Eunsul
mengakui kalau ia juga tak pernah lepas dari memikirkan dan
mengkhawatirkan Jihun, tapi ia masih bingung memikirkan Jihun sebagai
seorang pria atau sebagai anaknya. Dan cara untuk mencari jawaban
menurut Jihun adalah dengan mencium Eunsul!
Eunsul mendorong
Jihun. Jihun penasaran, ia langsung menanyakan bagaimana? Apa Eunsul
sudah melihatnya sebagai pria? Tapi Eunsul jelas masih terlihat bingung.
Kalau Eunsul bingung, Jihun menawarkan untuk melakukannya lagi, haha.
Eunsul
menahan kepala Jihun dengan telunjuknya. Jihun tak terima, ia minta
Eunsul berhenti menunyuknya. Eunsul balik minta Jihun yang berhenti
mencari cara untuk terus menciumnya.
“Kalau begitu terang-terangan saja kau akui kau menyukaiku sebagai seorang pria… “
“Tidak sesederhana itu untuk mengatakannya”
“Jadi
kita akan terus melakukan itu sampai menjadi jelas ...”sahut Jihun
mencoba maju. Eunsul panik, menurutnya justru akan semakin rumit kalau
terus melakukannya.
Jihun menangkap tangan Eunsul dan merasakan nadinya yang berdenyut cepat. Eunsul menarik tangannya.
“Walau
pikiranmu keras kepala dan terus mengelak, tapi tubuhmu jujur… Jadi
terimalah ...” Jihun meletakkan tangan Eunsul di nadinya untuk
membuktikannya sendiri.
Kaget dengan kenyataan yang nadinya
ungkapkan, Eunsul tetap berusaha menyangkal. Memangnya kenapa kalau
nadinya berdenyut cepat? Memangnya apa yang Jihun minta untuk ia
lakukan?
Eunsul
berusaha mengelak, ia tak bisa jujur lagi terserah kalau ia di anggap
pengecut dan pelit, yang pasti pikirannya kalut. Bagaimana ini bisa
terjadi? Bagaimana ia bisa melepaskan akal sehatnya? Dan apa yang harus
ia lakukan sekarang?
Jihun tersenyum, ia mencoba memberi waktu untuk
Eunsul mencerna isi hatinya. Hari itu cukup dulu, besok mereka akan coba
selangkah lagi, atau besoknya lagi dan besoknya lagi, ia punya cukup
kesabaran untuk itu, ia akan menunggu.
“No Eunsul suka aku atau
tidak, dia pengecut dan melarikan diri, aku tidak bisa lebih bahagia
lagi. Aku akan menikmati kebahagiaan ini sepuasnya” Jihun sangat
berbahagia, ia merasa ada peluang untuk mendapat balasan cinta dari
Eunsul makin besar. Sebelum pulang Jihun minta ciuman selamat malam.
Eunsul
kembali menunyuk kepala Jihun, Jihun menangkap tangan Eunsul dan
menciumnya lama. Jihun lalu beranjak tapi ia sempat menambahkan bahwa ia
akan sangat senang kalau suatu hari nanti Eunsul akan mencintai Jihun
lebih dari kartu pegawainya.
“Aku akan menunggu”.
Jihun
sambil tersenyum terus memikirkan kejadian barusan, ia mengingatkan
dirinya untuk bersabar dan tak serakah. Haha, Jihun benar-benar
berbahagia, pengawal di rumahnya di salami bahkan dipeluk!!
Sementara itu makan malam keluarga yang diminta nenek tengah berlansung, tapi tampak 2 orang didepan nenek tak menikmatinya.
“Apa sebegitu buruknya makan dengan ibumu?”
Presdir
berdalih ia sedang memikirkan tugas pelayanan masyarakatnya yang hanya
bisa dilakukan selama satu jam hari ini saking sibuknya, bagaimana ia
bisa memenuhi 180 jam hukumannya? Sedang Ny. Shin merasa tak adil karena
nenek membiarkan Duo Cha bebas melakukan hal yang ingin mereka lakukan
sementara ia dan presdir mesti makan bersama nenek.
Nenek membentak Ny. Shin, itu sudah keputusannya. Nenek meninggalkan meja makan karena ada telpon untuknya.
Seperginya
Nenek, Presdir melihat wajah Ny. Shin yang terlihat letih. Dengan penuh
perhatian presdir bertanya apa karena Muwon? Melihat tampang Ny. Shin
yang makin muram, itu berarti ya. Presdir mendesah kalau ia lupa Ny.
Shin itu seorang ibu. Kali ini ia bisa melihat Ny. Shin sebagai orang
tua yang khawatir karena anaknya. Ia mencoba memberi semangat;
“Membesarkan anak-anak selalu seperti itu; menyebabkan kekhawatiran di
hati”
“Hanya anakmu yang seperti itu, anakku tak pernah membuatku
khawatir sebelumnya” Ny. Shin heran bagaimana Presdir mampu bertahan
dengan memiliki anak yang seperti Jihun, diibaratkan Presdir seperti
telah berjuang seumur hidupnya.
“Aku tidak bisa mengungkapkannya ke dalam kata-kata ...”
“Seperti
itu, ya?”jawab Ny. Shin prihatin, ia menawarkan makanan pada presdir.
Lalu gantian Presdir yang menawarkan makanan untuk Ny. Shin…. Tumben
akurrrr.
Yang
melihat keakuran anak dan menantu keluarga Cha bukan cuma aku, tapi
juga Jihun! Ia menyapa bibinya dengan semangat. Presdir menawari Jihun
makan. Jihun menjawab ia tak perlu makan, karena ia kenyang bahkan tanpa
makan. Jihun juga memuji ayah dan bibinya yang akur juga soal bibinya
yang terlihat cantik.
Presdir curiga, “Kau ... ini mencurigakan… Kau melakukan sesuatu, kan? Dengan Sekretaris No, kan? “
”Bagaimana ayah tahu?”
“Kau
benar-benar melakukan sesuatu?!” Melihat Jihun memegangi bibirnya,
Presdir mendesak apa yang telah dilakukan Jihun, Jihun langsung kabur ke
kamarnya.
Ny. Shin yang melihat kejadian tadi menyadari
sesuatu..”Apa Muwon ku kalah?” Ia juga mendecih mengomentari buruknya
selera Eunsul yang memilih Jihun dibanding Muwon. Nenek yang sudah
kembali ke meja makan diam-diam memperhatikan menantunya itu.
Di
tempat lain, Na Yun juga sedang makan bersama Muwon, tanpa semangat ia
mencomot makannya. Jelas ia menyesali kelakuannya melawan ibunya tadi
pagi, kini ia merasa takut untuk pulang. Muwon tak tahan lagi, ia
menyelesaikan makanannya. Ia merasa tak seharusnya bersama Na Yun dan
mendengarkan keluh kesahnya sementara ia juga punya masalah yang sama
(harus menghadapi ibunya). Muwon juga mengingatkan Na Yun harus berlatih
untuk berani sendirian karena ia tak punya teman. Muwon menasihati Na
Yun sebagai teman, bukan sebagai mantan kekasih yang di tolak.
Eunsul
tak bisa menikmati harinya, ia mendesah mengingat ia meyakinkan Muwon
kalau ia menolak Duo Cha padahal hatinya mulai condong pada Jihun. Ada
rasa bersalah, tapi ia bingung kemana hatinya harus condong. Bagaimana
jika ia memang benar menyukai Jihun? Bagaimana dengan janjinya pada
Presdir dan Duo ahjuma? Yang lebih pentingnya lagi Eunsul tidak menyukai
berada di lingkaran orang-orang kaya.
“Tak peduli seberapa banyak
aku menyukai uang atau Direktur (Jihun dan Muwon), aku tak tahan selalu
diteriaki oleh ibu-ibu, meskipun aku tak berkencan dengan anak mereka…
Selain itu, aku tak akan mampu berhubungan dengan salah satu dari
mereka. Yang saling berebut menuntut hak atas perusahaan…. Jika aku
masuk lingkaran itu, aku mungkin akan memulai perkelahian setiap hari”.
“Kalau begitu lepaskan segalanya sekarang… Tarik kembali kesadaranmu dan mulai dari awal”
“Aku sangat berharap bisa seperti itu”. Eunsul makin galau saat ponselnya berbunyi, dari Muwon.
Muwon
menemui Eunsul. Saat dilihatnya tampang Eunsul yang sumpek, Muwon
langsung meminta maaf atas campur tangan ibunya, ia meyakinkan hal itu
takkan terjadi lagi. Tapi ternyata bukan, jadi Muwon menebak pasti soal
Jihun. Muwon menyadari pasti Eunsul merasa sesak karena tekanan darinya
dan Jihun yang mengaku menyukainya secara hampir bersamaan. Untuk itu ia
akan minta Jihun berhenti.
“Kau juga akan mendapatkan peringatan jika terus melakukan hal ini, Direktur”.
Muwon
tersenyum, “Aku dimarahi… Aku selalu cemburu setiap kali Jihun dimarahi
olehmu”. Dengan dimarahi justru Muwon merasa ia dan Eunsul semakin
dekat.
Bagaimana
dengan Na Yun? Haha ia akhirnya pulang ke rumah dengan
berjingkat-jingkat. Baru saja membuka pintu depan, ia bertabrakan dengan
ibunya. Ibu Na Yun mengejar dan memarahi Na Yun, ia bersiap memukul Na
Yun namun batal karena Na Yun mengingatkannya soal ‘Kekuatan
Pendidikan’. Maksudnya kayaknya adalah bersikaplah seperti seorang yang
berpendidikan.
Ibu
Na Yun memang urung memukul anaknya, tapi ia minta kunci mobil
dikembalikan juga jam malam dan sepasang bodyguard. Na Yun menolak
dengan keras, ia mengancam akan lari dari rumah. Tapi kali ini ancaman
itu tak mempan, Ibu Na Yun menantang Na Yun untuk membuktikan ucapannya.
Na
Yun tak gentar, ia pun pergi tapi dihalangi dua bodyguard. Berusaha
keras untuk segera pergi, Na Yun mencopot sepatunya dan memukuli si
bodyguard. Kali ini gantian ibu Na Yun yang mengingatkan soal ‘Kekuatan
Pendidikan’ pada Na Yun, haha.
Na
Yun pun berhasil kabur dan memesan kamar. Baru beberapa langkah
meninggalkan meja resepsionis, ia mendengar resepsionis itu melaporkan
tentang kedatangannya pada seseorang di telepon. Na Yun pun tak jadi
menginap di hotel itu dan memilih pergi. Kalau semua hotel sudah
dipantau oleh ibunya, kemana ia harus pergi malam ini??
Sambil
menangis dan penuh barang belanjaan, Na Yun berusaha menelpon Jihun
namun tak kunjung diangkat. Lalu menelpon Muwon, tapi karena Muwon sibuk
dengan ibunya, Muwon tak mendengar.
“Oh, Presiden Shin, kau di sini?” Muwon menyambut ibunya yang masuk ke kamar.
Dengan gemas Ny. Shin memukul anaknya, “Sampai sekarang, aku bangga dengan kenyataan
bahwa
aku tak pernah memukul anakku. Tapi aku tak pernah berharap bahwa pada
usianya yang cukup untuk menikah, anakku akan melakukan sesuatu yang
mengharuskanku untuk memukulnya”.
“Aku juga tidak berharap bahwa pada
usiaku, aku akan dipukul oleh ibuku”. Muwon tersenyum dan memuji tenaga
ibunya yang cukup keras memukulnya.
Ny.
Shin marah soal kelakuan Muwon tadi pagi dan tak setuju soal Eunsul.
Lalu kenapa ia menceritakan soal Eunsul dan Jihun yang melakukan
‘sesuatu’?? haha. Ia juga marah saat Muwon tak peduli.
Muwon
yakin Eunsul bukanlah tipe gadis yang gampangan. Muwon yakin akan tetap
mengejar cinta Eunsul, ia tak ingin seperti orang tuanya yang hidup
tanpa cinta. Ny. Shin menyanggah, ada kok cinta di antara mereka. Dan
demi mimpinya itu, Muwon akan melakukan yang terbaik untuk mendapatkan
Eunsul.
“Sangat sulit dipercaya! Kenapa harus melakukan yang terbaik untuk gadis yang tak sopan seperti dia?”
“Dia hanya penuh dengan energi”
“Dia bodoh!”
“Dia memiliki pikiran yang bebas.”
“Dia bahkan tidak cantik.
“Selain kau, Ibu, dia yang kedua tercantik di dunia ini di mataku”
“Seleramu
benar-benar turun… sangat menjengkelkan!” Ny. Shin berniat keluar kamar
tapi Muwon menanyakan soal apa yang dilakukan Jihun dan Eunsul. Wkwkwk,
tadi katanya gak peduli????
Dan
Na Yun pun terpaksa minta tolong pada Eunsul!! Mengira Na Yun di ganggu
seorang pria, Eunsul kontan pasang kuda-kuda, ternyata ia salah faham
dan meminta maaf. Eunsul kesal pada Na Yun yang diam saja, harusnya Na
Yunlah yang meminta maaf. Na Yun berdalih ia akan melakukannya tapi
keduluan Eunsul.
Na Yun menyalahkan Eunsul yang menyebabkannya lari dari rumah, jadi tak masalah kan kalau ia ikut menginap??
Na
Yun membongkar semua belanjaannya di depan Eunsul dan Mr. Na Yun
berdalih ia menggunakan kartu kreditnya sepuasnya sebelum di blokir dan
sempat mengambil uang cash juga.
Myungran mengomentari semestinya Na
Yun ke rumah temannya atau ke hotel saja, kenapa malah ke rumahnya. Na
Yun mendelik dan berusaha cuek menanyakan kamar mandi.
Myungran
heran kenapa Eunsul mengijinkan Na Yun menginap, Eunsul dan Jihun kan
sudah berciuman? Bagaimanapun Na Yun adalah rivalnya Eunsul. Eunsul
memarahi Myungran yang membahasnya di saat itu. Tapi terlambat, Na Yun
keburu mendengar dan kini menangis tersedu di kamar mandi.
Jihun
melihat fotonya bersama Muwon di koran tempo hari. Ia mengingat
percakapan mengenai keduanya yang sama-sama menyukai Eunsul. Jihun
menyentuh gambar Muwon dan bergumam kalau mereka bisa saja menjadi
dekat.
Perbincangan
menjelang tidurpun terjadi. Na Yun bertanya pada Eunsul apa yang harus
ia lakukan. Haruskah ia menyerah soal Jihun? Eunsul bingung menjawabnya
ia tak mungkin menasihati Na Yun soal apa yang harus Na Yun lakukan
sementara ia sendiri tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Na Yun
mengaku mengerti yang kini dirasakan Eunsul karena ia dulu juga pernah
merasakannya (disukai Duo Cha sekaligus). Kini Na Yun merasa keadaan
terburuk yang di ibaratkannya tenggelam sampai dasar sedang terjadi
padanya, karena Duo Cha kini membencinya.
Na Yun mungkin sedih
dengan kisah cintanya, tapi secara pribadi ia merasa senang karena baru
kali ini ia menginap di tempat seorang teman. Walau tempat itu sedikit
kecil tapi tidak terlalu buruk, mengingatkannya pada tenda di sebuah
kamp anak-anak.
Myungran tersinggung, “Apa kau mengatakan, rumah kami seperti tenda?”
Na Yun membela diri, “Apa ada yang mengatakan itu??
Eunsul menepuk bantal sebagai tanda agar Myungran tak melanjutkan debatnya.
Esok
paginya seperti biasa Eunsul menjemput Jihun. Jihun masih tidur, Eunsul
berusaha membangunkannya. Jihun yang melihat Eunsul menariknya untuk
tidur, Eunsul bisa melepaskan diri dan mengancam dengan tinjunya. Jihun
tak peduli, ia kembali menarik Eunsul. Tapi kali ini tak aman, Presdir
masuk dan membentak mereka.
Tak
ingin ada hal-hal yang diinginkan (oleh Jihun) terjadi lagi, Presdir
berusaha memisahkan mereka dengan duduk diantara mereka, wkwkwkwk. Jihun
mengeluhkan pantat ayahnya yang besar dan membuat Eunsul tak nyaman.
Di lobi mereka bertemu Muwon dan naik lift bersamaan. Suasana terasa tegang. Presdir mengamati duo Cha di depannya.
Presdir
juga langsung menetapkan pemindahan Eunsul ke kantor Grup DN yang lain
pekan depan, menurutnya makin lama akan makin sulit memisahkan Jihun
dari Eunsul. Sebenarnya di dalam hatinya ada rasa bersalah pada presdir
karena memisahkan putranya dari wanita yang disukainya.
Jihun
membawa dua minuman dan sibuk membersihkan kursi dengan tiupan
mulutnya, tak lama Muwon datang. Keduanya saling terkejut dan menanyakan
apa yang di lakukan disitu. Lalu muncul Eunsul mengkonfirmasi ia yang
mengundang keduanya. Setelah tahu kabar pemindahannya dari Sekertaris
Jang, Eunsul langsung mengatur strategi agar duo Cha tak mencarinya
lagi.
Eunsul berbohong kalau ia lebih suka berkencan dengan pria dari kalangan biasa daripada dengan Duo Cha.
“Apa?
No Eunsul, apa ada orang lain selain kita?”tanya Jihun. Muwon minta
Jihun diam, karena bukan itu maksudnya Eunsul. Jihun keukeuh dengan
pendengarannya. Muwon mengabaikan Jihun dan minta Eunsul menjelaskannya.
“Ada
banyak hal yang melelahkan…” Eunsul mengarah pada Muwon, “Aku rasa kau
bukan Tuhan sama sekali… Kau bahkan tidak bisa menebak alasan yang
benar”.
“Tidak, aku hanya bertanya meskipun aku sudah menebaknya. Aku hanya ingin memastikan”jawab Muwon.
Jihun
menimpali, “Aku mengerti kalau kau menolaknya, tapi kau bilang aku
terjebak dalam sistim limbik otakmu. Kau dengan jelas mengatakan
demikian”.
“Apa yang harus aku lakukan?”tanya Eunsul, ia lalu
memukul-mukul kepalanya yang dimiringkan seolah ingin mengeluarkan
sesuatu dari kepalanya itu. “Sekarang aku sudah menyingkirkannya dari
otakku".
Muwon tertawa, Jihun tak terima dan menganggap Eunsul kejam. Eunsul hanya mengakuinya tanpa membela diri, ia pun pergi.
Muwon
menyalahkan Jihun yang terlalu memaksa, sedang Jihun menyalahkan Muwon
karena menyela ikut-ikutan suka Eunsul juga. Eunsul menghentikan
perdebatan Duo Cha dengan mengajak Jihun pergi mengurus rencana bisnis
kopi. Jihun terpaksa mengikuti setelah sebelumnya memberi 2 botol
minumannya pada Muwon.
Mereka
melihat proses pengeringan biji kopi, Jihun memanfaatkan kesempatan
dengan menyatakan kalau ia akan pura-pura tidak mendengar apa yang
dikatakan Eunsul tadi karena ia sudah tahu bagaimana perasaan Eunsul
sebenarnya. Eunsul sempat mendelik pada Jihun, ia tetap fokus pada
pekerjaannya. Biji kopi itu di cium untuk tahu aromanya, dan dengan
iseng Jihun menabrakkan tangan Eunsul kehidung hingga biji kopinya
berjatuhan. Eunsul tertawa dengan tingkah iseng Jihun.
Esoknya
Eunsul dikejutkan Jihun yang sudah dandy menunggu di halaman, tumbeen…
biasanya belum bangun. Jihun berusaha pamer dan narsis dengan dandanan
yang menurutnya Manly. Eunsul mengabaikan Jihun dan memilih menatap
jamnya lalu menyatakan mereka sudah terlambat dan pergi, haha.
Jihun
kali ini benar-benar bekerja, ia ikut mencicipi kopi-kopi, ia lalu
berhenti karena melihat cara makan Eunsul yang gak banget. Tapi
komentarnya Jihun sangat manis, “Kebanyakan orang makan dengan manis dan
elegan, No Eunsul makan dengan lahap… Aku suka…..”
Jihun
terpana melihat pria-pria yang ia lihat di café sangat komunikatif dan
manis dengan menambah –ah di belakang nama pasangannya (panggilan
sayang). Ia pun tertarik melakukan hal yang sama dan berlatih di kamar
mandi, “Eunsul-ah”. Tapi baru membuka pintu Eunsul yang menunggunya
membuatnya kaget. Jihun pun lupa dengan latihannya dan memaki Eunsul si
batu.
Eunsul
membahas survei barusan di mobil. Jihun malah memamerkan perasaan
senangnya yang bisa bekerja dan kencan pada waktu yang bersamaan. Eunsul
berusaha fokus pada pekerjaannya, ia membahas retail kopi kebanyakan
mengambil biaya untuk promosi dari franchisenya yang menurutnya tak
bagus. Karena dengan begitu justru pengeluaran besar di banding
penghasilan yang sedikit di tiap kedai. (=kalo pemilik retail yang
promosi, cukup 1 biaya tapi mewakili banyak franchise)
Jihun
keukeuh, ia yang pernah menempel di otaknya Eunsul takkan bisa dengan
mudahnya di singkirkan. Jadi ia minta Eunsul jangan pura-pura sudah di
dekati.
Eunsul juga keukeuh, ia kali ini membahas pelayanan. Ia
mengaku bisa tahu karena ia pernah punya pengalaman kerja paruh waktu di
café.
“Kau takut menghadapi masalah kan, No Eunsul?”tanya Jihun yang sudah geregetan
“Ini waktunya kerja. Tolong tunggu sampai jam kerja selesai untuk pembicaraan pribadi”.
Jihun melihat jamnya, 5 menit lagi jam istrirahat, jadi ia minta supir mengantar mereka ke taman.
”Kita punya kesepakatan. Jika No Eunsul menyukaiku, aku akan mengatakan padanya traumaku”.
“Aku tidak pernah mengatakan aku menyukaimu.. Aku kan sudah membatalkan apa yang kukatakan”
“Jadi kau tak ingin mendengarkan?”
“Demi pengobatan ... Aku harus mendengarkan”
Manager
Park melapor pada presdir soal arus informasi data Ny. Shin. Di luar
dugaan presdir (yang tersentuh saat melihat Ny. Shin dari sudut pandang
sesama orang tua yang menyayangi anaknya) melarang tindak lanjutnya.
Bahkan ia menawarkan kalau Ny. Shin butuh bantuan dari Dewan penasihat,
ia mengijinkan untuk membantunya.
Sepeninggal
Manager Park, Presdir menanyakan soal rekam kesehatan Jihun yang ia
minta, ternyata Sekretaris Jang belum mendapatkannya karena ia lupa.
Presdir memarahi Sekretaris Jang dan mempertanyakan apa Jang itu memang
sekretaris sampai-sampai lupa pada tugas pentingnya.
Ayah
Eunsul yang baru datang sambil menelpon tak sengaja menyenggol Ny. Shin
yang baru turun dari mobil. Ny. Shin mengenalinya!! Dan terperanjat
sampai tak sadar menjatuhkan ponsel dan tas yang dipegangnya. Ia segera
mengambil tasnya dan kabur. Ayah Eunsul ikutan kaget, ia lalu mengejar
Ny. Shin untuk mengembalikan ponselnya.
Ny.
Shin yang ketakutan mengira ia di kejar memanggil petugas keamanan. Ia
tanpa berani menoleh terus lari dan ikut masuk lift yang ada Muwon dan
sekretaris Yang. Ny. Shin yang gemetaran terus mengapit lengan Muwon. Ia
baru menjawab setelah ada dua kali pertanyaan yang menanyakan ada apa.
Tak mungkin cerita kalau ia menghindari ayah gadis yang sedang disukai
anaknya, Ny. Shin mengaku takut tanpa tahu alasannya.
Sementara
itu tak sia-sia ayah Eunsul berlatih bela diri di hutan, ia yang terus
diseret oleh penjaga dengan mudahnya menaklukan mereka. Presdir yang
kebetulan lewat membentak menanyakan apa yang sedang terjadi. Ayah
Eunsul mengenali presdir lewat koran tempo hari, ia pun memanggilnya
‘Ketua Gangster’. Presdir tak bisa berkomentar saat ia mendengar pria
yang mengalahkan dua penjaganya memperkenalkan diri.
Presdir pun mengundang ayah Eunsul ke ruangannya. “Jadi, apa alasanmu menemuiku?”
“Aku tidak datang mencari presdir, aku datang ke sini untuk melihat anakku… “
Presdir
mengangkat tangan menghentikan omongan ayah Eunsul, “Mari kita jujur.
Jadi ... kau sudah dengar bahwa anakku menyukai putrimu.. “
“Apa yang kau bicarakan? Siapa yang suka siapa?... Aku tak bisa membiarkan itu. Maafkan aku, tapi aku tak bisa menerima anakmu”
Presdir
tertawa, ia ingin menegaskan apa yang didengarnya, Ayah Eunsul tak
menyukai putranya? Ayah Eunsul mengiyakan, mana ada orang tua di dunia
ini yang akan menerima putra dari Ketua Gangster?! Presdir sedikit
berang, ia memberitahu kalau insiden itu terjadi karena Eunsul. Tapi ia
melunak, ia lebih penasaran kenapa ayah Eunsul tak mau menerima
putranya, seharusnya kan ia yang tak mau menerima Eunsul!..
“Apa
yang kau katakan itu aneh… Putramu bukan satu-satunya yang berharga!
Putriku juga sangat berharga!” Ayah Eunsul tak bisa membayangkan anaknya
yang pasti menderita bila menjadi menantu presdir. Ia juga menegaskan
kalau ia hanya akan mengirim Eunsul ke keluarga yang menghargai nilai
dirinya dengan baik.
“Dia tumbuh sebagai seorang anak badung. Nilai apa yang kau bicarakan?”sindir presdir.
“Lalu
bagaimana dengan putramu? Aku sudah membaca tentang anakmu di koran
yang punya Sentuhan Minus (*plesetan dari sentuhan Midas =apa yang
disentuh jadi rusak gitu??? Haha). Di tambah lagi 'Anak ayah' tingkat
nasional. Bukankah itu benar?”
“Hei, kata-katamu agak kasar. Aku
Presdir perusahaan tempat putrimu bekerja… Aku orang yang memberikan
gaji untuk mendukung kehidupan sehari-hari putrimu”.
Ayah
Eunsul terus mendebat, Eunsul digaji karena ia bekerja. Bahkan baru
awal kerja saja ia sudah sangat kurus. Karena itu ia menuduh presdir
telah menghisap energi dan darahnya Eunsul. Ditambah lagi ia adalah
salah satu orang yang berkontribusi menyokong perusahaan itu. Kupikir
ayahnya Eunsul diam-diam punya saham, ternyata yang dikeluarkan itu
sehelai sapu tangan yang ia beli dari produknya DN grup, hahaha.
Presdir
heran, dengan hal sekecil itu ayah Eunsul berani bilang telah mendukung
perusahaanya?! Ayah Eunsul mengiyakan. Presdir kehilangan kata-kata.
Sebelum pulang ayah Eunsul menitipkan ponsel Ny. Shin dan minta Presdir mencari pemiliknya.
Ternyata
ponsel Ny. Shin berguna bagi presdir, ia akhirnya tahu Manager Park
menghianatinya. Manager Park memberi laporan pada Ny. Shin tanpa tahu
orang yang mengangkat adalah Presdir.
Keluar
dari kantor Presdir, ayah Eunsul kembali bertemu dengan Ny. Shin!!
Haha, ia memanggilnya dengan sebutan ‘wanita berkacamata’. Ny. Shin
langsung berlindung di balik Muwon.
“Kenapa kau seperti ini?! Apa kau berpikir kita akan menjadi besan hanya karena putraku suka putrimu?”
“Ada yang lain lagi yang menyukai putriku?” haha, Ayah Eunsul terheran-heran.
Muwon
membungkuk memberi salam dan memperkenalkan diri. Ia membenarkan
menyukai Eunsul saat ayah Eunsul bertanya. Ny. Shin kesal.
Sementara
itu Jihun dan Eunsul baru samai lobi saat Jihun berkomentar ada ahjussi
aneh. Ia kaget saat Eunsul memanggil ahjussi itu dengan panggilan ayah,
haha.
Tak menghiraukan Eunsul, ayah Eunsul menyidang Duo Cha. “Apa yang harus aku lakukan untuk membuat kalian meninggalkan putriku?”
Ibunya Na Yun terus memantau putrinya. Ia tahu dimana Na Yun sebenarnya.
Na
Yun dan Myungran berduaan memakai masker tempel. Myungran yang
memanggil Na Yun dengan Es Krim bertanya kapan Na Yun akan pulang.
Berapa lama Na Yun akan tinggal di rumah tenda?? Na Yun belum menjawab
saat mendengar suara berisik.
Eunsul
datang sambil terus mengomel pada ayahnya. Ia menyalahkan ayahnya yang
katanya berprinsip akan menjadi orangtua hebat dengan membiarkan anaknya
mandiri. Tapi kini ayahnya malah ikut campur. Setelah terdiam gantian
ayah yang menyalahkan Eunsul yang terlibat dengan orang-orang kaya. Ia
khawatir Eunsul yang akan terluka
Eunsul membela diri, mengenal orang
kaya atau tidak itu terserah padanya. Lagi pula DN adalah tempat
kerjanya, tempat dimana ia harus bekerja begitu keras untuk bisa
diangkat jadi karyawan tetap.
Ayah
meminta maaf, tapi ia berdalih orang-orang tadi (keluarga Cha) yang
bodoh itu yang duluan membuatnya marah. Eunsul kesal dari banyaknya hari
kenapa ayahnya datang mengacau di hari itu, hari dimana itu hari
terakhirnya di kantor pusat.
“Apa kau ... dipecat karena aku?”
“Lupakan saja ... bukan seperti itu.”
Myungran
dan Na Yun keluar. Myungran menyapa ayahnya Eunsul. Ayah yang melihat
Na Yun heran, ia kenal semua teman-temannya Eunsul, apa Na Yun teman
barunya Eunsul??. Eunsul dan Myungran serempak menjawab kalau Na Yun
bukanlah temannya Eunsul.
Ayah
Eunsul segera tahu siapa Na Yun setelah ibunya Na Yun datang dan
memarahi anaknya. Na Yun yang ketakutan refleks sembunyi di belakang
ayah Eunsul. Ayah Eunsul menangkap tangan ibu Na Yun dan menahannya.
“Aku tidak tahu ceritamu, tetapi bagaimanapun orang tua tidak boleh
seperti ini. Ahjummoni, kau harus menjunjung tinggi kelasmu!”
Ibu Na Yun kesal dipanggil bibi.
Manager
Park melapor pada presdir soal Ny. Shin. Presdir pura-pura seperti
biasa. Padahal setelah manager Park pergi ia memarahi dirinya sendiri
yang bisa dikhianati bawahannya.
Sekretaris Jang bergegas masuk saat mendengar suara ribut, ia memenangkan presdir.
Dengan
sendu Presdir minta sekretaris Jang untuk tak pernah menghianatinya.
Karena jika Jang juga mengkhianatinya, ia akan kesepian.
Setelah
Presdir tenang, Sekretaris Jang memberikan copy rekam medisnya Jihun.
Presdir terhenyak saat membaca Jihun sedang rawat jalan untuk dugaan
agoraphobia.
Presdir
segera pulang dan minta konfirmasi dari ibunya. Ia langsung menuduh
ibunya pasti tahu soal penyakitnya Jihun. Presdir dengan sedih
mengungkap keinginannya untuk mengumpulkan dokter ahli terbaik untuk
mengobati dan menyembuhkan Jihun.
“Inilah alasan mengapa aku tidak
memberitahumu… Dia berusaha keras untuk mengatasinya sendiri. Jika kau
melakukan ini, justru akan berdampak sebaliknya. (=Jihun tak punya
keinginan untuk sembuh)”. Nenek menyarankan presdir untuk pura-pura tak
tahu.
Presdir
sedih sekaligus kecewa, ia kecewa pada ibunya yang merahasiakan ini
darinya. Nenek membalas kenapa tidak? Nenek juga sudah terbiasa di
kecewakan oleh presdir, haha.
“Jihun ... selalu melakukannya dengan
sangat baik hingga sekarang. Selanjutnya, dia juga akan bisa berhasil
melanjutkan ke depannya…. Kau harus percaya itu”. Nenek berusaha
meyakinkan presdir, ia juga memeluk presdir yang terus menangis.
Sementara
itu si tukang lakon malah asyik ngelamunin camernya. Ia bertekad
mengambil hati camernya dengan membawa obat herbalnya nenek!! Haha, tapi
nenek tidak marah, ia memaklumi kelakuan cucunya itu.
Tapi
ayah sama sekali tak terkesan. Ia malah melayangkan tinju tepat di
depan hidung Jihun!! Sepersekian detik Jihun menyadarinya dan refleks
mundur. Ayah menilai Jihun bereaksi lamban dan juga tidak memiliki
keberanian, jadi ia tak memenuhi syarat. Eunsul membela Jihun,
menurutnya siapapun akan terkejut jika seperti itu, ia juga menyalahkan
ayahnya yang tak sopan pada tamu. Ayah minta Eunsul tak ikut campur.
Menurut Ayah, Jihun itu lemah juga tidak punya kemauan untuk menang. Terlebih ia juga tak suka Presdir.
“Aku pikir tak adil jika alasannya adalah ayahku”sahut Jihun cepat.
Eunsul mendukung Jihun, “Itu benar. Jika ayah mengenal presdir, dia itu orang yang baik”.
“So What? Apa kau ingin bilang kalau kau akan menikah dengannya sekarang?” omel ayah pada Eunsul.
“Apa yang ayah maksud? Aku tak bilang seperti itu!”
“Ya. Aku akan menikahi No Eunsul” Lagi-lagi Jihun nyamber.
Ayah menggebrak meja, Jihun membungkuk, “Dengan ijin SIAPA? Heh?”
Myungran
yang sedari tadi diam ikut bicara, ia memberitahu kalau Jihun itu punya
uang seribu kali lebih banyak dari ayahnya Eunsul, jadi kenapa mesti
menentangnya.
“Ini bukan uang yang menjadi permasalahan.. .Sejak
zaman dulu, laki-laki harus memiliki kapasitas dan kemauan yang kuat
untuk mencari nafkah sendiri!
“Ayah juga tak memilikinya”sindir Eunsul membuat ayah berdehem mempertahankan wibawanya.
Eunsul
menerima telepon dari presdir. Mengikuti permainan presdir yang tak mau
ketahuan Jihun, Eunsul memanggil Presdir si Bong Sook. Haha. Eunsul
berhasil memberi alasan yang masuk akal dan keluar.
Presdir
minta Eunsul memberitahu semuanya tentang sakit Agorophalianya Jihun.
Eunsul akhirnya menceritakan penyebab penyakitnya Jihun.
Dulu saat Jihun kecil, Jihun mencari ibunya yang pergi meninggalkan rumah.
Flashback:
’Aku tak ingat apa yang membuatku berpikir jika aku datang ke sini aku
bisa menemukan ibuku atau bagaimana aku berakhir di sini. Sementara aku
sedang mencari ibuku, aku pingsan. Aku juga tak ingat bagaimana aku
sampai di rumah… Mungkin itulah awal semuanya dimulai. Ketika aku
melihat kerumunan orang aku menjadi sangat takut… Orang yang membantuku
dan berada di sisiku setiap saat adalah hyungku….’ Flashback End.
“Ketika
dia mendengar berita tentang saudaranya meninggal karena kecelakaan,
gejalanya datang lagi. Ia merasa semua adalah salahnya dan semua orang
mengkritiknya..”
Presdir menagis, “Itu sudah cukup, hentikan… Aku
bahkan tidak tahu ... No Eunsul, Maafkan aku… tapi, Aku harap kau bisa
berada di sisi Jihun lebih lama. Tidak apa, apakah kau melatihnya atau
sesuatu yang lain, itu bukan masalah. Tetaplah bersamanya. Ini akan baik
jika kau bisa melakukannya, sekretaris No… Aku berharap kau bisa
menyembuhkan dia”.
“Presdir, aku ingin melakukannya juga, tapi aku sudah berjanji untuk tidak menerima perasaannya”.
“Mari kita bicara tentang itu nanti”sahut presdir lalu pergi menyembunyikan tangisnya.
Jihun
masuk ke kamarnya terkejut setengah mati melihat ayahnya duduk disofa
dengan wajah berada di balik boneka hijau. Jihun yang awalnya mengomel
mulai menurunkan nada suaranya karena keanehan presdir.
“Maafkan aku. Aku tidak akan melakukannya lagi”. Sahut Presdir lesu
“Ayah,
kenapa kau begitu tunduk ...?” Jihun heran padahal biasanya ayahnya
yang galak sama dia. Jihun memeriksa boneka hijaunya yang basah oleh
airmata presdir. Tapi Jihun oon menyangka itu iler bapaknya.
Eunsul
membuka buku untuk mencari tahu solusi penyakit Jihun. Tapi ia tidak
konsen, ia justru terus memikirkan permintaan presdir agar ia tetap
mendampingi Jihun.
Sekertaris
Jang memberikan salinan pertemuan Ny. Shin dengan dewan penasehat. Ia
menanyakan pada presdir akan ikut dalam penawaran saham. Presdir yang
bertekad melawan pihak yang mencoba mengkhianatinya berencana menjadikan
kesempatan itu untuk mendapatkan saham yang telah dimiliki Ny. Shin.
Pokoknya ia takkan membiarkan sesuatu atau seseorang mengancam (posisi)
Jihun, walau itu Ny. Shin.
Jihun mempertanyakan dirinya yang tak disukai ayah Eunsul. Memangnya apa kekurangannya?
“Kau kurang banyak hal… seperti kata ayahku, kau tidak punya kekuatan dan tak keinginan untuk menang ...”
“Aku sedang mengusahakannya”jawab Jihun. Ia lalu khawatir tentang rencana latihan baru dari Eunsul.
“Apa kau tahu film dokumenter asing, Undercover Boss?”
“Undercover Boss? Apa itu seperti seorang bos yang bekerja dalam penyamaran?”
“Ya, itu… Ayo kita masuk dan bicara.” Eunsul segera menarik tangan Jihun sambil berlari.
Jihun mencoba menawar untuk membicarakannya disitu saja atau minimal Eunsul memperlambat larinya. Muwon ternyata melihatnya…
Saat
mendengar rencananya adalah Jihun harus bekerja paruh waktu di café,
Jihun terbelalak, “No Eunsul, kau gila?... aku minta kau tergila-gila
padaku, tidak benar-benar gila!”
“Pikirkan tentang hal ini, kau bisa
secara langsung mengalami pelayanan dan semacamnya. Kau juga bisa dengan
yakin mengatakan pada ayahku ‘aku sudah bekerja keras menggunakan
kemampuanku sendiri’. Kau dapat mengatakan itu dengan penuh percaya
diri. Dan kau juga akan punya keinginan untuk menang ketika kau
menyadari mendapatkan uang itu sulit”. Eunsul menambahkan, yang paling
penting Jihun harus menghadapi pelanggan terus menerus, secara alami itu
bisa membantu mengatasi gangguan paniknya.
Jihun setuju, tapi ia
minta ciuman penyemangat. Eunsul menolak dan mengingatkan ruangan itu
bukan ruangan DVD. Haha, Jihun tahu siapa yang membocorkan rahasianya,
ia memaki sekertaris Kim.
Tapi
ternyata tak mudah mencari café yang bersedia menerima Jihun. Berbagai
alasan muncul dari mulai terlalu tua sampai sekolahnya terlalu tinggi.
Terpaksa Jihun jadi Nakasan untuk mendapat pekerjaan.
Cara
ini jitu, Jihun pun mendapatkan pekerjaannya. Eunsul mengingatkan
manager untuk menjaga rahasia soal siapa sebenarnya Jihun.
Jihun ganti seragam, di loker ia bertemu pria yang membantu menemaninya saat Eunsul naik kora-kora. Mereka saling mengenali.
“Apa kau pekerja paruh waktu? Apa kau kemana-mana melakukan pekerjaan paruh waktu?”
“Aku masih memiliki satu pekerjaan lagi, pengganti siswa yang absen.. ”. Pria tadi lalu menanyakan soal pengawal Jihun.
Jihun mencoba menjelaskan bahwa Eunsul bukanlah pengawalnya tapi si pria sudah ngeloyor.
Ny.
Shin memberitahu ibu Na Yun membatalkan dukungan keuangannya, bahkan
tidak mau mengangkat teleponnya. Uang mereka sendiri tidak cukup. Muwon
mengingatkan ibunya apa yang ibunya sedang lakukan kini itu terlalu
berbahaya. Ny. Shin balik mengingatkan apa yang ia lakukan justru demi
Muwon, demi menjaga kendali mereka di perusahaan. Atau setidaknya mereka
harus mengembangkan bisnis mereka sendiri.
Mestinya mereka punya
jalan lain, lewat Na Yun. Ny. Shin kesal karena Na Yun sudah beberapa
kali kencan buta di hotelnya yang pasti disengaja oleh ibunya Na Yun
untuk pamer kekuatan.
Muwon menemui Na Yun.
“Kau ingin aku meyakinkan ibuku (untuk menginvestasikan uang di perusahaan ibumu)?”
“Tidak… Aku ingin kau terus melakukan apa yang sedang kau lakukan.. Akuisisi ini benar-benar berisiko”.
Na
Yun meyatakan terserah mereka (ibunya dan Ny. Shin), ia sedang perang
dingin dengan ibunya. Ibunya bahkan tidak menemuinya dan hanya memonitor
saja lewat para penjaganya di luar.
Pembicaraan berpindah ke soal kencan buta. Na Yun kesal pada Muwon yang tak mengatakan apapun padahal sudah tahu.
“Bagaimana para pria itu?”
“Memalukan.. . Tidak ada yang sebaik kalian berdua”
Muwon mendesah, “No Eunsul perlu menyadarinya juga…. Terutama soal aku”
“Yak!!” Na Yun meradang.
Muwon mengantar Na Yun yang di jemput para penjaganya. Dengan tampang ‘tolong selamatkan aku’ Na Yun masuk ke mobilnya.
Muwon tersenyum, ia punya rencana.
Di
lampu merah, Muwon menelpon Na Yun. “Apa kau ingin melarikan diri?”
Muwon lalu minta Na Yun menoleh, ia memberi instruksi agar Na Yun
menunggu aba-aba darinya. Na Yun harus seperti Seo Na Yun biasanya,
jangan terlihat seperti mau melarikan diri. Dengan tenang keluar dari
mobilnya, dan dengan tenang juga masuk ke mobil Muwon...
Akhirnya Na Yun bisa dadah sama penjaganya.
Bantuan
Muwon tak hanya sampai situ, ia juga menawarkan rumah kakek dari ibunya
yang kosong untuk ditempati sementara ia mencari tempat lain. Muwon
juga memberikan kartu untuk dipakai Na Yun karena ia yakin kartu Na Yun
pasti di blokir. MAUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU.
Na Yun pesimis, ia yakin akan segera ditemukan. Lagipula ada masalah di perusahaan yang membuatnya tak bisa kabur terlalu lama.
“Jika
kau tertangkap, kabur lagi dan lagi… Ibumu mungkin akan menyerah jika
kau terus kabur”. Kata-kata Muwon otomatis membuat Na Yun tersentuh, ia
menatap Muwon. Muwon yang sadar dirinya diperhatikan tersenyum, ia
mengingatkan agar Na Yun jangan jatuh cinta padanya sekarang karena
sudah terlambat.
Muwon lalu bertanya apa para gadis suka kejutan, Na
Yun menjawab kalau dia pribadi iya. Tapi jika yang dimaksud adalah No
Eunsul, Na Yun mengaku tak tahu.
Ny.
Shin masuk ke kamar Muwon yang sedang serius menatap layar Komputer.
“Apa yang kau lakukan? Kau tidak tidur? Di hotel kita besok…..”
“Tidak, bu…” Muwon langsung memotong
“Kau bahkan belum tahu apa itu… kau hanya perlu membantu sedikit”
“Tidak,
aku tak bisa melakukannya… Pokoknya aku akan istirahat besok..” Muwon
keukeuh. Ia mengaku sudah bekerja keras menyelesaikan urusan Ibunya dan
segunung pekerjaannya seminggu terakhir demi libur besok. Muwon dengan
halus memaksa ibunya keluar.
Presdir melihat Jihun sudah siap berangkat, ia heran karena hari itu akhir pekan, “Apa kau akan Training?”
Jihun
ngedumel kalau Training itu 100 kali lebih baik dari apa yang harus ia
kerjakan sekarang, “Aku akan pergi kerja paruh waktu” Jihun menyalahkan
ayahnya yang menyuruh Eunsul membuatnya kerja dari level terbawah..
Presdir
heran, sepertinya ia makin sadar kekuatan cinta Jihun untuk Eunsul, dan
selama itu untuk kebaikan anaknya ia mendukung. Ia pun memberi semangat
pada Jihun, “kau melakukannya dengan baik. Lakukan saja apa yang dia
katakan. Bekerja keraslah, Putraku.”
Jihun melirik tangan ayah yang menepuk-nepuk pundaknya, “Apa Ayah sakit? Hasil cek kesehatan Ayah tidak bagus, kan?” wkwkwkwk
Walau
sempat menyemburkan kekesalan karena seolah Jihun mengejeknya sudah
dekat dengan ajal, Presdir mencoba membuat Jihun mengerti bahwa ia ingin
melakukan sesuatu yang baik untuk Jihun.
Tapi
dasar Jihun, ia yang masih tak habis pikir dengan perubahan ayahnya
terus mengejek, “Apa ayah semakin tua? Oh, tampaknya ayah sudah banyak
kehilangan rambut..” wkwkwk.
Pagi
itu Eunsul juga keluar dari rumahnya dengan semangat. Ia menelpon Jihun
untuk memastikan Jihun masuk kerja. Saat melewati pedagang kaki lima
yang menjual topi dan kacamata, Eunsul mendapat sebuah kacamata yang
lansgung dipakainya. Eunsul sangat senang sampai kemudian para pedagang
berurutan memberinya seikat bunga, gelang, wafel, dan terakhir Boneka
Teddy bear besar.
Eunsul menyadari ada yang tak beres, tak ada yang gratis di dunia ini. Iapun menuduh Jihun.
Tapi kenapa yang muncul justru Muwon???
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment