak keren”.
“Hmph, tentu..”ujar Jihun tak melanjutkan kata-katanya, ia pun menoleh ke arah Eunsul yang tersenyum, Jihun pun tersenyum.
Jihun pun bergidik dengan apa yang dirasakannya.
“Jangan salah paham, No Eunsul. Aku tidak akan terpikat”pesan Jihun lalu pergi. Eunsul pun hanya tertawa tipis mendengarnya.
“Putuskan semua saluran telepon”seru ketua Cha. Sekretarisnya pun melakukannya. Sedangkan manager Park tersenyum, sepertinya dia sudah tahu akan hal ini.
Flashback,
Ternyata sebelumnya manager Park menemui ibu Muwon, Ny. Shin.
Ny. Shin menyuruh manager Park membujuk para pemegang saham untuk mendukung Muwon menjadi direktur berikutnya. Ny. Shin pun meyakinkan manager Park demi keuntungan Manager Park sendiri. Ny. Shin pun menyerahkan amplop yang sepertinya berisi uang sogokan?.
“Bagaimana reaksi untuk masalah ini?”tanya ketua Cha.
“Ah ya. sederhanya, itu pada titik paling buruk. Para pemegang saham tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Meskipun orang mengatakan bahwa direktur Cha Jihun adalah penerus, tidak ada yang berpikir itu akan berakhir seperti ini”jawab manager Park. Sekretaris ayah Jihun pun memberi aba-aba agar manager Park tidak meneruskan kata-katanya namun sepertinya manager Park tak paham maksud sekretaris ayah Jihun..
“Menurut situasi ini,jika tidak ada pilihan selain menggunakan kekerasan”.
“Ini akan menjadi…”seru ayah Jihun.
“Cukup. Pertama-tama kirim laporan dan menyangkal ini”saran manager Park.
“Aku pikir itu hal yang paling tepat untuk dilakukan juga”tambah sekretaris ayah Jihun.
“Kita tidak bisa menyangkalnya, kita tidak bisa melakukan itu. Tidak mungkin”seru ketua Cha.
“Lupakan saja, katakana saj apapun”.
Kedua senior Eunsul pun langsung terdiam. Eensul menoleh ke arah kedua seniornya.
“Kenapa? Kami bahkan tidak bisa bicara sekarang?”ujar salah senior Eunsul. Eunsul pun menghampiri mereka.
“Kau harus memiliki bukti saat kau berbicara. Kenapa sunbae-min selalu mengatakan hal-hal mengenai kekurangan orang lain?”.
“Hal-hal yang kami katakana tidak sepenuhnya tidak berdasar. Selain itu, hubungan antara kalian berdua jelas berbeda”bantah salah senior Eunsul.
Eunsul hanya bisa mendesah tak percaya.
1. Jangan pernah bicara tentang X-Man, jangan bicara buruk tentang direktur Cha, di belakangnya. Dia juga atasan sunbae-nim, benar kan? ,
2. Hubungan kami bukan hubungan seperti yang kalian pikirkan. Sungguh bukan!
“Aku tidak melihat direktur Cha sebagai pria. Pria apa? Itu semua omong kosong. Apa kalian mengerti?”jelas Eunsul. Kedua Senior Eunsul pun mendengarkan dengan sedikit agak ketakutan hehehe. Dan tanpa mereka sadari Jihun mendengarnya dari balik pintu saat akan keluar ruangan.
Tiba-tiba pintu ruanganya di ketuk, ternyata Eunsul masuk membawa kopi.
“Sepertinya tidak peduli seberapa keras dia bekerja, itu akan menjadi sulit”guman Eunsul.
“Departemen PR akan mencoba yang terbaik untuk menghalangi berita negative keluar, jadi jangan terlalu khawatir”pinta Eunsul.
Jihun yang bergaya seperti sedang berpikir menjawab,”tidak, ini lebih baik”.
“Aku selalu menjadi orang yang lebih cocok untuk bermain-main”.
Eunsul pun bergegas melangkah pergi.
“Tunggu, berhenti di sana”.
“Apa?”tanya Eunsul.
“Apa yang kau inginkan?”tanya Eunsul.
“No Eunsul, nomor identifikasiku dimulai dengan nomor 1, jadi jika aku bukan seorang pria…lalu aku apa?”tanya Jihun. Eunsul pun terdesak sampai pembatas ruangan.
“Kau mendengarnya? Siapa menyuruhmu untuk menguping…Itu sebabnya aku bilang kau bukan pria”jawab Eunsul ngeles.
“Diam!”seru Jihun.
“Pagi ini kau bilang aku keren. Kata-katamu tidak konsisten”.
“Itu karena….dalam situasi itu, aku merasa seperti itu untuk sesaat”elak Eunsul.
“Kau, benar-benar”guman Jihun. Jihun pun semakin mendekat ke wajah Eunsul.
“Apa yang kau lakukan?”tanya Eunsul.
“Kenapa? Apa ada masalah? Lagipula aku bukan seorang pria”jawab Jihun. Eunsul pun memalingkan mukanya diikuti Jihun.
“Jadi apa masalahnya? No Eunsul juga bukan seorang wanita bagiku”. Eunsul pun memalingkan mukanya ke samping lagi diikuti Jihun, hingga akhirnya mereka saling berpandanggan. Jihun pun merasa jantungnya berdetak tak normal.
Ia pun memegangi dadanya, Eunsul yang melihat gelagat Jihun makin dekat segera menghajar kepala Jihun dengan kepalanya dan segera memitingnya.
“No Eunsul. Apa kau tadi gugup?”
“Tidak, aku tidak gugup”jawab Eunsul.
“Akui saja!”.
“Tidak, aku tidak gugup!”bantah Eunsul yang makin kencang memiting Jihun, Jihun pun kesakitan.
“Ayolah, kau jelas bersemangat. Apa seperti itu, aku bukan seorang pria?”.
“Apa katamu?”bentak Eunsul lalu mendorong Jihun hingga terjatuh.
“Aku akan mengampunimu saat ini…jika kau berani bercanda seperti ini lagi. Aku akan mematahkan semua tulangmu”jelas Eunsul lalu bergegas pergi.
“Dia jelas bersemangat”. “Apa aku benar-benar sudah gila?”pikir Jihun.
“Karena kita sudah menandatangani kesepakatan, itu berarti kita sebuah keluarga sekarang. Harap menjagaku”ujar Na Yun.
“Aku tidak akan begitu saja mmembiarkanmu untuk mengerjakan iklan. Aku hanya akan membiarkanmu mengerjakan iklan jikau bagus”jawab Muwon cuek.
“Lagipula aku juga tidak tertarik dengan segalanya. Aku perlahan-lahan akan memilih dan hanya memililih yang sesuai dengan seleraku”balas Na Yun. Muwon pun tersenyum, aishhh hahaha.
“Hal yang kita bicarakan pada waktu sebelumnya, tentang pernikahan yang di atur, orang yang dipilih adalah kau. Maafkan aku, tapi aku-“ujar Na Yun tapi langsung dipotong Muwon.
“Aku menolaknya”jawab Muwon.
“Apa?”tanya Na Yun kaget.
“Aku juga tidak ingin memiliki pernikahan yang tanpa cinta. Ayo kita meyakinkan orang tua perlahan-lahan”jelas Muwon.
Na Yun pun kaget tak percaya.
“Bukankah kau tidak menginginkannya?”.
“Ini…bukan karena aku tidak menginginkannya, hanya saja…”jawab Na Yun terbata-bata.
“Lupakan saja! Sungguh menjengkelkan. Kenapa begitu panas!”.
“Apa kau ingin aku pergi? Apa kau benar-benar akan pergi tanpa mengunjungi Jihun?”tanya Muwon.
“Aku tidak tahu apa harga diriku akan terluka atau tidak lagi. Jadi aku tidak berani bertemu dengannya lagi”jawab Na Yun lesu.
Refleks Na Yun pun ketakutan melindungi diri. Muwon pun tersenyum melihat ulah Eunsul.
“K-kenapa wanita itu di sini?”tanya Na Yun.
“Aku datang ke sini, karena aku tidak ingin melihatnya”.
Tiba-tiba Ensul menunduk dan melihat bekas kaleng kopi, ia pun mengambilnya.
“Cha Jihun, bajingan itu”gumannya lalu menendang kaleng tersebut. Ia pun senang telah melampiaskan kekesalannya.
Na Yun pun ketakutan.
“Itu benar-benar keren!”guman Muwon tersenyum.
Eunsul pun menendang kembali kaleng kopi satunya, tapi kaleng tersebut malah mengenai jidat Na Yun hahaha.
Eunsul pun melongo dan segera menghampirinya.
“Sungguh, kenapa kau melakukan ini padaku?”tanya Na Yun.
Eunsul pun meminta maaf. Muwon pun menjadi penengah.
“Biar aku lihat…itu baik-baik saja”ujar Muwon menenangkan.
“Itu baik-baik saja”.
“Tidak, aku tidak baik!”rengek Na Yun.
“Kali ini, itu benar-benar tidak disengaja. Kalau memang disengaja, itu tidak akan mengenaimu. Kenapa itu mengenai dahimu dalam satu kali coba?”jelas Eunsul. Eunsul pun menyerahkan dahinya agar Na Yun dapat membalasnya
”Pukul saja aku. Pukul dahiku”.
“Hei, kau….”ujar Na Yun, sedangkan Muwon tertawa geli hahaha.
”Bagaimana bisa kau tertawa!?”keluh Na Yun.
“Maaf, maaf”ucap Muwon.
“Apa yang salah dengan semuanya hari ini? Benar-benar”keluh Eunsul.
“Kau harus membeli itu. Karena kau mematahkannya, kau harus membelinya”ujar seorang pria yang melihat ulah Eunsul.
Pria tersebut dan Eunsul mencoba mengingat sesuatu mereka merasa sangat familiar. Pria tersebut ingat suara Eunsul sama dengan orang yang mengancamnya saat ia akan membocorkan identitasnya pada Jihun. Begitu pula Eunsul yang juga ingat.
“Aku tidak ingat”ujar pria tersebut seraya memegangi lehernya takut dicekek ama Eunsul kali ya hahaha.
“Aku tidak ingat, aku benar-benar tidak ingat”. Lalu pria tersebut bergegas pergi.
“Tunggu”ujar Eunsul menahan tangan pria tersebut. Pria itu pun ketakutan.
“Aku benar-benar tidak ingat apa-apa. Tolong jangan pukul aku!”ujar pria tersebut ketakutan.
“Tidak apa-apa, kau bisa mengingatnya sekarang!. Identitasku sebagai kepala kotoran sudah terungkap. Aku benar-benar minta maaf mengenai waktu itu”jelas Eunsul.
“Kau…sudah ketahuan? Bagaimana…..bagaimana?”.
“Siapa dia? Siapa?”tanya Myungrang.
“Dia adalah sekretaris sebelumku. Yang berarti, karena dia dipecat, aku berhasil mendapatkan pekerjaan ini”jawab Eunsul. Myungrang pun mengagguk mengerti.
“Ya, semua berkatku, dalam berbagai aspek juga”.
“Terima kasih. Aku benar-benar minta maaf mengenai yang waktu itu”ucap Eunsul.
“Berjuang!”ujar mantan sekretaris Jihun memberi semangat.
“Ada apa dengannya?”tanya Jihun.
“Nyonya kehilangan sepatu kulitnya”. Jihun pun terlonjak kaget, ia pun melangkah pelan-pelan untuk masuk rumah.
“Sepatuku tidak ada gunanya bagi orang lain”omel nenek Jihun.
“Apa kau, atau bukan kau yang melakukannya?”. Mendengar itu Jihun sampai terjatuh.
“Di mana kau menyembunyikannya? Apa yang kau lihat?”lanjut nenek Jihun, Jihun pun sukses masuk rumah tanpa sepengetahuan neneknya.
“Tidak! Aku harus bekerja!”seru Jihun. Jihun pun mulai mencoba sibuk bekerja dan membaca-baca buku.
“Berkonsentrasi! Berkonsentrasi”gumannya lalu mulai sibuk dengan komputernya.
Ayah Jihun yang tanpa sengaja melihatnya dari pintu tersenyum.
“Kau mengagetkanku! Kau mengagetkanku setengah mati”jawab nenek Jihun.
“Ibu..itu, aku berpikir bahwa Jihun bukan seorang yang tidak memiliki pendapat. Apa ibu tahu apa yang anak itu lakukan sekarang?”ujar ayah Jihun. Nenek Jihun nampak berpikir.
“Tebaklah, Kau tidak bisa menebaknya, kan? Haruskah aku memberitahumu?”tanya ayah Jihun.
“Aku tidak bisa menebaknya. Katakan padaku”.
“Dia bekerja. Bekerja!”kata ayah Jihun antusias.
“Aku mengira mataku sudah memainkan tipuan terhadapku. Tapi dia benar-benar bekerja. Ibu, apa kau ingin pergi melihatnya?”.
“Sebagai ayahnya, aku seharusnya tidak hanya menjadi seperti ini. Percayalah pada ayahmu”lanjut ayah Jihun. Lalu ayah Jihun menelepon sekretarisnya.
“Sekretaris Jang, ini aku. Atur pertemuan darurat dalam minggu ini. Ya, permasalahan penting. Sesegera mungkin. Mengerti? Itu saja”jelas ayah Jihun.
“Maafkan aku”ucap Eunsul. Muwon menahan senyum.
“Nenek! Nenek, kenapa kau di sini?”sapa Eunsul.
“Apa kau sedang menjalankan tugas?”.
“Oh, itu….”jawab nenek namun terhenti saat melihat ke bawah, ia melihat sepatunya melekat di kaki Eunsul.
“Mereka ingin aku membawa sesuatu ke sini”lanjut nenek Jihun.
“Kau sangat keren”puji Eunsul. Lalu melihat tas yang dipakai nenek Jihun.
“Omo! Bukankah itu bermerek? Benar, kan?”tanya Eunsul.
Nenek Jihun pun melihat sekilas sepatunya.
“Ya, itu….jadi sebenarnya adalah….”jelas nenek Jihun namun dipotong Eunsul.
“Apa itu palsu?”tanya Eunsul tanpa dosa.
“Apa terlihat jelas”.
“Tidak apa-apa, aku punya banyak barang imitasi juga”jawab Eunsul.
“Nenek, kita akan bicara lagi lain kali”lanjut Eunsul. Ternyata dua sekretaris senior Eunsul mendengar percakapan Eunsul dan nenek Jihun.
“Entah itu skandal kekerasan sebelumnya atau insiden ulang tahun pendiri belum ada pendapat yang baik, presdir”ujar salah satu peserta rapat.
“Harga saham jatuh. Ada banyak yang ingin dikatakan oleh para pemegang saham mengenai ini”tambah yang lain.
“Aku sepenuhnya mengerti, keprihatinan semua orang. Jadi mari kita berhenti di sini dan izinkan aku berbicara dengan singkat”jawab ayah Jihun.
“Selama aku, Cha Bong Man, menetapkan hatiku dalam melakukan sesuatu. Selama aku mengatakan bahwa aku akan melakukannya, hal itu akan dilakukan, tidak peduli apapun. Aku percaya semuanya memahami hal ini. Oleh karena itu, aku bersedia untuk mempertaruhkan pekerjaanku. Dan membentuk bajingan itu,menjadi seseorang pengusaha yang berguna. Jadi semuanya, harap percaya dan mendukungku. Jika bajingan itu tidak cukup baik. Aku sendiri yang akan mengusirnya. Tidak peduli apa itu mempekerjakan seorang manager atau sesuatu yang lain”jelas ayah Jihun.
Jihun mendengarkannya dengan malas, Muwon nampak tak nyaman.
“Untuk perusahaan ini…”lanjut ayah Jihun namun dienterupsi ibu Muwon.
‘”Permisi”. “Bukankah kita memiliki direktur Cha Mu Won?”seru ibu Muwon.
“Kenapa kau menyelaku ketika aku belum selesai bicara”.
“Pidatomu terlalu panjang, presdir”jawab ibu Muwon cuek.
“Direktur Cha Muwon, menduduki peringkat pertama sebagai penerus generasi kedua tahun lalu. Untuk mengesampingkan seseorang yang diakui secara global, bukankah itu mengsugestifkan kurangnya kemampuan manajerial. Dan, bahkan penerus yang ditunjuk bahkan tidak memiliki kualifikasi. Bukankah itu sulit untuk dimengerti?”jelas ibu Muwon.
“Tolong bairkan wanita tua ini mengatakan sesuatu”pinta nenek Jihun.
“Meskipun aku tidak punya andil dalam hal ini dan aku tidak ingin menganggu tetapi karena Presdir telah membuat keputusannya maka aku ingin berjalan dengan itu”.
Ibu Muwon dan Muwon pun nampak sedikit gimana gitu.
“Sekitar 25 tahun yang lalu, saat diumumkan bahwa perusahaan diturunkan pada Presdir Cha Bong Man, saat itu seolah-olah dunia ini terbalik. Ada pembicaraan tntang bagaimana bisa perusahaan akan diserahkan padanya dan juga bagaimana perusahaan akan hancur dalam satu tahun”tambah nenek Jihun.
Jihun pun menahan tawa.
“Tapi lihatlah sekarang. Tentu saja, juga ada banyak musibah. Dan untukku sebagai orang tua. Aku merasa bersalah dan malu untuk menghadapi siapapun. Tapi, perusahaan juga telah menjadi kuat karena dia. Jadi, sekali ini percaya saja padanya. Mari kita menunggu dan melihat”pinta nenek Jihun.
“Bagaimana jika itu tak berhasil? Bagaimana kalau dia membawa kerugian pada perusahaan? Jika itu terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab?”celetuk ibu Muwon.
“Aku yang akan bertanggung jawab, aku akan bertanggung jawab. Aku akan menggunakan posisiku sebagai jaminan. Aku akan bertanggung jawab”seru ayah Jihun. Jihun saja sampai terpana.
“Tidak perlu untuk itu, presdir”ucap ibu Muwon.
“Bukan, aku hanya mengatakan…..”jawab ayah Jihun namun dipotong kembali ibu Muwon.
“Benar, setelah kau mengatakan sesuatu. Kau pasti melakukan apapun kan, Presdir?
“sindir ibu Muwon.
“Jadi jika proposal untuk taman hiburan tidak disetujui selama pertemuan dewan, akankah kau mengambil tanggung jawab untuk itu?”tantang ibu Muwon.
“Bukankah begitu?lanjutnya pad
Seluruh anggota rapat.
“Mari kita bicara adik ipar”.
“Aku sibuk, kakak ipar”jawab ibu Muwon cuek. Lalu masuk lift, ayah Jihun pun mengikutinya masuk eh ibu Muwon malah keluar lagi. Ayah Jihun pun ikut keluar, begitu keluar ibu Muwon kembali masuk ke dalam lift, begitu pula ayah Jihun segera menyusulnya.
“Suk Hui, jangan lakukan ini. Aku juga punya rencana sendiri. Aku akan memperlakukan Muwon dengan baik”ujar ayah Jihun.
“Kau mungkin akan melemparkannya menjadi sesuatu yang kecil”.
“Sesuatu yang kecil? Kenapa aku melakukan itu? Bukankah aku memberikan kakak sebagian besar pada waktu itu? Kau gadis busuk, kenapa kau begitu serakah?”.
“Bagaimana denganmu, kau bajingan”balas ibu Muwon.
“Aku tahu bahwa kau benar-benar mampu. Perusahaan sudah bangkrut, tapi bahkan dalam keadaan seperti itu, kau berhasil menghidupkannya kembali. Aku tahu kau memiliki kemampuan yang besar. Tapi, mari kita menghentikan ini. Mari kita hidup dengan damai? Bisakah kita, adik ipar?”ujar ayah Jihun, ibu Muwon hanya terdiam angkuh.
Berita penyerahan tanggung jawab ke Jihun dan kedudukan ayahnya sendiri yang sebagai jaminan ditambah anggota ddewan meragukannya menjadi berita di Tv, ayah Jihun tidur menjadi tak tenang.
“Selama periode ini, setidaknya mencoba untuk berpura-pura. Aku tidak mungkin membiarkan ayah kehilangan pekerjaannya. Jadi selama periode ini, jangan datang dan jangan menganggu. Menghilang dari otakku, mengerti?”ujar Jihun pada replica Eunsul.
“Aku…tidak bisa tidur karenamu. Tolong lakukan dengan baik sehingga setiap orang akan mengakuimu”pintanya. Dan setiap malam sepertinya ayah Jihun selalu memeriksa keadaan Jihun. Ayah Jihun memberi Jihun semangat, Jihun pun tersenyum.
“Otakku tidak bekerja. Aku merasa pusing”ujar Jihun seraya memutar kursinya. Namun Eunsul menahannya, mereka pun membaca dan duduk dengan maacam-macam posisi hahaha lucu.
Sambil terus berpikir Eunsul mencoba menuangkan idenya dan menuliskannya dalam kaca. Jihun membacanya, tiba-tiba ia teringat sesuatu saat membaca kata ‘kenangan’ yang di tulis Ensul tadi. Lalu ia teringat saat percakapannya dengan Eunsul di taman hiburan bahwa kata Jihun hal itu tidak berharga untuk diingat namun bagi Eunsul itu salah satu yang sangat berharga.
“Aku dapat inspirasi, aku dapat inspirasi! No Eunsul!”seru Jihun, namun saat Jihun menoleh ke arah Eunsul, Ensul tertidur seraya duduk.
“Apa ada bos semacam ini? Kau harus ingat itu, No Eunsul”ujar Jihun.
Jihun pun melanjutkan kerjanya, menuangkan idenya dalam tulisan sampai pagi.
Eunsul bangun terkaget.
“Jam berapa sekarang?”tanya Eunsul.
“Kau harusnya bertanya tanggal berapa sekarang”jawab Jihun.
Eunsul pun segera melihat jamnya dan terpana.
“Kau terjaga sepanjang malam?”tanya Jihun.
“Ini”jawab Jihun seraya menunjukkan proposal yang telah dibuatnya.
“No Eunsul, saat kau sedang tidur, aku susah payah mengerjakan ini sendirian”lanjut Jihun. Ensul bersemangat mengambil proposal yang ada di tangan Jihun dan membacanya.
“Ini tidak buruk, Direktur. Menurutku ini bagus!”tukas Eunsul.
Jihun sangat senang mendengarnya.
“Benar, kan?aku sangat kreatif. Jika aku fokus di dalamnya, aku bisa melakukan apapun”tukas Jihun bangga pada dirinya sendiri. Ensul menoleh pada Jihun seraya garuk-garuk kepala, posisi yang enggak banget hahaha, gimana ya, baru bangun tidur belum sisiran wkwkwkw.
“No Eunsul, kau benar-benar tidak berubah, kan?”tanya Jihun. Eunsul hanya tersenyum begitu pula Jihun.
“Proposal untuk taman hiburan”ujar Na Yun.
“Aku sudah memeriksanya untukmu”jawab Jihun cuek.
“Ini selesai.Hanya untuk menghindari harga dirimu rusak, kau terjaga sepanjang malam untuk menyelesaikannya?”tanya Na Yun.
“Aku datang untuk mengembalikan ini padamu. Maaf aku sedikit terlambat”tukas Eunsul.
“Bos binatu keluar dan setelah itu aku kerja lembur. Tapi keterampilan menyetrika bos binatu ini benar-benar bagus. Dia dipertujukkan di TVsebagai seorang ahli. Aku sudah memeriksa dengan hati-hati. Pencucian dan setrika dilakukan dengan baik”jelas Eunsul panjang lebar. Muwon yang mendengarkan penjelasan Eunsul tertawa kecil dan tersenyum lalu menerima jaketnya.
“Aku tidak punya janji apapun hari ini. Jadi aku akan pergi makan sandwich. Kenapa kita tidak makan bersama?”tawar Muwon.
“Baiklah”jawab Eunsul bersemangat namun ia tersadar.
“Tapi aku harus minta izin dulu”lanjutnya.
Eunsul pun menelepon Jihun dan ternyata Jihun mengijinkannya.
“Ini tidak buruk tetapi jangka waktu terlalu pendek”jawab Jihun yang fokus pada proposal bukannya menjawab pertanyaan Na Yun.
“Ini musiman”ujar Na Yun.
“Siapa itu?”tanya Na Yun lagi. “Sekretaris itu?”selidik Na Yun. Sama seperti tadi Jihun bukannya menjawab pertanyaan Na Yun tapi berkata lain.
“Baiklah, aku akan meninjau secara rinci ketika aku kembali. Ayo pergi”.
“Jika kau berdiri, aku akan menangis keras”ancam Na Yun.
Jihun hanya melongo dan Na Yun mulai pura-pura menangis.
“Dengarkan baik-baik, Seo Na Yun”pinta Jihun. Na Yun pun bersikap manis mendengarkan permintaan Jihun.
“Ketika kita pertama kali bertemu setelah kau kembali,aku memang terpengaruh. Pada waktu itu, aku juga khawatir. Tapi aku segera lupa tentang itu”jelas Jihun.
“Apa?”tanya Na Yun agak terkejut.
“Itu hanya reaksi sesaat, aku tidak memikirkan tentangmu setalah itu. Teman ini (pikiran), sepertinya dia melupakan semua tentangmu”tegas Jihun. Na Yun sedikit terkejut dan syok.
“Aku akan menghubungimu lagi setelah aku melihat ini”tukas Jihun lalu bergegas pergi.
“Orang itu”guman Jihun.
“Bagaimana berjalannya proposal untuk taman hiburan?”tanya Muwon pada Eunsul.
“Aku mendengar kalian terjaga sepanjang malam untuk mengerjakannya”.
“Semuanya berjalan dengan baik berkatmu”jawab Eunsul.
“Bernarkah? Itu melegakan”. “Silahkan memesan sesuatu yang enak. Dan juga yang bergizi”ujar Muwon.
“Ya”jawab Eunsul namun ponselnya tiba-tiba berbunyi.
Eunsul pun segera mengangkatnya saat tahu Jihun yang menelepon.
“Ya, direktur”jawab Eunsul.
“No Eunsul, kau makan siang dengan siapa? Jangan bilang kau makan dengan musuh yang paling aku benci, Cha Muwon”tanya Jihun. Berarti tadi Jihun nggak ngeh atau nggak tanya Eunsul makan siang dengan siapa wkwkkwwk.
“Ummm…apa ada sesuatu yang mendesak?”tanya Eunsul.
“Bukan, bukan seperti itu… aku hanya penasaran dengan siapa kau makan siang?”jawab Jihun.
“Lalu, tidak ada yang darurat…Tapi, kau hanya penasaran?”tukas Eunsul lalu ia berpura-pura tak ada signal. Muwon tersenyum melihat tingkah Eunsul yang mencoba berbohong padahal tanpa mereka sadari Jihun melihat itu dari balik kaca hahaha.
“Sekarang sudah tak apa-apa. Haruskah kita memesan sekarang?”tanya Eunsul.
“Baiklah”jawab Muwon, namun ponsel Eunsul kembali berbunyi.
Dan sringggggg saat Eunsul menoleh keluar dilihatnya Jihun geram marah memukul kaca.
“Jangan pedulikan,. Tidak apa-apa”ucap Muwon yang melihat Eunsul begitu ketakutan.
“Ya”. Jihun pun menelepon Eunsul kembali, mau tak mau Eunsul pun mengangkatnya.
“Pergi sekarang, No Eunsul”seru Jihun di telepon, Muwon pun meminta ponsel Eunsul dan Eunsul memberikannya.
“Tidak, kenapa aku harus makan dengan….”jawab Jihun lalu dipotong Muwon.
“Bagus, aku juga tidak ingin. Jadi selamat tinggal”. Muwon pun menutup teleponnya dan memnberikannya pada Eunsul. Jihun geram dan memukul kaca kembali, pelayan pun datang melihatnya, Jihun pura-pura mengelap kaca lalu segera menyusul ke dalam. Dan ternyata Na Yun menyusul Jihun hahaha.
“Lihat waktunya. Bagaimana kau bisa tetap makan? Berdirilah”.
“Kenapa kau seperti ini?”tanya Eunsul.
“Apa kau tak terlalu kenakak-kanakan? Ini hanya akan memakan waktu 30 menit”tambah Muwon.
“Jangan menjadi tercela dengan mencoba untuk mengubah no Eunsul melawanku”ujar Jihun pada Muwon. Na Yun pun sampai di tempat mereka.
“No Eunsul, mulai sekarang jangan dekat dengannya”pesan Jihun pada Eunsul.
“Kau! Juga jangan mencoba mendekati No Eunsul”.
“Apa?”tanya Eunsul tak mengerti.
“Kau tidak tahu watak aslinya! Insiden sebelumnya semua itu dia yang melakukann”jelas Jihun.
“Direktur”ucap Eunsul.
“Kenapa kau berpikir begitu?”tanya Muwon.
“Semua sel dalam tubuhku dapat merasakannya itu dan aku merasakannya dengan indra keenamku. Jadi aku yakin”jawab Jihun. Muwon tersenyum mendengarnya.
“Dia bertanya tentang rencana taman hiburan, kan? Apa aku benar?”tanya Jihun.
“Tentu saja ada kemungkinan itu…”jawab Eunsul.
“Hmph, dia benar-benar bertanya. Aku mengerti itu akan menjadi seperti ini”tukas Jihun.
Muwon hanya geleng-geleng kepala tersenyum mendengar ucapan Jihun.
“Jangan khawatir tentang itu. Aku memahami dia lebih darimu”
“Maaf, direktur kami membuat ulah. Harap mengerti”ujar Eunsul pada Muwon.
“Jangan khawatir tentang itu. Aku memahami dia lebih darimu”ucap Muwon.
“Kau memahami….”ujar Jihun namun tersadar ada yang lebih penting. “Berhenti bicara, ikut aku”ajak Jihun.“Jangan tertipu olehnya dan memberikan informasi rahasia kita”
“Ikut denganku”ujar Jihun seraya menarik baju Eunsul.
Muwon pun memilintir tangan Jihun.
“Mari kita makan lagi lain kali”ajak Muwon pada Eunsul. Eunsul seolah tak percaya.
“Bahkan, mari kita makan dua kali”. “Setiap kali kau menganggu, acara makan akan berlipat ganda. Aku harap kau akan menganggu lagi pada waktu berikutnya, karena dengan begitu, kami akan memiliki empat acara makan bersama-sama”jelas Muwon lalu pamit pergi.
“Ikut denganku?”ujar Jihun seraya menyerahkan proposal yang di pegangnya pada Eunsul.
“Empat acara makan?”guman Jihun kesal. Ensul pun menyusul Jihun. Na Yun hanya bisa menahan kesal karena dicuekin sedari tadi hahaha.
“Apa yang kau lakukan sekarang?”tanya ibunya.
“Kenapa tidak bilang kau akan datang?”jawab Na Yun yang bergegas menghampiri ibunya.
“Apa seorang ibu harus membuat janji untuk mengunjungi perusahaan putrinya?”.
“Tidak”.
“Bagaimana kau bisa bekerja ketika kau menangis di kantor? Lihatlah dirimu, pakaian apa yang kau kenakan. Mereka merusak citramu”tukas ibu Na Yun.
“Ya”jawab Na Yun pasrah.
“Keduanya benar-benar mengabaikanku. Jadi jangan berpura-pura bahwa kau mengerti”jawab Na Yun.
“Apa? Apa mereka berdua memiliki seseorang?”tanya ibu Na Yun. Na Yun mengangguk mengiyakan.
“Mereka memperlakukanku seoalah-olah aku udara dan hanya memperhatikan wanita itu”. Ibu Na Yun menarik nafas tak percaya.
“Putri siapa dia?”.
Ayah dan nenek Jihun makan bersama.
“Kau mungkin sebaiknya tidak makan sama sekali”ujar nenek Jihun melihat anaknya tak berselera makan.
“Ya”jawab ayah Jihun lalu bersiap pergi.
“Kau benar-benar tidak akan makan?”tanya nenek Jihun, ayah Jihun pun tak jadi meninggalkan meja makan.
“Aku tidak punya nafsu makan”.
“Apa yang ibu katakan tentang menyisakan makanan di meja? Aku bilang kau akan kehilangan semua berkahmu, bukan?”. Mau tak mau ayah Jihun pun menuruti perintah ibunya.
“Ibu, kenapa kau mengancam putramu? Keberuntungan adalah hal yang paling aku butuhkan sekarang”. Ayah Jihun pun kembali makan dengan lahap.
“Itu bagus, semua keberuntunganmu baru saja kembali”ucap nenek Jihun dan meminta ayah Jihun makan pelan-pelan.
“Apa yang kau lakukan, ayah?”.
Ayah Jihun tak jadi pergi, ia menghampiri Jihun.
“Bagaimana? Apa semuanya berjalan lancar?”tanya ayah Jihun.
“Hampir….”jawab Jihun.
“Berjuanglah. Pertemuan akan diadakan lusa. Selama presentasimu berjalan dengan baik”.
“Aku pikir aku hanya harus menulis proposal”.
“Belum pernahkah kau berpartisipasi dalam pertemuan dewan?”tanya ayah Jihun.
“Itu benar. Baik itu kau lari atau melakukan hal-hal lain selama pertemuan, jadi kau tak mengerti”jelas ayah Jihun.
“Apa aku harus melakukan presentasi sendiri?”tanya Jihun panik.
“Hanya saja…kau harus dengan terampil menjelaskan rencana masa depan kita. Rencananya pasti akan menjadi pemenang jika memasukkan cara untuk meningkatkan pendapatan dari pengunjung ke taman hiburan. Daripada rencana jangka pendek, sarankan sesuatu yang jangka panjang. Ini pasti akan lebih baik”jelas ayah Jihun. Jihun sedikit syok mendengar penjelasan ayahnya.
“Apa?”tanya Eunsul sedikit terkejut. “Kau tidak akan melakukannya?”.
“Kau sudah tahu kenapa”jawab Jihun. Eunsul pun nampak berpikir.
“Kenapa kau membawaku ke sini?”tanya Jihun. Eunsul bukannya menjawab malah menyuruh Jihun duduk manis.
“Apa yang salah dengan No Eunsul. Apa kau memberontak lagi, No Eunsul? Benar, kan?”tanya Jihun.
Eunsul pun memesan semangkuk makgeoli.
“Kau minum makgeoli, kan?”tanya Eunsul.
Eunsul menuang arak beras ke cawan.
“Aku tidak minum ini. Ubah jadi anggur”tukas Jihun.
“Minum saja dalam satu tegukan”jawab Eunsul.
“Tidak mau, ini terlihat seperti racun”.
“Jadi, kau tahu. Makgeoli ini kau harus langsung meminumnya sekaligus”ucap Eunsul seraya mencoba meminumkannya ke Jihun.
Jihun berusaha menolak namun ia sudah sedikit menumnya, ia pun bergidik dengan rasanya.
“Enak, kan?”tanya Eunsul.
“Jangan lancing lagi”.
“Ya. Di masa lalu, aku sudah mengerjakan semua macam pekerjaan kecil. Ini adalah pertama kalinya aku melakukan pekerjaan seperti ini. Jadi, bagiku berhenti seperti itu tanpa alasan, hanya menyerah dan berhenti adalah tidak terpikirkan. Ini adalah akhir. Apa kau pikir aku tidak marah? Apa kau pikir aku tidak akan gila? Aku benar-benar gila”keluh Eunsul seraya menggebrak meja.
“Hati-hati dengan kepalan tanganmu”ucap Jihun.
“Aku berharap aku tidak peduli lagi. Hanya untuk menyadarkanmu. Aku ingin mulai melayangkan kepalanku”tukas Eunsul.
“Aku memberimu ijin, lakukanlah”tantang Jihun.
”Apa?”.
“Kau tidak mau? Maka….”ucap Jihun, namun tiba-tiba Eunsul menampar Jihun. Jihun pun menahan sakit di pipinya.
“Lupakan saja, gunakan ini sebagai gantinya. Jadi jangan marah”ujar Jihun.
“Tidak, kau akan melakukannya, kan? Kau akan bekerja lagi, kan?”tanya Eunsul.
“Hentikan”jawab Jihun yang melihat Eunsul masih sedikit mengepalkan tangannya.
“Kita telah memberikan banyak usaha, bukan? Direktur dan juga aku. Jadi jangan menyerah”pinta Eunsul.
“Apa kau tahu tentang hal itu?”tanya Jihun. Eunsul pun mengangguk.
“Ini benar-benar seperti No Eunsul. Kau tidak mengetahui hal-hal yang seharusnya kau tahu, tetapi kau mengetahui hal yang seharusnya tidak kau tahu”keluh Jihun seraya menuangkan kembali makgeoli dan meminumnya.
“Aku tidak bisa melakukannya. Aku harus berbicara di depan staf dan mewawancarai mereka. Aku tidak bisa melakukannya. Aku bahkan tidak bisa berbicara selama presentasi dan aku dipukuli oleh sekretarisku. Penerus semacam apa aku ini? Bagaimana aku bisa menjadi Presdir berikutnya?”keluh Jihun.
“Hanya, jangan menunjukkan wajahmu saja. Seperti penyanyi itu yang tidak menunjukkan wajah mereka”ujar Eunsul memberi ide.
“Bagaimana bisa ada seorang Presdir yang tidak menunjukkan wajahnya?”tanya Jihun.
“Makgeoli rasanya lumayan enak”ucap Jihun yang mencoba meminumnya kembali.
“Pasti ada solusi”tukas Eunsul.
“Tidak ada”.
“Mungkin saja ada solusinya”.
“Tidak ada”tegas Jihun.
“Aku mendengar sebuah cerita. Bukankah ada sebuah tempat yang hanya mengakui orang-orang dengan IQ tinggi? Mensa? Ada seorang presdir, yang selama 17 tahun, berpikir bahwa dia bodoh”ujar Eunsul mencoba membujuk Jihun.
Jihun pun mendengarkan cerita Eunsul.
“Ketika dia masih muda, gurunya tidak sengaja menulis IQ-nya 73 dan bukan 173. Jadi dia berpikir bahwa IQ-nya hanyalah 73”.
“Dia benar-benar bodoh. Bagaimana mungkin dia tidak tahu apa dia jenius atau bodoh? Itu benar-benar menyedihkan”ucap Jihun.
“Benar, bahkan orang yang pintar seperti itu. Karena orang-orang di sekelilingnya mengatakan dia bodoh dan dia mempercayainya juga. Itulah bagaimana dia bisa menjadi seperti itu”.
“Sebenarnya apa yang ingin coba kau katakan? Seperti Presdir itu,yang tidak populer yang hanya mengetahui bahwa dia jenius di kemudian hari dan apa aku seperti itu juga? Jika kau akan mengatakan sesuatu seperti itu, maka lupakan saja”tukas Jihun.
“Aku berpikir bahwa kau menjalani hidupmu berdasarkan dengan pandanganmu terhadap diri sendiri. Ini sama dengan saat kau mencari kerja. ‘aku bisa melakukannya’, ‘aku akan mampu melakukannya’. Aku tersu berpikir seperti itu, sehingga keinginanku menjadi kenyataan”.
“Keinginanmu begitu sederhana. Kau benar-benar bahagia?”tanya Jihun.
“Ya. keinginan sederhanaku untuk sekarang adalah menyelesaikan proposal untuk rapat dewan”jawab Eunsul.
Kemudian Eunsul mengajak Jihun minum bersama.
“Tidak peduli apapun itu, aku akan menemukan solusi”ucap Eunsul.
Jihun yang setengah mabuk memperhatikan Eunsul.
“Kenapa?”tanya Eunsul saat melihat Jihun memperhatikan dirinya.
“Ini benar-benar terasa seperti telah jatuh ke dalam”jawab Jihun.
“Apa?”tanya Eunsul tak mengerti.
“Batu semesta. Sudah menubruk amingdala system limbic otakku”jelas Jihun.
“Apa? Apanya otak?”tanya Eunsul tak mengerti.
“Bodoh. Sistem limbik otak. Batu jatuh ke dalamnya”jawab Jihun seraya menunjuk kepala Eunsul.
“Itu bukan aku. Aku pernah mendengar bahwa kepalanku seperti batu, tapi aku belum pernah mendengar bahwa kepalaku seperti batu”.
Jihun pun tertawa mendengarnya. Lalu ia tertidur di pundak Eunsul.
“Amigdala sistem limbik otak”ujar Eunsul, Myungrang pun mendekat ke arahnya.
“Tampaknya bahwa itu ada hubungannya dengan perasaan dan emosi. Dia mengatakan batu semesta jatuh di sana. Menurutmu, apa artinya itu?”tanya Eunsul.
“Sebuah batu jatuh ke dalamnya? Siapa?”tanya Myungrang balik.
“Aku rasa aku tahu. Tidak, aku tidak ingin tahu”guman Eunsul. “Ini akan menjadi buruk jika aku tahu”pikirnya.
“Aku tidak ingin tahu. Aku tidak tahu”gumannya lagi.
“Apa itu? Katakan saja padaku”tanya Myungrang.
“Aku sudah bilang aku tidak tahu”jawab Eunsul.
“Jangan pikirkan itu lagi. Bagaimana cara berhasil melaksanakan presntasi, pikirkan tentang itu. Harus ada solusi”pikir Eunsul namun apa yang dipikirkan dan otaknya tak sejalan, lata-kata Jihun masih terngiang-ngiang di kepalanya.
“Pikirkan tentang solusi!”pikir Eunsul.
Sementara itu Eunsul keluar dari taksi saat perjalanannya terjebak macet.
Muwon melakukan presentasi pertama untuk mengulur waktu untuk kedatangan Jihun. Ensul terus berlari.
Semua orang pun terkejut dan menoleh ke arah Eunsul.
“Maaf, tolong tunggu sebentar”ujar Eunsul. Lalu ia bergegas mendekat ke arah sekretaris Jang dan meminta ipadnya dinyalakan.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment