Na
Yun awalnya menikmati ciuman Muwon, tapi ia lalu sadar dan menarik
dirinya. “Aku tak akan membuat kesalahan yang sama lagi. Aku tak akan
goyah karenamu. Setidaknya untuk saat ini”.
Muwon jelas terlihat patah hati.
Sementara
itu setelah sepersekian detik Jihun mundur melepaskan ciumannya dan
seolah dalam gerakan lambat keduanya sadar apa yang barusan terjadi.
Eunsul sigap memasang kuda-kuda sementara Jihun berlutut memohon
pengampunan.
“Aku orang yang pemaaf, selama kau merenungkan apa yang kau lakukan, aku akan memaafkanmu kali ini”.
“Baik,
aku menerima pengampunanmu” wkwkwk, kenapa musti dijawab? Jadi weh
Jihun mendapat tatapan tajam. Jihun mengalihkan pandangannya dan
mengecek debar jantungnya. Ia menekan nadinya dan dengan alasan ingin
memberitahu Eunsul soal salah satu gejala serangan panik ia minta Eunsul
membantu mengecek detak jantungnya.
Eunsul
membenarkan jantung Jihun berdetak cepat karena serangan panik. Jihun
meralat, cepatnya detak jantungnya bukan karena serangan panik tapi
karena Eunsul. Gantian Jihun mengecek nadi Eunsul, nadi Eunsul juga
berdetak cepat dan pasti sama cepat dengan jantungnya..
Eunsul
menarik tangannya dan memelintir Jihun, “Jadi, kau pikir akan berbeda
setelah kau mencium bibirku? Tubuhku bukan patung, wajar jika bereaksi.
Jantung juga bisa berdetak lebih cepat ketika terkejut dan marah”.
Jihun
tambah kesakitan saat Eunsul terus memelintir tangannya karena ia tetap
keukeuh minta Eunsul mengaku menyukainya juga. Tapi akhirnya Jihun
mengaku kalah saat Eunsul mengancam akan membuat tangan Jihun sengklek
(wkwkwk, bahasa apa ini?).
“Harap diingat, tanpa persetujuan satu sama lain, perilakumu barusan sama dengan perilaku orang cabul di bus itu”.
“Setengah
dari diriku setuju, setengah lainnya tidak setuju. Aku ini orang yang
membenci sentuhan kulit, No Eunsul. Aku sepolos seorang biarawan yang
taat. Aku melakukan hal yang seperti tadi, itu karena aku menyukai orang
di sampingku, (yaitu) No Eunsul”. Jihun tak mau Eunsul mempertanyakan
alasannya, ia hanya ingin Eunsul tahu yang sebenarnya.
Eunsul mengerti, ia melihat Jihun mengelus-elus pergelangan tangannya. “Apa sakit?”
“Apa
seharusnya tidak sakit?”jawab Jihun gemas. Di luar presdir sampai di
depan pintu, ia mendengar apa yang Jihun katakan berikutnya, “Jadi ke
depannya, tolong jangan menggunakan kekerasan. Ayahku sering memukuliku,
tapi ia takkan mentolerir jika ada orang lain yang memukulku”.
Presdir menghambur masuk, “Hei! Kau... Kau dipukuli oleh Sekretaris No?... Sekretaris No, kau benar-benar memukulnya?”
“Tidak
hari ini!” wkwkwk, berarti di hari yang lain dong?, Jihun mengaku
hanya melebih-lebihkan padahal Eunsul hanya mengancamnya.
“Dia tidak memukulmu hari ini?”suara presdir makin meninggi.
Eunsul
mencoba menengahi, “Tolong jangan salah paham, Presdir. Aku hanya
pernah memukulnya ketika dia ingin menyerah pada taman hiburan. Hanya
sekali itu”.
Presdir melunak, ia merasa itu tindakan yang bagus,
gantian ia memarahi Jihun yang bisa-bisanya di pukul oleh sekertarisnya.
Tapi presdir mikir juga, ia nanya pada Eunsul apa (pemukulan) itu
terlalu berlebihan untuk program latihannya Jihun, karena bagaimanapun
Jihun adalah manusia. Jihun membela Eunsul, ia merasa baik-baik saja
dengan program latihannya Eunsul.
Jihun
membantu membawa tumpukan buku ke mobil. Malam itu Eunsul bersedia
memakainya karena malam terlalu larut dan bis sudah tak ada. Sebelum
Eunsul pergi, berkali-kali Jihun mengingatkan agar Eunsul berhati-hati,
jangan terlalu ngebut juga jangan terlalu lambat, ha!! (Yang
sedang-sedang saja kayak lagunya Vetty Vera, haha).
Senyum Jihun hilang saat di rasa bulu kuduknya merinding, Nenek muncul di belakangnya! Wkwkwk, Jihun di jewer masuk ke rumah.
Nenek
memarahi Jihun yang memberikan mobil itu sebagai properti perusahaan
pada Eunsul. Walau nenek punya mobil yang lain, tapi itu mobil
kesayangannya yang saat membelinya pun dengan banyak pertimbangan dan
saran. Ah, sepatu juga, yang memberikan sepatu nenek pada Eunsul pasti
Jihun juga. Nenek mernarik kesimpulan kalau Jihun menyukai Eunsul. Walau
sempat heran bagaimana nenek bisa tahu, Jihun tak menyangkal.
Nenek
memberitahu kalau pernikahan Jihun bukanlah pernikahan yang bisa di
putuskan sendiri. Jodohnya harus mendapat persetujuan para pemegang
saham. Untuk itu nenek minta Jihun tak mengembangkan perasaannya pada
Eunsul, karena jika sampai Eunsul membalasnya maka Eunsul lah yang akan
terluka. Jihun tak mau, ia dengan tegas tetap ingin terus menyukai
Eunsul dan membuat Eunsul menyukainya juga.
Nenek
lalu menemui presdir yang tengah menonton TV, ia menanyakan apa presdir
sudah memikirkan pernikahan Jihun. Presdir ingat Na Yun yang menemuinya
hari itu. Ia yakin Jihun tak mau kembali bersama Na Yun untuk
menunjukkan posisinya, padahal mereka sebenarnya saling menyukai.
Ditambah ibu Na Yun adalah salah satu pemegang saham terbesar di
perusahaan, Na Yun adalah calon yang paling cocok untuk Jihun.
Presdir
menyanggah nenek soal kemungkinan Jihun menyukai gadis lain, itu tak
mungkin karena satu-satunya gadis yang Jihun kenal cuma Na Yun.
“Kau benar-benar lambat”komentar nenek.
Presdir
menyanggah, ia sangat cepat secepat tinjunya di masa dulu. Presdir
ternyata meninggalkan tinju pro demi masuk bisinis untuk menuruti
ibunya. Ckckck, pantesan anaknya sering di jadiin sasak.
“Bagaimana jika Jihun menyukai gadis dari keluarga biasa?”.
“Apa mungkin?”. Presdir bertanya balik, melihat ibunya tak menjawab presdir merasa ada yang di tutupi ibunya.
Muwon
mengingat peristiwa barusan. Peristiwa setelah ia mencium Na Yun.
Flashback, “Apa kau tahu alasanku ingin kembali ke sisi Jihun? aku
sangat pemilih, tapi meski aku pemilih, aku mengharapkan seseorang yang
mencintaiku tanpa syarat. Jihun bisa mencintaiku tanpa syarat. Jadi
dengan kata lain, Jihun adalah pilihan terbaik untukku…. Walaupun aku
berterima kasih atas niatmu, tapi itu belum cukup untukku”.
“Itu benar, maka kejarlah Jihun, cobalah yang terbaik”
“Jangan
bicara seolah ini adalah akhir. Jika aku gagal dan kembali kepadamu kau
akan menerimaku bahkan jika hatiku tidak benar-benar bersamamu… karena
dengan berbagai alasan, kau membutuhkanku”.
Ckckck, cowok mana yang
mau nerima Na Yun? “Sepertinya kita akan segera mengetahuinya.. jika aku
gagal, kau juga akan gagal. Kita akan melihat ketika saatnya tiba, apa
aku akan menerimamu atau tidak”. Flashback end.
Sementara
itu malam itu Eunsul lewatkan di kantor dengan membaca buku dari Jihun.
Ia mengingat percakapannya tadi. Gejala utama gangguan panik yang di
rasakan Jihun adalah rasa takut dan kecemasan saat berada di tengah
keramaian. Jadi Jihun lebih suka menghindarinya daripada harus terjebak
dengan serangan paniknya.
Eunsul tahu fobia itu bisa terjadi karena
trauma, ia ingin tahu apa Jihun pernah mengalami trauma. Jihun sesaat
terpaku, ia tampak memikirkan sesuatu, lalu dengan nada bercanda ia
menyebut jika Eunsul tak mau menerima perasaannya itulah trauma yang
sebenarnya.
Eunsul bergidik menghilangkan ingatan itu, ia tak mau
merasa kasihan pada Jihun (dan menyerah membalas perasaannya), yang
penting baginya adalah ‘Pekerjaan tetap, promosi dan gaji meningkat’.
Eunsul
bersemangat membuka buku, baru beberapa halaman, ingatannya malah
melayang ke saat Jihun menciumnya, Eunsul buru-buru menggelengkan kepala
keras-keras dan mengulang mantranya, ‘Pekerjaan tetap, promosi dan naik
gaji’.
Eunsul terus mengulang-ulang mantranya sampai tak sadar Muwon
datang dan mengetuk rak buku untuk memberitahu kedatangannya. Eunsul
mengaku perlu membaca sayangnya teman sekamarnya tak suka tidur dengan
lampu menyala, jadi ia memilih membacanya di kantor. Sementara Muwon
mengaku ke kantor karena ia tak punya tempat lain untuk di datangi
sementara malas pulang ke rumah.
Keduanya
akhirnya makan ramen. Eunsul bilang kalau ramen paling enak dimakan
bersama soju. Muwon langsung menyambar, kalau begitu mereka memesan soju
juga. Tapi mengingat terakhir kalinya ia minum, Muwon urung, ia merasa
malu. Tapi Eunsul justru menganggap itu manis. Muwon senang, biasanya
orang hanya akan bilang dia tampan tapi tak ada yang menyebutnya manis.
Eunsul
melihat sesuatu yang aneh di wajah Muwon, Muwon salah faham. Muwon
pikir Jihun membocorkan kalau Muwon sering memakai cream wajah. Padahal
kayaknya Eunsul mau tanya bercak merah di bibir atas Muwon.
Di
rumah, Jihun juga tak kunjung tidur, ia memikirkan pertanyaan dari
Eunsul mengenai trauma yang pernah dialaminya. Flashback, Jihun kecil
yang menangis di tengah keramaian. Juga Jihun dewasa yang terserang
panik sesaat setelah menerima telpon di bandara (saat mengejar Na Yun).
Flashback end.
Jihun menelpon Eunsul, ia bertanya apa Eunsul telah
sampai dirumah tidak lambat tapi juga tidak terlalu cepat. Saat
mendengar jawaban ya, Jihun marah karena Eunsul sama sekali tak
mengabarinya membuatnya cemas.
Suara
klakson membuat Jihun tahu Eunsul ada di luar, ditambah suara Muwon
membuat Jihun tambah resah. Ia bertanya Eunsul ada dimana dan bersiap
untuk menyusul.
Muwon mengambil alih telpon, ia mengingatkan Jihun
janjinya jika Jihun mengganggu acara makannya dengan Eunsul. “Apa kau
akan mengganggu lagi?, datanglah, maka aku akan punya empat kali itu
acara makan lagi dan tidak akan memberitahumu”.
“Baik, teruskanlah dan makan! Makan, makan. Tapi, hari ini adalah yang terakhir kali”.
“Itu tergantung pada perbuatanmu”jawab Muwon puas berhasil mengerjai Jihun lagi.
Saat
keluar, Muwon dengan jujur bercerita yang mengganggunya bukan ibunya.
Berarti Eunsul akan membantu membalas orang yang akan mengganggunya itu,
bukan?, “aku patah hati… “
“Siapa yang berani menolakmu, Direktur?.. Apa kau ingin aku mengurus gadis es krim itu?”
“Bagaimana kau tahu itu Na Yun?”
Eunsul
mengaku ia sering tahu hal yang tak seharusnya ia ketahui dan justru
tak tahu hal yang seharusnya ia tahu, haha, gadis aneh, “Haruskah aku
sengaja melempar kaleng soda ke wajahnya? Bagaimana?”.
“Baik, lakukan itu”jawab Muwon serius.
“Benarkah?”
“Ya,
benar” lalu mereka tertawa bersama, karena tahu jawaban itu tak serius.
**ah, entah kenapa walau Jj manis aku tidak tertarik melihat
senyumannya, apa hatiku sudah dipenuhi oleh para ahjussi?... Dokko Jin
yang justru narsisnya bikin meleleh, atau galaknya dr. Ahn, yang justru
bikin terpesona??**
Muwon
pulang disambut ibunya. Muwon tahu itu sudah larut kenapa ibunya masih
menunggunya. Ibu mengaku khawatir karena Muwon tak memberi kabar, tapi
Muwon tahu ibunya penasaran soal sesuatu, ia pun menceritakan soal
Eunsul, “Aku menjadikannya mata-mata untuk Jihun, jadi aku membuatnya
tetap dekat dengan Jihun. Jadi jangan salah paham karena Jihun dan No
Eunsul tidak dalam hubungan seperti itu. Katakan itu pada kurator Hwang
(ibunya Na yun)”.
Ny. Shin melongo, ia lalu teringat ucapan manager
Park, soal Duo junior Cha yang sama-sama melindungi Eunsul pada saat
mengajukan pengunduran diri.
Flashback.
“Pada waktu itu aku menyadari, bahwa ia bukan wanita biasa, dan ini bukan hubungan biasa”.
“Jadi menurutmu Muwon-ku sedang menjalin hubungan dengan wanita itu?”“Berdasarkan penilaian aku sendiri, jawabanku adalah, iya” Flashback End.
Panggilan
Muwon mengagetkan Ny. Shin, ia langsung menyangkal telah
mengkhawatirkan Muwon menyukai Eunsul. Haha, berarti sebenernya iya, Ny.
Shin sangat khawatir. Muwon heran ibunya tak mendebatnya sama sekali.
Tapi ia akan segera mendapat jawabannya karena ibunya minta ia mengawasi
sahamnya karena harga saham akan turun drastis.
Esoknya
Jihun yang mengaku tidak tidur karena mood bahagianya rusak oleh
kejadian Eunsul makan berdua Muwon. Ia uring-uringan dan mengabaikan
ayahnya yang memujinya karena datang tepat waktu dan buru-buru masuk
lift sendirian. Presdir heran, apa kelakuannya seperti itu karena bisa
datang tepat waktu? Ha…
Eunsul
memberitahu soal rencana Jihun untuk ikut pelatihan bahasa, karena
jajaran direksi yang lain juga memperdalam bahasa asing mereka seperti
inggris, China dan Jepang.
Jihun meradang, pelatihan bahasa? Jihun
mempraktekan bahasa inggrisnya, “No Eunsul, aku belajar di Amerika. Aku
menguasai bahasa Inggris lama sebelum ke sana. Ekonomi, bisnis
administrasi,musik, filsafat, keuangan, ayahku menghabiskan setengah
kekayaannya untuk pendidikanku. Kau pasti bercanda!“.
Eunsul
terkesima, dengan bahas inggris yang pas-pasan ia minta Jihun
mengulanginya lagi (karena ia belum memahami perkataan Jihun barusan).
Jihun mengejek Eunsul yang butuh enam tahun untuk lulus perguruan tinggi
tapi tetap tak bisa memahami sesuatu yang sesederhana itu. Jauh berbeda
dengan nona Yang sekretarisnya Muwon yang lulus lebih cepat tapi
menguasai 3 bahasa, yang selalu jadi tempat bertanyanya Eunsul. Jihun
menganggap Eunsul bodoh dan mempermalukannya.
Eunsul
membela diri, ia mengaku bisa sedikit sedikit. Ia ganti mengejek
bosnya, “apa gunanya mengerti banyak hal tapi tak bisa
mengaplikasikannya? Dan juga aku menyelesaikan kuliahku selama 6 tahun
karena harus cuti beberapa semester di sebabkan mahalnya biaya. Aku
sangat menyesal telah membuatmu malu memiliki sekretaris seperti aku”.
Jihun merasa bersalah.
Eunsul
keluar mendapati sekretaris Yang berbicara dengan bahasa inggris di
telpon. Setelah sekretaris Yang menutup telponnya, Eunsul minta ijin
untuk bertanya sesuatu.
Jihun
bertemu Muwon di koridor sebelum rapat. Jihun mengingatkan Muwon bahwa
semalam adalah terakhir kalinya Muwon mengajak Eunsul keluar. Karena
bagi Jihun Eunsul adalah istimewa. Muwon mencibir, apa Eunsul juga
berpikiran hal yang sama. Jihun menjawab segera Eunsul akan menganggap
Jihun istimewa karena Jihun bertekad untuk menjadi keren, ya sebagai bos
juga sebagai pria. Muwon mentertawainya, tak mungkin.
Wkwk,
baru saja bertekad, Jihun sudah gagal, akibat tak bisa tidur semalaman
ia terkantuk-kantuk saat mengikuti rapat. Presdir membentaknya, tetap
saja Jihun mengantuk.
Eunsul
bertemu Jihun, ia menanyakan kabar rapat. Muwon mencibir kalau Jihun
tertidur, Eunsul kesal. Jihun menyalahkan Eunsul yang membuatnya tak
bisa tidur semalam. Tapi kemarahan presdirlah yang sempat membuat ciut
Eunsul. Eunsul mengucapkan mantra ‘Pekerjaan tetap, promosi, naik
gaji!’. Untuk menaikkan semangatnya yang ciut! haha
Eunsul
mendatangi sebuah lembaga kursus dan minta kerja paruh waktu. Walau
sempat terheran-heran karena Eunsul sudah punya pekerjaan di perusahaan
besar, dengan sedikit pengertian pemilik kursus itu menyetujuinya.
Di sinilah Eunsul sekarang, ia bisa dapat tambahan penghasilan sekaligus menguping jalannya pelajaran di sebuah kelas.
Muwon
berbincang dengan sekretarisnya. Sekretaris Yang memberitahu soal
Eunsul yang bertanya soal pelatihan bahasa asing. Walau perusahaan
mereka punya program itu, tapi sangat tak praktis, dan jalan yang sering
di tempuh akhirnya mereka ikut kursus walau harus mengeluarkan uang
banyak. Muwon mengerti…
Sekertaris
Jang melapor pada presdir soal masalah internal perusahaan, terkait
penyalahgunaan dana, utang, dan tidak membayar upah tanpa alasan.
Presdir heran bagaimana itu bisa terjadi, tapi ia bertekad
membereskannya sebelum mewariskan perusahaan pada Jihun. Presdir
mengkhawatirkan Jihun akan bisa membereskan masalah hanya dengan patuh
pada aturan hukum. Mungkin presdir menganggap Jihun seperti anak kambing
yang harus bertahan di perusahaan yang kejam seperti rimba belantara,
wkwkwk, baguskan perumpamaanku?.
Ny.
Shin menemukan pria pelaku pelecehan Eunsul adalah pegawai salah satu
anak perusahaan DN grup. Pria itu tercatat pernah punya kasus pelecehan
serupa di kantor yang tercatat di perusahaan, jadi Ibu Na Yun (sebagai
salah satu pemilik saham terbesar) harus bisa menghapus catatan itu
kalau mau menjadikannya senjata. Ibu Na Yun kesal, bagaimana mungkin
pria seperti itu masuk di perusahaan sebesar DN grup. Tapi Ny. Shin tak
heran, karena kejahatan seksual bisa dilakukan siapapun termasuk orang
yang berasal dari keluarga baik-baik dan lulusan universitas terkenal.
Atau mungkin biarkan saja yang penting gosip itu muncul ke publik dulu.
Walau ke depannya si pria itu terbukti pelaku pelecehan, yang penting
Jihun sudah diingat sebagai orang yang suka melakukan kekerasan.
Presdir
khawatir saat tahu dari Eunsul bahwa Jihun akan melakukan konferensi
via video lagi. Menurutnya sekali melakukannya hal itu terlihat menarik,
lain halnya jika melakukannya untuk kedua kalinya. Eunsul mengerti,
tapi juga ia minta presdir mengerti soal Jihun yang belum bisa
presentasi langsung. Presdir ingin bertanya mengapa, tapi Ny. Shin
keburu masuk.
Muwon
melakukan presentasinya soal rencana peningkatan kinerja karyawan
dengan pengadaan kuliah internal yang kurikulumnya di sesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Tak disangka, ide itu sama dengan presentasinya
Jihun. Dengan berat hati Jihun hanya presentasi singkat bahwa ia setuju
dengan rencana Muwon.
Di akhir rapat, Sekertaris Jang
memberitahukan Jihun yang terpilih menjadi penanggung jawab publisitas
proyek taman hiburan. Ny. Shin menanggapinya dengan respon positif,
presdir terheran-heran.
Ia
langsung menanyakannya saat mereka berdua, “saudari ipar, apa kau
sakit?” hahaha. Bukannya presdir tak mau berterimakasih, tapi ia jelas
heran dengan kebaikan tiba-tiba rivalnya ini. Kalau sekali sikap baik
presdir heran, bagaimana kalau dua? Ny. Shin menawarkan Ultah ke 25 DN
Grup secara besar-besaran di hotelnya. Presdir menerima!.
Wow, keluar
dari ruangan presdir, gantian Ny. Shin yang heran. Bagaimana mungkin
presdir tak curiga, apa kepalanya sedang kacau? Tapi tidak, presdir
sebenarnya mencium sesuatu, tapi ia tak tahu apa itu.
Ibu
Na Yun memberitahu Na Yun soal rencana Ny. Shin saat mereka massage
bareng. Na Yun minta ibunya mencegah hal itu karena ia memilih Jihun dan
sudah putus dengan Muwon. Ibu Na Yun kesal dengan anaknya yang
menurutnya berpikir kolot dengan hanya berpegang pada satu orang.
Harusnya Na Yun seperti selebriti Hollywood yang berkencan sana dan
sini. ckckck, ngajarin gak bener.. Na Yun tak peduli, pokoknya ia
memilih Jihun dan minta ibunya mencegah rencana Ny. Shin.
Eunsul
menemui Jihun yang murung. Eunsul berterima kasih atas ide Jihun yang
pasti melakukannya karena memperhatikan kebutuhan Eunsul. Sayangnya
idenya sama persis dengan ide Muwon. Tapi Jihun yakin Muwon yang mencuri
idenya.
Hp Jihun bunyi, telepon dari Na Yun. Jihun menunjukkan layar
ponselnya karena tak mau Eunsul salah paham, haha. Tapi Eunsul tak
peduli, ia minta Jihun segera menjawabnya.
Jihun
memenuhi permintaan Na Yun untuk bertemu. Na Yun mengemukakan
keinginannya membantu Jihun. Jihun yang tak mengerti arah pembicaraan Na
Yun menganggap Na Yun sedang kembali berusaha mendekatinya. Tapi kali
ini ia yang sangat menyukai Eunsul menegaskan kalau ia tak mungkin lagi
menyukai Na Yun seperti dulu. Ia tegas demi dirinya sendiri juga demi Na
Yun, karena Jihun tak ingin menyakiti Na Yun. Na Yun mulai histeris,
menurutnya Eunsul tak sehebat itu. Jihun mengakui kalau ia juga tak
hebat, tanpa pendidikan dan kekayaan ia justru lebih buruk daripada
Eunsul. Jihun pamit.
Na Yun tak percaya dengan apa yang di dengarnya, sambil menahan tangis ia menelpon Eunsul. Kebetulan Muwon lewat mendengarnya.
Eunsul
menemui Na Yun, ia langsung dicecar oleh Na Yun karena tak menepati
janjinya. Eunsul minta maaf, ia begitu karena sesuatu hal, namun ia tak
dapat mengatakannya pada Na Yun. Na Yun kesal, ia berusaha menampar
Eunsul. Eunsul sigap menangkap tangan Na Yun. Na Yun yang sudah kursus
bela diri membalas memelintir tangan Eunsul, tapi Eunsul lebih hebat, ia
balik memelintir tangan Eunsul.
Muwon datang tepat saat Na Yun menjerit, “ini sakit!”.
“Lalu
kenapa kau memulainya? Jika kau menyerang maka aku harus membela diri
... Mengenai hati Direktur Cha, tolong selesaikan di antara kalian”
Eunsul bergegas pergi, saat dilihatnya Muwon, Eunsul hanya mengangguk
hormat.
“Kenapa kau diam saja melihatnya?”cecar Na Yun kesal pada Muwon.
Na
Yun menolak saputangan yang di tawarkan Muwon dan mengaku ia juga
punya. Tapi saat tak menemukannya di tasnya ia terpaksa mengambilnya
juga, wkwk. Muwon mencoba memberi saran agar Na Yun seperti dirinya yang
tetap bersikap cool saat merelakan Na Yun memilih Jihun. Na Yun
meradang, ia bermaksud baik dengan menemui Jihun untuk membantunya
menghalau rumor buruk beredar di media, tapi karena Jihun menolaknya ia
tak punya alasan untuk menghentikannya. Setidaknya saat hancur nanti
Jihun pasti akan merangkak mencarinya.
“Media?”tanya Muwon bingung.
Jihun
yang melihat Eunsul di lorong mengejarnya, ia bertanya apa Eunsul
cemburu karena ia bertemu Na Yun. Ia juga mengaku senang karena Eunsul
mau menemui Na Yun. Tapi Eunsul sebaliknya, ia minta Jihun bilang pada
Na Yun agar jangan pernah menemui Eunsul lagi. Jihun menggoda Eunsul
yang marah dengan mengatakan ia sangat menyukai Eunsul.
Eunsul menghentikan Jihun, “Kau gila! Ini adalah kantor!”.
“Tak
ada seorang pun di sini…” komentar Jihun yang melihat Eunsul celingak
celinguk, “Aku takkan membuat kesalahan yang sama lagi. Aku akan terus
menceritakan bagaimana perasaanku. Aku yakin aku sedang obyektif, aku
tak pernah menyadari sebelumnya, tapi sekarang aku sadar kau sangat
cantik”.
Eunsul merinding, ia minta agar Jihun tak pernah mengatakannya lagi.
Yang
ditakutkan Eunsul terbukti, manager Park muncul dari balik dinding. Tak
Cuma dia, ternyata ada Muwon Juga, “Jadi, apa kau akan melapor pada
ibuku soal ini?” wah, berarti Muwon tahu manager Park mata-mata ibunya.
Muwon
mengingat perkataan Na Yun, jika sampai kasus pemukulan oleh Jihun
masuk media, maka Jihun terlibat dalam 2 kali kekerasan dalam waktu yang
berdekatan, takkan mudah memulihkan imagenya apabila itu terjadi. Tapi
yang paling mengganggunya, No Eunsul juga terlibat dalam 2 kasus itu.
Jalan
keluar dari Muwon untuk Eunsul adalah menawarkan Eunsul pindah kerja
dengan alasan ia yang telah menghire Eunsul dan merasa bertanggung jawab
karena Eunsul mengalami banyak kesulitan saat menjadi sekertaris Jihun.
Eunsul yang tak mau berhenti ditengah jalan untuk pekerjaan resmi
pertamanya dengan halus menolak. Tapi ia harap jika keadaan yang buruk
terjadi tawaran Muwon itu masih berlaku. Muwon tertawa, ternyata ia juga
berpikiran yang sama. Jadi ia minta Eunsul menemuinya jika memang sudah
membutuhkannya.
Eunsul
berterimakasih karena Muwon sudah jadi boss yang paling mensuport
dirinya, iapun pamit. Muwon memanggil Eunsul untuk menanyakan apa Eunsul
mau keluar bersamanya lagi seperti tempo hari? Saat mendapat jawaban
ya, Muwon tersenyum senang.
Nenek
meminta maaf pada Jin Do Ra karena menuduhnya mencuri sepatunya. Ia
lalu curhat soal Eunsul, ia ingin tahu bagaimana reaksi Eunsul jika tahu
ia adalah Nenek bosnya. Saat bangun nenek merasa pusing. Kebetulan
Eunsul datang, ia yang khawatir nenek kena heat stroke (karena kepanasan
berlebihan) bersikeras menggendong nenek masuk ke rumah.
Nenek
memberi tanda agar pelayan tidak memanggilnya nyonya, ia membiarkan
dirinya di rawat Eunsul. Jihun yang hendak turun melihat neneknya
terbaring jadi panik. Ia memanggil-manggil nenek. Nenek memberi tanda
tapi Jihun tak terlalu mengerti. Saat Eunsul memarahinya karena
membiarkan pelayan bekerja di bawah terik matahari, Jihun baru mengerti,
ia ikut permainan nenek.
Tapi
sandiwara nenek tak lama, presdir datang sambil mengunyah ketimun dan
memanggil ibu pada nenek. Eunsul bingung karena presdir memanggil nenek
dengan ibu.
“Kau tidak tahu? Dia adalah Ibuku… “ Presdir lalu
mengenalkan Eunsul sebagai sekretaris Jihun, tapi nenek terlalu malu dan
menutupi wajahnya. Presdir heran, ia menanyakan apa ibunya sakit.
Eunsul
segera meminta maaf pada nenek, tapi apa nenek tak mau minta maaf juga
padanya? Presdir bingung kenapa nenek harus minta maaf pada Eunsul.
Jihun tertawa, ia segera meminta Eunsul ikut ke kamarnya meninggalkan
nenek yang masih merasa malu dan melampiaskan kekesalannya pada presdir
karena memanggilnya ibu.
Tapi presdir yang memang tak tahu apa-apa
membela diri, “Apa yang salah? Apa salahnya aku memanggil ibuku ‘Ibu’?
Apa yang salah?” wkwk.
Presdir menerima telepon dari sekretaris
Jang dan memerintahkan untuk mulai. Hwa, ternyata rencana membereskan
masalah internal langsung di lakukan saat itu. Sekertaris Jang sudah
membentuk tim khusus untuk audit dan investigasi internal atas perintah
presdir.
Sementara
itu Ny. Shin sudah siap meluncurkan berita soal pemukulan oleh Jihun
lengkap beserta foto dari ibu Na Yun. Muwon tak sengaja mendengarkan
dari balik pintu.
Jihun
kepayahan saat berlari dengan Eunsul. Ia mengeluhkan debaran jantungnya
yang terasa menyakitkan sama seperti saat terjadi serangan panik.
Eunsul memeriksa denyut nadi Jihun ternyata hampir sama dengannya. Ia
minta Jihun memegang nadi Eunsul dan nadinya sendiri, dan membuat Jihun
mengerti bahwa denyut mereka itu hampir sama. Itu wajar karena ketika
mereka berolahraga, denyut secara normal akan meningkat. Mengapa Jihun
merasa itu sakit padahal Eunsul tidak?
Jadi
Eunsul minta agar Jihun menanamkan dalam pikirannya bahwa peningkatan
denyut jantung itu adalah normal. Tidak hanya bagi Eunsul dan Jihun,
tapi juga bagi semua orang. Jihun tersenyum mengerti, ia heran kenapa
hal biasa seperti itu jika dikatakan oleh Eunsul terdengar luar bisa.
Eunsul
mengabaikan rayuan Jihun, ia memeriksa nadinya Jihun karena mereka
sudah istirahat pasti sekarang sudah tenang. Tapi ternyata tidak, nadi
Jihun malah makin cepat.
“Tentu saja! Itu karena aku sedang
menyentuhmu sekarang”. Jihun berencana meluncurkan rayuannya lagi, tapi
Eunsul memintanya berhenti dan melanjutkan larinya.
Latihan
Jihun berikutnya adalah bernyanyi di tengah lapangan. Dengan mengenakan
kaca mata hitam, Jihun menjalani latihannya. Orang-orang berkumpul dan
memberi tepukan atas nyanyian Jihun. Dari balik pohon Eunsul mengamati
perkembangan bosnya dengan bangga.
Selanjutnya
Jihun harus membacakan presentasinya di tengah lapangan. Kali ini gagal
total, selain para penonton kabur Jihun juga menyerah pada serangan
paniknya. Eunsul buru-buru mendekati bosnya dan menanyakan keadaannya.
Muwon
bergantian memikirkan rencana ibunya yang akan menyeret Eunsul dalam
skandal Jihun, dengan ucapan Eunsul yang berterima kasih karena telah
jadi bos yang mendukungnya.
Dua kabar mengejutkan berdatangan pada 2 orang generasi kedua Cha.
Ny. Shin menerima kabar soal si pria peleceh yang kembali di tangkap polisi.
Dan
ayah Jihun menerima draft koran esok yang memuat berita pemukulan yang
dilakukan Jihun dengan judul yang membawa-bawa dirinya, ‘Darah tak
pernah bohong, ayah mafia dan anak berandalan …‘
Jihun
mengantar Eunsul pulang. Ia tersentuh melihat kerja keras Eunsul, untuk
itu Jihun bertekad untuk bekerja keras juga. Secara subjektif dan
objektif, Jihun mengakui Eunsul itu hebat!.
Ternyata
Muwon melihat semuanya, setelah tadi berdebat dalam pikirannya antara
memilih ibunya dan Eunsul, Muwon menunggu Eunsul pulang. Eunsul heran
apa yang dilakukan Muwon dan bagaimana Muwon tahu rumahnya. Muwon
mengaku melihat resumenya Eunsul karena Eunsul tak menjawab telponnya.
Eunsul memeriksa ponselnya dan mengaku ia mensilentnya.“Tapi apa yang membuatmu datang? Apa kau mau mengajakku keluar sekarang?”
“Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu. Aku bukan orang baik seperti yang kau pikirkan, No Eunsul…”.
Eunsul
mengintip ponselnya yang bergetar, Muwon melihatnya. Ia minta Eunsul
menjawabnya sementara ia mengumpulkan keberanian lagi. Tapi kesempatan
itu saat ini tak bisa, karena Eunsul harus ke kantor polisi.
Si
pria pelecehan tempo hari kembali tertangkap tangan, ia merengek
meminta polisi tak mencatatnya dalam catatan kejahatan. Polisi
membentaknya untuk diam.
Sementara itu Myungrang mendapat berita
gembira, ia telah 3 kali menagkap orang yang melakukan kejahatan di bus,
untuk itu ia akan mendapat penghargaan. Myungrang dengan antusias
menceritakan asal mulanya. Awalnya ia geregetan pada pelaku pelecehan
terhadap Eunsul, jadi ia sengaja naik bus dan mengamati, hasilnya
seorang penipu, seorang pembully orang tua dan tentu saja si pelaku
pelecehan berhasil ditangkapnya.
Mereka lalu menemui Muwon yang ternyata mengantar Eunsul ke kantor polisi. Eunsul memperkenalkan mereka.
“Apa
kau orang yang tidak memiliki energi 'Yang' itu?”tanya Muwon membuat
Myungrang menoleh kesal pada Eunsul. Eunsul mencoba menjelaskan bukan
ia, tapi Jihun lah yang mengatakannya.
“Kalau begitu, kau adalah Mu Neu Nim (Dewa Mu) itu?”.
Kedua
generasi kedua Cha akhirnya membuat kesepakatan. Ny. Shin membatalkan
beritanya, sementara Presdir membatalkan pesta ultah DN besar-besaran….
Baru kali ini mereka akur, wkwkwk
Tapi presdir tetap berpidato sambutan ultah yang telah di buatnya, hanya saja audiencenya berbeda…
Dan
audiencenya itu adalah anak-anak, wkwkwkw ada yang tidur-tiduran ada
yang melongo. Tapi begitu sesi hiburan mulai, mereka langsung
bersemangat.
Berita
pembatalan pesta ultah DN grup dan menggantinya menjadi layanan sosial
justru mendapat respon positif media. Nenek menepuk punggung putranya
bangga. Tapi presdir tersedu, betapa ia menginginkan sebuah pesta yang
besar.
Jihun
datang dan menghibur ayahnya mengatakan masih ada kesempatan di pesta
ultah ke 30 nanti. Presdir memaki Jihun lah biang semuanya.
Sementara
itu Muwon bersitegang dengan ibunya, ia minta ibunya berhenti melakukan
hal-hal yang justru akan mempermalukan dirinya sendiri. Ibu Muwon balik
marah kenapa Muwon tak bisa patuh dan malah lalai. Muwon memberitahu
kalau ibunya beruntung karena pembatalan berita itu justru menjaga
kerusakan imagenya, karena dengan usaha sendiri Eunsul membuktikan bahwa
pria itu memang benar pelaku pelecehan.
Ny. Shin meradang karena kini bahkan Muwon membela Eunsul, ia sudah tahu semuanya dari manager Park.
“Maka Ibu harusnya mengerti”
“Apa?... “ tak mendapat jawaban, Ny. Shin memandang putranya tak percaya, “Apa? Apa kau menyimpan perasaan untuk gadis itu?”
“Tanpa di ragukan lagi... aku sudah mempelajari apa yang namanya malu, berkat wanita itu”jawab Muwon lugas.
Ny. Shin melongo tak percaya perkataan putranya.
Ibu
Na Yun melihat surat kabar dan heran tak ada berita apapun soal Jihun.
Yang ada malah berita soal Myungrang yang mendapat penghargaan dari
polisi. Ibu Na Yun meyakinkan putrinya ia akan mengurusnya.
Tiga orang ibu-ibu melabrak Eunsul:
20
menit pertama; “Aku minta maaf. Bolehkah aku bertanya kenapa anda ingin
menemuiku? Apa anda ibu Direktur Cha Jihun? Apa Anda ibu Direktur Cha
Muwon?… Bukan kan? Bolehkah aku pergi dulu? Hari ini aku sibuk sekali”
wkwk, lucu liat ibu Na Yun tak berkutik.
20
menit kemudian Eunsul lalu menemui Ny. Shin, “Aku akan memberitahu
sekali lagi. Ini hanya kesalahpahaman. Aku tak punya niat untuk terlibat
dengan generasi kedua chaebol. Aku hanya ingin menjalani hidupku yang
bebas seperti sekarang”
“Apa? Hidup bebas?”
menit ke 40; “Kenapa kau melakukan ini padaku juga, Nenek?”tanya Eunsul sedih
Nenek bingung, ia menemui Eunsul untuk meminta maaf soal kejadian kemarin.
“Seperti itukah?” Eunsul lega
“Kenapa?
Apa yang terjadi?” nenek ingin tahu, ia langsung terkejut saat tahu
kalau ibunya Na Yun dan Ny. Shin baru saja menemui Eunsul.
Nenek
pulang memikirkan alasan para ibu menemui Eunsul, ia terkejut memikirkan
kemungkinan kalau Muwon dan Jihun sama-sama menyukai Eunsul.
Setelah 3 kali janjiannya karena ia yang dihubungi, kali ini Eunsul yang menghubungi Muwon untuk menemuinya.
Jihun
datang ke kantor dan tak melihat Eunsul, ia langsung mencurigai Muwon.
Ia lalu menanyakan keberadaan Muwon. Sekretaris Yang menjawab kalau
Muwon belum kembali sejak di telepon Eunsul. Jihun bergegas mencari
Eunsul.
Eunsul
mencoba memberitahu Muwon soal kesalahpahaman yang terjadi, terutama
Ny. Shin. Muwon meminta maaf, Eunsul menjawab tak apa, tapi setidaknya
hal itu harus segera diluruskan sebelum menjadi permasalahan yang besar.
“Bagaimana
jika itu bukan kesalahpahaman?”jawaban Muwon membuat Eunsul terkesima.
Jihun datang menemukan mereka, ia menatap dari balik kaca jendela.
“Apakah aku Mu Neu Nim di matamu? Aku tak mau… bawa aku turun kembali ke
bumi sebagai manusia… Aku ingin kau menganggapku sebagai seorang pria”.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment