Zoe menepis tangan Jung Woo dari
bahunya. Ia merasa kalau guyonan Jung Woo sudah keterlaluan. Tapi Jung Woo
tidak sedang bercanda. Ia merangkul bahu Zoe lagi dan membawanya pergi, “Jangan
tersenyum. Dan sudah kubilang kan kalau suaramu mirip dengannya? Aku bisa jadi
gila sekarang.”
Soo Yeon tak berani mengatakan
apapun dan mengikuti langkah Jung Woo. Jung Woo tersenyum sambil melirik Zoe .
Taktiknya untuk membungkam Zoe berhasil.
Hyung Joon yang
dari tadi terpaku melihat kejadian tadi, akhirnya sadar dan buru-buru keluar.
Namun tak terduga kakinya yang pincang kumat lagi dan iapun terjatuh. Ia
bangkit kembali, tapi mobil Jung Woo keburu pergi.
Di dalam mobil,
Zoe bertanya dia mau dibawa kemana. Jung Woo tak tahu karena ini kencan
pertamanya. Jika mereka pergi ke Restoran di tepi sungai Han, maka mereka harus
menunggu karena restoran itu baru buka pada malam hari. Jung Woo bertanya
apakah ada hal lain yang ingin dilakukan Zoe?
Zoe menjawab
tak ada dan meminta Jung Woo untuk menghentikan mobilnya, tapi Jung Woo
mengingatkan Zoe kalau Zoe-lah yang memintanya untuk menjadi temannya di Seoul.
Dan Jung Woo memuji Zoe karena ia memilih teman yang baik. Selama menunggu kemunculan Soo Yeon, ia sering
bertanya-tanya, apa yang akan ia lakukan bersama Soo Yeon jika ia menemukannya?
Soo Yeon tak
mau melihat Jung Woo, tapi ia mendengar apa yang ingin dilakukan Jung Woo bila
bertemu dengannya. Nonton film, wisata kuliner, dan pergi ke dunia fantasi
walau mungkin terlihat cukup aneh (karena mereka sudah dewasa-dee).
Jung Woo
melirik Zoe yang memalingkan wajahnya dengan tatapan menerawang dan ia
bertanya, “Apakah kau memalingkan wajahmu adalah segalanya? Apakah kau marah
adalah segalanya?”
Soo Yeon
terpana dan mendengar kata-kata Jung Woo sekarang mirip dengan kata-kata Jung
Woo 14 tahun yang lalu saat ia bersembunyi di taman bermain. “Hey, gaun
berenda” Hey, gaun berbunga.. Hey gadis populer.. Lee Soo Yeon “Zoe.. Zoe..”
Soo Yeon
terkejut mendengar Jung Woo memanggil nama barunya dan ia menoleh pada Jung Woo
yang nampaknya juga teringat dengan kenangan yang sama.
Mereka sudah sampai di depan restoran ibu Soo
Yeon dan Soo Yeon bertanya mengapa Jung Woo membawanya ke tempat ini? Jung Woo
menjawab kalau ini adalah tempat pertama
yang ingin ia kunjungi jika ia berkencan. “Hari ini adalah hari ulang tahunku, maukah
kau makan bersamaku?”
Soo Yeon
menatap Jung Woo yang berkata kalau ia sekarang sedang merasa senang dan ia
selalu senang di hari ulang tahunnya. Jung Woo meminta Zoe untuk turun, tapi
Zoe tak mau, “Kau meremehkanku. Apa kau pikir aku mau makan di tempat seperti
itu? Aku ingin makan di tempat yang aku inginkan.”
Hyung Joon
menatap handphonenya, seakan menunggu handphone itu berbunyi, tapi tak ada
bunyi apapun. Dan ia melihat mobil Sekretaris Nam datang ke butik Mi Ran dan ia
pun tersenyum.
Mi Ran ternyata
meminta Sekretaris Nam untuk mempertemukannya dengan Harry Borison karena ia
adalah sponsor Zoe, desainer yang ia ingin gaet. Dan Sekretaris Nam langsung
menghubung-hubungkan dan ia tersenyum, menyadari kalau Zoe adalah Soo Yeon.
Ternyata Zoe
membawa Jung Woo ke restoran mahal dan memesan sebotol anggur. Ia tersenyum
melihat Jung Woo terbelalak membaca harganya yang 70 ribu won dan mengatakan
kalau ia memesan anggur Folle a Tete yang artinya kepala gila, “Kurasa itu
cocok sekali denganmu.”
Jung Woo tak
terpengaruh dengan sindiran Soo Yeon dan malah memujinya sebagai pasangannya
yang serasi karena memilih anggur yang sesuai dengannya. Soo Yeon kesal karena
sindirannya tak mempan dan seakan menantangnya untuk hidup dengan caranya (yang
mewah), ia mengajak Jung Woo untuk pergi ke Hong Kong untuk belanja.
Tapi Jung Woo
juga akan meladeninya, “Inilah mengapa aku terus membandingkanmu dengan Soo
Yeon. Seperti.. gayaku.”
Dan ia meraih tangan Soo Yeon dan menggenggamnya erat,
tak melepaskannya walau Soo Yeon mencoba untuk menarik tangannya kembali.
“Tak
masalah kalau kau ingin pergi ke Hongkong, tapi pastikan agar kau tetap
menggenggam tanganku agar kau tak terlepas lagi. Besok kita ke Hongkon, tapi hari
ini aku ingin kita pergi ke taman bermain. Aku selalu bermain ayunan selama 14
tahun, dan aku ingin bermain jungkat-jungkit, tapi aku tak bisa melakukannya
sendiri.”
Sekuat tenaga
Soo Yeon melepaskan genggaman mereka dan mengatai Jung Woo gila. Jung Woo
menatap tangannya yang sekarang kosong, teringat saat pegangannya pada Soo Yeon
terlepas di malam 14 tahun yang lalu di gudang.
Jung Woo
berdiri dan berkata, “Sebelum aku mulai gila..” Tapi Soo Yeon sudah menamparnya
dan berkata, “Seharusnya aku tak pernah berhubungan denganmu sejak awal.”
Tamparan itu
membuat Jung Woo sesaat terdiam. Namun kemdian ia berkata kalau sekarang
perasaannya sedikit membaik setelah ditampar dan ini sudah cukup untuk hari
ini. Jung Woo meninggalkan meja lebih dahulu, meninggalkan Soo Yeon yang
tangannya yang tadi menampar Jung Woo menjadi gemetar.
Jung Woo
mengantarkan Soo Yeon ke depan butik Mi Ran, dan Soo Yeon langsung keluar mobil
tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia langsung masuk mobilnya sendiri dan
bergegas pergi. Jung Woo keluar dan menatap kepergian Soo Yeon.
Bersamaan
dengan itu, Mi Ran yang baru saja bertemu dengan Sekretaris Nam keluar toko dan
Mi Ran, yang tak suka melihat Jung Woo kembali, mengingatkan Jung Woo agar tak
mendekati tokonya lagi. Tapi Jung Woo mengeluarkan email Zoe dan berkata,
“Jangan pernah ganggu wanita ini.”
Mi Ran terkejut
mendengar nada suara Jung Woo saat berkata wanita ini, dan mulai menduga-duga.
Tapi entah apa
yang diduga oleh Mi Ran, karena sepertinya Mi Ran selalu berpikir nyeleneh, out
of the box, tapi out nya di sisi yang selalu salah.
Soo Yeon
ternyata terpengaruh atas tindakan Jung Woo tadi. Di tengah jalan ia berhenti,
karena ingatan saat-saat ia pertama kali bertemu dengan Jung Woo lagi terputar
di benaknya.
Saat Jung Woo mengejarnya di tengah hujan, saat ia tanpa sadar
mengucap nama Jung Woo tanpa mengetahui kalau Jung Woo ada di belakangnya, saat
ia melihat bahu Jung Woo yang naik turun karena terisak saat ia memanggilnya.
Dan ia teringat 14 tahun yang lalu Jung Woo memanggil namanya dan mengajaknya
untuk berteman.
Maka ia pun
menelepon satu-satunya orang yang menemaninya selama 14 tahun terakhir ini.
Namun betapa kagetnya saat ia mendengar kalau Hyung Joon sekarang sedang berada
di rumah sakit.
Jung Woo
menelepon, tapi tak tersambung. Ternyata Jung Woo menelepon Harry, karena Harry
menelepon kembali dan mengatakan kalau ia baru saja menerima telepon Zoe,
sehingga tak bisa menerima teleponnya. Ia bertanya apakah hasil otopsi bibinya
sudah keluar?
Hasil otopsi
belum keluar, tapi Jung Woo ingin bertemu dengan Harry untuk membicarakan hal
lainnya. Harry mengatakan kalau hal itu sedikit sulit karena ia sekarang sedang
dirawat.
Jung Woo kaget mendengarnya tapi Hyung Joon menenangkan kalau sakitnya
bukan hal yang serius. Jung Woo berkata kalau bisa ia ingin berbicara dengan
Hyung Joon, “Jika tidak, kupikir aku akan merasa lebih bersalah padamu.”
Hyung Joon
berjanji akan menghubunginya, dan setelah menutup pembicaraan, mukanya terlihat
serius.
Ah Reum
mengunjungi rumah Jung Woo dan membawa banyak barang untuk kakaknya itu. Jung
Woo pulang dan kaget melihat Ah Reum datang ke rumahnya. Ah Reum beralasan
untuk melihat apakah Ibu Kim (Ibu Soo Yeon) dan Eun Joo memperlakukannya dengan
baik.
Seperti kakak
yang tak ingin melihat adik yang terus mengikutinya, Jung Woo menyuruh Ah Reum
untuk pulang saja. Tapi sepertinya Ah Reum sudah biasa dengan kelakuan Jung
Woo, ia tak segera pergi.
Ibu datang dan
bertanya mengapa Jung Woo memintanya untuk membuatkan sup ayam ginseng? Ibu
khawatir kalau Jung Woo sakit, tapi Jung Woo berkata kalau ia merasa kalau di
dalam dirinya sepertinya ada yang kosong.
Dan itu
berarti, lapar? Ha.
Ibu bergegas ke
dapur dan membawa daging yang dibeli Jung Woo. Eun Joo bertanya pada Jung Woo
kenapa Jung Woo tak ke restoran saja dan bertanya pada ibu apakah ibu tak
bekerja? Ibu berkata kalau hari ini ia adalah hari giliran liburnya, dan ia
pergi ke restoran karena iseng, bukan untuk bekerja.
Jung Woo bertanya mengapa
ibu tak mengambil kursus dansa saja? Ibu menjawab kalau ia kan sudah mahir
menari.
Dan ia keluar
dapur mulai mempertunjukkan bagaimana mahirnya ia menari, membuat Eun Joo malu
melihat goyangan ibu.
Ia menarik kerudung jaketnya, menyuruh ibu untuk
berhenti. Tapi Ah Reum malah tertawa dan memuji ibu dan kakaknya pun menemani
si penari berdansa.
Hhh.. entah
kenapa melihat ketiga penghuni rumah dan seseorang yang bahkan bukan orang
rumah ini bisa tertawa lepas, membuat saya jadi teringat pada Soo Yeon lagi.
Soo Yeon, yang
khawatir, buru-buru pulang dan mencari Hyung Joon. Ia bertemu dengan dokter
yang berpesan agar Soo Yeon melarang Hyung Joon untuk bersepeda lagi atau
melakukan olahraga berat karena urat kakinya sudah sangat lemah.
Hyung Joon
bertanya bagaimana hasil pertemuannya dengan pemilik Bellez (Mi Ran). Soo Yeon
duduk di tepi tempat tidur Hyung Joo dan mengaku kalau ia belum bertemu pemilik
butik itu. Ia malah bertemu dengan Jung Woo.
Soo Yeon pikir
ia telah membuat kesalahan, “Lebih dari apa yang kuingat, ternyata Jung Woo
mengingat jauh lebih banyak tentang Soo Yeon. Walau aku yakin kalau hal itu
karena perasaan bersalahnya, tapi ternyata perasaan bersalah itu hilang lebih
lama dari yang seharusnya.”
“Jadi?”
“Sejujurnya?”
tanya Soo Yeon, dan Hyung Joon mengangguk. “Aku ingin menyiksa Han Jung Woo.
Tapi itu lebih menyiksaku. Aku tak suka mengingat Lee Soo Yeon.. anak seorang
pembunuh. Aku telah melalui neraka dan kembali untuk menghapus Lee Soo Yeon.
Kalau bukan karenamu 14 tahun yang lalu, aku pasti telah mati sendirian dan
ditinggalkan tanpa ada seorang pun yang mencariku.
Dan sekarang
aku ingin berkata pada mereka kalau sekarang sudah terlambat. Tapi kupikir tak
ada perlunya lagi melakukan hal itu sekarang. Tidak untukku, juga tidak untuk
yang lainnya juga. Kuharap Lee Soo Yeon bisa tetap mati saja selamanya.
Aku telah
memastikan hal ini dengan datang ke Seoul. Katakan padaku kalau semuanya ini
memang untuk yang lebih baik.”
Hyung Joon
menatap Soo Yeon, nampak menyesal mendengarnya dan ia mengulurkan tangan yang
langsung diraih Soo Yeon. Soo Yeon bertanya apakah Hyung Joon memang harus
mengadakan pesta itu? Hyung Joon menjawab kalau ia sudah berjanji pada para
kliennya. Soo Yeon berkata kalau ia akan langsung pergi begitu pesta usai dan
menunggunya.
Hyung Joon
tersenyum dan mengiyakan.
Jung Woo
mengangkat jemuran dan membawanya ke kamar. Dari balik selimut, Ah Reum
mengagetkannya dan berkata kalau ia akan menginap, walau Jung Woo menyuruhnya
pergi.
Melihat Jung Woo melipat baju jemuran Ah Reum merasa betapa
menyedihkannya melihat Jung Woo hidup seperti ini. Ia juga berkata kalau telah
muncul anak rahasia yang selama ini disembunyikan ayah dan sekarang ibunya
meminta cerai.
Jung Woo tahu
kalau Ah Reum hanya bercanda dan menyuruhnya untuk berhenti beromong kosong.
Sebaliknya, ada yang ingin ia tanyakan pada Ah Reum yang sebagai wanita, “Soo
Yeon, mungkin membenciku, kan? Kaupikir, seberapa banyak Soo Yeon membenciku?”
Ah Reum ingin
tahu mengapa Jung Woo berpikiran seperti itu? Tanpa menjelaskan lebih rinci,
Jung Woo berkata kalau mungkin Soo Yeon ingin mengutunya dan memukulnya. Ah
Reum tak bisa menjawab atas nama Soo Yeon, tapi jika dia berada di posisi Soo
Yeon, ia pasti akan membalas dendam, “Sakit hati yang kurasakan selama ini? Aku
akan membalasnya ratusan kali lipat!”
Jung Woo
tersenyum dan berkata kalau ia pun berpikiran seperti itu. Tapi menurut Ah
Reum, Jung Woo sangatlah bodoh, “Jika ia tahu bagaimana kau menjalani hidupmu
selama ini, ia pasti tak akan merasa seperti itu.”
Tapi Jung Woo
berkata kalau semua yang dikatakan Ah Reum sebelumnya adalah benar. Ia yakin
kalau Soo Yeon pantas melakukan hal itu. Soo Yeon pasti ingin mukul dan
menamparnya. Ia menirukan apa yang dilakukan Zoe tadi siang, “Dan matanya
seperti ini menatapku ‘Aku tak seharusnya berhubungan dengamu dari awal.
Minggir!’ Aku yakin dia pasti akan berkata seperti itu.”
Ah Reum bengong
melihat tingkah kakaknya dan berkata kalau Jung Woo pasti benar-benar sudah
gila. Dari luar Eun Joo membuka pintu dan menyuruh Ah Reum untuk pulang ke
rumah karena ia sangat berisik. Ah Reum pun meninggalkan mereka.
Jung Woo
mengajak Eun Joo untuk mengunjungi Detektif Kim di kuburannya. Tapi Eun Joo
berkata daripada Jung Woo pergi ke kuburan ayahnya, lebih baik Jung Woo
menyadarkan diri saja dulu. Wanita yang ia lihat tadi siang itu bukanlah Soo
Yeon dan sekarang adalah saatnya Jung Woo untuk mulai berkencan dengan wanita
lain, “Siapapun wanita itu, jangan menganggapnya sebagai Soo Yeon. Tak baik
bagimu atau bagi wanita itu.”
Di toilet, Jung
Woo mencari informasi dari rekan kerjanya. Ia pernah ditelepon oleh Sang Deuk
setelah keluar dari penjara, dan dia ingin tahu, dari nomor mana Sang Deuk
meneleponnya. Mulanya rekan kerjanya tak mau mengatakan walau Jung Woo sudah
membujuknya dengan 10 kali traktiran makan siang (sebelas, malah!), tapi
rekannya itu keceplosan mengatakan kalau nomor itu dari luar negeri.
Mendadak mereka
dikagetkan oleh bantingan pintu, dan ternyata Detektif Joon sedang buang air
besar di dalam dan memarahi rekannya itu. Tapi rekan mereka membela diri kalau
ia tak memberitahu Jung Woo kalau nomor itu adalah nomor Perancis.
Ups..! LOL.
Buru-buru rekan
itu pergi setelah menagih traktiran 11 kali dari Jung Woo . Tapi Jung Woo kalem
melihat kemarahan Detektif Joon. Ia malah bersikap mesra dan memanggil Detektif
Joon sebagai istri dan bertanya bagaimana mungkin Sang Deuk memiliki nomor
perancis. Apa mungkin telepon itu hasil jarahan?
Detektif Joon
masih pura-pura kesal dan menyuruh Jung Woo untuk menanyai Zoe saja, karena Zoe
juga berasal dari Perancis. Jung Woo tak suka mendengarnya, apa urusannya Zoe
dengan ini.
Tiba-tiba ia
teringat malam itu Zoe memintanya untuk menuliskan nomor handphone di tangan
karena handphone yang Zoe miliki hilang. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya,
mencoba mengenyahkan pikiran yang pasti kebetulan saja.
Dayang Choi
muncul, meminta waktu Jung Woo sebentar. Detektif Joon memilih menyingkir.
Dayang Choi memberitahukan kalau ia sempat mendengar apa yang menyebabkan
kematian Sang Deuk.
Ia mencoba
memberitahukan, tapi yang disebut adalah nama kimia, jadi ia susah
mengingatnya,
“Trot.. trott.. “ dan Jung Woo menebaknya, “Tetrodotoksin?” Dan dayang Choi
membenarkan.
Sang Chul
muncul untuk diperiksa sebagai saksi dan melihat Jung Woo ada di kantor, dan
menuduhnya sebagai pembunuh. Detektif Joon buru-buru menahan Jung Woo.
Tuduhan Sang
Chul terus diucapkan saat Sang Chul menemui atasan Jung Woo. Detektif Joon
meminta Jung Woo untuk menahan diri. Begitu pula Dayang Choi. Detektif Joon
memberi Jung Woo alibi kalau Jung Woo sedang ada bersamanya saat kematian itu
terjadi. Ia akhirnya menyuruh rekannya untuk membawa Sang Chul ke ruang
pemeriksaan.
Tapi Sang Chul
masih belum puas dan menebak kalau bukan Jung Woo, berarti yang membunuh adalah
Lee Soo Yeon, “Jadi apa gadis itu bangkit dari kubur dan membunuhnya?”
Ucapan Sang
Chul membuat Jung Woo marah dan menyuruh agar jangan pernah berani menyebut
nama Soo Yeon lagi, “Tanpa kau memintaku pun, aku akan mengejar pembunuhnya.
Dan akan kupastikan kalau kau dan dia akan mendapat balasan yang ribuan kali
lebih banyak.”
Tae Joon
mendapat informasi dari Sekretaris Yoon kalau Pengembang Shin Do adalah
Boutique H yang sudah berpengalaman di Eropa. Namun Boutique H itu ternyata
dimiliki oleh Harry Borrison.
Mi Ran yang
menguping pembicaraan mereka, terkesiap kaget. Begitu pula Tae Joon. Ia meminta
Sekretaris Yoon untuk menghubungi Sekretaris Nam.
Note : karena ada
dua subtitle Inggris yang beredar –Viki dan Dramafever- ada dua jabatan yang
dipakai si Nam ini. Satu subtitle memakai Direktur, satu subtitle lagi memakai
kata Sekretaris. Karena mungkin dia mungkin sudah naik level (masa sudah 14
tahun jadi sekretaris terus), maka saya menyebutnya SekDir Nam, sampai ada yang
bisa memberitahukan sebenarnya apa arti jabatan si Nam ini dari bahasa Korea.
Ok?
Ternyata SekDir
Nam menemui Hyung Joon untuk memeras lagi. Kali ini tentang keberadaan Soo Yeon
aka Zoe. Sambil tersenyum licik, SekDir Nam berkata kalau ia butuh lebih dari 5
miliyar.
Hyung Joon
hanya bisa berdecak melihat keserakahan yang tak ada akhir itu. Tapi ia tak mau
memberikannya begitu saja dan mengibaratkan, “Kalau kau memberi makan pada
anjing lucu, maka anjing itu akan menjadi gendut. Oleh karena itu, kau harus
menyuruhnya berolah raga.”
LOL, disamakan
kok ya sama anjing. Anjing lucu, sih.. tapi tetap aja anjing.
Hyung Joon
menyuruh SekDir Nam untuk mengambilkan informasi tentang uang gelap yang
dimiliki oleh Tae Joon. Sekdir Nam mengatakan kalau hal itu sangatlah sulit
dilakukan. Hyung Joon tersenyum dan berkata, “Kalau gampang ya pasti akan aku
lakukan sendiri.”
LOL.
Lebih LOL lagi
karena Sekdir Nam mendapat telepon dari Tae Joon yang menyuruhnya untuk
mengatur pertemuan dengan Harry Borrison. Hyung Joon tersenyum mendengarnya dan
mengatakan kalau ia bisa bertemu pada jam tujuh.
Sekdir Nam lalu
bertanya mengenai Mi Ran. Apa yang akan Hyung Joon lakukan mengenai permintaan
itu? Hyung Joon terlihat berpikir, “Aku tak memasukkannya pada rencanaku…,”
namun ia kemudian tersenyum dan berkata, “Tapi sekarang jadi lebih
menyenangkan.”
Hmm.. jadi
memang Hyung Joon memiliki rencana.
Soo Yeon sedang
mencari baju pesta untuk Hyung Joon di sebuah toko. Tiba-tiba Jung Woo muncul
dan menawarkan diri untuk menjadi modelnya. Tanpa menunggu persetujuan Soo
Yeon, ia langsung memakai jas yang tadi ditunjukkan oleh SPG. Tapi Soo Yeon tak
menggubris Jung Woo dan menelepon Hyung Joon.
Jung Woo
teringat pada kata-kata Zoe yang mengaku telah kehilangan handphone. Sebenarnya
itu adalah tujuannya menemui Zoe.
Di telepon, Soo
Yeon berkata kalau ia telah menemukan jas dan segera akan mengirimkan foto ke
handphonenya. Jung Woo mendekat dan berkata kalau ia ingin menanyakan sesuatu.
Tapi Soo Yeon tetap tak mempedulikannya dan mengambil jas lain dari gantungan.
Ia kemudian memotret jas itu, menambahkan scarf dan mengirimkannya pada Hyung
Joon. Melihat hal itu, Jung Woo hanya menghela nafas.
Dengan manis,
Soo Yeon berkata pada Hyung Joon kalau sudah lama ia ingin mendandani Hyung
Joon seperti itu. Ia akan memilih scarfnya juga khawatir kalau Hyung Joon kena
flu atau kakinya terluka lagi.
Setelah menutup
telepon, Soo Yeon baru sadar kalau Jung Woo tak ada. Ia mencari-cari ke segala
penjuru, tapi sosok Jung Woo menghilang. Hanya ada jas yang tadi dicoba Jung
Woo, tergantung di salah satu rak.
Tapi ternyata
Jung Woo masih menunggu di depan toko. Begitu melihatnya, Soo Yeon langsung mengabaikan
Jung Woo lagi dan masuk mobil, tak mempedulikan permintaan Jung Woo yang ingin
bertanya padanya satu menit saja.
Di perjalanan,
Soo Yeon mendapat SMS dari Jung Woo yang meminta waktu 5 menit saja. Soo Yeon
mencari-cari keberadaan Jung Woo yang ternyata mengikutinya dari belakang. Tapi
ia tak mau, dan malah mempercepat laju mobilya.
Jung Woo kesal,
tapi menebak kalau sebentar lagi Soo Yeon pasti berhenti karena ditilang
polisi.
Dan benar saja.
Di suatu tempat, Soo Yeon berhenti setelah ditilang karena melebihi kecepatan
yang ditentukan. Jung Woo mengetuk jendela mobil Soo Yeon. Soo Yeon membuka jendela
tanpa menoleh padanya dan Jung Woo pun menyadari itu dan ia berkata, “Setelah
kau kita berkencan rahasia, meninggalkanku seperti ini rasanya seperti kau
berselingkuh dariku.”
Soo Yeon
menoleh marah pada Jung Woo, dan Jung Woo pun berkata, “Akhirnya kau melihat
padaku,” tanpa menunggu lama Jung Woo bertanya, “Saat di kedai minum, kau
bilang kalau kau kehilangan handphone, bukan? Kapan kau kehilangan handphone itu?”
Soo Yeon
berkata ia tak tahu dan bertanya apa urusan Jung Woo menanyakan hal itu. Jung
Woo menjawab kalau ia sedang menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan nomor
telepon Perancis. Mendadak ada SMS masuk, sehingga perhatian Jung Woo beralih
sesaat. Dan itu digunakan oleh Soo Yeon untuk melarikan mobilnya.
Namun betapa
kagetnya Soo Yeon ketika melihat Jung Woo bisa masuk ke dalam lift rumahnya.
Apa Jung Woo sudah gila?
Tanpa banyak
bicara, Jung Woo menunjukkan SMS dari Hyung Joon yang ingin bertemu dengannya.
Tanpa melihat Soo Yeon, ia berkata, “Aku tidak gila. Aku bahkan akan meluruskan
otakku. Kupikir aku membutuhkannya sekarang.”
Mereka keluar bersamaan, dan
mencari-cari Hyung Joon yang ternyata melihat mereka dari atas. Ia meminta Soo
Yeon untuk meninggalkan mereka karena ada yang ingin dibicarakan dengan Jung
Woo, hanya berdua saja.
Jung Woo mengatakan tujuannya ke
sini ada dua. Satu masalah publik dan satu masalah pribadi. Hyung Joon ingin
membicarakan yang paling singkat. Maka Jung Woo bertanya tentang kecelakaan
yang dialami Harry di Anyangpang beberapa hari yang lalu, apa tujuan Harry ke
sana? Harry menjawab kalau ia habis mengunjungi kuburan almarhum tantenya.
Jung Woo memberitahukan kalau
pria yang ditabrak Harry, malam itu tewas, membuat Harry terkejut. Ia melihat
kejadian itu saat menyelidiki CCTV yang merekamnya. Ia bertanya apakah Harry mengalami kejadian yang luar biasa?
Harry tersenyum dan menyadari
kalau semua ini pasti tentang Zoe lagi, “Zoe pasti terlihat shock, kan? Aku
sudah terbiasa melihatnya seperti itu sejak ia kecil. Karena ada kejadian yang
terjadi pada Zoe dulu.”.
Jung Woo ingin tahu kejadian apa
itu, dan Harry menjawabnya kalau kejadian itu adalah kecelakaan mobil.
Kecelakaan mobil itulah yang membuat kakinya pincang seperti ini dan membuat
Zoe sangat trauma.
Saat ditanya pada umur berapa
kecelakaan itu terjadi, Harry berkata
kalau ia tak ingat karena mereka berdua
diadopsi. Ia dan Zoe sepakat kalau pada hari mereka diadopsi itu adalah hari
kelahiran mereka. Karena saat itu ia masih bayi, ia tak ingat kapan. Ketika ia
3 atau 4 tahun .. atau sekitar 5 tahun, jadi ia tak tahu berapa umurnya
sekarang.
Jung Woo teringat kalau kata-kata
itu persis sama, kata per kata, dengan apa yang diucapkan Zoe. Dan Harry pun
menebak kalau Jung Woo pernah mendengar kata-kata yang sama dari Zoe, “Selain
daripada itu, kami memiliki banyak kesamaan lain.”
Jung Woo pun mengalihkan pada
masalah yang kedua. Jung Woo pun mengatakan kalau Soo Yeon dan Zoe pun memiliki
banyak kesamaan dan walaupun Harry berpura-pura, tapi ia tahu yang sebenarnya.
Harry tak bisa menjawab dan Jung
Woo pun tahu, seperti Harry yang dapat berkata-kata, iapun juga tak dapat
berkata-kata, “Jika kau menyangkalnya, maka alasan kau menyangkalnya, pasti
masuk akal. Jika ia adalah Soo Yeon, ia pasti sangat marah padaku. Aku yakin ia
pasti membenciku. Dan karena itu, ia menjadi lebih mirip Soo Yeon lagi.”
Menurut Jung Woo, apapun yang
dilakukan Zoe, -tersenyum, berbicara, tidak berbicara, menunduk, mendongak-
semuanya mirip dengan Soo Yeon.
Tapi Harry pun menawarkan solusi dengan tes
DNA. Ia tahu kalau ini cukup aneh. Tapi entah kenapa sejak dari awal ia tak
bisa untuk tak menyukai Jung Woo, “Seharusnya aku marah padamu untuk kasus ini,
tapi aku tak bisa marah padamu. Aku akan memberitahukan hal ini pada Zoe.”
Tapi Zoe muncul dan mengatakan
walau ia tak tahu kenapa ia harus melakukannya, tapi demi Harry ia mau
melakukannya. Ia memandang Jung Woo dan berkata,
“Harry, jika bukan karenamu, aku
pasti sudah mati. Kau menyelamatkan hidupku, jadi sudah seharusnya aku
melakukan hal itu untukmu. Aku mengalami kecelakaan mobil saat aku kecil dan
Harry menolongku. Saat itu aku merasa gila dan bahkan tak dapat merasakan
kepedihan lagi, tapi Harry memegang erat tanganku dan berteriak padaku untuk bangkit.
Jika kau tak pergi, aku juga tak akan pergi.
Suara Lee Soo Yeon, kau tadi
bilang kalau kau terus mengingatnya, kan? Aku percaya itu. Karena sama
denganmu, suara Harry pada saat itu, tak pernah kulupakan seumur hidupku. Kau
sedang menunggu Lee Soo Yeon? Jika ia tak datang walau kau menunggunya, itu
berarti ia sudah meninggalkanmu.”
Tak sadar air mata Soo Yeon telah
mengalir, namun Soo Yeon tetap menerima ajakan untuk tes DNA, “Kemana aku harus
pergi? Apa aku harus pergi sekarang?”
Jung Woo berdiri dan mengatakan
tak perlu, walau ia bersikap seperti ini, ia tetap adalah seorang detektif.
Jika ia mau, ia bisa melakukannya sendiri. Sehelai rambutnya sudah cukup untuk
tes DNA. Ia telah menunggu selama 14 tahun, dan ia bisa menunggu lebih lama
lagi, “Ada lampu jalan di dekat rumah Soo Yeon, dan butuh 280 langkah. Walau
kami terpisah selama 14 tahun, aku bertanya-tanya, butuh berapa langkah untuk
membuatnya kembali ke rumah?”
“Kau salah. Ia tak
meninggalkanku. Jika ia belum datang, walau aku menunggunya, ini berarti ia
sedang dalam perjalanan mengarah pulang.”
Jung Woo pun meninggalkan Soo
Yeon yang terpaku dan air matanya terus mengalir. Sedangkan Hyung Joon hanya
bisa terdiam.
Di tempat parkir kantor polisi,
Jung Woo mendengar pembicaraan teman-temannya tentang penyelidikan kasus Sang
Deuk. Detektif Joon berkata kalau semuanya ini membuatnya takut, “Wanita,
dendam, dan menurut Jung Woo di hari pembebasan Sang Deuk, Sang Deuk berkata
kalau Soo Yeon masih hidup. Jadi pelakunya adalah..” kata Detektif Joon dramatis
sambil menutup mata.
Hanya Detektif Joon yang tak
menyadari kehadiran Jung Woo, sementara yang lain sudah kabur tak mau cari
gara-gara. Dengan gaya lebay, ia menirukan kata-kata Jung Woo, “Pasti Soo
Yeon.. Bukan Soo Yeon.. Soo Yeon.. Bukan Soo Yeon..”
“Apa kau menemukan sesuatu yang
baru?” tanya Jung Woo tenang, namun mengagetkan Detektif Joon yang
menjerit kaget dan langsung bersembunyi
di balik tiang.
LOL. Tapi lebay-nya Detektif Joon
tetap muncul. Menirukan Soo Yeon, Detektif Joon berkata, “Jung Woo-yaa… Maafkan
aku… Apakah mungkin aku bersungguh-sungguh? Kalau aku seperti itu.. aku pasti
bukanlah manusiaa… Aku hanyalah detektif yang tanpa harapaann..”
Haha.. jangan-jangan sebenarnya
Soo Yeon operasi plastik dan berubah bukan menjadi Zoe, tapi sebenarnya menjadi
Detektif Joon.
Jung Woo mengabaikan kelebayan (is it a word?)
Detektif Joon dan bertanya apakah seniornya itu sudah memeriksa mobil yang
parkir? Menurut satpam, wanita pemilik mobil itu datang ke Korea sekitar jam 10
malam di hari kematian Sang Deuk. Wanita itu adalah pramugari dan Jung Woo
memberi dugaan-dugaan yang terjadi.
Tapi yang didengar detektif Joon
adalah kata pramugari itu dan matanya langsung berbinar-binar (dasar cowok) dan
meminta Jung Woo untuk menyerahkan penyelidikan itu padanya dan meminta Jung
Woo menyerahkan penyelidikan pramugari itu padanya.
Tapi sekarang saatnya Jung Woo
mengembalikan apa yang dilebaykan seniornya tadi, “Tadi kau bilang pelakunya..
siapa?”
Detektif Joon mengaku dan
menyuruh Jung Woo untuk merobek mulutnya saja. LOL. Tapi Jung Woo menepuk pundaknya
dan meminta agar ia bisa bergabung dalam kasus ini.
Yang berikutnya terjadi adalah
seniornya itu memberitahukan kalau Jung Woo selama ini melakukan penyelidikan
sendiri dan meminta atasannya agar membiarkan Jung Woo untuk bergabung di
timnya dan menggabung semua informasi yang mereka punyai.
“Tidak”
“Dia juga sudah menahan diri saat
menghadapi Sang Chul.”
“Tetap tidak.”
“Ayolah, Pak. Bapak juga merasa
tidak enak padanya, kan?” tanya Detektif Joon.
Dan bersamaan dengan itu, Jung
Woo masuk dengan muka tertunduk lesu, dan menyapa mereka tanpa semangat. Ia
kemudian berjalan dengan gontai meninggalkan mereka.
“Jung Woo.. kau mau kemana?”
tanya Detektif Joon perlahan.
Jung Woo menoleh dan berkata
muram, “Tidak kemana-mana.” Iapun mendesah panjang dan berjalan lagi.
“Kau pikir tempat ini tidak kemana-mana yang kau bisa datangi
kapan saja?” teriak atasan Jung Woo sehingga Jung Woo menghentikan langkahnya.
“Ikuti aku.”
Jung Woo dan detektif Joon menunggu
sampai atasan mereka pergi dan toss dengan gembira. LOL, kasihan banget nih
atasannya. Gampang ditipu.
Jung Woo pun masuk tim. Atasan
mereka memberitahu kalau CCTV tak berfungsi malam itu, sehingga ia menduga kalau
pelakunya juga sudah mengetahuinya. Detektif Joon menduga kalau pelakunya
adalah wanita, karena dia memakai peredam kejut dan racun pelemas. Metode yang
digunakan terlalu dramatis.
Jung Woo melihat ada tanda-tanda
diseret dan bertanya apakah pembunuh itu memakai sepatu yang kebesaran? Atasan
Jung Woo memberikan hasil dari forensik yang menunjukkan kalau jejak sepatu
yang ada adalah dari sepatu Sang Deuk
yang rupanya dipakai oleh pembunuh itu masuk ke dalam rumah.
Detektif Joon sangat kagum pada
wanita pembunuh itu. Rekan mereka, Detektif Ahn sedang mencari asal dry ice itu
dibeli sementara Detektif Park sedang melacak nomor telepon yang dipakai Sang
Deuk. Detektif Joon heran, mengapa nomor handphone itu bisa dari Perancis.
Jung Woo hanya terdiam
mendengarnya, tapi tak memberitahu apa yang ia ketahui berkenaan dengan
handphone Soo Yeon yang hilang.
Tae Joon menunggu kedatangan
Harry yang tak kunjung datang. Harry akhirnya menelpon dan membatalkan pertemuan
mereka karena kakinya terluka.
Hyung Joon sepertinya berniat
mempermainkan Tae Joon karena ia menelepon sambil bermain billiar. Tanpa
mempedulikan kekesalan Tae Joon, Harry mengundang Tae Joon untuk datang di
pesta yang ia adakan
Soo Yeon datang dan berkata kalau
ia membawakan jus jeruk untuk Harry, dan Hyung Joon mengisyaratkan agar Soo
Yeon untuk tak berbicara dulu. Tapi Tae
Joon sudah sempat mendengarnya walau sepertinya Harry pun juga tak peduli
apakah Tae Joon dengar atau tidak. Tae Joon kesal tapi ia menahan diri karena
Harry adalah klien yang sangat berharga.
Bos besar marah melihat Jung Woo
duduk di tim kasus Sang Deuk. Ia mengancam atasan Jung Woo kalau ada masalah,
maka foto yang muncul di surat kabar adalah foto atasan Jung Woo, bukan
dirinya.
Note : Ingat kotak yang diterima yang ditutup oleh koran 14 tahun yang
lalu? Sepertinya itu berisi dry ice yang digunakan oleh pembunuh untuk
membunuh Sang Deuk.
Detektif Ahn muncul dan
memberitahukan asal pembelian dry ice. Ternyata dry ice itu dibeli dari
internet yang dikirim ke rumah Kang Sang Chul sebagai penerima. Dan pembelinya
memasukkan nama dan nomor KTP, yaitu Kim Myung Hee.
Jung Woo kaget mendengar nama
itu, karena Kim Myung Hee adalah ibu Soo Yeon dan sangat marah. Ia tahu kalau
ini pasti disengaja, dan bersumpah akan menangkap pembunuh itu.
Whoaa…
Atasan Jung Woo menaruh polisi
untuk menjaga rumah Jung Woo. Sementara ibu Jung Woo hanya terdiam mendengar
penjelasan Detektif Joon yang menjelaskan alasan mereka menaruh polisi di
rumahnya.
Ibu Jung Woo berkata kalau ia
membunuh Sang Deuk, tapi Detektif Joon tahu kalau itu adalah ungkapan frustasi
ibu Tapi ibu menyuruh Detektif Joon untuk menangkapnya, “Aku juga sudah bosan
menjaga Jung Woo dan Eun Joo. Setiap kali aku memikirkan bajingan itu, aku
sangat marah. Karena itu aku membunuhnya!”
Detektif Joon hanya bisa menunduk
mendengarkan ibu yang mengatakan kalau ia membunuh Sang Deuk dengan mata
tertutup, ia juga membunuhnya dengan mata terbuka. “Aku bahkan membunuhnya saat
aku tidur. Aku membunuhnya ribuan kali. Jika itu adalah sebuah dosa, maka
tangkap saja aku!”
Detektif Joon mencoba menenangkan
ibu kalau mereka khawatir akan terjadi sesuatu di sini, maka akan ada polisi
yang menjaga rumah. Tapi itu malah ibu semakin khawatir dan bertanya tentang
keberadaan Jung Woo dan mengajak Detektif Joon untuk pergi mencarinya. Tapi
Detektif Joon menahannya, karena ibu tak bisa melakukan itu.
“Kenapa tidak? Kau juga tahu
kalau ia tak akan bisa berpikir waras setelah ia mengetahui hal ini. Ia pasti
takut kalau aku akan berakhir seperti Soo Yeon. Jadi ayo pergi menemuinya!”
“Bu..” pinta Detektif Joon.
“Jung Woo adalah anakku!! Sekarang
ia.. ia adalah anakku. Jika sesuatu terjadi padanya, maka aku tak mau hidup
lagi!”
Jung Woo menemui seorang wanita.
Sepertinya wanita itu adalah pramugari yang kemarin dicurigai Jung Woo. Jung
Woo ingin meminjam black box mobil pramugari itu.
Note : Black box yang dimaksud
ini adalah kamera CCTV yang terpasang di bawah mobil, untuk merekam kejadian
saat mobil dinyalakan, sehingga jika ada kecelakaan atau sesuatu yang terjadi,
maka rekaman itu dapat digunakan untuk penyelidikan.
Menurut satpam, pramugari itu datang ke tempat parkir pada jam 10 malam
yang hampir bersamaan dengan kejadian pembunuhan itu, maka Jung Woo
ingin meminjam black box mobil pramugari itu, just in case ada yang
terekam di black box itu.
Black box didapat dan Jung Woo
melihat rekaman black box itu. Ada mobil putih yang terparkir di depan mobil
pramugari itu.
Ia memperbesar gambar rekaman itu dan terlihat ada seorang
wanita di dalamnya.
Jung Woo terkesiap kaget dan tak
percaya. Ada Zoe di dalam mobil itu. Ia buru-buru menutup laptopnya, dan
menangis, menyadari apa yang mungkin terjadi.
Dalam kamarnya, Hyung Joon
memasukkan kunci yang sejak kecil ia miliki dan memasukkan ke liontin yang
pernah diberikan oleh ibunya. Terdengar suara Soo Yeon yang memanggilnya.
Ia segera keluar, dari sebuah ruangan dibelakang foto mereka
berdua, dan masuk ke ruang tidurnya. Whoaa.. ternyata ada kamar rahasia di dalam
kamar Hyung Joon.
Soo Yeon muncul dan bertanya menggoda
Hyung Joon, mengapa Hyung Joon mengunci pintu. Apakah ada yang Hyung Joon
sembunyikan darinya? Ia bertanya tentang sepatu yang pantas ia pakai.
Tapi Hyung Joon tak menjawab, dan
berkata kalau hari ini adalah hari terakhir Soo Yeon di Seoul. Ia kemudian melepaskan
kalung yang ia pakai. Kalung yang berbandul kunci dan memasangkannya untuk Soo
Yeon.
Hyung Joon kemudian mendekati Soo
Yeon untuk menciumnya. Soo Yeon terdiam, tapi saat bibir Hyung Joon akan
menyentuhnya, ia pun berpaling.
Hyung Joon tersenyum dan berkata,
“Tak apa-apa. Tak peduli berapa lama, aku dapat menunggu.”
Soo Yeon merasa tak enak hati,
tapi Hyung Joon tetap tersenyum dan berkata kalau kalung itu cocok untuknya.
Tae Joon dan Sekretaris Yoon
datang ke pesta, dan mengenali Harry dari belakang karena melihat kaki Harry
yang sedang terluka. Begitu Harry berbalik, ia kaget melihatnya, karena Harry
Borrison ternyata adalah pemuda yang hampir menabraknya dengan sepeda. Mereka
pun berjabat tangan.
Soo Yeon merawat kaki Hyung Joon
yang menatapnya terus menerus. Sambil menatap kalung kunci yang terpasang di leher
Soo Yeon, ia meminta Soo Yeon untuk menengok ke kiri. Soo Yeon melihat Tae Joon
sedang mengawasi mereka dan ia merasa tak nyaman.
Akhirnya nama pemilik handphone
itu sudah diketahui. Dan Detektif Joon kaget melihat namanya yang ia sangka
sebagai Jo Il Woo. Ternyata Zoe Lou. Zoe? Dan Detektif Joon semakin kaget
melihat nomor terakhir yang ditelepon nomor handphone itu adalah rumah Harry
Borrison. Apalagi Detektif Park memberitahu kalau black box telah diambil oleh
Jung Woo.
Detektif Joon segera
memerintahkan mereka mencari Jung Woo.
Tae Joon melihat kalung yang
dipakai Soo Yeon, namun pandangannya terhalangi oleh Hyung Joon yang berdiri di
depan Soo Yeon.
Hyung Joon dan Soo Yeon berjalan
bersama, namun ada teman Soo Yeon yang memanggilnya, “Zoe!” Ia menoleh melihat
temannya. Tapi pandangannya terantuk pada sosok Jung Woo yang baru saja datang.
Jung Woo menatap Soo Yeon, dan
ingatannya kembali pada 14 tahun yang lalu saat Soo Yeon berkata kalau ia tak
akan pernah membunuh seseorang.
Dan pikirannya menjawab bukti
yang sekarang ia miliki, “Aku tahu.. aku benar-benar tahu itu.”
source : http://www.kutudrama.com/2012/12/sinopsis-i-miss-you-episode-8.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment